Anda di halaman 1dari 66

AKUNTANSI

AKTIVA TETAP BERWUJUD

OLEH :
EVAN FIRDAUS
PENGERTIAN AKTIVA TETAP
 Aktiva tetap berwujud merupakan aktiva yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun lebih dahulu, untuk digunakan dalam operasi
perusahaan dan tidak untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan serta memiliki masa
manfaat lebih dari satu tahun (PSAK 16 Thn 2004).
 Aktiva berwujud yang mempunyai umur relatif
permanen (bermanfaat lama) yang dimiliki dan
digunakan sehari-hari serta tidak untuk dijual kembali
(bukan barang dagangan) serta nilainya relatif tetap.
(S. Munawir, 2002).

Menurut jenisnya ada dua :


1. Aktiva tetap yang tidak susut nilainya karena pemakaian dalam
usaha, contoh tanah.
2. Aktiva tetap yang nilainya secara berangsur-angsur susut karena
pemakaian dalam operasi, contoh gedung, mesin, kendaraan dll.
AKTIVA TETAP BIASANYA DIGOLONGKAN
1. Tanah (land), bidang tanah yang diatasnya
digunakan untuk operasi.
2. Perbaikan tanah (Land Improvement), yaitu
pembangunan prasarana diatas tanah seperti
jalan, pagar, taman, tempat parkir dsb.
3. Gedung (building), bangunan untuk toko, kantor,
pabrik, gudang dan lainnya.
4. Peralatan (equipment) seperti peralatan kantor,
peralatan pabrik, mesin-mesin, mebelair,
kendaraan.
(S. Munawir, 2002).
KARAKTERISTIK
AKTIVA TETAP BERWUJUD

1. Dipergunakan untuk operasional


perusahaan dan tidak untuk dijual.
2. Memiliki masa manfaat lebih dari
satu periode akuntansi atau satu
siklus operasi normal, tergantung
mana yang lebih panjang.
3. Memiliki bentuk fisik.
4. Nilainya Tetap (Material).
PEROLEHAN
 Ativa Tetap Berwujud akan dicatat sebesar nilai
perolehannya (historical cost), maksudnya meliputi
semua biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung untuk membuat aktiva tersebut berada
dalam kondisi siap digunakan.
 Aktiva Tetap berbentuk tanah, adapun biaya
perolehan tanah baik yang diperoleh dalam kondisi
siap pakai atau diperoleh untuk disempurnakan
sampai siap pakai meliputi (PSAK 47, IAI 2004) :
1. Harga transaksi pembelian tanah termasuk tanaman, prasarana,
bangunan diatasnya yang harus dibeli kemudian dimusnahkan.
2. Biaya kontruksi atau pembuatan tanah, bila lahan untuk diciptakan.
3. Biaya ganti rugi penghuni, biaya relokasi.
4. Biaya pembelian tanah lain sebagai peganti.
5. Biaya komisi perantara jual beli tanah.
6. Biaya pinjaman terkapitalisasi kedalam tanah
7. Biaya pematangan tanah.
Ada beberapa contoh biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung selain nilai beli
aktiva tersebut adalah biaya persiapan tempat,
biaya pengiriman, biaya simpan dan bongkar
muat, bea impor, PPN masukan yang tak boleh
direstitudikan, biaya pemasangan, dan biaya
profesional.
Contoh kasus :
Sebuah perusahaan mendatangkan mesin bubut dari
Jepang dengan harga Rp 800 jt, bea import dan PPN
masukan (tdk direstitusikan) Rp 90 jt, biaya pengiriman Rp
100 jt, biaya simpan dan bongkar muat di pelabuhan
Tanjung Priok Rp 30 jt. Dalam perjalanan terjadi
kecelakaan hingga dikenai denda Rp 5 jt.
Berapa nilai perolehan mesin bubut tersebut ?
Perolehan suatu aktiva tetap, kebutuhan untuk mengidentifikasikan
sebagai suatu pos tersendiri dapat dilakukan jika :

1. bagian dari aktiva 1. Pembelian secara


tersebut dapat diketahui tunggal. Akuntansi
dengan pasti biaya pembelian secara
perolehannya masing- tunggal bersifat
sederhana seperti yang
masing. dinyatakan dalam
bagian peroleh diatas.
2. Memiliki masa manfaat 2. Pembelian secara
yang berbeda atau gabungan (Lump Sum)
menyediakan manfaat maksudnya membeli
bagi perusahaan beberapa aktiva tetap
dengan pola berbeda. berwujud dengan satu
nilai.
Contoh kasus:
PT. Berkah membeli sebuah gedung pabrik beserta isinya (mesin dan
peralatan) senilai Rp 1 miliar. Berdasarkan data perkiraan harga pasar
yang wajar untuk masing-masing aktiva dan berikan jurnalnya :

NILAI NILAI PASAR NILAI


AKTIVA ALOKASI PEROLEHAN
BUKU (Rp) WAJAR (Rp)

Gedung Pabrik 300.000.000 700.000.000

Mesin 200.000.000 300.000.000

Peralatan 100.000.000 200.000.000

Total 600.000.000 1.200.000.000


Aktiva Tetap berbentuk tanah, adapun biaya perolehan tanah baik
yang diperoleh dalam kondisi siap pakai atau diperoleh untuk
disempurnakan sampai siap pakai meliputi (PSAK 47, IAI 2004) :

Harga perolehan (cost) tanah : Contoh :


 Harga beli tanah Dibeli sebidang tanah dengan
 Biaya balik nama harga Rp 15.000.000,
Biaya balik nama Rp 1.500.000.
 Biaya pengukuran
Biaya pengukuran Rp 100.000.
 Biaya sertifikat tanah
Biaya komisi Rp 500.000.
 Biaya akta notaris. Biaya lain-lain Rp 400.000.
 Biaya makelar. Buatlah Jurnal ?
 Perataan tanah.
 Biaya-biaya lain sampai tanah Jawab
itu siap digunakan Tanah Rp 17.500.000
Kas Rp 17.500.000
Nilai aktiva tetap semakin
lama semakin turun ini
disebabkan :

1. Lusuh / Aus.
2. Kemampuan berproduksi turun.
3. Ketinggalan teknologi.
Syarat aktiva tetap berwujud untuk dapat
didepresiasikan :

1 Aktiva tetap berwujud.


2 Tahan lama.

3 Aktiva tersebut digunakan dalam


kegiatan atau operasi sehari-hari, dan
yang tidak digunakan tidak disusutkan.
4 Aktiva tersebut tidak untuk dijual.
TIGA HAL POKOK DALAM MENGHITUNG
BESARNYA PENYUSUTAN

1. Harga perolehan, Biaya yang keseluruhan


yang dikeluarkan sampai aktiva tsb dapat
digunakan.
2. Umur Aktiva Tetap.
Umur ini terdiri dari umur teknis dan
ekonomis.
3. Nilai sisa / nilai residu.
Nilai suatu aktiva menurut harga pasar
setelah umut ekonomis berakhir.
METODE PENYUSUTAN
1. Metode garis lurus (straight line
method)
2. Metode saldo menurun (declining
balance method)
3. Metode jumlah angka-angka
tahun (sum of years digit method).
4. Metode satuan hasil (unit
production method)
Metode garis lurus
(straight line method)

 Penyusutan dilakukan secara merata sepanjang


umur aktiva tetap bersangkutan
Harga perolehan – Nilai residu
Taksiran umur ekonomis

Contoh :
Pada tgl 5 Jan 2000 dibeli sebuah gedung dengan harga perolehan
sebesar Rp 105.000.000 taksiran umur 20 tahun dengan nilai risidu
Rp 5.000.000,00.
Diminta :
1. Hitung besarnya penyusutan tahunan.
2. Susun skedul penyusutan dengan format sederhana.
a. Penyusutan tahunan :
Rp 105.000.000 – Rp 5.000.000 / 20 thn = Rp 5.000.000/thn.

Skedul Penyusutan

Tahun Nilai Beban Akum Nilai Residu


Sekarang Penyusutan Penyusutan
2000 105.000.000,00 5.000.000,00 5.000.000,00 100.000.000,00
2001 100.000.000,00 5.000.000,00 10.000.000,00 95.000.000,00
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
-
2019
Contoh 2.
Pada tgl 1 April 2005 dibeli mesin seharga
Rp3.750.000,00. Taksiran umur mesin 5 tahun
dengan nilai residu Rp 250.000,00
diminta :
1. Hitunglah Penyusutan tahunan atas mesin.
2. Hiitunglah beban mesin untuk tahun 2005
3. Buat skedul Penyusutan yang terdiri dari Nilai
sekarang, Beban penyusutan, akumulasi
penyusutan dan nilai buku.
Metode saldo menurun
(declining balance method)
 Metode memperhitungkan biaya depresiasi dari tahun
ketahun secara menurun.
 Justifikasi penggunaan metode ini adalah manfaat yang
diberikan oleh aktiva bernilai besar pada awal periode
dan semakin mengecil periode berikutnya.
 Formulasi
100% / taksiran umur ekonomis x 2 = ……..% dari buku
Contoh :
Pada tahun 2005 dibeli mesin seharga Rp 5.000.000,00
taksiran umur mesin 5 tahun, tanpa nilai residu
Diminta :
a. Hitung besarnya tarif Penyusutan.
b. Hitung beban penyusutan tiap tahun.
c. Buatlah skedul
Metode jumlah angka-angka tahun
(sum of years digit method).
Metode ini memperhitungkan tarif depresiasinya
didasarkan pada suatu pecahan, dimana pembilangnya
adalah sisa umur harta tetap dan penyebutnya jumlah
angka tahun dari umur harta tetap.
Misal umur aktiva 4 tahun, maka tarif penyusutan :
maka jumlah angka tahun 1+2+3+4 = 10

Tahun Sisa Umur Tarif Penyusutan


1 4 4 / 10 x (HP – NR)
2 3 3 / 10 x (HP – NR)
3 2 2 / 10 x (HP – NR)
4 1 1 / 10 x (HP – NR)
10
Contoh Kasus :
Pada bulan Januari 2005 dibeli sebuah mesin
dengan harga perolehan Rp 4.500.000,00.
Taksiran umur mesin 4 tahun dengan nilai residu
Rp 500.000,00. Metode jumlah angka tahun yang
digunakan, ditanya :
1. Hitunglah tarif Penyusutan tahunan.
2. Hitunglah besar penyusutan tiap tahun dari masing-
masing mulai dari tahun pertama sampai ke empat.
3. Buatlah suatu daftar yang memperlihatkan nilai
sekarang, penyusutan, beban penyusutan,
akumulasi penyusutan,dan nilai buku.
Metode satuan hasil
(unit production method)
 Besarnya beban penyusutan ini
didasarkan atas kapasitas /
kemampuan produksi aktiva.
 Satuan prestasi (produksi) dapat
berupa km / jam, unit, kg, ton dan
satuan lainnya.
 Rumus
HP – Nilai residu / kapasitas Produksi
Contoh Kasus :
Pada tahun 2005 dibeli sebuah mesin seharga
Rp4.500.000 Taksiran kapasitas produksi dari
mesin tersebut adalah 10.000 unit dengan nilai
residu Rp500.000,00

Rincian Produksi :
2005 sebanyak 1.800 unit ; 2006 sebanyak 2.200 unit ;
2007 sebanyak 2.500 unit ; 2008 sebanyak 2.600 unit ;
2009 sebanyak 900 unit.

Diminta :
A. Hitung beban penyusutan perunit produk.
B. Hiitung beban penyusutan untuk masing-masing tahun.
C. buat skedul.
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai
metode yang dapat dikelompokkan menurut
kriteria (PSAK 17, IAI 2004) sebagai berikut:
Untuk semua metode diatas, jurnal yang
dicatat perusahaan untuk mengakui adanya
penyusutan sama walaupun nilainya berbeda,
yaitu :

D : Beban depresiasi Rp xxx


K : Akumulasi Depresiasi Rp xxx
PERUBAHAN METODE
PENYUSUTAN
 Metode penyusutan aktiva tetap dapat diubah
jika terjadi perubahan yang signifikan dalam pola
pemanfaatan ekonomi yang diharapkan dari
aktiva tersebut (PSAK 16, IAI 2004).
 Perubahan metode termasuk dalam perubahan
kebijak akuntansi, perubahan ini sesuai dengan
PSAK 25 / 2004 terdapat dua macam perlakuan
akuntansi yaitu diterapkan secara restospektif
dan secara prosfektif.
RESTOSPEKTIF
 Penerapan restospektif berarti bahwa metode
penyusutan yang baru tersebut diterapkan seolah-olah
metode tersebut telah digunakan pada awal mulainya
penyusutan aktiva tetap.
 Pengaruh kumulatif perubahan metode penyusutan
tersebut dilaporkan sebagai penyusuaian saldo laba
awal periode.
 Jika laporan keuangan yang disajikan meliputi periode
saat terjadi perubahan dan periode-periode sebelumnya
sebagai komparasi, maka pengaruh kumulatif perubahan
metode tersebut disesuaikan pada saldo laba awal
periode dari periode yang paling awal disajikan.
Contoh kasus :
Pembelian mesin tahun 2005 dengan
biaya perolehan Rp 500.000.000.
Estimasi masa manfaat selama 5 tahun,
Nilai sisa sebesar Rp 50.000.000,00.
Perusahaan menggunakan metode
jumlah angka tahun, pada tahun ketiga
dirubah kebijakan penyusutan aktiva
tetap mesin menjadi metode garis lurus.
Ditanya :
Buatkan Perhitungan Perubahan
Penyusutan secara Restospektif dan
berikan jurnal.
Tahun Met Angka Tahun Met. Garis Lurus Selisih

2005

2006

Peng.
Kumul
atif

2007

2008

2009
Jurnal
 Pada tahun 2007 saat diputuskannya perubahan metode
penyusutan ini, jurnal untuk mencatat pengaruh
kumulatif perubahan metode adalah :
D : Akumulasi Dep. Mesin Rp………….
K: Saldo Laba Rp ……….

 Penyusutan dalam tahun 2007 ini sudah menggunakan


metode garis lurus dengan jurnal adalah :
D : Beban Dep. Mesin Rp………………
K: Akum.Dep. Mesin Rp ……………
Prospektif

 Pengaruh kumulatif perubahan


perubahan metodenya tidak perlu
dihitung dan disesuaikan kesaldo
awal saldo laba.
 Dengan contoh kasus yang sama,
diminta dengan perubahan metode
penyusutan dengan prospektif dan
diminta pula jurnal.
Tahun Met Angka Tahun Met. Garis Lurus Selisih

2005

2006

Peng.
Kumulatif

2007

2008

2009
Pada tahun 2007 saat diputuskan
perubahan metode penyusutan ini, beban
penyusutan mesin dihitung secara
langsung menggunakan metode garis
lurus tanpa perlu pengakuan dan
pencatatan atas pengaruh kumulati
perubahan metode.

Jurnal :
D : Beban Dep. Mesin Rp …………..
K: Akum.Dep. Mesin Rp ……………
Pengungkapan Informasi
Sesuai PSAK 16 / 2004, Laporan Keuangan harus
mengungkapkan informasi yang berkaitan
dengan setiap jenis aktiva tetap berwujud sbb :
a. Dasar Penilaian yang digunakan untuk
menentukan nilai perolehan aktiva.
b. Metode Penyusutan yang digunakan.
c. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang
digunakan.
d. Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan pada
awal dan akhir periode.
e. Rekonsiliasi nilai pada awal dan akhir periode yang
memperlihatkan :

 Penambahan.
 Pelepasan.
 Akuisisi melalui penggabungan usaha.
 Revaluasi yang dilakukan berdasarkan ketentuan
pemerintah.
 Penurunan nilai.
 Penyusutan.
 Perbedaan kurs bersih yang timbul dari penjabaran laporan
keuangan suatu entitas asing dan,
 Pengklasifikasian kembali.
f. Adanya batasan atas hak milik dan
penggunaan aktiva sebagai jaminan
utang.
g. Kebijakan akuntansi untuk pengeluaran
setelah perolehan uang berkaitan dengan
aktiva tetap berwujud.
H. Jumlah pengeluaran untuk aktiva tetap
berwujud dalam proses kontruksi.
i. Jumlah komitmen untuk akuisisi aktiva
tetap berwujud.
j. Jika aktiva tetap berwujud dicatat pada jumlah
yang dinilai kembali akibat proses kuasi
reorganisasi atau sesuai peraturan pemerintah,
maka harus diungkapkan :
 Dasar yang digunakan untuk menilai kembali aktiva.
 Tanggal efektif penilaian kembali.
 Nama penilai independen (jika ada).
 Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk
menentukan biaya pengganti.
 Nilai buku setiap jenis aktiva.
 Kenaikan akibat penilaian kembali.
PENGHETIAN AKTIVA TETAP
• Aktiva Tetap yang tidak digunakan
lagi dalam perusahaan dapat
dihentikan (disingkirkan) dengan
cara :
a. Dibuang
b. Dijual.
c. Ditukar dengan Aktiva lain.
Penghetian Aktiva Tetap dengan
Jalan Dibuang.
1.Lebih dahulu diadakan penyesuaian
penyusutan aktiva yang dibuang yang
dimulai dengan awal tahun sampai
saat pembuangan.
2.Nilai buku yang dilaksanakan dengan
cara – cara diatas adalah kerugian
pembuangan.
3.Perkiraan aktiva dan akumulasi harus
memperhatikan saldo nihil setelah
diadakan pencatatan atas
pembuangan.
Contoh kasus.
Pada tanggal 1 Januari 2007 dalam buku besar PT.
Tandang memperlihatkan perkiraan-perkiraan sbb:
Mesin Rp 4.500.000,00 dan Akumulasi Penyusutan
mesin Rp3.500.000,00. Pada tanggal 1 April 2007
mesin tersebut dibuang. Umur mesin 6 tahun dengan
nilai residu Rp300.000,00 mesin tidak dapat dipakai
lagi dalam perusahaan.
Diminta :
a. Hitung nilai buku aktiva mesin tsb.
B. Buatlah ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan.
Menjual Aktiva Tetap
(langkah)
• Harus terlebih dahulu diadakan ayat
penyesuaian atas penyusutan tahun buku
berjalan.
• Rugi / Laba penjualan.
1. Laba jika harga jual lebih tinggi dari
nilai buku setelah diadakan penyesuaian
atas penyusutan tahun buku berjalan.
2. Rugi jika harga jual lebih rendah dari
nilai buku.
Contoh kasus : Penjualan aktiva tetap.
Pada tanggal 1 Jan 2007 dalam buku PT. Alit
Smart. Terdapat perkiraan aktiva tetap mesin
Rp4.250.000,00 dan akumulasi penyusutan
mesin sebesar Rp3.250.000,00. Mesin
disusutkan berdasarkan taksiran umur 5 tahun
dengan nilai residu Rp250.000,00. Pada
tanggal 1 Oktober 2007 mesin tersebut dijual
dengan harga tunai Rp1.000.000,00
Diminta
a. Hitunglah penjualan aktiva tsb.
b. buat jurnal kejadian tsb.
Penukaran Aktiva Tetap Berwujud
 Lebih dahulu diadakan penyesuaian atas penyusutan aktiva
tetap yang ditukar pada tahun buku berjalan (awal periode
akuntansi sampai dengan saat penukaran).
 Rugi/laba pertukaran tak diakui, maka diperlakukan :
1. Laba pertukaran, apabila dalam pertukaran itu laba tersebut
diperlakukan sebagai pengurangan harga perolehan aktiva
tetap yang baru.
2. Rugi pertukaran, apabila dalam pertukaran rugi maka
pertukaran tersebut diperlukan sebagai penambah harga
perolehan aktiva tetap yang baru.
 Rugi/laba pertukaran.
Aktiva tetap dicatat ke perkiraan laba/rugi pertukaran.
Contoh kasus : Pertukaran Aktiva Tetap.
Pada tanggal 1 Jan 2007 dalam buku PT. Angkrek
Kumuh terdapat perkiraan Mesin Rp4.500.000,00;
akumulasi penyusutan mesin Rp2.400.000,00. Mesin
tersebut disusutkan dengan metode garis lurus.
Taksiran umur mesin 5 tahun dengan nilai residu
Rp500.000,00.
Pada tanggal 10 Juni 2007 mesin tersebut ditukar
dengan mesin baru yang harga belinya Rp 6.700.000,00.
Pada waktu pertukaran dibayar tunai Rp 4.750.000,00.
Mesin baru ditaksir setelah 5 tahun akan mempunyai
nilai residu Rp450.000,00.
Berdasarkan keterangan diatas saudara diminta :
a. Perhitungan dalama pertukaran tersebut.
B.Jurnal umum dan jurnal penyesuaian jika dalam
pertukaran tersebut Laba/Rugi diakui dan Laba Rugi
tidak diakui.
DEPLESI (DEPLETION)
 Merupakan turunnya atau berkurangnya harga
perolehan atau turunnya sumber-sumber alam
seperti : tambang, perusahaan kayu dan lain-lain
disebabkan oleh pengolahan sumber-sumber
alam.

 Perhitungan Deplesi :
a. Harga perolehan aktiva.
b. Taksiran nilai residu.
c. Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat
dieksploitir.
Perbedaan Deplesi dgn Depresiasi
 Deplesi adalah pengakuan atas pengurangan harga
perolehan sumber-sumber alam sedang depresiasi
merupakan pengakuan pengurangan aktiva tetap.
 Deplesi digunakan untuk aktiva tetap yang tidak diganti
secara langsung dengan aktiva yang sama jika aktiva
tersebut telah habis, sedang depresiasi digunakan untuk
aktiva yang umumnya diganti jika aktiva tersebut telah
habis.
 Deplesi adalah pengakuan terhadap perubahan
langsung dari suatu sumber alam menjadi barang yang
dapat dijual sedang depresiasi alokasi harga perolehan
aktiva tetap yang bersangkutan menghasilkan atau
produksi pada periode yang bersangkutan.
Contoh kasus : Penerapan Deplesi.
PT. Tandang Sumedang membeli sebidang
tanah yang mengandung tambang dengan
harga perolehan Rp250.000.000,00 taksiran
hasil tambang adalah 600.000 ton. Nilai
tanah setelah dieksploitisir ditaksir
Rp10.000.000,00. Pada tahun I dapat
dihasilkan sebanyak 70.000 ton.
Berdasarkan keterangan diatas diminta :
a. Menghitung deplesi per ton produksi.
B. Menghitung deplesi pada tahun pertama (I).
C. Buatlah jurnal umum atas deplesi tahun pertama.
REVISI
(PERBAIKAN PERHITUNGAN DEPLESI)

 Apabila penambangan alam atas sumber


alam terjadi pada masa inflasi sedang
perhitungan dilakukan di muka mungkin
dalam kenyataan biaya penambangan
berbeda dengan taksiran. Hal demikian
merupakan salah satu kejadian perlu
diadakan revisi perhitungan deplesi.
Pelaksanaan Koreksi terhadap Deplesi
1. Deplesi tahun yang lalu yang sudah dicatat
dikoreksi.
a. Koreksi kesalahan tidak dilaporkan dalam
laporan laba/rugi.
D : Laba tak dibagi Rp xx
K; Akum.deplesi Rp xx
b. Jika koreksi dilaporkan dalam laporan
laba/rugi.
D : Koreksi laba tak dibagi Rp xx
K: Akum. Deplesi Rp xx
2. Bila deplesi tahun yang lalu terlalu tinggi

Jika koreksi tidak dilaporkan dalam


laporan rugi laba.
D : Akum deplesi Rp XX
K: Laba tak dibagi Rp XX
Jika koreksi dilaporkan dalam laporan
Rugi/laba.
D : Akum Deplesi Rp xx
K: Koreksi laba tahun lalu Rp xx
Contoh Kasus : Revisi Perhitungan Deplesi
PT. Karya Tandang membeli sebidang tanah seharga
Rp 250.000.000,00 Pada tahun 2006. Taksiran produksi
adalah 600.000 ton dengan nilai sisa Rp 10.000.000,00.
Pada tahun pertama telah dihasilkan produksi 70.000ton
pada tahun kedua (2007 ) telah diproduksi pula
sebanyak 90.000 ton pada akhir tahun 2007 setelah
diadakan pembangunan seharga Rp 20.000.000,00.
Taksiran produksi masih terdapat 550.000 ton.
Diminta :
a. Hitunglah tarip deplesi perton untuk tahun 2006.
b. Deplesi tahun 2006 atas produksi 70.000 ton.
C. Ayat Penyusuaian atas deplesi 31 Des 2006.
d. Tarip deplesi perton untuk tahun 2007 berdasarkan taksiran produksi tahun
2007 dan biaya pembangunan 2007.
e. 1) Buatlah tarip deplesi per ton untuk tahun 2006 jika koreksi dilaporkan
dalam laporan rugi/laba.
2) Jika koreksi tidak dilaporkan dalam laporan rugi laba.
AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD
 Merupakan aktiva yang tidak memilki wujud fisik
dengan jangka waktu lebih dari satu tahun dan
memiliki nilai bagi suatu organisasi.
 Aktiva tak berwujud adalah aktiva yang memiliki
dua karekteristik yaitu tidak memiliki wujud fisik
dan merupakan aktiva non moneter (PSAK, 2004)
 PSAK 19, IAI 2004 menyatakan bahwa perusahaan
seringkali mengeluarkan sumber daya untuk
mendapatkan, mengembangkan, memelihara atau
memperkuat sumber daya tidak berwujud.
Karakteristik Aktiva Tidak Berwujud
 Dapat diidentifikasi secara khusus (kecuali
Godwill yang terjadi dalam proses akuisisi
perusahaan tidak dapat diidentifikasi
secara khusus).
 Memiliki masfaat ekonomi dimasa depan.
 Manfaat ekonomi tersebut dapat
dikendalikan oleh perusahaan.
 Biaya perolehan aktiva tersebut harus
dapat diukur secara andal.
PEROLEHAN
AKTIVA TAK BERWUJUD
Perolehan Aktiva Tak Berwujud dapat
dengan dua cara, yaitu diperoleh dari pihak
luar perusahaan (membeli, pertukaran
aktiva, dll) dan dihasilkan secara intern.
 Dari pihak eksternal, nilai perolehan aktiva
tak berwujud sebesar biaya perolehan
termasuk pengeluaran lain yang dapat
dikaitkan langsung dalam mempersiapkan
aktiva tersebut sehingga siap digunakan
sesuai dengan tujuan (at cost).
Contoh Kasus : Perolehan Akt tak Berwujud.
Pada tanggal 1 Juli 2005 Pt. Tandang
Farmasi membeli hak paten atas suatu obat
dari seorang peneliti dengan nilai Rp 500
juta. Perusahaan juga mengeluarkan biaya
tambahan untuk pengurusan penggantian
nama atas paten tersebut sebesar
Rp5.000.000,00 pada tanggal 10 Juli 2005.
Diminta :
a. Berapa Nilai perolehan.
B. Jurnal pada tanggal 1 dan 10 Juli 2005.
PEROLEHAN SECARA INTERNAL
 Nilai perolehan terdiri atas semua pengeluaran
yang dapat dikaitkan secara langsung atau dapat
dialokasikan atas dasar rasional dan konsesten,
yang dilakukan untuk menghasilkan dan
mempersiapkan aktiva tersebut siap digunakan
sesuai dengan tujuan.
 PSAK 19, IAI 2004. Pengeluaran tsb meliputi :
a. Bahan baku yang digunakan dalam menghasilkan
aktiva berwujud.
b. Gaji/upah dari pegawai yang terlihat secara langsung
dalam menghasilkan aktiva tersebut.
c. Biaya pendaftaran hak hukum.
d. Overhead yang dibutuhkan dan dialokasikan dengan
dasar rasional dan konsisten untuk menghasilkan
aktiva tak berwujud tsb.
Biaya Riset dan Pengembangan
 Riset adalah penelitian orisionil dan
terencana yang dilaksanakan dengan
harapan memperoleh pembaharuan
pengetahuan dan pemahaman teknis atas
ilmu yang baru.
 Pengembangan adalah penerapan temuan
riset atau pengetahuan lain pada suatu yang
sifatnya baru atau yang mengalami
perbaikan secara subtansial, sebelum
dimulai produksi komersial atau pemakaian
(PSAK, 19. IAI 2004).
GOODWILL
 Merupakan satu-satunya aktiva tak berwujud yang
tidak dapat diidentifikasikan secara khusus.
 Merupakan satu-satunya aktiva tidak berwujud yang
tidak boleh diakui jika dihasilkan secara internal oleh
perusahaan.
 Goodwill akan diakui dalam proses akuisisi sebuah
perusahaan oleh perusahaan lain.
 PSAK 22 IAI 2004, besarnya goodwill dihitung dari
selisih antara biaya perolehan atas perusahaan lain
dan bagian kepemilikan perusahaan atas nilai wajar
aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasikan
pada tanggal transaksi.
Contoh kasus : Goodwill.
Pada awal tahun 2006, PT Langgeng mengakuisisi 100%
kepemilikan atas PT. Sekar dengan nilai transaksi Rp 950juta.
Posisi keuangan terakhir PT. Sekar dapat dilihat pada tabel
berikut :

Aktiva Kewajiban
Kas 10 Utang dagang 50
Piutang (nilai realisasi bersih) 20
Persediaan 30
Tanah 100 Ekuitas
Gedung Pabrik (nilai buku) 300 Modal Saham 300
Peralatan kantor (nilai buku) 50 Tambahan modal disetor 100
Saldo Laba 60
Total Aktiva 510 Total Kewajiban dan Ekuitas 510
Semua aktiva dan kewajiban Pt. Sekar dinilai kembali
berdasarkan nilai wajar sbb :
Berapa good will dan jurnal.

Keterangan Nilai buku (jt Rp) Nilai Wajar (jt Rp)

Kas 10 10
Piutang (nilai realisasi bersih) 20 15
Persediaan 30 25
Tanah 100 500
Gedung Pabrik 300 400
Peralatan Kantor 50 10
Utang dagang (50) (50)
Aktiva bersih 460 910
Goodwill Negatif
 Terjadi biaya akuisisi bisa lebih rendah daripada bagian
pengakuisisi atas nilai wajar aktiva dan kewajiban yang
dapat diisentifikasi pada tanggal akuisisi.
 Jika hal ini terjadi, maka nilai wajar aktiva nonmoneter
yang diakuisisi harus diturunkan secara proposional
sampai seluruh selisih yang terjadi di eliminasi.
 Apabila setelah nilai wajar aktiva nonmoneter diturunkan
seluruhnya sampai saldo menjadi nol dan ternyata masih
terdapat sisa selisih yang belum dieliminasi, maka sisa
selisih tersebut diakui sebagai goodwill negatif dan
diperlukan sebagai pendapatan yang ditangguhkan.
 Pendapatan yang ditangguhkan ini diakui sebagai
pendapatan secara sistematis selama suatu periode
yang tidak kurang dari 20 tahun.
Contoh kasus : Goodwill negatif.
Jika dalam kasus tadi, PT. Langgeng mengakuisisi PT. Sekar dengan
nilai hanya sebesar Rp 810 jt, sedangkan nilai wajar aktiva bersih
Pt.Sekar adalah Rp 910 jt. Selisih Rp 100 jt ini akan dikurangkan
secara proposional kedalam aktiva nonmoneter, yaitu aktiva
persediaan, tanah, gedung pabrik, dan peralatan kantor dengan
perhitungan sbb :

Nilai Wajar Alokasi Nilai Setelah


Alokasi
Persediaan 25.000.000

Tanah 500.000.000

Gedung Pabrik 400.000.000

Peralatan Kantor 10.000.000

Total 935.000.000
Amortisasi Goodwill

• Penurunan yang dialokasikan sepanjang masa manfaatnya


secara sistematis.
• PSAK 22/2004, mengatur bahwa estimasi masa manfaat
goodwill tidak lebih dari lima tahun, kecuali ada bukti yang
kuat bahwa manfaat goodwill lebih dari itu, maka masa
manfaatnya maksimal 20 tahun.
• Metode amortasi pada umumnya digunakan garis lurus.
Contoh kasus : Amortisasi goodwill.
Pada tahun 2006 Pt. Langgeng membuat laporan keuangan
konsolidasi dengan salah satu aktivanya yakni goodwill
dengan nilai perolehan sebesar Rp 40 jt. Goodwill tersebut
dimortisasikan dengan metode garis lurus selama 5 tahun.
Bagaiman jurnal Jurnal amortisasinya ?
Pengungkapan Informasi Aktiva
Tak Berwujud
 Masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan.
 Metode Amortisasi yang digunakan.
 Nilai perolehan dan Akumulasi amortisasi pada awal dan akhir
periode.
 Unsur pada laporan keuangan yang didalamnya terdapat
amortisasi aktiva tidak berwujud.
 Rekonsiliasi nilai pada awal dan akhir periode dengan
menunjukkan :
a. penambahan aktiva tidak berwujud yang terjadi dengan
mengungkapkan penambahan yang berasal dari pengembangan
di dalam perusahaan secara terpisah dan dari penggabungan
usaha.
b. penghentian dan pelepasan aktiva tidak berwujud.
c. rugi penurunan nilai yang diakui pada laporan laba rugi periode
berjalan (jika ada).
d. Pemulihan penurunan nilai yangdiakui pada
laporan laba rugi periode berjalan (jika ada).
e. Amortisasi yang diakui selama kperiode berjalan.
f. Selisih kurs bersih yang timbul dari penjabaran
laporan keuangan suatu entitas asing.
G Perubahan lainnya dalam nilai buku yang terjadi
selama periode berjalan.

6. Alasan perusahaan bahwa suatu aktiva tidak


berwujud memiliki masa manfaat melebihi 20 tahun.
7. Adanya pembatasan beserta nilainya atas
penggunaan suatu aktiva berwujud dan pemakaian
aktiva tidak berwujud sebagai jaminan atas utang.
Adanya komitmen beserta nilainya untuk
8. memperoleh aktiva tidak berwujud

Anda mungkin juga menyukai