B. Hubungan antara SKPD dan SKPKD selaku Bendahara Umum Daerah (PPKD)
Praktek realisasi APBD telah dilandasi azas bruto. Penerimaan SKPD tidak dapat
digunakan langsung oleh SKPD untuk belanja. Azas ini mengharuskan seluruh penerimaan
uang disetorkan ke Kas Negara atau Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan dari Kas
Negara/Kas Daerah baik dengan mekanisme pembayaran langsung dari kasda (mekanisme
LS) atau dengan melalui mekanisme uang persediaan /UP.
Mekanisme di atas akan menimbulkan masalah akuntansi yang dilakukan oleh SKPKD
pada waktu menerima kas atas penerimaan SKPD dan pengeluaran uang dari kasda untuk
belanja yang dianggarkan oleh SKPD. Untuk tujuan akuntansi, hubungan antara berbagai
SKPD dan SKPKD selaku BUD dapat dipandang sebagai :
1. Hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang. BUD diperlakukan sebagai kantor pusat,
sementara itu SKPD-SKPD diperlakukan sebagai Cabang.
2. Hubungan antara dua entitas yang terpisah, sehingga SKPD/Satker pengguna anggaran
dianggap entitas yang terpisah dengan BUD. Wujud hubungan ini terlihat dari
dimunculkannya hubungan hutang-piutang antara SKPD dengan BUD.
Hubungan kantor pusat dan cabang yang diaplikasikan pada akuntansi di SKPD dan
SKPKD-BUD (PPKD) ini dapat dilihat dengan disediakannya akun RK PPKD di seluruh
SKPD. Sementara itu di SKPKD-BUD (PPKD) disediakan akun RK SKPD. Untuk satu
SKPD di kabupaten/kota disediakan satu akun RK SKPD. Misalnya dalam Kabupaten ABC
terdapat SKPD Dinas Pendidikan dan SKPD Dinas Kesehatan dan seterusnya, maka di
pembukuan SKPKD-BUD (PPKD) akan terdapat akun RK-SKPD Dinas Pendidikan dan RK
SKPD Dinas Kesehatan, dan seterusnya.