Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KAPITA SELEKTA PERPAJAKAN

“PERKEMBANGAN TERKINI KETENTUAN PAJAK ATAS ASET ”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Perpajakan


Dr. Diana Sari, SE., M.Si., Ak., QIA., CA., Asean CPA

Disusun oleh:

Pangihutan Sitinjak NPM 51622120056

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan Makalah ........................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 3

2.1 Akuntansi Pajak Atas Perolehan Asset Tetap............................ 3

2.2 Akuntansi Pajak Atas Penjualan dan Sewa Aset Tetap ............. 3

2.3 Akuntansi Pajak Atas Penyusutan Asset Tetap ......................... 5

2.4 Akuntansi Pajak Atas Pertukaran Asset Tetap .......................... 6

2.5 Akuntansi Pajak Atas Revaluasi Asset Tetap ............................ 6

2.6 Peraturan Terbaru Terkait Aset Tetap ....................................... 7

BAB III PENUTUP ............................................................................ 8

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 8

3.2 Saran .......................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 10

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009 : 68) aset tetap adalah aset

berwujud, yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang

atau jasa, untuk di sewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan

diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. SAK menggunakan istilah aset

tetap, sedangkan menurut pasal 11 UU PPh nomor 36 tahun 2008, aset tetap adalah

harta berwujud yang dapat disusutkan dan terletak atau berada di Indonesia,

dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan menagih dan memelihara

penghasilan yang merupakan objek pajak serta mempunyai lebih dari satu tahun.

Berdasarkan hal tersebut, makalah ini membahas tentang Akuntansi Pajak

Atas Perolehan Asset Tetap, Akuntansi Pajak Atas Penjualan Dan Sewa Asset

Tetap, Akuntansi Pajak Atas Penyusutan Asset Tetap, Akuntansi Pajak Atas

Pertukaran Asset Tetap, Akuntansi Pajak Atas Revaluasi Asset Tetap.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Perolehan Asset Tetap?

2) Bagaimana Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Penjualan Dan Sewa Asset

Tetap?

3) Bagaimana Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Penyusutan Asset Tetap?

1
2

4) Bagaimana Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Pertukaran Asset Tetap?

5) Bagaimana Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Revaluasi Asset Tetap?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Perpajakan

2) Mengetahui Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Perolehan Asset Tetap

3) Mengetahui Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Penjualan Dan Sewa Asset

Tetap

4) Mengetahui Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Penyusutan Asset Tetap

5) Mengetahui Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Pertukaran Asset Tetap

6) Mengetahui Perlakuan Akuntansi Pajak Atas Revaluasi Asset Tetap


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Akuntansi Pajak Atas Perolehan Asset Tetap

Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat

sejumlah harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat perolehan

atau konstruksi dan/atau jika dapat diterapkan, jumlah yang dapat diatribusikan ke

aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam SAK -

ETAP. Dalam penjelasan pasal 10 UU PPh Nomor 36 tahun 2008, harga perolehan

atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak dipengaruhi

hubungan istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 ayat (4) UU PPh

Nomor 36 tahun 2008 adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan/diterima.

Sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah jumlah yang

seharusnya dikeluarkan/diterima. Adanya hubungan istimewa antara pembeli dan

penjual menyebabkan harga perolehan menjadi lebih besar atau lebih kecil

dibandingkan dengan jual beli tersebut tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.

2.2 Akuntansi Pajak Atas Penjualan dan Sewa Asset Tetap

2.2.1 Akuntansi Pajak atas Penjualan Aset Tetap

Perlakuan Akuntansi atas Penjualan Aset Tetap dilakukan dalam prosedur

penjualan aset tetap dengan tiga langkah yaitu :

1. Update nilai buku aset tetap yang dijual

2. Hapus aset tetap

3. Ditambah pelaporan laba atau rugi penjualan aktiva tetap

3
4

Sedangkan dalam hal Perpajakan, Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

merupakan pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang/jasa

dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak

langsung yang disetor oleh pihak lain. PPN juga dikenakan atas penjualan

aktiva perusahaan.

2.2.2 Akuntansi Pajak atas Sewa Aset Tetap

Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009 : 83 - 88), klasifikasi

Sewa adalah sebagai berikut :

1. Sewa pembiayaan atau (Finance lease)

Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan apabila senyawa

tersebut mengalihkan secara substansial seluruh manfaat dan resiko

kepemilikan aset.

2. Sewa operasi (operating lease)\

Suatu suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, apabila dalam

sewa tersebut tidak mengalihkan secara substansial seluruh manfaat dan

risiko kepemilikan aset.

3. Transaksi jual dan sewa-balik (sales and leaseback)

Transaksi jual dan sewa-balik harus diperlakukan sebagai dua transaksi

yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa. Selisih antara

harga jual buku aset yang dijual harus diakui sebagai keuntungan atau

kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi atas keuntungan atau kerugian

yang ditangguhkan harus dilakukan secara proporsional dengan beban


5

penyusutan aset sewaan (apabila termasuk jenis sewa pembiayaan) atau

secara proporsional dengan beban sewa (apabila termasuk jenis sewa

operasi).

Dalam KMK-1169/KMK.01/1991 dirumuskan bahwa sewa guna usaha

(SGU) adalah suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal,

baik secara SGU dengan hak opsi (finance lease) maupun tanpa hak opsi (operating

lease) untuk dipergunakan oleh leassee sebagai jangka waktu tertentu berdasarkan

pembayaran secara berkala. Jenis SGU yang diakui menurut perpajakan hanya ada

2, yaitu :

1. Sewa Guna Usaha Hak Opsi

2. Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi

2.3 Akuntansi Pajak Atas Penyusutan Asset Tetap

Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009 ; 71 - 73) metode yang dapat

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Metode garis lurus, menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur

manfaat aset djika nilai residunya tidak berubah

2. Metode saldo menurun, menghasilkan pembebanan yang menurun selama

umur manfaat aset

3. Metode jumlah unit produksi, menghasilkan pembebanan berdasarkan pada

penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset.

Berdasarkan UU PPh Nomor 36 tahun 2008, pengeluaran untuk

memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun

harus dibebankan sebagai pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan


6

memelihara penghasilan dengan mengalokasikan pengeluaran tersebut selama

masa manfaat harta tersebut melalui penyusutan. Penggunaan metode penyusutan

harus dilakukan secara taat asas.

2.4 Akuntansi Pajak Atas Pertukaran Asset Tetap

Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009 : 70), Apabila aset tetap

diperoleh melalui pertukaran dengan aspek non moneter atau kombinasi asas

moneter dan nonmoneter maka biaya perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali

1. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial

2. Nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur

secara andal, maka biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat yang

diserahkan.

Menurut penjelasan pasal 10 UU PPh No 36 tahun 2008, nilai perolehan

atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah jumlah yang

seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar. Harga yang

diperoleh berdasarkan transaksi tukar menukar dengan harta lain, maka nilai

perolehan atau nilai penjualannya adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau

diterima berdasarkan harga pasar. Selisih antara harga pasar dengan nilai sisa buku

harta yang dipertukarkan merupakan keuntungan yang dikenakan pajak.

2.5 Akuntansi Pajak Atas Revaluasi Asset Tetap

Revaluasi aset tetap adalah suatu penilaian kembali atas aset tetap yang

dimiliki perusahaan sehingga sesuai dengan harga pasar saat dilakukan revaluasi

tersebut. Dalam akuntansi, revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan.

Namun menurut paragraf 15.15 (2019) penyimpangan dari ketentuan ini dilakukan
7

berdasarkan ketentuan pemerintah. Dengan adanya wewenang dari pemerintah

untuk mengatur penyimpangan dari konsep biaya perolehan maka dikeluarkanlah

peraturan mengenai penilaian kembali aset tetap melalui PMK-79/PMK.03/2008

tanggal 23 mei 2008 yang menggantikan KMK-86/KMK.03/2002 tanggal 28

November 2002.

Didalam laporan keuangan haruslah dijelaskan mengenai penyimpangan

tersebut di dalam penyajian aset tetap serta pengaruh dari penyimpangannya

terhadap gambaran keuangan entitas. Selisih nilai revaluasi aset tetap diakui dalam

ekuitas dengan akun “Surplus Revaluasi Aset Tetap”. Akun tersebut dalam ekuitas

dapat dipindahkan langsung ke saldo pada aset tersebut dihentikan pengakuannya.

Hal ini meliputi pemindah “Surplus Revaluasi Aset Tetap” pada saat pergantian

aset tersebut. Tetapi, surplus revaluasi aset tetap dapat dipindahkan sejalan dengan

penggunaan aset oleh entitas.

2.6 Peraturan Terbaru Terkait Aset Tetap

Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 72

Tahun 2023 tentang Penyusutan Harta Berwujud dan/atau Amortisasi Harta Tak

Berwujud untuk keperluan perpajakan. Regulasi ini merupakan aturan pelaksana

dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan

Perpajakan (UU HPP). Peraturan tersebut terbit untuk memberikan kepastian

hukum sesuai UU HPP dan melakukan simplifikasi peraturan perundang-undangan

terkait penyusutan dan amortisasi yang sebelumnya tersebar di beberapa peraturan.

Oleh karenanya, penerbitan PMK ini sekaligus mencabut PMK-96/PMK.03/2009,


8

PMK-248/PMK.03/2008, dan PMK-249/PMK03/2008 sebagaimana telah diubah

dengan PMK-126/PMK.011/2012.

Beberapa pokok aturan PMK Nomor 72 Tahun 2023 adalah sebagai berikut:

1. Penyusutan, dilakukan atas harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih

dari satu tahun, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, atau

memelihara (3M) penghasilan dengan metode garis lurus ataupun saldo menurun

(khusus selain bangunan).

Masa manfaat harta berwujud tetap sama dengan pengaturan sebelumnya, yakni

kelompok 1 selama 4 tahun, kelompok 2 selama 8 tahun, kelompok 3 selama 16

tahun, dan kelompok 4 selama 20 tahun. Sementara untuk bangunan, yaitu

bangunan permanen selama 20 tahun dan tidak permanen selama 10 tahun.

Pengaturan baru terdapat pada masa manfaat harta berupa bangunan permanen.

Melalui Pasal 6 PMK baru ini, Wajib Pajak kini dapat memilih melakukan

penyusutan bangunan permanen selama 20 tahun atau sesuai masa manfaat

sebenarnya berdasarkan pembukuan. Pada masa transisi ini, mulai tahun pajak

2022, Wajib Pajak dapat menggunakan masa manfaat sesuai pembukuannya

dengan menyampaikan pemberitahuan paling lambat 30 April 2024. Pemberitahuan

tersebut disampaikan untuk bangunan permanen yang dimiliki dan digunakan

sebelum tahun pajak 2022.

Selain itu, pemerintah juga memberikan kepastian hukum terkait biaya perbaikan.

Pasal 7 PMK Nomor 72 Tahun 2023 menegaskan bahwa biaya perbaikan harta

berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun dikapitalisasi pada nilai

sisa buku fiskal harta berwujud dan dibebankan melalui penyusutan.


9

Kemudian, ada pula pengaturan terkait penggantian asuransi. Apabila terjadi

pengalihan atau penarikan harta yang mendapatkan penggantian asuransi, jumlah

nilai sisa buku fiskal harta yang dialihkan atau ditarik dibebankan sebagai kerugian

dan jumlah harga jual atau penggantian asuransi dibukukan atau diakui sebagai

penghasilan pada tahun terjadinya penarikan tersebut.

Meski begitu, Wajib Pajak dapat menunda pengakuan kerugian tersebut dengan

mengajukan permohonan persetujuan kepada dirjen pajak.

2. Amortisasi, dilakukan atas harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat

lebih dari 1 tahun yang dimiliki atau digunakan untuk 3M. Amortisasi dimulai pada

bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk bidang usaha tertentu.

Masa manfaat untuk amortisasi tetap sama yakni kelompok 1 selama 4 tahun,

kelompok 2 selama 8 tahun, kelompok 3 selama 16 tahun, dan kelompok 4 selama

20 tahun. Pengaturan baru terdapat pada harta tak berwujud dengan masa manfaat

lebih dari 20 tahun.

Pasal 9 Ayat (4) PMK Nomor 72 Tahun 2023 mengatur bahwa apabila harta tak

berwujud mempunyai masa manfaat lebih dari 20 tahun, Wajib Pajak sekarang

dapat memilih menggunakan masa manfaat 20 tahun atau masa manfaat sebenarnya

berdasarkan pembukuan. Sama seperti harta berwujud berupa bangunan permanen,

untuk tahun pajak 2022 Wajib Pajak dapat memilih menggunakan masa manfaat

sesuai pembukuannya dengan menyampaikan pemberitahuan paling lambat 30

April 2024. Sementara, bidang usaha tertentu dalam PMK Nomor 72 Tahun 2023

meliputi kehutanan, perkebunan, dan peternakan yang dapat berproduksi berkali-

kali. Tanaman kehutanan (bidang kehutanan) disusutkan selama 20 tahun,


10

kemudian tanaman keras termasuk tanaman rempah dan penyegar (bidang

perkebunan) disusutkan selama 20 tahun.

Sedangkan ternak, termasuk ternak pejantan (bidang peternakan) disusutkan selama

8 tahun untuk ternak yang menghasilkan setelah dipelihara lebih dari 1 tahun dan

disusutkan sampai dengan empat tahun untuk ternak yang menghasilkan setelah

dipelihara kurang dari atau sama dengan satu tahun. Pengelompokan ternak yang

menghasilkan setelah dipelihara kurang dari atau sama dengan satu tahun

merupakan pengaturan baru. Hal tersebut untuk memberikan kemudahan dan

kepastian penghitungan penyusutan bagi pelaku usaha ternak.

Perbedaan lainnya selain masa manfaat untuk kelompok ternak tersebut, yaitu saat

mulainya penyusutan. Untuk harta berwujud di bidang usaha tertentu secara umum

disusutkan mulai bulan produksi komersial yang merupakan bulan mulai

dilakukannya penjualan kecuali untuk kelompok ternak yang menghasilkan setelah

dipelihara kurang dari atau sama dengan satu tahun disusutkan mulai tahun

dilakukannya pengeluarannya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang saya dapat dari makalah ini adalah :

1. Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat

sejumlah harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat

perolehan atau konstruksi dan/atau jika dapat diterapkan, jumlah yang dapat

diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan

persyaratan tertentu dalam SAK - ETAP.

2. Perlakuan Akuntansi atas Penjualan Aset Tetap dilakukan dalam prosedur

penjualan aset tetap dengan update nilai buku aset tetap yang dijual, hapus

aset tetap, ditambah pelaporan laba atau rugi penjualan aktiva tetap.

3. Jenis SGU yang diakui menurut perpajakan, Sewa Guna Usaha Hak Opsi

dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi.

4. Metode penyusutan yang dapat digunakan adalah Metode garis lurus,

Metode saldo menurun, Metode jumlah unit produksi,

5. Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta

adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga

pasar.

6. Revaluasi aset tetap adalah suatu penilaian kembali atas aset tetap yang

dimiliki perusahaan sehingga sesuai dengan harga pasar saat dilakukan

revaluasi tersebut.

8
3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi

pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Apabila terdapat kesalahan mohon dapat memakluminya karena saya masih dalam

tahap pembelajaran. Atas saran dan kritik yang bersifat membangun, saya ucapkan

terimakasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan Estralia. 2013. Akuntansi Perpajakan Edisi 3. Jakarta :

Salemba Empat.

Rincian Pokok PMK 72/2023 Soal Penyusutan dan Amortisasi Pajak -

PAJAK.COM

10

Anda mungkin juga menyukai