dan Likuidasi
Kelompok 2
Nova Melasari 143229005
Herdi Ramadhan Akbar 143229006
Sedewi Dwianawati 143229009
Fidya Nirma S 143229010
Nur Zuhriyatul Jannah 143229011
1. Akuisisi Aset vs Persediaan
2. Merger
3. Spin-off
4. Bentuk Lain dari Akuisisi
Akuisisi
Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha yang dimana salah satu perusahaan
menjadi pengakuisisi yaitu memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi suatu
perusahaan yang diakuisisi dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu
kewajiban, ataupun mengeluarkan sahamnya. (PSAK No.2 paragraf 08)
● PPN
Dalam UU No.42 tahun 2009 pasal 1a ayat 2d yaitu Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang
melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak, maka kegiatan yang
berhubungan dengan peleburan, pemekaran, dan pengambilalihan usaha bukan merupakan objek PPN.
Dalam UU No.20 tahun 2000 pasal 5, bahwa pihak yang menerima Pengalihan hak atas tanah dan
bangungan akan terutang BPHTB dengan tarif sebesar 5% dari nilai perolehan objek pajak kena pajak.
Akuisisi Aset Tetap
● Masa Manfaat Aset tetap (UU PPh No. 36/2018 ps 11 ayat 6)
“Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.”
Dalam hal Wajib Pajak yang melakukan penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan usaha
dengan menggunakan metode harga pasar wajar, maka dapat menimbulkan selisih harga di atas
harga nilai buku, yang dianggap sebagai keuntungan yang sering disebut dengan goodwill, yang
merupakan Objek PPh berdasarkan pasal 4 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008.
Akuisisi Aset Tetap (Prosedur Pencatatan)
Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan nilai lain selain harga pasar atas transaksi yang dilakukan oleh
Wajib Pajak dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha,
yaitu atas dasar nilai sisa buku (pooling of interest) yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
43/PMK.03/2008 tentang Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan Harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan,
atau Pemekaran Usaha.
Syarat Penggunaan Nilai Buku Wajib Pajak yang dapat menggunakan nilai buku atas pengalihan harta berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2008 adalah:
1. Wajib Pajak yang melakukan pengalihan harta dalam rangka merger, yang meliputi penggabungan usaha atau
peleburan usaha;
2. Wajib Pajak yang melakukan pengalihan harta dalam rangka pemekaran usaha, yaitu:
● Wajib Pajak yang belum Go Public yang akan melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering); atau
● Wajib Pajak yang telah Go Public sepanjang seluruh badan usaha hasil pemekaran melakukan penawaran umum
perdana (Initial Public Offering).
MERGER
Berdasarkan UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 126 ayat(1)
menyatakan bahwa penggabungan usaha tidak bisa dilaksnakan apabila merugikan
kepentingan pihak-pihak tertentu, yaitu:
● Kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan
Konglomerat
Keuntungan Merger
➔ Memperoleh sistem operasional dan administrative yang mapan
➔ Mengurangi resiko kegagalan bisnis
➔ Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru
➔ Memperoleh infrastruktur guna mencapai pertumbuhan lebih
cepat
➔ Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar
sudah jelas
➔ Memperoleh kemudahan dana/pembiayaan
➔ Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman
➔ Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis
dari awal
Hubungan Perpajakan dengan Merger
1. Harta telah dialihkan pada tanggal efektif penggabungan usaha → PMK No.
52/PMK.010/2017 Pasal 1 ayat (3).
2. Pengalihan aktiva berupa tanah dan bangunan yang terjadi pada saat proses
merger merupakan objek PPh final sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang PPh Pasal 4 ayat (2) huruf d.
3. Atas keuntungan modal yang diterima perusahaan dalam rangka merger merupakan
tambahan kemampuan perusahaan yang akan dikenakan tarif pasal 17 UU PPh
sebesar 22% (Pasal 2 huruf a PP Nomor 30 Tahun 2020).
SPIN OFF
Pemisahan usaha yang dilakukan oleh Perusahaan induk guna membuat atau
mendapatkan anak perusahaan baru. Pemisahan ini akan berdampak pada aktiva
dan pasiva perusahaan yang beralih secara hukum.
Tujuan Spin off
1 Restrukturisasi Perusahaan
2 Mengembangkan sayap dengan berbagai target
3 Melepas unit bisnis
Peraturan terkait SPIN OFF perusahaan
2. Akuisisi Saham
Merupakan salah satu prosedur akuisisi perusahaan yang didapatkan dengan membeli
saham atau menggantinya dengan sekuritas lain.
3. Akuisisi Aset
merupakan salah satu prosedur akuisisi perusahaan yang dilakukan dengan membeli
aset atau aktiva dari perusahaan sasaran.
Akuisisi Perusahaan Berdasarkan Keterkaitan Jenis Usaha
1. Akuisisi Horizontal
yaitu akuisisi yang dilakukan pada jenis produk sama.
Contoh akuisisi horizontal misalnya akuisisi antar perusahaan smartphone, kartu provider seluler,
dan sebagainya.
2. Akuisisi Vertikal
yaitu proses pengambilalihan perusahaan supplier bahan atau bisnis-bisnis komplementer produk.
Contoh akuisisi vertikal misalnya perusahaan mi instan yang mengakuisisi pabrik tepung,
perusahaan mobil mengakuisisi pabrik onderdil, dan sebagainya.
3. Akuisisi Konglomerat
Akuisisi konglomerat adalah proses pengambilalihan bisnis oleh bisnis lainnya, baik secara vertikal
maupun horizontal. Skala jenis akuisisi satu ini biasanya jauh lebih besar dan dilakukan
perusahaan negara.
Contoh akuisisi konglomerat misalnya akuisisi tambang milik PMA oleh Pertamina, akuisisi
beberapa supplier obat sekaligus oleh Kalbe Farma, dan sebagainya.
I
IK
AS 01 SI
NE
F
SI RG
V ER I
DI
05 02
MOTIVASI
AKUISISI
P
PEN
PEN
E NDAP TAN
I NG
G HE
PAJ
ATA
KA
MAT
AK
N
AN
04 03
PENURUNAN BIAYA
Metode
Metode penyatuan
pembelian kepentingan
(by purchase) (by pooling of
interest)
Terima Kasih