Anda di halaman 1dari 12

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Teori Ekonomi

Teori Ekonomi didefinisikan sebagai studi tentang bagaimana

sumberdaya yang terbatas (limited resources) dapat digunakan dengan cara

terbaik untuk memenuhi keinginan manusia yang tidak terbatas (unlimited

human wants). Pada dasarnya teori ekonomi berhubungan langsung dengan

perilaku manusia (human behaviour), yaitu bagaimana memperlakukan

barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Ada dua hal

penting yang bisa dibahas dari definisi di atas.

Pertama, keinginan manusia (human wants or desires) bersifat tidak

terbatas (unlimited). Hal ini menjelaskan tentang perilaku manusia terhadap

kepemilikan suatu barang/jasa dimana kebutuhan akan barang/jasa tersebut

akan selalu diikuti oleh kebutuhan akan barang/jasa lain. Sebagai ilustrasi

apabila seseorang mula-mula hanya membutuhkan sebuah motor, begitu dia

memiliki dan menggunakan motor tersebut, maka akan terasa bahwa

sebetulnya dia membutuhkan kendaraan lain atau mungkin lebih dari motor,

misalnya kendaraan roda empat atau mobil dan seterusnya. Sifat manusia

yang tidak pernah puas ini tampaknya tidak baik, akan tetapi sifat ini justru

mencerminkan ketidakterbatasan keinginan manusia (unlimited human

wants) sehingga menjadi motovasi dasar untuk menggerakkan roda

perekonomian suatu negara.

Kedua, ketersediaan sumberdaya (the availability of resources) untuk

memenuhi keinginan manusia justru bersifat terbatas sehingga menjadi

1
kendala (constraints) bagi konsumen maupun produsen. Bagi konsumen,

kendala utama umumnya adalah pendapatan (money income), sehingga

tidak semua barang/jasa dapat dibeli. Bagi produsen, umumnya kendala

utama adalah jumlah modal yang dimiliki baik modal berupa dana/uang untuk

membeli faktor-faktor produksi maupun ketersediaan input itu sendiri.

Sebelum pembahasan lebih lanjut, ada baiknya pengertian sumberdaya

(resources) dalam tulisan ini dipertegas lebih dahulu. Istilah sumberdaya

seringkali dikaitkan dengan pengertian sumberdaya alam yaitu yang berasal

dari dalam tanah, seperti: minyak, gas bumi dan hasil tambang sejenisnya.

Akantetapi ekonom umumnya menggunakan pengertian sumberdaya dalam

pengertian yang lebih luas.

Sumberdaya (resources) diartikan sebagai sumber-sumber yang

mampu menghasilkan barang/jasa untuk memenuhi keinginan/kebutuhan

manusia tersebut. Pada dasarnya sumberdaya yang diperlukan untuk

kegiatan ekonomi bersifat banyak dan beragam. Contoh sumberdaya

tersebut antara lain: tenaga kerja, bahan baku, tanah, peralatan/mesin,

bangunan, bahan-bahan setengah jadi dan sebagainya. Untuk memudahkan

pembahasan, para pakar ekonomi membaginya dalam beberapa katagori

sesuai pendapat pakar tersebut.

Leftwich dalam Teken (1981), mengklasifikasikan sumberdaya dalam

dua golongan, yaitu tenaga kerja (human resource) dan modal (non-human

resource). Selanjutnya Sumitro dalam Teken (1981), menjabarkan

sumberdaya ke dalam empat golongan, yaitu kekayaan alam (natural

resource), modal berupa mesin-mesin, gedung-gedung atau pabrik, bahan

2
baku dan sebagainya, tenaga kerja (labor) dan keahlian (skill).

Penggolongan sumberdaya di atas, pada hakikatnya tidak banyak berbeda,

hanya terletak pada pandangan para ahli ekonomi tersebut terhadap

pengertian modal dan keahlian. Leftwich menganggap kekayaan alam

sebagai modal sedangkan keahlian adalah hal yang melekat pada tenaga

kerja (human resources). Sumitro menganggap modal dalam kategori ini

perlu dipisahkan dari modal umum (kekayaan alam) demikian juga keahlian

tenaga kerja menjadi keterampilan dan curahan kerja secara fisik.

Hal lain yang juga penting untuk dibahas, adalah perbedaan pengertian

antara modal (capital) dan uang (money). Uang bukanlah modal dalam

pengertian modal di atas. Modal pada dasarnya merupakan salah satu

input/faktor produksi dan bersama-sama input lain (seperti: tanah, tenaga

kerja dan keahlian) dapat digunakan dalam proses produksi untuk

menghasilkan barang/jasa. Sedangkan uang secara terpisah tidak dapat

menghasilkan apa-apa karena fungsi uang sebagai alat tukar untuk

memudahkan transaksi yaitu pertukaran antar faktor produksi/input dan

barang-barang/jasa.

Selanjutnya sumberdaya yang dibahas ini selain beraneka ragam juga

mempunyai ciri-ciri umum antara lain: (1) jumlahnya terbatas, (2) dapat

digunakan untuk menghasilkan beragam barang/jasa, dan (3) mampu

mengkombinasikan dengan sumber-sumberdaya lain untuk menghasilkan

barang/jasa tertentu. Keterbatasan sumberdaya menjadi ciri khas dari

sumberdaya ekonomi (economic resources) sehigga untuk memilikinya

diperlukan korbanan berupa biaya, oleh karena itu sumberdaya ekonomi

3
mempunyai nilai berupa harga. Besarnya nilai/harga barang tersebut

merupakan ukuran dari besarnya korbanan yang harus diberikan untuk

memperoleh barang tersebut. Sifat inilah yang membedakan barang

ekonomi (economic goods) dengan barang bebas (free goods).

Banyaknya barang/sumberdaya ekonomi yang menarik perhatian para

ahli ekonomi, karena selain jumlahnya terbatas, juga mutunya beragam.

Mutu sumberdaya ditentukan oleh banyak faktor, sebagai contoh, mutu

tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan, kesehatan, keahlian

dan sebagainya. Selain itu keserbagunaan sumberdaya tertentu sangat

tergantung pada kemampuan sumberdaya untuk dimanfaatkan pada

berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai contoh, tenaga kerja kasar

dapat digunakan pada berbagai bidang kegiatan, akan tetapi tenaga ahli

dalam bidang tertentu tidak selalu dapat digunakan untuk bidang lain diluar

bidang keahliannya. Apabila tenaga ahli tersebut digunakan sesuai

bidangnya, maka produktifitas hasil relatif tinggi dibandingkan tenaga kerja

biasa. Berdasarkan uraian di atas dapat dirangkum beberapa hal penting

berikut ini, yaitu:

1. Kebutuhan dan keinginan manusia bersifat tidak terbatas, sedangkan

sumberdaya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

ini bersifat terbatas.

2. Permasalahan dasar yang dihadapi, baik oleh individu maupun

masyarakat adalah bagaimana cara terbaik untuk menggunakan/

mengalokasikan sumberdaya (yang terbatas) dalam memenuhi

berbagai keinginan dan kebutuhan (yang tidak terbatas).

4
1.2. Perbedaan Ekonomi Konsumsi dan Ekonomi Produksi

Usaha memenuhi kebutuhan manusia yang bersifat tidak terbatas

dengan menggunakan sumberdaya yang bersifat terbatas menuntut adanya

pilihan (choice). Pilihan yang dilakukan konsumen adalah mengutamakan

pemenuhan kebutuhan dengan tingkat kepentingan yang lebih tinggi

dibandingkan kebutuhan lain atau berdasarkan skala prioritas sebagai

alternatif terbaik. Pengertian alternatif terbaik adalah keputusan yang dapat

memaksimumkan kepuasan konsumen dengan memperhatikan kendala

yang ada. Oleh karena itu permasalahan utama dalam ekonomi konsumsi

adalah alokasi pendapatan (sebagai kendala konsumen) yang bersifat

terbatas untuk memaksimumkan kupuasan konsumen.

Bagi produsen maka motivasi pemilihan tampaknya sedikit berbeda

dengan konsumen, dimana perbedaan utama terletak pada perbedaan

kegiatan mereka, yaitu produsen melakukan kegiatan produksi, sedangkan

konsumen melakukan kegiatan konsumsi. Produsen berkeinginan untuk

memperoleh uang (make money), sehingga mereka bertujuan

memaksimumkan keuntungan (maximize profit), meskipun dalam

kegiatannya mereka menghadapi kendala. Hal ini wajar dan sesuai dengan

realita, karena jika tidak ada kendala maka pemecahan untuk memperoleh

keuntungan maksimum hanya dapat dipenuhi dengan menghasilkan produk

dalam jumlah yang tidak terbatas. Kendala yang dihadapi produsen antara

lain ketersediaan input/sumberdaya atau berupa dana/biaya untuk memiliki

input/sumberdaya tersebut. Produsen tertarik untuk mengalokasikan

5
input/sumberdaya sedemikian rupa agar menghasilkan produk yang dapat

memberikan keuntungan maksimum.

Teori ekonomi lebih menekankan pada pilihan utama yang harus

dilakukan dalam rangka mencapai tujuannya. Teori ekonomi konsumsi

berhubungan dengan permasalahan memaksimumkan kegunaan/kepuasan

(maximum utility) konsumen, sedangkan teori ekonomi produksi

berhubungan dengan permasalahan memaksimumkan keuntungan

perusahaan (maximum profit).

1.3. Pengertian Ekonomi Produksi Pertanian

Ekonomi Produksi adalah ilmu yang berhubungan erat dengan teori

ekonomi, oleh karena itu persyaratan ahli ekonomi produksi adalah dia harus

seorang ekonom dan harus mengetahui banyak ilmu ekonomi. Ahli ekonomi

produksi pertanian adalah ekonom dengan spesialisasi di bidang pertanian.

Hal utama yang menarik adalah bagaimana menerapkan logika

ekonomi (economic logic) dalam permasalahan-permasalahan di bidang

pertanian. Ahli ekonomi produksi pertanian pada dasarnya perlu mengetahui

teori-teori ekonomi dan pengetahuan dibidang pertanian agar unsur-unsur

penting dalam teori tersebut sesuai dengan permasalahan dalam dunia

nyata. Ilmu ekonomi produksi pertanian terutama memperhatikan teori-teori

ekonomi yang berhubungan dengan produk pertanian.

Beberapa pokok pikiran utama dalam ekonomi produksi pertanian

diuraikan berikut ini:

1. Tujuan (goals) dan sasaran (objectives) petani sebagai manajer


usahatani

6
Ahli ekonomi produksi sering berasumsi bahwa sasaran setiap manajer

perusahaan pertanian adalah memaksimumkan keuntungan. Akan tetapi

sebetulnya setiap petani secara individu mempunyai tujuan khusus (unique

goals). Sebagai ilustrasi seorang petani mungkin tertarik mempunyai lahan

usaha yang luas sedangkan petani lain mungkin lebih tertarik mempunyai

peralatan mesin yang canggih.

Tujuan dan sasaran petani sebagai manajer usahatani sangat erat

kaitannya dengan pengambilan keputusan oleh individu tersebut secara

psikologis dimana tujuan tersebut mungkin hanya sedikit berkaitan dengan

maksimisasi keuntungan.

2. Lingkungan ekonomi yang bersaing dimana perusahaan


beroperasi.

Ekonom sering menempatkan usahatani sebagai contoh model

tradisional yaitu model pasar bersaing murni/sempurna. Kegiatan-kegiatan

yang dilakukan petani pada pasar tradisional ini sangat tergantung pada jenis

produk yang dihasilkannya. Kenyataannya produk yang dihasilkan erat

kaitannya dengan kebutuhan pokok penduduk suatu negara, yang

melibatkan campurtangan/intervensi pemerintah berupa kebijakan/regulasi

dalam penentuan jumlah, harga jual atau distribusi faktor produksi/produk

yang dihasilkan. Beberapa contoh bentuk campur tangan pemerintah antara

lain:

(1) di Amerika Serikat, pemerintah banyak terlibat dalam mengatur

produksi produk serelia (grain) dan harga jualnya di tingkat petani,

sehingga asumsi harga produk pada pasar bersaing sempurna tidak

7
dipenuhi lagi karena adanya campur tangan (intervensi) pemerintah

tersebut.

(2) Di Indonesia untuk pengadaan sembako (sembilan bahan pokok),

diatur melalui lembaga logistik tingkat nasioanal dan regional (Bulog

dan Dolog yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia) sehingga

harga produk tidak ditentukan secara penuh oleh kekuatan pasar,

tetapi sebagian ada campur tangan/intervensi pemerintah (misal:

kebijakan harga dasar) terutama jika harga produk fluktuatif.

3. Penentuan produk yang akan dihasilkan.

Petani sebagai manajer usahatani harus memutuskan jumlah dan jenis

produk yang akan dihasilkan dengan memperhatikan sumberdaya yang

tersedia. Produk mana yang akan dipilih tergantung pada tujuan dan

sasaran yang ingin dicapai serta kendala yang dihadapi. Selain itu

karakteristik serta preferensi petani untuk menghasilkan produk tertentu juga

mempengaruhi penentuan produk yang dihasilkan.

4. Alokasi sumberdaya diantara output-output.

Setelah petani memutuskan jenis dan jumlah output yang akan

dihasilkan berdasarkan pertimbangan-petimbangan di atas, maka petani

harus dapat memutuskan bagaimana sumberdaya yang tersedia dapat

dialokasikan diantara output-output yang akan dihasilkan. Seringkali

keputusan ini sulit dilakukan mengingat banyak kendala yang dihadapi.

Kendala-kendala yang dihadapi petani dapat berasal dari dalam (internal

constrainst) atau berasal dari luar (external constrainst). Untuk kendala yang

8
berasal dari dalam (misal berupa ketersediaan input), biasanya sudah

diperhitungkan pada saat pengambilan keputusan, akan tetapi untuk kendala

dari luar (peraturan atau kebijakan pemerintah), seringkali menyulitkan dan

diluar kemampuan petani.

5. Asumsi resiko dan ketidakpastian

Model pasar persaingan murni/sempurna mengasumsikan bahwa

manajer mengetahui dengan pasti bentuk fungsi produksi yang dihadapi,

harga-harga input yang akan dibeli dan harga-harga output yang akan dijual.

Akan tetapi kenyataannya pada sektor pertanian, asumsi-asumsi ini sulit

dipenuhi terutama bentuk fungsi produksi petani. Meskipun harga input yang

akan dibeli petani dapat diketahui pada saat barang-barang tersebut dibeli,

tetapi dapat dipastikan mereka tidak dapat mengetahui dengan pasti berapa

harga output yang akan berlaku pada saat panen nanti, hal ini akibat proses

biologis pada sektor pertanian.

Selain itu petani harus menghadapi resiko fisik (seperti: rusak dan

busuk akibat hama dan penyakit, musibah banjir, kecelakaan dan

sebagainya) dan resiko harga (berupa fluktuasi harga). Kedua macam resiko

ini mencerminkan adanya faktor resiko dan ketidakpastian (risk and

uncertainty) pada produk pertanian dan akan mempengaruhi besarnya

pendapatan yang akan diperoleh petani.

6. Asumsi-asumsi persaingan murni/sempurna

Ekonom sering menggunakan teori pasar bersaing murni/sempurna

sebagai model dasar untuk menjelaskan tingkah laku perusahaan dalam

9
suatu industri. Oleh karena itu ada baiknya untuk mengkaji ulang model

ekonomi klasik (struktur pasar bersaing murni/sempurna) berdasarkan

asumsi-asumsinya sebagai ciri struktur pasar tersebut, sekaligus

membandingkan bagaimana aplikasinya dalam dunia nyata. Asumsi-asumsi

model pasar persaingan murni/sempurna antara lain:

1) Jumlah perusahaan/produsen dalam suatu industri adalah banyak,

sehingga masing-masing perusahaan secara individu tidak mampu

menentukan harga jual produk atau hanya sebagai penerima harga

(price taker).

2) Jumlah pembeli produk/konsumen produk tersebut banyak, sehingga

secara individu konsumen tidak mampu mempengaruhi harga beli

produk atau hanya sebagai penerima harga (price taker).

3) Produk (berupa barang/jasa) yang dihasilkan seragam (homogen),

sehingga produk yang akan dijual tersebut tidak memerlukan lagi

advertensi/promosi. Produk yang dihasilkan setiap perusahaan sulit

dibedakan bila ditinjau dari ciri khas yang dimilikinya, meskipun untuk

beberapa komoditi (terutama untuk ekspor), seperti: buah-buahan,

produk daging dan ikan olahan secara sederhana dapat dilakukan

promosi karena dapat dibedakan berdasarkan merek yang diberikan

oleh masing-masing pabrik pengolahnya.

4) Adanya kebebasan perusahaan keluar masuk industri (free exit and

entry into industry), sehingga timbul mobilitas sumberdaya secara

bebas baik dari dalam maupun ke luar usahatani. Asumsi ini relatif

sulit ditemui disektor pertanian, terutama pada sub sektor perkebunan

10
tanaman tahunan yang memerlukan biaya investasi besar dan masa

produktsi yang relatif lama (gestation period). Sebagai contoh biaya

investasi pembukaan kebun kelapa sawit per hektar hingga produktif

memerlukan biaya lebih dari 25 juta rupiah dan masa menunggu

sekitar empat tahun.

5) Implikasi dari kedudukan perusahaan sebagai penerima harga adalah

mereka hanya dapat meraih keuntungan yang maksimum dengan

cara menyesuaikan jumlah produk yang dihasilkan pada tingkat harga

yang berlaku (given price). Penentuan jumlah produk dengan pasti

kadang-kadang juga sulit ditentukan, karena banyak faktor eksternal

yang berpengaruh (misalnya faktor cuaca, hama dan penyakit),

disamping proses biologis sebagai faktor penentu.

6) Tidak adanya kendala buatan berupa penetapan/peraturan dari luar

yang bersifat memaksa terhadap penawaran, permintaan maupun

harga barang. Asumsi ini justru tidak sesuai untuk kasus produk

pertanian, karena kenyataannya pemerintah secara terus menerus

melakukan intervensi pada produksi dan harga produk pertanian.

Sebagai contoh: pemerintah menetapkan kebijakan tataniaga

cengkeh, harga dasar gabah dan pupuk.

7) Semua variabel yang berhubungan dengan produsen adalah perlu

diketahui dengan pasti, seperti: harga jual produk, harga beli input.

Akan tetapi kenyataannya justru variabel-variabel di atas sulit

diramalkan dan diketahui dengan pasti akibat posisi petani yang

lemah dan banyaknya faktor eksternal yang sulit dikendalikan.

11
Berdasarkan ulasan di atas jelaslah bahwa penggunaan model pasar

persaingan murni/sempurna mempunyai beberapa kelemahan bila

diterapkan pada sektor pertanian, akantetapi dibandingkan dengan model

atau struktur pasar lain, seperti: monopoli, monopsoni, oligopoli, monopolistik

dan sebagainya, maka bentuk pasar persaingan murni inilah yang paling

mendekati/mewakili kondisi pasar komoditi pertanian sehingga memudahkan

pemahaman konsep-konsep ekonomi produksi di atas terutama untuk kasus

di negara berkembang seperti di Indonesia. Model bentuk pasar lain juga

akan dibahas. Setiap analisis akan selalu dimulai dengan menggunakan

model pasar persaingan murni sebagai model umum (general form) yang

sederhana, selanjutnya dilakukan modifikasi sesuai dengan kondisi di

lapangan atau kasus-kasus yang dihadapi.

12

Anda mungkin juga menyukai