Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN

Akuntansi Keuangan II

“ Akuntansi Sewa Guna Usaha ’’

Dosen Pengampu :

Ni Luh Gede Erni Sulindawati, S.E., Ak., M.Pd.

Oleh :

Ni Kadek Ayu Dewi (2017051123)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

2021
1. Konsep Leasing

A) Pengertian Leasing

Pengertian Leasing atau sewa guna usaha yang dituangkan dalam pasal 1 SKB Menteri
Keuangan, Menteri Perdagangan, dan Menteri Perindustrian Standar Akuntansi Keuangan tahun
2002 adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala disertai hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk
membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa ditetapkannya yang telah disepakati bersama. Pengertian tersebut diperluas
dengan Keputusan Menteri No. 1251/KMK.013/ 1988 tanggal 20 desember 1988 yang
memberikan definisi-definisi sebagai berikut :

a) Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Compary) adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara Finance Lease
maupun Operating lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

b) Finance Lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa sewa guna usaha pada
akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha
berdasarkan dengan nilai sisa yang disepakati bersama.

c) Operating Lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha tidak
mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha.

d) Penyewa guna usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan
barang modal dan dengan pembiayaan dari pihak perusahaan sewa guna usaha (Lessor).

B. Jenis-jenis sewa guna usaha yang sudah dikenal secara umum terdiri dari :

 Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan)


Dalam sewa guna usaha ini perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang
membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih
barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai
pemilik barang modal tersebut melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaaan
barang modal yang menjadi obyek transaksi sewa guna usaha.
 Operating Lease (Sewa-menyewa biasa)
Dalam sewa menyewa biasa, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan
selanjutnya disewagunausahakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan Finance
lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak
mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut
ditambah bunganya.
 Sales-Type Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan)
Sewa guna usaha jenis ini merupakan transaksi pembiayaan sewa guna usaha secara
langsung atau (direct finance lease) dimana jumlah transaksi termasuk laba yang
diperhitungkan oleh pabrikan atau penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa guna
usaha. Sewa guna usaha ini merupakan suatu jalur pemasaran produk suatu perusahaan.
 Leveraged Lease
Transaksi sewa guna usaha jenis ini melibatkan setidaknya 3 pihak yakni penyewa guna
usaha, perusahaan sewa guna usaha dan kreditor jangka panjang yang membiayai bagian
terbesar dari transaksi sewa guna usaha.
 Sewa Guna Usaha Sindikasi
Dalam sewa guna usaha sindikasi beberapa perusahaan sewa guna usaha secara bersama
melakukan transaksi sewa guna usaha dengan satu penyewa guna usaha. Sewa guna
usaha ini dilakukan karena nilai transaksi terlampau besar atau faktor-faktor lain, salah
satu perusahaan sewa guna usaha ditunjuk sebagai koordinator sehingga penyewa guna
usaha cukup berkomunikasi dengan perusahaan ini untuk melaksanakan segala sesuatu
yang menyangkut transaksi sewa guna usaha.

C. Transaksi sewa guna usaha daat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

 Sewa guna usaha langsung (Direct Lease)


Dalam sewa guna usaha ini, penyewa guna usaha belum pernah memiliki barang modal
yang menjadi obyek sewa guna usaha sehingga atas permintaannya perusahaan sewa
guna usaha membeli barang modal tersebut. Tujuan utama sewa guna usaha jenis ini
adalah mendapatkan pembiayaan melalui sewa guna usaha untuk memperoleh barang
modal yang dapat digunakan dalam proses produksi.
 Penjualan dan penyewaan Kembali (Sale and Leaseback)
Dalam sewa guna usaha ini, penyewa guna usaha terlebih dahulu menjual barang modal
yang sudah dimilikinya kepada perusahaan sewa guna usaha dan atas barang modal yang
sama ini, kemudian dilakukan kontrak sewa guna usaha antara penyewa guna usaha
(pemilik semula) dengan perusahaan sewa guna usaha.

Kriteria utama yang digunakan untuk pengelompokkan transaksi sewa guna usaha adalah asas
makna ekonomi maka suatu transaksi sewa guna usaha akan dikelompokkan sebagai capital
lease bagi penyewa guna usaha/finance lease bagi perusahaan sewa guna usaha apabila dipenuhi
semua kriteria berikut ini :
 Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang disewagunausahakan
pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang telah disetujui pada saat dimulainya
perjanjian sewa guna usaha.
 Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah dengan
nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang
disewagunausahakan serta bunganya sebagai keuntungan sewa guna usaha (full payout
lease).
 Masa sewa guna usaha minimum 2(dua) tahun.
Jika kalua salah satu kriteria tersebut tidak dipenuhi maka transaksi sewa guna usaha
dikelompokkan sebagai transaksi sewa menyewa biasa (operating lease).

2. Akuntansi oleh Lessor (Perusahaan Sewa Guna Usaha)


Keuntungan Lessor yang didapat dari sewa guna usaha daripada menjualnya yaitu
meningkatkan penjualan, hubungan bisnis yang berkelanjutan dengan lessee serta nilai sisa
yang tersimpan. Perlakuan akuntansi oleh lessor dibedakan menjadi dua yaitu :
(A) Finance Lease
Dalam Standar Akuntansi Keuangan Tahun 2002 (PSAK No. 30) Lessor akan mencatat
transaksi sewa guna usaha sebagai finance lease apabila memenuhi kriteria berikut :
 Penanaman neto dalam aktiva yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan
dicatat sebagai penanaman neto sewa guna usaha.
 Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan harga
perolehan aktiva yang disewagunausahakan diperlakukan sebagai pendapatan sewa
guna usaha yang belum diakui (unarened lease income)
 Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten.
 Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa guna
usaha sebelum berakhirnya masa sewa maka diakui dan dicatat sebagai keuntungan
atau kerugian periode berjalan.
 Pendapatan lain yang diterima sebagai pendapatan periode berjalan.
Dimuka telah dinyatakan bahwa sewa guna usaha modal dapat diklasifikasikan kedalam
sewa guna usaha pendanaan langsung dan sewa guna usaha penjualan :
a) Akuntansi Sewa Guna Usaha Pendanaan Langsung
Bagi lessor pendapatan sewa diterima dimuka dihitung sebagai selisih antara total
pembayaran sewa guna usaha yang diharapkan dengan nilai pasar wajarnya atau harga
perolehan dari aktiva yang disewagunausahakan.
b) Akuntansi Sewa Guna Usaha Penjualan
Dalam akuntansi ini akan menambah satu dimensi untuk pendapatan lessor yaitu
keuntungan atau kerugian langsung yang muncul dari perbedaan antara harga jual aktiva
yang disewagunausahakan dan biaya lessor untuk membuat atau membeli aktiva.
(B) Operating Lease
Perlakuan akuntansi untuk operating lease yaitu barang modal yang disewagunausahakan
harus diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva sewa guna usaha berdasarkan harga
perolehan. Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan yang diperoleh dari
penyewa guna usaha diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa. Penyusutan aktiva yang
disewagunausahakan harus dilakukan dalam jumlah yang layak berdasarkan taksiran
masa manfaatnya. Perbedaan nilai buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai
keuntungan atau kerugian tahun berjalan.
3. Akuntansi Oleh Lessee (Penyewagunausaha)
Keuntungan bagi lessee atas sewa guna usaha dibandingkan dengan pembelian yaitu
tanpa uang muka, menghindari resiko kepemilikan, serta fleksibilitas. Perlakuan
akuntansi oleh lessee dibedakan menjadi 2 yaitu :
 (A) Capital Lease
Perlakuan akuntansi untuk capital lease seperti transaksi sewa guna usaha
diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa sewa
guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna ditambah nilai
sisa. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari
pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh
perusahaan sewa guna usaha. Aktiva yang disewagunausahakan harus di
amortisasi dalam jumlah yang wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya. Jika
aktiva yang disewagunausahakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna
usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sewa guna
usaha sebagai sisa kewajiban dibebankan pada tahun berjalan. Kewajiban sewa
guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka panjang sesuai
praktik yang lazim. Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan Kembali
maka transaksi tersebut harus diberlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah
yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha.
 (B) Sewa Menyewa Biasa (Operating Lease)
Dalam sewa menyewa biasa pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan
merupakan biaya sewa yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus
selama masa sewa guna usaha meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan
dalam jumlah yang berbeda.

4. Leasing Dalam Laporan Keuangan

(A) Finance Lease

Pelaporan transaksi sewa guna usaha untuk finance lease seperti aktiva dilaporkan
berdasarkan urutan jatuh likuiditasnya dan kewajiban dilaporkan berdasarkan urutan
jatuh temponya tanpa mengelompokkan dalam unsur lancar dan tidak lancar.
Penanaman neto dalam aktiva yang disewagunausahakan harus dilaporkan dalam
neraca. Laporan laba rugi disajikan sedemikian rupa, jumlah penanaman neto dan
pendapatan sewa guna usaha dalam sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leassee
harus dilaporkan oleh masing-masing pihak secara proporsional . Pengungkapan yang
layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai
kebijaksanaan akuntansi yang digunakan.

(B) Operating Lease

Pelaporan sewa guna usaha untuk operating lease meliputi barang modal yang
disewagunausahakan dilaporkan berdasarkan harga perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutannya. Aktiva yag disewagunausahakan dilaporkan secara
terpisah dari aktiva tetap yang tidak disewagunausahakan. Perhitungan laba-rugi
harus disusun sedemikian rupa. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan
dilaporkan secara terpisah dari penyusutan aktiva yang tidak disewagunausahakan.
Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai