Biaya bahan baku dicatat sebesar harga pokok bahan baku yang dibeli yaitu harga beli
ditambah semua biaya yang dikeluarkan sampai bahan baku tersebut siap untuk
diolah.
Seringkali di dalam pembelian bahan baku , perusahaan membayar biaya angkut
untuk berbagai macam bahan baku yang dibeli. Perlakuan terhadap biaya angkut
tersebut dapat dibedakan :
1. Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang
dibeli
2. Biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku
yang dibeli, tapi diperlakukan sebagai unsur BOHP.
Kalau biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang
dibeli, maka alokasi biaya angkutan kepada masing-masing jenis bahan baku dapat di
dasarkan :
a. Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli
b. Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli.
c. Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
Contoh bagian c :
Biaya angkutan yang diperkirakan akan dikeluarkan dalam tahun 2008 sebesar
Rp. 2.500.000,-, sedangkan jumlah bahan baku yang diangkut diperkirakan sebanyak
50.000 kg. Jadi tarif biaya angkutan untuk tahun 2008 sebesar Rp. 50 per kg bahan
baku yang diangkut. Dimisalkan biaya angkutan yang sesungguhnya terjadi sebesar
Rp. 2.400.000,-
Bahan Kg Harga Faktur Biaya angkut Harga pokok
baku bahan baku
A 25.000 Rp. 5.000.000 Rp. 1.250.000,- Rp. 6.250.000,-
B 15.000 Rp. 4.500.000 Rp. 750.000,- Rp. 5.250.000,-
C 10.000 Rp. 4.000.000 Rp. 500.000,- Rp. 4.500.000,-
Jumlah 50.000 Rp.13.500.000 Rp. 2.500.000,- Rp.16.000.000,-
1
Jurnal :
Saat pembelian bahan baku :
Persediaan bahan baku Rp 2.500.000,-
Hutang dagang Rp. 2.500.000,-
2
MASALAH-MASALAH KHUSUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN
BAHAN BAKU.
1. SISA BAHAN
Sisa Bahan adalah :
Bahan yang tersisa atau bahan yang rusak didalam proses pengolahan produk atau
penyimpanan dan tidak dapat digunakan kembali dalam perusahaan.
Perlakuan sisa bahan :
a. Sisa bahan tidak laku dijual :
- Apabila terjadinya sisa bahan karena pengerjaan pesanan tertentu maka
biaya pembuangan/pemusnahan sisa bahan dapat menambah elemen
biaya bahan baku perusahaan
BDP – BBB xx
Kas xx
- Apabila terjadinya sisa bahan secara normal maka biaya pemusnahan
sebagai unsur BOHP
BOHP S xx
Kas xx
2. PRODUK RUSAK
Produk rusak adalah :
Produk dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang
sudah ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki menjadi produk yang baik.
Meskipun secara tehnik dapat diperbaiki akan berakibat biaya perbaikan jumlahnya
lebih tinggi dibanding kenaikan nilai atau manfaat adanya perbaikan.
Perlakuan produk rusak :
a. Produk rusak tidak laku dijual :
3
Bagaimana perlakuan harga pokok produk rusak kalau tidak laku dijual :
- Apabila produk rusak disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu,
maka harga pokok produk rusak dibebankan pada pesanan yang
menimbulkan produk rusak.
Jurnal saat pembebanan biaya produksi :
BDP – BBB xx
BDP- BTKL xx
BDP – BOHP xx
Persediaan bahan baku xx
Gaji dan upah xx
BOHP – YD xx
4
- Apabila produk rusak disebabkan karena kurangnya pengawasan atas
produksi maka harga pokok produk rusak diperlakukan ke dalam rugi
produk rusak.
5
BOHP – YD xx
3. PRODUK CACAT
Produk cacat adalah :
Produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan, tetapi dengan
mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut
secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik.
Perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat :
a. Jika produk cacat bukan merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses
produksi, tetapi karena karakteristik pengerjaan pesanan tertentu, maka biaya
pengerjaan kembali produk cacat dapat dibebankan sebagai tambahan biaya
produksi pesanan ybs.
Jurnal saat pengerjaan kembali :
BDP – BTKL xx
BDP – BOHP xx
Gaji dan upah xx
BOHP – YD xx
b. Jika produk cacat merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses pengerjaan
produk, maka biaya pengerjaan kembali dapat dibebankan kepada seluruh
6
produksi dengan cara memperhitungkan biaya pengerjaan kembali tersebut
kedalam tarif BOHP. Biaya pengerjaan kembali produk cacat yang
sesungguhnya terjadi di debetkan dalam rekening BOHPS.
Jurnal saat pengerjaan kembali :
BOHP S xx
Gaji dan upah xx
BOHP – YD xx
CONTOH :
PT. BOBY berproduksi atas dasar penanan. Data kegiatan perusahaan dalam bulan
Januari 2009 sbb :
1. Persediaan bahan baku dan persediaan PDP pada tgl. 1 Januari 2009 adalah :
Persediaan bahan baku 100 kg @ Rp. 20,-
200 kg @ Rp. 25,-
7
Daftar hadir dan perhitungan upah karyawan langsung dalam bulan Januari sbb :
Karyawan Jlh hari hadir, Jlh jam kerja Tarif upah Jlh upah
perhari 7 jam Per bulan Per jam Sebulan
Benyamin 25 hari 175 jam Rp. 100 Rp. 17.500,-
Rafika 20 hari 140 jam Rp. 150 Rp. 21.000,-
Koss Min 26 hari 182 jam Rp. 200 Rp. 36.400,-
Hadi 24 hari 168 jam Rp.150 Rp. 25.200,-
Salman 10 hari 70 jam Rp. 75 Rp. 5.250,-
Upah langsung Rp. 105.350,-
Konsumsi jam kerja tiap-tiap karyawan selama bulan Januari 2009 sbb :
Karyawan J.kerja 401 402 403 404 405 P.cacat
Benyamin 175 40 50 20 40 25 -
Rafika 140 25 35 30 40 10 -
Koss Min 182 40 40 50 20 32 -
Hadi 168 60 20 10 58 20 -
Salman 70 - - - - - 70 jam
5. BOHP :
BOHP dibebankan kepada produk atas dasar tarif yaitu :
Tarif BOHP T = 75 % dari BTKL
Tarif BOHP V = 125 % dari BTKL
Di dalam menentukan tarif BOHP, diperhitungkan taksiran kerugian karena
adanya produk rusak dan biaya pengerjaan kembali produk cacat. BOHP
sesungguhnya terjadi dalam bulan Januari 2009 sebesar Rp. 130.500,- ( belum
termasuk BTKTL ).
6. Pada tgl. 29 Januari 2009 pesanan 401,402,403 telah selesai dikerjakan dan telah
di transfer ke gudang. Laporan produksi mengenai pesanan sbb :
8
Pesanan 401 :
Jumlah produk selesai yang baik 90 unit, sedang yang rusak 10 unit.
Produk rusak 10 unit terjadi karena sulitnya pengerjaan pesanan, sehingga
kerugian dibebankan pada pesanan 401. Produk rusak laku dijual Rp. 487,50 per
unit.
Pesanan 402 :
Jumlah produk selesai yang baik 200 unit, sedang yang rusak 50 unit.
Produk rusak 50 unit terjadi merupakan hal yang biasa terjadi dan sudah
diperhitungkan dalam penentuan tarif BOHP. P. rusak laku dijual Rp.75/ unit
Pesanan 403 :
Jumlah produk selesai yang baik 225 unit, sedang yang cacat 75 unit.
Produk cacat 75 unit membutuhkan Tenaga kerja langsung dan BOHP untuk
pengerjaan kembali. Produk cacat ini merupakan hal yang biasa terjadi dalam
pengerjaan pesanan tsb.
7. Pesanan 404 dan 405 masih dalam proses akhir sampai 31 januari 2009,
sedangkan pesanan 401 dan 402 diserahkan kepada pemesan dengan harga jual :
Pesanan 401 sebesar RP. 125.000,-
Pesanan 402 sebesar Rp. 95.000,-
DIMINTA :
A. Hitung harga pokok masing-masing pesanan
B. Buat jurnal yang diperlukan
JAWAB :
KARTU PEMAKAIAN BAHAN BAKU
9
12/1 150 25 3.750 390 23 8,970
( 404 ) 10 23 230
160 3,980
15/1 170 23 3,910 220 23 5,060
( 405 )
TOTAL 480 11,140 220 5,060
BBB -
BTKL :
Benyamin 4.000
Rafika 3.750
Kosmin 8.000
Hadi 9.000
24.750
10
Keterangan Bahan Baku BTKL BOHP
BBB -
BTKL :
Benyamin 5.000
Rafika 5.250
Kosmin 8.000
Hadi 3.000
21.250
11
Keterangan Bahan Baku BTKL BOHP Jumlah
Pemakaian :
12
BDP - BBB 6.000
11.140
105.350
BOHPS 100.000
13
Gaji bagian adm umum 275.000
210.700
BOHPS 130.500
Macam-macam rekening yg dikredit 130.500
BOHP-YD 210.700
BOHP-S 210.700
Kas 4.875
BDP - BBB 60
BDP - BTKL 1.605
BDP - BOHP 3.210
Kas 3.750
14
BOHPS 11.200
BDP - BBB 400
BDP - BTKL 4.850
BDP - BOHP 9.700
Jurnal saat produk dalam proses akhir pesanan 404 dan 405 :
BOHP
5. 100,000 8. 210,700
7. 130,500 selisih 31,000
10. 11,200
15
147.375
persediaan produk selesai 147.375
16