Anda di halaman 1dari 16

DEPLESI UNTUK AKTIVA

TIDAK BERWUJUD
Kelompok 4
Diah Pitaloka

Dosen Pengampu : Iroh Rahmawati, SE, M. Ak


Pengertian Deplesi
Deplesi adalah salah satu metode penyusutan pada aset karena adanya
pengurangan biaya karena pengelolaan sumber daya menjadi bahan baku atau persediaan.
Seperti misalnya penurunan pada nilai pada barang tambang dan juga hutan kayu.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka bisa kita simpulkan bahwa penyusutan pada suatu
aset terjadi secara alami.
Menghitung deplesi bisa dilakukan dengan cara mengurangkan dan juga menjumlahkan
dari total aset yang diambil dari nilai cadangan sumber daya alam. Beberapa aset yang
bisa disusutkan dalam deplesi contohnya adalah kayu, barang tambang, dll.
Tujuan Perhitungan Deplesi
Beberapa tujuan dari perhitungan dari deplesi adalah berikut ini:
 Untuk bisa mengetahui seluruh stok sumber daya setelah dimanfaatkan ataupun karena
kerusakan
 Memaksimalkan pemanfaatan suatu sumberdaya.
 Mencegah dan juga mengurangi kelangkaan sumberdaya.

Sedangkan beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menghitung deplesi adalah sebagai
berikut:
 Harga perolehan aktiva. Bila terdapat sumber daya alam, harga perolehannya adalah
pengeluaran yang dimulai sejak memperoleh izin hingga sumber daya alam tersebut bisa
diambil hasil alamnya. Bila pengeluaran tersebut memang sangat kecil, maka dilakukanlah
penilaian terhadap sumber daya alam tersebut.
 Taksiran nilai pada sisa jika sumber daya alam sudah selesai dieksploitasi
 Taksiran hasil yang secara ekonomis bisa dieksploitasi dengan baik.
 Deplesi bisa dihitung dari setiap unit pada hasil sumber daya alam.
 Manfaat Menghitung Deplesi

Menghitung berbagai macam deplesi sumber daya alam seperti halnya tambang
emas, minyak, batu bara, dll. memiliki berbagai manfaat yang penting. Diantaranya adalah
untuk bisa mendapatkan sisa sumber daya alam yang ada, dan juga memaksimalkan
penggunaannya. Penghitungan seperti ini juga dilakukan agar mencegah kelangkaan sumber
daya alam.

 Cara Menghitung Deplesi

Deplesi mempunyai beberapa aspek yang harus diperhatikan agar bisa


menghitung penyusutan, seperti halnya taksiran pada hasil ekonomi sumber daya alam yang
bisa dieksploitasi dan taksiran pada nilai sisa bila sumber daya alam tersebut sudah selesai
dieksploitasi tersebut. Selain itu, akan sangat penting bagi kita untuk memperhatikan harga
pendapatan aktiva tetap dan harga perolehan sumber daya alam. Harga pendapatan ini
mencakup pada tiap siklus ataupun proses yang dimulai dari mengeluarkan izin hingga
sumber daya alam tersebut dapat diambil hasil alamnya.
Berikut ini contoh deplesi agar bisa mengetahui penyusutan aset dalam secara sederhana.

Katakanlah ada suatu lahan yang akan digunakan untuk tambang dengan taksiran harga
sebanyak Rp 200.000.000,00. Berdasarkan hasil observasi pihak perusahaan, lahan
tersebut diperkirakan mempunyai kandungan tambang sebanyak 100.000 ton. Nah, setelah
berhasil dieksploitasi di tahun pertama, maka nilai taksirannya hanya bisa mencapai Rp
20.000.000.
Nah, berdasarkan soal deplesi ini, maka cara menghitung deplesi per ton adalah sebagai
berikut:

Deplesi : (Rp 200.000.000 – Rp 20.000.000) / 100.000 = Rp 1.800

Jadi, penyusutan yang didapat dari metode deplesi adalah sebanyak Rp 1.800,00 per ton.
Nilai pada eksploitasi lahan di tahun selanjutnya, ternyata lahan tersebut mampu
menghasilkan 30.000 ton, maka deplesi di tahun tersebut adalah Rp1.800 x 30.000 =
Rp.54.000.000.
Dalam hal laporan keuangan, penyusutan dengan metode deplesi akan hadir di neraca pada sisi aset dan
mengurangi nilai aktiva. Umumnya, beberapa perusahaan akan membagikan dividen pada sejumlah laba bersih yang
ditambahkan dengan deplesi. Sehingga, nilai kerugian yang mungkin bisa terjadi karena sumber daya alam yang
sudah habis bisa dicegah dengan segera.
Selain itu, harus terus dilakukan koreksi pada deplesi agar setiap kerugian dari faktor lain bisa segera dihindari.

Masalah yang Biasa Terjadi Saat Menghitung Deplesi


1. Mengestimasi cadangan yang dapat dipulihkan
2. Nilai Penemuan
3. Aspek pajak dari sumber daya alam
4. Dividen likuidasi

Hubungan Antara Deplesi dan Dividen


Setiap perusahaan yang mengelola sumber daya alam kerap kali membagikan sejumlah dividen dari laba
bersih yang ditambah dengan deplesi. Cara seperti ini dilakukan jika perusahaan akan menghentikan usaha jika
berbagai sumber daya alam tersebut sudah habis dieksploitasi sumber dayanya.
Jika keadaanya seperti itu, maka para investor harus diberi tahu bahwa sebagian dari dividen yang sudah diterima itu
adalah pengembalian nilai modal. Nah, dividen seperti ini disebut dengan dividen likuidasi.
Rumus metode deplesi akuntansi
Ada tiga langkah yang terlibat dalam penghitungan penyusutan dengan metode deplesi.

Langkah 1: Penentuan dasar deplesi: Basis deplesi terdiri dari biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh atau menyewa aset, biaya eksplorasi, biaya pengembangan dan biaya
yang dikeluarkan untuk memulihkan properti ke kondisi aslinya setelah aset atau sumber
daya habis sepenuhnya.

Langkah 2: Perhitungan tingkat deplesi per unit: Tingkat deplesi per unit sumber daya
atau aset bergantung pada jumlah total unit yang diharapkan dapat diekstraksi. Ini dihitung
dengan membagi basis deplesi dikurangi nilai sisa (jika ada) dengan jumlah unit yang
diharapkan akan diekstraksi.
Laju deplesi = (Basis deplesi – Nilai sisa) / Total unit yang diharapkan dapat diekstraksi

Langkah 3: Perhitungan biaya deplesi / depresiasi: Akhirnya, unit yang diambil selama
periode tersebut dikalikan dengan tingkat deplesi per unit untuk menghitung biaya deplesi
atau depresiasi untuk periode tersebut.
Biaya deplesi untuk periode tersebut = Unit yang diambil selama periode × Laju deplesi
Mari menyimak contoh kasus berikut ini:

Sebidang lahan (tanah) yang terdapat kandungan tambang dibeli seharga Rp20.000.000. Taksiran
isinya sebesar 150 ton. Tanah tersebut setelah dieksploitasi nilainya ditaksir sebesar Rp2.000.000.
Deplesi per ton dihitung sebagai berikut :

Jika di tahun pertama, lahan tersebut bisa dieksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka total deplesi pada
tahun tersebut sebesar = 40.000 x Rp150 = Rp6.000.000.Apabila perusahaan telah menaksir di muka
biaya deplesi dan kenyataannya perhitungan taksiran berbeda degan kenyataannya, maka perlu
diadakan revisi. Koreksi deplesi ini bisa dilakukan dengan cara berikut ini :

• Deplesi pada tahun lalu dan masa yang akan datang sudah dicatat dikoreksi. Pada saat adanya
perubahan. Dihitung lagi deplesi per unit kemudian dilakukan koreksi.
• Deplesi tahun lalu sudah dicatat tidak dikoreksi, tetapi deplesi tahun yang akan datang dilakukan
dengan data yang terakhir. Deplesi pada tahun lalu tidak dikoreksi, tetapi deplesi untuk tahun
berjalan dan tahun yang akan datang dilakukan revisi.
Contoh biaya pembangunan bertambah sebesar Rp1.800.000. Setelah dieksploitasi
dalam tahun kedua sebanyak 30.000 ton, tambang ditaksir masih mengandung 90.000
ton. Perhitungan deplesi pada tahun kedua didapat sebagai berikut:

Harga perolehan pertama Rp. 20.000.000

(-) Nilai sisa Rp. 2.000.000

Deplesi tahun pertama Rp. 6.000.000

Rp. 8.000.000 Rp. 8.000.000

Rp. 12.000.000

(+) Biaya pembangunan tahun kedua Rp. 1.800.000

Jumlah yang akan di deplesi Rp. 13.800.000


Taksiran isi tambang pada Rp. 13.800.000
awal tahun kedua

Hasil eksploitasi tahun Rp. 30.000


kedua (ton)
Taksiran isi tambang pada Rp. 90.000
akhir tahun kedua (ton)
Taksiran isi tambang pada Rp. 120.000
awal tahun kedua (ton)

Deplesi per ton dalam tahun kedua = Rp13.800.000 : Rp120.000 = Rp115


Deplesi tahun kedua = 30.000 ton x Rp115 = Rp3.450.000

Pada aktiva tetap milik perusahaan yang mengolah sumber daya alam,
kegunaan aktiva terbatas sampai selesainya eksploitasi sumber alam. Maka
depresiasi aktiva tetap dapat dihitung dengan taksiran hasil sumber alam.
Beberapa karakteristik dari aset tetap adalah sebagai berikut:

1. Dimiliki perusahaan untuk digunakan (bukan barang dagangan).


2. Dimiliki untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang utama (bukan investasi
jangka panjang).
3. Dimiliki untuk digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus operasi
perusahaan (bukan perlengkapan).
4. Memiliki nilai yang relatif tinggi.

Sedangkan klasifikasi dari aset tetap adalah pembagian dalam empat kelompok
yakni sebagai berikut:

5. Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan.
6. Perbaikan tanah, seperti jalan di seputar lokasi perusahaan yang dibangun perusahaan,
tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.
7. Gedung, seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan gudang.
8. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan
meubel.
Contoh 1 – Perhitungan sederhana biaya deplesi
Misalnya perusahaan Tambang Antarnusa telah mengakuisisi tambang batu bara dengan biaya
Rp 4.500.000.000. Tidak ada biaya tambahan lain.
Total batubara yang diharapkan dapat diekstraksi dari tambang tersebut adalah 35.000
ton. Selama tahun 2018, total ekstraksi batubara adalah 5.700 ton. Tidak ada nilai sisa.
Diperlukan: Menggunakan informasi di atas menghitung:
tingkat deplesi per ton batubara yang diekstraksi.
biaya deplesi batubara yang diekstraksi selama tahun 2018.
Rumusan
Basis deplesi = Rp 4.500.000.o00
Batubara yang diharapkan yang akan diekstraksi = 35.000 ton
1. Laju deplesi:
Basis deplesi / Batubara yang diharapkan yang akan diekstraksi
= Rp 4.500.000.000 / 35,000 ton
= Rp 128.571.000

2. Biaya deplesi:
Batubara yang diekstraksi selama periode × Laju deplesi
= 5.700 ton × Rp 128.571.000
= Rp 732.854.700
Contoh 2 – Nilai sisa dan biaya restorasi
Perusahaan furnitur membeli hutan untuk mendapatkan kayu untuk pembuatan
furnitur. Biaya terkait hutan adalah:
Biaya membeli hutan = Rp 73.000.000.000
Kayu yang diharapkan untuk diekstraksi = 400.000 ton
Biaya restorasi hutan = Rp 12.000.000.000
Nilai sisa / sisa = Rp 23.300.000.000
Pohon yang ditebang pada tahun ke-1 = 107.000 ton
Pohon yang ditebang pada tahun ke-2 = 89.000 ton
Rumusan
Basis Deplesi = (biaya akuisisi + biaya restorasi)
= Rp 73.000.000.000 + Rp 12.000.000.000
= Rp 85.000.000.000
Kayu yang diharapkan yang akan diambil = 400.000 ton

Tingkat deplesi:
(Dasar deplesi – Nilai
sisa) / Kayu yang diharapkan akan diekstraksi = (85.000.000.000 – 23.300.000.000) /
400.000 ton
= Rp 154.250
Biaya deplesi untuk tahun 1:
Kayu yang diekstraksi selama periode × Tingkat deplesi
= 107.000 ton × Rp 154.250
= Rp 16.504.750.000
Biaya deplesi untuk tahun 2:
Kayu yang diekstraksi selama periode × Tingkat penipisan
= 89.000 ton × Rp 154.250
= $ 13.728.250.000

Tingkat deplesi sangat tergantung pada jumlah keluaran yang diharapkan. Oleh karena itu,
perubahan dalam unit yang diharapkan untuk diekstraksi dapat berdampak signifikan pada
tingkat deplesi dan biaya deplesi untuk periode mendatang.
Jika proses ekstraksi telah dimulai dan survei yang direvisi mengubah hasil yang
diharapkan, tingkat deplesi baru akan dibuat dan digunakan untuk menghitung biaya
deplesi untuk periode mendatang.
Keuntungan dan kerugian
Kelebihan:
metode penipisan
1. Deplesi memberikan metode untuk membebankan amortisasi / depresiasi untuk
perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam, karena aset ini berbeda sifat
dan konsumsi dari aset tetap lainnya seperti mobil, bangunan, dll.
2. Metodenya sendiri mudah dimengerti.

Kekurangan:
3. Metode deplesi hanya digunakan untuk pengurangan biaya aset secara periodik dan
tidak mungkin nilai aset yang tercatat ini menunjukkan nilai pasar aset yang
sebenarnya.
4. Metode ini sangat subjektif terutama jumlah unit yang akan digali sulit untuk
diperkirakan.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai