Anda di halaman 1dari 3

Apa itu Pekerja Harian Lepas?

Pekerja Harian Lepas menurut KEPMEN No. 100 Tahun 2004 adalah Pekerja yang
melaksanakan pekerjaan – pekerjaan tertentu yang berubah – ubah dalam hal waktu
dan volume pekerjaannya serta upah didasarkan kepada kehadirannya.

Dasar Aturan Mempekerjakan Buruh Harian

1. Status pekerja harian lepas diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No/ KEP-100/Men/VI/2004 tentang Pelaksanaan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu.

2. Perjanjian Kerja Harian Lepas juga disebutkan pada Keputusan Menteri No. 100
Tahun 2004 yang merupakan pelaksanaan dari UU Ketenagakerjaan tentang
PKWT.

3. KEPMEN tersebut menjelaskan bahwa buruh harian lepas termasuk bagian


PKWT.
4. Kepmen Nomor 100 Tahun 2004 mengatur tentang Perjanjian Kerja Harian
Lepas dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 12 yang mana dalam perjanjian
tersebut haruslah memuat beberapa syarat, antara lain :
a. Perjanjian Kerja Harian Lepas dilaksanakan untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta
upah di dasarkan pada kehadiran;
b. Perjanjian kerja harian lepas dilakukan dengan ketentuan pekerja/buruh
bekerja kurang dari 21 hari dalam 1 bulan;
c. Dalam hal pekerja/buruh bekerja 21 hari atau lebih selama 3 bulan
berturut-turut atau lebih maka perjanjian kerja harian lepas berubah
menjadi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu.

Penghitungan Upah Buruh Harian 

Upah pekerja harian lepas dapat ditetapkan berdasarkan dua skema, yaitu berdasarkan
waktu dan berdasarkan hasil.

Upah yang dibayarkan berdasarkan waktu ditentukan dari jumlah hari kehadiran


karyawan di kantor.

Yang pertama, bagi perusahaan dengan sistem kerja 6 hari seminggu, maka upah
bulanan dibagi 25.

Yang kedua, bagi perusahaan dengan sistem kerja 5 hari seminggu, maka upah
bulanan dibagi 21.
Untuk skema upah berdasarkan hasil, maka besarnya upah yang diterima oleh pekerja
harian lepas tergantung pada volume pekerjaan yang telah diselesaikan pada satu hari.

Dasar penetapan upah harian tergantung pada kebijakan perusahaan, bisa jadi setiap
perusahaan memiliki nilai upah yang berbeda.

Tidak hanya volume pekerjaan, kehadiran karyawan juga bisa menjadi pertimbangan
dalam besaran upah yang diterima.

Batas Waktu Kerja Buruh Tenaga Harian 

Mempekerjakan pekerja harian lepas tidak bisa dilakukan secara terus-menerus.

Terdapat batas waktu yang mengatur, yaitu maksimal 21 hari dalam satu bulan.

Jika pelaksanaannya 21 hari atau lebih selama 3 bulan berturut-turut, maka status
pekerja berubah dan harus diangkat secara resmi menjadi karyawan tetap melalui
surat.

Jadi, pastikan bahwa perusahaan Anda tidak mempekerjakan pekerja harian lepas
melebihi ketentuan yang berlaku.

Penghitungan Pajak Buruh Tenaga Harian Lepas

Setiap warga Indonesia yang berpenghasilan akan wajib dikenakan pajak penghasilan.

Namun bagaimana dengan aturan pajak penghasilan buruh harian lepas?

Berdasarkan aturan perpajakan yang berlaku, pajak penghasilan diberikan pada


minimal penghasilan Rp4.500.000 per bulan.

Artinya jika tenaga harian lepas memiliki penghasilan di bawah Rp4.500.000 dalam satu
bulan maka dibebaskan dari pembayaran PPh 21.

Pembebasan pajak penghasilan 21 juga berlaku bagi pekerja harian lepas yang berhak
atas upah tidak lebih dari Rp300.000 per hari.

Pajak akan kembali berlaku bagi karyawan yang memiliki upah di atas Rp450.000 per
hari.

Jika pekerja lepas memiliki penghasilan kumulatif lebih dari Rp4.500.000 per bulan
maka jumlahnya akan dikurangkan dari penghasilan kotor.

Anda mungkin juga menyukai