A. Pengertian Kelangkaan
Pada setiap bidang kehidupan, terlihat adanya kelangkaan. Di daerah perkotaan banyak
tanah digunakan untuk tempat pemukiman sehingga lahan untuk pertanian sangat
kurang. Seseorang baru dapat memperoleh sumber daya setelah mengeluarkan berbagai
pengorbanan. Namun demikian ternyata masih ada juga yang tidak mampu memperolehnya,
apakah karena memang sudah habis, jumlahnya sedikit atau mereka tidak mampu mengeluarkan
pengorbanan yang disyaratkan. Keadaan benda pemuas yang terbatas inilah yang disebut dengan
kelangkaan. Jadi, kelangkaan adalah kondisi dimana kita tidak mempunyai cukup sumber daya
untuk memuaskan kebutuhan.
Kelangkaan menurut ilmu ekonomi mengandung dua pengertian, yaitu:
1) langka; karena jumlahnya tidak mencukupi dibandingkandengan jumlah kebutuhan.
2) langka; karena untuk mendapatkannya dibutuhkan pengorbanan
SKALA PRIORITAS
Sumber daya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan jumlahnya terbatas, sehingga
terkadang uang yang digunakan untuk memenuhi satu kebutuhan tidak dapat sekaligus
digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Uang yang sudah digunakan untuk membeli
bakso tidak sekaligus bisa digunakan untuk membeli mie ayam karena jumlahnya terbatas.
Apabila kalian menjatuhkan pilihan pada salah satu, maka otomatis kalian harus melepaskan
kemungkinan yang lain. Di sinilah ilmu ekonomi memegang perananannya, yaitu membantu kita
melakukan pilihan terbaik. Dalam menentukan pilihan, kebutuhan mana yang akan dipenuhi, kita
harus membuat skala prioritas untuk mengurutkan kebutuhan dari yang terpenting sampai kurang
penting. Kebutuhan yang bagi kita paling penting harus dipenuhi terlebih dahulu.
Dalam menentukan pilihan, sikap rasional perlu dilakukan. Artinya, kalian harus selalu
menggunakan akal sehat. Pertimbangkan sebaik-baiknya antara pengorbanan yang diberikan
dengan manfaat yang diperoleh. Kebalikan dari sikap rasional adalah irasional atau tidak
rasional. Contoh sikap tidak rasional dalam memilih adalah seorang konsumen yang
berpenghasilan terbatas, namun selalu membeli barang-barang bermerek hanya untuk mengikuti
mode.
Rasional atau tidaknya suatu pilihan tergantung pada alasan atau motif dalam melakukan
pilihan dan apakah tindakannya selaras dengan prinsip ekonomi. Bagaimanakah tindakan yang
sesuai prinsip ekonomi tersebut? Prinsip ekonomi merupakan pedoman agar pelaku ekonomi
berusaha dengan pengorbanan tertentu untuk mendapatkan hasil maksimal atau dengan
pengorbanan tertentu diusahakan kerugian minimal.
Dalam kegiatan konsumsi, konsumen kadang dihadapkan pada beberapa pilihan
kombinasi barang yang akan dikonsumsinya. Misalnya, Ardian dihadapkan pada membeli buku
tulis dan ballpoint. Uang yang akan dibelanjakan Ardian sejumlah Rp10.000,00. Bila harga
buku @Rp Rp2.000,00 dan harga ballpoint @Rp1.000,00, maka pilihan kombinasi yang akan
dikonsumsi Ardian adalah:
Pilihan Konsumsi Buku Ballpoint
A 5 0
B 4 2
C 3 4
D 2 6
E 1 8
F 0 10
Menentukan pilihan secara rasional tidak hanya berlaku pada kegiatan konsumsi. Dalam
kegiatan produksi, seorang produsen dituntut untuk menentukan pilihan terbaik dari alokasi
sumber daya produksi seperti telah kalian pelajari pada kurve kemungkinan produksi. Misalnya,
pembuat nasi goreng harus memutuskan apakah ia akan membuat nasi goreng berharga murah
namun dengan rasa dan bahan yang biasa-biasa saja atau ia membuat nasi goreng dengan harga
mahal namun dengan rasa dan bahan-bahan berkualitas. Dalam hal ini, pedagang tersebut harus
memerhatikan banyak faktor seperti modal yang ia miliki dan calon konsumen. Namun pada
prinsipnya, output dari proses produksi haruslah menguntungkan.
Dari tabel di atas dapat dibuat kurva kemungkinan produksi. Kurva ini menggambarkan
batas kemungkinan kedua kombinasi barang yang dapat diproduksi (production possibility).
Lereng kurva menunjukkan seluruh sumber daya digunakan untuk memproduksi suatu jenis
barang lebih banyak sementara jenis barang lainnya jelas akan berkurang.
Dalam hal kepemilikan, hal yang paling ideal adalah ketika prinsip exclusivity dapat berjalan
dengan semestinya. Exclusivity adalah ketika suatu barang tidak dapat digunakan oleh banyak
pihak karena kuasa atas barang itu ada di tangan satu pemilik. Oleh karenanya, hanya pemilik
yang dapat menggunakan dan menikmati barang itu. Sebagai konsekuensinya, pemilik jugalah
yang harus bertanggung jawab terhadap barang itu.
Namun kedua kondisi ideal di atas tidak selamanya berjalan. Kepemilikan atas sesuatu tidaklah
selalu jelas dan kondisi pasar dengan persaingan yang sempurna tidak pernah benar-benar ada.
Akibatnya alokasi permintaan-penawaran suatu barang tidak mencapai efisiensi. Inilah yang
kemudian disebut kegagalan pasar. Contoh kegagalan pasar adalah eksternalitas. Eksternalitas
terjadi ketika harga yang terjadi di pasar tidak sesuai dari yang seharusnya. Namun ada
jeniseksternalitas yang bukan termasuk kegagalan pasar, yaitu pecuniary externality. Kita akan
bahas jenis eksternalitas ini di akhir.
Contoh paling mudah untuk dicerna adalah barang yang ketika diproduksi harus mengeluarkan
limbah. Limbah adalah hal yang menimbulkan kerugian untuk masyarakat. Oleh karenanya,
limbah dapat disebut sebagai biaya yang harus ditanggung masyarakat, selain daripada biaya
yang harus dibayarkan untuk membeli barang itu (harga pasar yang berlaku). Harga barang itu di
pasar belum merefleksikan atau memasukkan biaya sosial yang timbul akibat limbah. Jika biaya
sosial ini dimasukkan ke dalam perhitungan perusahaan, maka harga barang itu menjadi lebih
tinggi dari sebelumnya.
Dalam kaitannya dengan exclusivity, orang yang bertanggung jawab dengan suatu barang adalah
pemiliknya, karena hanya dialah yang mengkonsumsi. Namun hal ini tak terjadi ketika kita
berbicara tentang limbah. Limbah juga dirasakan (atau dikonsumsi) oleh masyarakat. Namun
karena masyarakat turut merasakan, bukan berarti limbah merupakan tanggung jawab
masyarakat. Limbah tetap tanggung jawab dari perusahaan yang mengeluarkannya. Sayangnya,
banyak perusahaan berusaha menghindari pertanggungjawaban ini. Dispute ini terjadi karena
prinsip exclusivity tak dapat berjalan.
Kasus eksternalitas dapat negatif atau positif atau pecuniary. Contoh kasus eksternalitas negatif
adalah kasus limbah di atas. Kasus eksternalitas positif adalah ketika perbuatan seseorang
memberikan manfaat bagi orang lain. Kasus eksternalitas pecuniary adalah ketika dampak
eksternal dari suatu perbuatan ditransmisikan lewat harga. Hanya saja,
eksternalitas pecuniary bukanlah kegagalan pasar karena hanya merupakan refleksi dari
kelangkaan sumber daya. Karena harga yang ada telah mencermin biaya kelangkaan dan tidak
bias, maka ini bukan kegagalan pasar.
Contoh eksternalitas negatif terjadi di Padang Lawas, Sumatera Utara pada September 2011.
Warga setempat mengaku limbah dari pabrik sawit di daerah itu membuat sungai tercemar dan
ikan hasil tangkapan menjadi berkurang. Setelah dituntut, pengelola pabrik memberikan
kompensasi ganti rugi kepada warga. Kompensasi ini, bagi pengelola pabrik, adalah tambahan
biaya produksi dan seharusnya ikut tercermin di harga sawit yang ia produksi. Jika ia secara
konsisten memberikan kompensasi (mengeluarkan biaya sosial), maka biaya membuat sawit
menjadi lebih mahal dan harganya juga naik. Karena harga naik, kuantitas sawit yang dibeli
berkurang. Namun demikian, inilah yang secara sosial seharusnya terjadi.
Beralih ke jenis eksternalitas lain. Eksternalitas positif berkebalikan dari eksternalitas negatif.
Seseorang menghias rumahnya sehingga lingkungan rumah sekitarnya merasakan manfaat, yaitu
pemandangan perumahan yang indah. Contoh lain adalah keberadaan universitas. Meskipun
tidak mengikuti perkuliahan, satpam atau staf kebersihan mendapatkan sedikit percikan ilmu dari
proses percakapan dengan mahasiswa setiap hari (knowledge spillover).
Beralih ke jenis eksternalitas lain. Rencana pembangunan Seksi I Tol Cijago adalah contoh
mudah untuk pecuniary externalities. Tanah warga yang akan dilalui jalan ini butuh dibebaskan
dari para pemiliknya. Proses pembebasan berarti membeli tanah tersebut dari warga empunya.
Karena paham bahwa tanah mereka sekarang amat bernilai untuk dibebaskan dari mereka demi
proyek tol, warga menaikkan harga tanah mereka. Ada 15 bidang tanah yang masih harus
dibebaskan per pertengahan Agustus 2011. Proyek tol mempunyai eksternalitas (atau dampak
berupa kenaikan harga tanah).
Hal serupa juga terjadi di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut pada
Januari 2011. Berhubung di desa tersebut akan dibangun pelabuhan pertanian, warga setempat
menaikkan harga tanah mereka. Pemerintah kabupaten terpaksa menyiapkan biaya yang lebih
besar demi pembebasan lahan. Harga naik karena memang tanah tersebut menjadi lebih bernilai
daripada sebelumnya. Harga tanah naik karena tanah itu sekarang dianggap memiliki lokasi
strategis dan mempunyai masa depan. Dalam hal pecuniary externalities, harga sesuai nilai
seharusnya dan bukan kegagalan pasar.
Eksternalitas umumnya terjadi dan memang kondisi pasar persaingan sempurna tak pernah
terwujud secara nyata. Namun dengan pengetahuan tentang apa itu eksternalitas, kita kini dapat
lebih memahami bahwa kompensasi atas eksternalitas itu merupakan hal yang wajar.
Eksternalitas merupakan bukti bahwa pasar ideal yang kita inginkan tidak sepenuhnya terwujud.
Namun konsep ini sukses dalam membuat kita memahami dan mendefinisikan keadaan secara
lebih konkret lagi. Konsep eksternalitas berhasil membuat ilmu ekonomi menjadi tidak utopis.