Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN TERKINI KETENTUAN PAJAK ATAS ASET

Disusun oleh:

Pangihutan Sitinjak NPM 51622120056


1.1 Latar Belakang
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009 : 68) aset tetap adalah aset berwujud, yang
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk di
sewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan akan digunakan
lebih dari satu periode. SAK menggunakan istilah aset tetap, sedangkan menurut pasal 11
UU PPh nomor 36 tahun 2008, aset tetap adalah harta berwujud yang dapat disusutkan
dan terletak atau berada di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan
menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak serta mempunyai
lebih dari satu tahun.
Berdasarkan hal tersebut, makalah ini membahas tentang Akuntansi Pajak Atas Perolehan
Asset Tetap, Akuntansi Pajak Atas Penjualan Dan Sewa Asset Tetap, Akuntansi Pajak
Atas Penyusutan Asset Tetap, Akuntansi Pajak Atas Pertukaran Asset Tetap, Akuntansi
Pajak Atas Revaluasi Asset Tetap.
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Perolehan Asset Tetap?
2) Bagaimana Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Penjualan Dan Sewa Asset Tetap?
3) Bagaimana Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Penyusutan Asset Tetap?
4) Bagaimana Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Pertukaran Asset Tetap?
5) Bagaimana Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Revaluasi Asset Tetap?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Perpajakan
2) Mengetahui Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Perolehan Asset Tetap
3) Mengetahui Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Penjualan Dan Sewa Asset Tetap
4) Mengetahui Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Penyusutan Asset Tetap
5) Mengetahui Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Pertukaran Asset Tetap

6) Mengetahui Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Revaluasi Asset Tetap


2.1 Akuntansi Pajak Atas Perolehan Asset Tetap
Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat sejumlah
harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat perolehan atau konstruksi
dan/atau jika dapat diterapkan, jumlah yang dapat diatribusikan ke aset pada saat pertama
kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam SAK -ETAP. Dalam penjelasan
pasal 10 UU PPh Nomor 36 tahun 2008, harga perolehan atau harga penjualan dalam hal
terjadi jual beli harta yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 18 ayat (4) UU PPh Nomor 36 tahun 2008 adalah jumlah yang
sesungguhnya dikeluarkan/diterima.
Sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan/diterima. Adanya hubungan istimewa antara pembeli dan penjual
menyebabkan harga perolehan menjadi lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan
jual beli tersebut tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.

8
2.2 Akuntansi Pajak Atas Penjualan dan Sewa Asset Tetap
2.2.1 Akuntansi Pajak atas Penjualan Aset Tetap
Perlakuan Akuntansi atas Penjualan Aset Tetap dilakukan dalam prosedur penjualan aset
tetap dengan tiga langkah yaitu :
1. Update nilai buku aset tetap yang dijual
2. Hapus aset tetap
3. Ditambah pelaporan laba atau rugi penjualan aktiva tetap
Sedangkan dalam hal Perpajakan, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang
dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang/jasa dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung yang disetor oleh pihak
lain. PPN juga dikenakan atas penjualan aktiva perusahaan.

8
2.2.2 Akuntansi Pajak atas Sewa Aset Tetap
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009 : 83 - 88), klasifikasi Sewa adalah sebagai
berikut :
1. Sewa pembiayaan atau (Finance lease)
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan apabila senyawa tersebut
mengalihkan secara substansial seluruh manfaat dan resiko kepemilikan aset.
2. Sewa operasi (operating lease)\
Suatu suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, apabila dalam sewa tersebut tidak
mengalihkan secara substansial seluruh manfaat dan risiko kepemilikan aset.
3. Transaksi jual dan sewa-balik (sales and leaseback)
Transaksi jual dan sewa-balik harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah
yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa. Selisih antara harga jual buku aset yang
dijual harus diakui sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi atas
keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan secara proporsional dengan
beban penyusutan aset sewaan (apabila termasuk jenis sewa pembiayaan) atau secara
proporsional dengan beban sewa (apabila termasuk jenis sewa operasi).
Dalam KMK-1169/KMK.01/1991 dirumuskan bahwa sewa guna usaha (SGU) adalah
suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara SGU
dengan hak opsi (finance lease) maupun tanpa hak opsi (operating lease) untuk
dipergunakan oleh leassee sebagai jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala. Jenis SGU yang diakui menurut perpajakan hanya ada 2, yaitu :
1. Sewa Guna Usaha Hak Opsi
2. Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi

9
2.3 Akuntansi Pajak Atas Penyusutan Asset Tetap

Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009 ; 71 - 73) metode yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Metode garis lurus, menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset
djika nilai residunya tidak berubah
2. Metode saldo menurun, menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur
manfaat aset
3. Metode jumlah unit produksi, menghasilkan pembebanan berdasarkan pada
penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset.
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 tahun 2008, pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun harus dibebankan sebagai
pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan
mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta tersebut melalui
penyusutan. Penggunaan metode penyusutan harus dilakukan secara taat asas.

9
2.4 Akuntansi Pajak Atas Pertukaran Asset Tetap
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009 : 70), Apabila aset tetap diperoleh melalui
pertukaran dengan aspek non moneter atau kombinasi asas moneter dan nonmoneter
maka biaya perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali
1. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial
2. Nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara
andal, maka biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat yang diserahkan.
Menurut penjelasan pasal 10 UU PPh No 36 tahun 2008, nilai perolehan atau nilai
penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar. Harga yang diperoleh berdasarkan
transaksi tukar menukar dengan harta lain, maka nilai perolehan atau nilai penjualannya
adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
Selisih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta yang dipertukarkan merupakan
keuntungan yang dikenakan pajak.

10
2.5 Akuntansi Pajak Atas Revaluasi Asset Tetap
Revaluasi aset tetap adalah suatu penilaian kembali atas aset tetap yang dimiliki
perusahaan sehingga sesuai dengan harga pasar saat dilakukan revaluasi
tersebut. Dalam akuntansi, revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan.
Namun menurut paragraf 15.15 (2019) penyimpangan dari ketentuan ini dilakukan
berdasarkan ketentuan pemerintah. Dengan adanya wewenang dari pemerintah untuk
mengatur penyimpangan dari konsep biaya perolehan maka dikeluarkanlah peraturan
mengenai penilaian kembali aset tetap melalui PMK-79/PMK.03/2008 tanggal 23 mei
2008 yang menggantikan KMK-86/KMK.03/2002 tanggal 28 November 2002.
Didalam laporan keuangan haruslah dijelaskan mengenai penyimpangan tersebut di
dalam penyajian aset tetap serta pengaruh dari penyimpangannya terhadap gambaran
keuangan entitas. Selisih nilai revaluasi aset tetap diakui dalam ekuitas dengan akun
“Surplus Revaluasi Aset Tetap”. Akun tersebut dalam ekuitas dapat dipindahkan
langsung ke saldo pada aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini meliputi
pemindah “Surplus Revaluasi Aset Tetap” pada saat pergantian aset tersebut. Tetapi,
surplus revaluasi aset tetap dapat dipindahkan sejalan dengan penggunaan aset oleh
entitas.

10
2.6 Peraturan Terbaru Terkait Aset Tetap
Melalui penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72 Tahun 2023 (PMK 72/2023),
pemerintah memperbarui ketentuan mengenai penyusutan dan amortisasi. PMK ini terdiri
dari 8 bab dan 35 pasal dan berlaku mulai pada saat diundangkan (17 Juli 2023). Berikut
ulasan singkat terkait pengaturan pada PMK 72/2023.
• Penyusutan Bangunan dengan Masa Manfaat Lebih dari 20 Tahun
• Biaya Perbaikan
• Penggantian Asuransi
• Amortisasi Harta Tak Berwujud dengan Masa Manfaat Lebih dari 20 Tahun
Amortisasi atas Perangkat Lunak (Software)
• Penyusutan dan Amortisasi di Bidang Usaha Tertentu

Penyusutan Bangunan Permanen dengan Masa Manfaat Lebih dari 20 Tahun Bangunan
dikelompokkan menjadi dua, yakni bangunan permanen dengan masa manfaat 20 tahun,
dan bangunan tidak permanen dengan masa manfaat 10 tahun.

11
Sesuai dengan perubahan UU Pajak Penghasilan melalui UU Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (UU HPP), wajib pajak yang memiliki bangunan dengan masa manfaat lebih
dari 20 tahun dapat memilih penyusutan dengan masa manfaat yang sebenarnya. Sesuai
PMK 72/2023, untuk dapat menyusutkan bangunan permanen sesuai dengan masa
manfaat sebenarnya, wajib pajak perlu melakukan pemberitahuan paling lambat 30 April
2024. Setelah melakukan pemberitahuan, penyusutan menggunakan sisa masa manfaat
yang sebenarnya dimulai untuk tahun pajak 2022.

Penyusutan atas Biaya Perbaikan


Dalam Pasal 7 PMK 72/2023, ditegaskan bahwa biaya perbaikan atas harta berwujud
yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun dibebankan melalui penyusutan. Biaya
tersebut ditambahkan pada nilai sisa buku fiskal harta berwujud. Jika biaya perbaikan
tidak menambah masa manfaat, penyusutan dilakukan sesuai dengan sisa masa manfaat
fiskal harta berwujud. Apabila perbaikan yang dilakukan menambah masa manfaat,
penyusutan dilakukan sesuai sisa masa manfaat ditambah dengan tambahan masa manfaat
karena perbaikan, dan paling lama sesuai masa manfaat kelompok harta berwujud
tersebut.

Penggantian Asuransi
Pasal 8 PMK 72/2023 mengatur tentang penyusutan atas harta yang dialihkan atau ditarik
dan mendapat penggantian asuransi. Disebutkan bahwa nilai sisa buku fiskal harta yang
dialihkan atau ditarik dibebankan sebagai kerugian. Jumlah harga jual dan/atau
penggantian asuransi yang diterima atau diperoleh dibukukan atau diakui sebagai
penghasilan.

Amortisasi Harta Tak Berwujud dengan Masa Manfaat Lebih dari 20 Tahun

Serupa dengan ketentuan bangunan permanen, perubahan UU PPh lewat UU HPP juga
memberikan keleluasaan bagi wajib pajak yang memiliki aset tak berwujud dengan masa
manfaat lebih dari 20 tahun, untuk melakukan amortisasi sesuai dengan masa manfaat
yang sebenarnya. Untuk wajib pajak yang belum melakukan

12
pemberitahuan penggunaan masa manfaat yang sebenarnya, pemberitahuan wajib
dilakukan paling lambat 30 April 2024.

Amortisasi Software/Perangkat Lunak


Pasal 10 dan 11 PMK 72/2023 mengatur mengenai amortisasi untuk pengeluaran
perangkat lunak atau software. Aturan ini mengelompokkan perangkat lunak menjadi
dua, yakni program aplikasi khusus dan program aplikasi umum. Program aplikasi khusus
adalah program yang dirancang khusus untuk keperluan otomatisasi sistem administrasi,
atau pekerjaan dan kegiatan usaha tertentu. Program aplikasi khusus diamortisasi
dilakukan sesuai dengan masa manfaat kelompok 1 yaitu 4 tahun. Program aplikasi
umum yang dimaksud dalam PMK 72/2023 adalah program yang dipergunakan oleh
pengguna umum untuk memproses berbagai pekerjaan dengan komputer. Untuk biaya
pengeluaran aplikasi umum, diakui sebagai pengeluaran atau biaya operasional rutin yang
dibebankan sekaligus pada tahun bersangkutan.

Penyusutan dan Amortisasi untuk Bidang Usaha Tertentu


Penyusutan/amortisasi untuk harta yang dimiliki dalam bidang usaha tertentu sebelumnya
diatur pada PMK Nomor 249 Tahun 2008. Dalam PMK 72/2023, bidang usaha tertentu
terdiri dari bidang usaha kehutanan, bidang usaha perkebunan tanaman keras, dan bidang
usaha peternakan. Jenis harta tanaman/ternak (biological asset) dikelompokkan menjadi
dua yakni: yang baru menghasilkan setelah ditanam/dipelihara lebih dari 1 tahun; dan
yang sudah menghasilkan setelah ditanam/dipelihara kurang dari atau sampai dengan 1
tahun. Untuk tanaman/ternak yang menghasilkan setelah lebih dari 1 tahun, penyusutan
dilakukan selama 4 tahun (bidang usaha kehutanan dan perkebunan tanaman keras), dan 2
tahun (bidang peternakan). Untuk ternak yang telah menghasilkan dalam kurun waktu 1
tahun, dapat dibebankan sekaligus atau sampai dengan 4 tahun.

13
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang saya dapat dari makalah ini adalah :
1. Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat
sejumlah harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat perolehan atau
konstruksi dan/atau jika dapat diterapkan, jumlah yang dapat diatribusikan ke aset pada
saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam SAK - ETAP.
2. Perlakuan Akuntansi atas Penjualan Aset Tetap dilakukan dalam prosedur penjualan
aset tetap dengan update nilai buku aset tetap yang dijual, hapus aset tetap, ditambah
pelaporan laba atau rugi penjualan aktiva tetap.
3. Jenis SGU yang diakui menurut perpajakan, Sewa Guna Usaha Hak Opsi dan Sewa
Guna Usaha Tanpa Hak Opsi.
4. Metode penyusutan yang dapat digunakan adalah Metode garis lurus, Metode saldo
menurun, Metode jumlah unit produksi,
5. Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
6. Revaluasi aset tetap adalah suatu penilaian kembali atas aset tetap yang dimiliki
perusahaan sehingga sesuai dengan harga pasar saat dilakukan revaluasi tersebut.

14

Anda mungkin juga menyukai