Anda di halaman 1dari 24

MODUL 7

PENYUSUTAN
DAN
ALOKASI BIAYA OVERHEAD

Ir. Betrianis, MSi


Departemen Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
DEPOK
2006

DEPRESIASI / PENYUSUTAN
Depresiasi adalah penurunan nilai dari aset / harta perusahaan yang
di pakai dalam operasi perusahaan.
Depresiasi menunjukkan penurunan nilai
harta perusahaan yang
berwujud (Tangible Assets) , misal, gedung, mesin-mesin, dll.
Amortisasi adalah penurunan nilai untuk harta tidak
(Intangible Assets) seperti nama baik (Goodwill) .

berwujud

Deplesi (Depletion) adalah penurunan nilai untuk sumber daya alam


(Natural Resources).
Aset dalam Pabrik yang dapat disusutkan adalah aset yang
relatif bersifat tetap, yaitu :
- tangible (berwujud)
- tahan lama
- dipergunakan untuk operasi perusahaan
- dimiliki tidak untuk dijual

Aset semacam ini biasanya disebut harta tetap (fixed assets).


Aset ini dalam waktu lama akan kehilangan daya gunanya,
dikarenakan beberapa sebab. Untuk itu penyusutan ini
dikategorikan dalam dua bagian :
1. Physical depreciation ; penyusutan nilai karena lusuh, alam/
2. Functional depreciation ; penyusutan nilai karena kapasitas yang
kurang memadai lagi dan karena sudah tidak up to date.
Dalam praktek, kedua kategori depresiasi tersebut tidak dibedakan
dan dibebankan sebagai biaya depresiasi atau biaya penyusutan.

Istilah Dalam Depresiasi


Beberapa istilah yang biasa dipakai dalam depresiasi adalah :
1. harga pembelian daripada aset (Cost)
2. umur aset yang diperkirakan
3. nilai sisa (residu) daripada aset yang diperkirakan (salvage value)
4. Nilai buku (Book Value)

Ad.1 Harga Pembelian daripada aset


- harga pembelian daripada aset
- pajak pembelian
- Asuransi
- Pengangkutan
- Dsb.
Ad.2 umur aset yang diperkirakan
- unit waktu
- jumlah produksi
misal : Mesin A, mempunyai umur hingga 5 tahun, atau 20.000 unit
barang, atau 1.000 jam.
Untuk aset yang sama umur dapat berbeda dari satu perusahaan dengan
perusahaan lain. Di Indonesia, umur aset ditentukan dalam undangundang tentang penghapusan sebagai bagian daripada undang-undang
pajak perseroan.
Ad.3 Nilai Residu
Adalah harga yang diharapkan jika aset yang telah habis umurnya ini
dijual, setelah dikurangi dengan biaya pembongkaran.
Ad.4 Nilai Buku
Adalah selisih antara harga beli dengan akumulasi penyusutan.

Ada 4 (empat) metode untuk penentuan depresiasi, yaitu :


1. Straight line method
2. Unit of production method
3. Declining Balance Method
4. Sum of Years Digits Method
* Declining Balance & Straight line method
1. Straight Line Method
Dengan metode ini beban penyusutan dihitung sama rata untuk seluruh
umur daripada aset, dengan rumus sebagai berikut :
Nilai beli Nilai residu
Depresiasi tahunan = ---------------------------------Umur Aset
Misal :
Mesin nilai belinya
Rp 11.000.000,Nilai residu
Rp 1.100.000,Ongkos bongkar
Rp
100.000,Umur barang diperkirakan 10 tahun

Maka depresiasi :
Nilai residu netto = Rp 1.100.000,- - Rp 100.000,= Rp 1.000.000,Rp 11.000.000,- - Rp 1.000.000,Depresiasi tahunan = ------------------------------------------10 tahun
= Rp 1.000.000,Cara ini sederhana dan cocok untuk aset yang penggunaannya relatif
tetap dari periode ke periode.
2.

Unit of Production Method

Metode ini didasarkan atas kapasitas produksi yang diperkirakan daripada


aset, dapat berupa jumlah unit produksi atau umur mesin/pe ralatan
produksi.
Misal :
Mesin harga belinya Rp 6.000.000,Nilai residu netto Rp 500.000,Umurnya diperkirakan 55.000 jam

Rp 6.000.000 - Rp 500.000,Depresiasi untuk 1 jam = --------------------------------------------55.000 jam


= Rp 100,Jika misalnya dalam suatu tahun tertentu mesin pabrik beroperasi selama
2.000 jam, maka depresiasi untuk tahun itu :
2.000 jam x Rp 100,- = Rp 200.000,Cara ini cocok untuk penggunaan aset yang berbeda banyak dari periode
ke periode.
3.

Declining Balance Method

Dengan metode ini penyusutan tahunan yang dibebankan makin lama


makin rendah. Pada metode ini dikenal istilah Book Value (Nilai Buku)
yaitu selisih antara Nilai Beli dengan akumulasi penyusutan.
Rumus yang digunakan adalah :

Penyusutan thn ke i = d / n (Nilai Buku)


Dengan d = 1,5 2,0
Jika digunakan d = 2 maka dikenal metode ini sebagai Double
Declining Balance (DDB). Pada umumnya yang lebih sering digunakan
pada Declining balance method ini adalah Double Decling Balance
(DDB).
Misalkan sebuah mesin dibeli dengan harga Rp. 5.000.000,- dengan
nilai sisa nol. Umur ekonomis mesin 5 tahun. Maka penyusutan/tahun
sebagai berikut :
Accumulated
Nilai buku
Depresiasi
Tahun
Harga beli depreciation pd pada awal
pada tahun
(Rp)
awal thn (Rp)
tahun (Rp)
itu (Rp)
1
5.000.000
0
5.000.000
2.000.000
2
5.000.000
2.000.000
3.000.000
1.200.000
3
5.000.000
3.200.000
1.800.000
720.000
4
5.000.000
3.920.000
1.080.000
432.000
5
5.000.000
4.352.000
648.000
259.000
TOTAL
4.611.000

Setelah 5 tahun total penyusutan Rp. 4.611.000,- tidak menutupi


harga beli mesin.
Terlihat bahwa ada kemungkinan metode ini memberikan total
penyusutan pada akhir tahun umur ekonomis tidak sama dengan
harga beli. Inilah kelemahan dari metode DDB.
4.

Sum of Years Digits Method (SOYD)

Menurut cara ini penyusutan tahunan dihitung dengan menggunakan


pecahan-pecahan yang pembilangnya makin mengecil.

Penyusutan =

Pembilang

(Harga beli Nilai sisa)

Penyebut (SOYD)
Pembilang = sisa umur
Penyebut

= jumlah dari angka-angka yang menyatakan tahun-tahun


dari umur aset

Contoh :
Sebuah mesin dibeli dengan harga Rp. 5 juta,- tanpa nilai sisa.
Umur ekonomis mesin 5 tahun. Hitunglah penyusutan setiap
tahunnya !
Tahun
ke
1
2
3
4
5

Penyusutan (Rp. Juta)


5/15
4/15
3/15
2/15
1/15

x
x
x
x
x

(5 0) = 1,667
(5 0) = 1,333
(5 0) = 1,000
(5 0) = 0,667
(5 0) = 0,333

Akum.Peny.akhir
thn
1,667
3,000
4,000
4,667
5,000

Metode SOYD memberikan total penyusutan sesuai dengan


harga beli yang diinginkan.

KOMBINASI DDB DENGAN STRAIGHT LINE

Untuk mengatasi kelemahan DDB dan agar tetap mendapatkan


penyusutan yang besar di awal-awal tahun maka dipakai kombinasi
metode DDB dan straight line. Konsep dari kombinasi ini adalah
memilih metode penyusutan yang lebih besar dari keduanya. Sebagai
contoh untuk kasus diatas diselesaikan sebagai berikut :
Tahun Peny.DDB Peny.SL
1
2
3
4
5

2 juta
1,2 juta
720 ribu
432 ribu
216 ribu

1 juta
750 ribu
600 ribu
540 ribu
540 ribu

Nilai Buku
Akhir tahun
3 juta
1,8 juta
1,08 juta
540 ribu
0

Pilihan
Metode
DDB
DDB
DDB
SL
SL

Contoh perhitungan :
Tahun kedua : metode DDB : 2/5 x Rp. 3 juta = Rp. 1,2 juta,metode SL : Rp. 3 juta : 4 = Rp. 750 ribu,-

Deplesi
Deplesi :
Penyusutan/penurunan nilai sumberdaya alam (natural resour
ces) seperti minyak, tambang batu-bara, emas dan lainnya.
Persamaan Deplesi :
n
Deplesi = ( L - Dc )

Dengan :

L
Dc
n
R

R + n

= Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk


mencari sumberdaya alam
= Kumulatif deplesi sampai tahun tersebut
= Hasil produksi SDA pada tahun tersebut
= Jumlah produksi SDA yang masih
tersedia pada akhir tahun tersebut

Deplesi
Contoh :
Diketahui biaya eksplorasi sebuah SDA adalah Rp. 1 milyar,- Diperkirakan
SDA mengandung 200.000 barel minyak. Untuk tahun pertama diambil
30.000 barel , tahun kedua 27.000 barel , tahun ketiga 20.000 barel.
Hitunglah deplesi tahun-tahun tersebut dengan metode deplesi !
30.000
Pada tahun pertama = (1 milyar) 200.000 = Rp. 150 juta,-

Pada tahun kedua

Dengan : L = Rp. 1 milyar


n = 30.000 barel
R = 200.000 30.000 = 170.000 barel
27.000
= (1 milyar 150 juta) 170.000 = Rp. 135 juta

Pada tahun ketiga

20.000
= (1milyar 285 juta) 143.000

= Rp. 100 juta

SOAL
PT EMPAT BERSAUDARA merencanakan pendirian sebuah usaha baru
di Kawasan Industri awal tahun ini. Seluruh harta tetap yang akan
dibeli dan digunakan dalam operasi perusahaan seperti pada table
berikut :
Jenis harta
Gedung
Sedan
Truk
Mesin pabrik
Peralatan

Harga beli
Rp.1000 juta
Rp.400 juta
Rp.700 juta
Rp. 1300 juta
Rp. 400 juta

Umur ekonm.
10 thn
5 thn
500.000 km
130.000 unit
4 thn

Nilai Sisa
Rp.200 juta
Rp. 50 juta
Rp. 50 juta
nol
nol

Met.Peny.
SL
SOYD
Unit Prod.
Unit Prod.
DDB

Keterangan tambahan diberikan pada harta tetap dengan umur ekonomis satuan
produksi, bahwa tahun pertama penyusutan harta tetapnya adalah 15% dari umur
ekonomis, 25% untuk tahun kedua dan seterusnya bertambah 10% sampai akhir
umur ekonomis.
Jika pada akhir tahun keempat perusahaan menjual seluruh asset tetap sesuai
harga bukunya. Berapakah pendapatan perusahaan dari penjualan asset tetapnya
ini ?

ALOKASI BIAYA OVERHEAD


Alokasi Biaya Overhead :
Mengalokasikan (membebankan) seluruh biaya overhead kepada setiap unit produk yang
dihasilkan/diproduksi.
Sederhana bila dilakukan untuk 1 jenis produk.
Rumit bila dilakukan untuk produk lebih dari 1 jenis (Multiple Product) sehingga diperlukan
metode/cara tertentu untuk mengalokasikannya.

BILAMANA DILAKUKAN ?
Perhitungan perencanaan biaya produksi /unit produk
Evaluasi terhadap biaya produksi/unit yang terjadi dengan perencanaan anggaran

BIAYA PRODUKSI
Biaya/Ongkos produksi terdiri dari :
Bahan Baku Langsung (BBL)
Buruh Langsung (BL)
Umum Pabrik (Overhead Pabrik)
Pada umumnya perhitungan biaya bahan baku langsung dan buruh langsung adalah sederhana karena dapat langsung ditelusuri kepada setiap unit produk yang dihasilkan.

Contoh :
Untuk 1 pasang sepatu anak-anak diperlukan :
Bahan baku karet sintetis 0,5 m2 dengan ketebalan 1 cm ;
Buruh langsung (Pola + Gunting : 1 JBL , Jahit : 3 JBL, Finishing : 1JBL)
Untuk 1 unit meja belajar diperlukan :
Bahan baku kayu jati 7 m3 ;
Buruh langsung (Potong : 10 JBL, Amplas: 5 JBL, Cat : 5 JBL, Plitur : 7 JBL)
Perhitungan biaya overhead pabrik lebih rumit karena tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada setiap unit produk yang dihasilkan. Jika perusahaan hanya menghasilkan satu
jenis produk, akan lebih mudah mengalokasikan biaya overhead kepada setiap produk,
dengan cara sebagai berikut :
Total biaya overhead
Biaya overhead/unit =
Jumlah produk yang dihasilkan
Misalkan diperkirakan biaya overhead pabrik untuk periode berikutnya adalah Rp. 100 juta
(lihat rincian) dengan jumlah produksi 100.000 unit (1 jenis produk) maka :
100 juta
Biaya overhead/unit =
100.000
= Rp. 1.000,-

PT. EMPAT BERSAUDARA


(Cuplikan dari Laporan Harga Pokok Produksi tahun 20XX)
Overhead/Umum Pabrik :
BBTL
Rp. 20 juta, BTL
Rp. 35 juta, Utilitas pabrik
Rp. 20 juta, Penyusutan pabrik
Rp. 10 juta, Pemeliharaan
Rp. 15 juta,- +
Rp. 100 juta,-

ALOKASI BIAYA OVERHEAD UNTUK MULTIPLE PRODUCT


Bila sebuah perusahaan menghasilkan produk lebih dari satu jenis, maka biaya overhead
adalah untuk seluruh produk yang dihasilkan.
Contoh :
Biaya utilitas pabrik : listrik, air , telepon, dll.
Penyusutan mesin dan peralatan pabrik
Asuransi pabrik
Gaji buruh/pegawai tidak langsung pabrik
Untuk mengalokasikan biaya overhead dengan memilih BASIS AKTIVITAS yang
mencerminkan pemakaian overhead oleh setiap produk

BASIS AKTIVITAS
Basis Aktivitas dapat diukur untuk setiap produk dan mempunyai hubungan sebab akibat
dengan biaya overhead.
Basis Aktivitas terdiri dari :
Jam Mesin (JM)
Jam Buruh Langsung (JBL)
Upah Buruh Langsung (Rp.BL)
Pemakaian Bahan Baku Langsung (Rp. BBL)
KRITERIA MANA YANG DIPILIH SANGAT TERGANTUNG PADA SIFAT KEGIATAN
OPERASI PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN PERUSAHAAN.
RUMUS YANG BAKU TIDAK ADA UNTUK MEMILIH BASIS AKTIVITAS.
CONTOH :

PT HAPPY FAMILY
ESTIMASI COST OF GOOD MANUFACTURED
31 DES 20XX

Bahan Baku Langsung


Buruh Langsung
Overhead : Utilitas pabrik
Pemeliharaan
Penyusutan
BTL
BBTL

Rp. 150 juta,Rp. 25 juta,Rp. 25 juta,Rp. 75 juta,Rp. 25 juta,- +

Rp. 200 juta,Rp. 500 juta,-

Rp. 300 juta,-

Diketahui selama tahun tersebut data sebagai berikut :

Produksi
Produk A
Produk B
Produk C

Unit
4500
5500
7500

Jam Mesin/unit
4
4
8

Jam Buruh Langsung/unit


2
2
4

HITUNGLAH BIAYA OVERHEAD PER :


Jam Buruh Langsung
Jam Mesin
Rp. BBL
Rp. BL
JAWAB :
1. Jumlah Jam buruh Langsung =
Produk A = 4500 unit x 2 JBL = 9.000 JBL
Produk B = 5500 unit x 2 JBL = 11.000 JBL
Produk C = 7500 unit x 4 JBL = 30.000 JBL +
50.000 JBL
Maka biaya overhead/JBL = total biaya overhead/Jumlah JBL = 300 juta / 50.000 JBL
= Rp. 6.000,Alokasi biaya overhead/unit produk A dengan JBL adalah : 2 JBL x Rp. 6.000 = Rp. 12.000,-

2. Jumlah Jam Mesin =


Produk A = 4500 unit x 4 JM = 18.000 JM
Produk B = 5500 unit x 4 JM = 22.000 JM
Produk C = 7500 unit x 8 JM = 60.000 JM +
100.000 JM
Maka biaya overhead/JM = total biaya overhead/Jumlah JM = 300 juta / 100.000 JM
= Rp. 3.000,Alokasi biaya overhead/unit produk B dengan JM adalah : 4 JM x Rp. 3.000 = Rp. 12.000,3. Biaya overhead / Rp. BBL : = 300 juta/ 200 juta = Rp. 1,5
Misalkan I unit produk A memerlukan Rp. 10.000 bahan baku langsung maka biaya
overhead/unit produk A = Rp. 10.000 x 1,5 = Rp. 15.000,4. Biaya overhead / Rp. BL : = 300 juta/ 500 juta = Rp. 0,6 ,Misalkan I unit produk C memerlukan 4 JBL dengan upah Rp. 10.000 /JBL maka biaya
overhead/unit produk A = 4 x Rp. 10.000 x 0,6 = Rp. 24.000,-

OVER APPLIED AND UNDER APPLIED


Applied overhead cost :
Biaya overhead yang seharusnya terjadi (direncanakan).
Actual overhead cost :
Biaya overhead yang sebenarnya terjadi.

> ACTUAL OH
UNDER APPLIED bila APPLIED OH < ACTUAL OH
OVER APPLIED

bila APPLIED OH

Contoh :
Untuk PT HAPPY FAMILY pada akhir tahun diketahui Jam Buruh Langsung
sebenarnya adalah 40.000 JBL dan menghabiskan biaya overhead Rp. 250 juta,Perhitungan Applied overhead = Rp. 6.000 x 40.000 JBL = Rp. 240 juta,Karena biaya overhead yang seharusnya terjadi (Applied OH) akhir tahun Rp.
240 juta,- lebih kecil dari pada yang sebenarnya terjadi (Actual OH) Rp. 250
juta,- untuk tahun 20XX, perusahaan mengalami Under Applied.

SOAL SOAL ALOKASI BIAYA OVERHEAD


Menghadapi kenaikan harga BBM dan listrik tahun ini , manajer produksi sebuah anak perusahaan PT. Empat
Bersaudara mengkaji ulang biaya produksinya. Perusahaan ini bergerak dibidang pakan ternak khususnya unggas
(ayam. Itik dan puyuh) . Proses pengolahan bahan baku menjadi pakan ternak adalah :
1. Proses pencucian dilakukan oleh 1 unit mesin pencuci
2. Proses pengeringan dilakukan oelh 1 unit mesin pengering
3. Proses pencampuran dilakukan oleh 1 unit mesin pencampur.
Seluruh bahan baku harus melalui ketiga proses tersebut. Data dan spesifikasi mesin :
Jenis Mesin Harga beli (Rp.juta) Umur ekonomis
Pencuci
15
125 ton
Pengering
25
500 ton
Pencampur
15
135 ton

Nilai Sisa (Rp.juta)


2,5
0
1,5

Bahan baku langsung dan komposisinya untuk ke tiga jenis pakan sebahagai berikut :
Jenis pakan
Ayam Itik Puyuh
Bahan baku J
0,5 0,3 0,2
Bahan baku G
0,2 0,5 0,3
Bahan baku V
0,3 0,2 0,5
Selama tahun ini, bahan baku langsung yang tersedia untuk produksi adalah :
-Bahan baku J
3 ton @ Rp. 2,5 juta
-Bahan baku G
5 ton @ Rp. 1,0 juta
-Bahan baku V
0,5 ton @ Rp. 5,0 juta
Biaya overhead pabrik lainnya per tahun ini :
-Tenaga kerja tidak langsung
Rp. 12,50 juta
-Bahan baku tidak langsung
Rp. 4,0 juta
-Listrik/air/telepon
Rp. 7,75 juta
-Pemeliharaan
Rp. 2,50 juta
-Penyusutan gedung
Rp. 1,125 juta
Alokasi biaya overhead memakai basis aktivitas Rp. BBL (Rupiah bahan baku langsung)
PERTANYAAN :
1. Berapa penyusutan mesin-mesin pengolahan tahun ini ?
2. Berapa biaya Produksi per jenis pakan ternak untuk tahun ini ?

SOAL SOAL ALOKASI BIAYA OVERHEAD


PT. EMPAT BERSAUDARA adalah perusahaan pengolahan buah-buahan tropis. Ada 4 jenis produk yang dihasilkan dengan data sebagai berikut :
JENIS PRODUK
PRODUKSI/TAHUN (KALENG)
Produk 1
25000
Produk 2
25000
Produk 3
50000
Produk 4
50000
Bahan baku langsung untuk produk 1 Rp. 5000,-/kaleng ; produk 2 Rp. 4000,-/kaleng ; produk 3 Rp. 3000,/kaleng dan produk 4 Rp. 2000,-/kaleng. Karena proses pengolahannya banyak menggunakan mesin
(otomatisasi) maka alokasi biaya overheadnya berdasarkan jam mesin. Untuk setiap 1 batch (100 kaleng)
diperlukan :
JENIS PRODUK
JAM MESIN
Produk 1
10
Produk 2
10
Produk 3
5
Produk 4
5
Saat ini perusahaan memiliki 4 unit mesin dengan harga beli Rp. 75 juta/unit dan 4 unit mesin lainnya dengan
harga beli/unit Rp. 50 juta,- Semua mesin memiliki umur ekonomis 5 tahun dan penyusutannya dihitung dengan
metode straight line. Buruh langsung tidak ada selama proses produksi berlangsung.
Biaya overhead pabrik lainnya per tahun terdiri dari :
- Bahan baku tidak langsung
Rp. 250 juta,- Buruh tidak langsung
Rp. 150 juta,- Listrik/air
Rp. 40 juta,- Biaya pemeliharaan
Rp. 35 juta,- Asuransi
Rp. 25 juta,PERTANYAAN :
1. Berapa penyusutan mesin-mesin pabrik per tahun ?
2. Berapa alokasi biaya overhead pabrik per jenis produk ?
3. Berapa biaya produksi per kaleng untuk setiap jenis produk ?

Sebuah perusahaan Job Order (pesanan) mebel, saat ini sedang mengevaluasi
keuangannnya. Ini diperlukan untuk mempersiapkan penawaran (harga jual
setiap produk) sewaktu-waktu bila ada pesanan yang harus segera
dilaksanakan. Untuk hal tersebut, manajer keuangan membuka kembali
catatan pembukuan yang terjadi dimasa lalu, sebagai berikut :
Untuk menyelesaikan 100 meja dan 100 kursi diperlukan tempo 2 bulan
dengan
Kebutuhan
Bahan baku langsung
Buruh langsung

1 unit meja
6 m3
8 JBL

1 unit kursi
4 m3
4 JBL

Keterangan
@ Rp. 100.000,@ Rp. 25.000,-

Biaya umum pabrik per bulan :


Bahan baku tidak langsung
Rp. 15 juta,Buruh tidak langsung
Rp. 20 juta,Perlengkapan pabrik
Rp. 3 juta,Utilitas pabrik
Rp. 5 juta,Asuransi dan pajak
Rp. 2 juta,Penyusutan gedung & mesin pabrik Rp. 5 juta,Catatan : alokasi biaya umum pabrik berdasarkan basis Rp. Bahan baku
langsung
PERTANYAAN :
Berapakah biaya umum pabrik per unit meja dan per unit kursi ?
Berapakah harga jual (penawaran) per unit meja dan per unit kursi, jika
diketahui biaya lain-lain (transport, penjualan, umum administrasi) 10%
dan profit yang diinginkan 15%, dari harga pokok produksi ?

Anda mungkin juga menyukai