(Oreochromis nilloticus)
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Biologi Perikanan
Disusun Oleh:
Kelompok 8/Perikanan A
Reanita Juhaeriah Surahmat 230110200005
Regita Damayanti 230110200019
Fathurrahman 230110200021
Vira Lestari 230110200049
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2021
ANALISIS ASPEK BIOLOGI IKAN NILA
(Oreochromis nilloticus)
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Biologi Perikanan
Disusun Oleh :
Kelompok 8/Perikanan A
Reanita Juhaeriah Surahmat 230110200005
Regita Damayanti 230110200019
Fathurrahman 230110200021
Vira Lestari 230110200049
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui:
Asisten Laboratorium
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan laporan akhir
praktikum Biologi Perikanan yang berjudul “Analisis Aspek Biologi Ikan Nila
(Oreochromis nilloticus)”.
Tujuan dan pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai kegiatan praktikum Biologi Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan ilmu pengetahuan mengenai
analisis aspek biologi ikan nila (Oreochromis nilloticus).
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tim dosen mata kuliah Biologi Perikanan
2. Tim asisten laboratorium mata kuliah Biologi Perikanan
Semoga laporan ini dapat menuntun ke arah yang lebih baik lagi dan
mampu menambah kemampuan penulis dalam meningkatkan ketelitian. Kritik dan
saran demi laporan ini selanjutnya sangat dinantikan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL..................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................vi
I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................1
1.2. Tujuan.............................................................................................2
1.3. Manfaat...........................................................................................2
II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................3
2.1. Biologi Ikan....................................................................................3
2.1.1. Taksonomi...................................................................................3
2.1.2. Morfologi....................................................................................4
2.1.3. Habitat.........................................................................................7
2.1.4. Pertumbuhan................................................................................7
2.1.5. Reproduksi..................................................................................8
2.1.6. Kebiasaan Makan......................................................................10
2.2. Pertumbuhan.................................................................................11
2.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan...................11
2.2.2. Pola Pertumbuhan.....................................................................12
2.2.3. Faktor Kondisi...........................................................................13
2.3. Reproduksi....................................................................................15
2.3.1. Rasio Kelamin...........................................................................16
2.3.2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)..........................................16
2.3.3. Indeks Kematangan Gonad (IKG).............................................21
2.3.4. Hepato Somatic Indeks (HSI)...................................................21
2.3.5. Fekunditas.................................................................................22
2.3.6. Tingkat Kematangan Telur (TKT)............................................24
2.4. Kebiasaan Makan..........................................................................26
2.4.1. Indeks Bagian Terbesar.............................................................26
2.4.2. Indeks Ivlev...............................................................................26
2.4.3. Tingkat Trofik...........................................................................27
ii
3.5. Analisis Data.................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................50
LAMPIRAN...........................................................................................53
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat...................................................................................................54
Lampiran 2. Bahan................................................................................................55
Lampiran 3. Prosedur Bagan Alir.........................................................................56
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan.....................................................................57
Lampiran 5. Data Pertumbuhan............................................................................58
Lampiran 6. Perhitungan Distribusi Frekuensi Panjang Ikan...............................60
Lampiran 7. Perhitungan Distribusi Frekuensi Bobot Ikan..................................61
Lampiran 8. Perhitungan Regresi Hubungan Panjang Bobot...............................62
Lampiran 9. Data Reproduksi Ikan Nila...............................................................64
Lampiran 10. Perhitungan Distribusi TKG...........................................................66
Lampiran 11. Data Kebiasaan Makan Ikan Nila...................................................67
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan
hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21°C (Harrysu 2012).
I.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum aspek biologi pada ikan nila
yaitu:
1. Menganalisis aspek pertumbuhan meliputi distribusi ukuran, hubungan
panjang bobot dan faktor kondisi
2. Menganalisis aspek reproduksi, meliputi rasio kelamin, TKG, IKG,
HSI Fekunditas, Diameter Telur dan Tingkat Kematangan Telur
3. Menganalisis aspek kebiasaan makan, meliputi indeks bagian terbesar,
indeks ivlev dan indeks tropic
I.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui aspek-aspek
penting yang dapat menjadi dasar dalam budidaya Ikan Nila (Oreochromis
nilloticus). Aspek-aspek tersebut yaitu pertumbuhan, reproduksi dan kebiasaan
makan ikan nila. Pentingnya pemahaman tentang biologi perikanan merupakan
salah satu upaya untuk memberikan kemampuan dalam menganalisis dan
menduga pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan. Sehingga dengan demikian
dapat melihat jumlah stok yang ada di alam berdasarkan ukuran ikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
4
punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan mulut
berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et al. 1993).
Bentuk badan ikan nila (Oreochromis niloticus) ialah pipih ke samping
memanjang. Mempunyai garis vertikal pada badan sebanyak 9–11 buah,
sedangkan garis-garis pada sirip berwarna merah berjumlah 6–12 buah. Pada sirip
punggung terdapat juga garis-garis miring. Mata kelihatan menonjol dan relatif
besar dengan bagian tepi mata berwarna putih. Badan relatif lebih tebal dan kekar
dibandingkan ikan mujair. Garis lateralis (gurat sisi di tengah tubuh) terputus dan
dilanjutkan dengan garis yang terletak lebih bawah (Susanto 2007).
Ikan nila ukuran kecil relatif lebih cepat menyesuaikan diri, terhadap
kenaikan salinitas dibandingkan dengan nila ukuran besar. Operasional
pembesaran ikan nila harus memperhatikan faktor waktu, persiapan lahan dan
sarana produksi, metode pembesaran (Popma 2005).
Secara umum ikan nila sangat tahan terhadap serangan penyakit, yang
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan kelebihan ikan nila dengan sistem
intensif sangat menjamin ikan nila tidak terserang penyakit, mengingat
penggantian air kontinyu dilakukan setiap hari minimal 20 % (Pullin et al. 1992).
Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang
genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping
lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai
6
saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih
gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh,
sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar (Suyanto 2003).
Berdasarkan alat kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang
lebih besar daripada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa
tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan saluran sperma yang
terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan mengeluarkan
cairan bening (cairan sperma) terutama pada saat musim pemijahan. Sementara
itu, ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran
urin yang terletak di depan anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila
jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan
rahang belakang agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan
sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan Nila
betina, garisnya berlanjut (tidak putus) dan melingkar (Amri & Khairuman 2002).
Gambar 3. Perbedaan alat kelamin Nila jantan (kiri) dan Nila betina (kanan)
(Sumber : Suyanto, 1993: 12)
7
factor luar dan factor dalam. Faktor luar sulit dikontrol yang meliputi keturunan,
sex, umur, parasit, dan penyakit. Faktor luar utama yang mempengaruhi
pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan (Effendi 2002).
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pakan,
wadah budidaya, suhu, salinitas, musin dan aktivitas fisik. Karena ikan bersifat
poikilothermal dan hidup di air, maka sangat dipengaruhi oleh media budidaya
(Weatherly and Gill 1987).
Berdasarkan penelitan Septi (2013) ikan nila yang diamati memiliki hasil
yang didapat berdasarkan tabel, nilai b<3, yaitu Y= 0,2244x + 2,8222, jadi
hubungan panjang dan beratnya bersifat allometrik negatif, dimana pertambahan
panjang lebih dominan daripada pertambahan berat, artinya ikan nila tersebut
kurus. Faktor Kondisi ikan nila dari 2 atau mendekati satu, jadi ikan nila yang di
amati adalah ikan nila yang kurus.
musim kawin. lkan jantan tumbuh lebih cepat dan lebih besar dibanding
betinanya. Proses pemijahan dimulai dengan pembuatan sarang oleh ikan jantan
berupa lekukan berbentuk bulat dengan diameter sebanding seukuran tubuhnya di
dasar perairan dalam daerah teritorial (Suyanto 1988).
Ikan betina yang siap memijah akan mengeluarkan telur di lubang yang
telah dipersiapkan oleh jantan dan telur-telur tersebut akan dibuahi oleh ikan
jantan. Setelah telur dibuahi, telur tersebut akan dikumpulkan oleh ikan betina dan
dierami di dalam mulut sampai menetas. Lama pengeraman di dalam mulut
berkisar antara 1 – 2 minggu tergantung suhu air tempat dilakukannya pemijahan.
Setelah larva dilepas oleh induk betina, larva-larva tersebut akan kembali ke
dalam mulut induk betina apabila ada bahaya yang mengancam. Kondisi air yang
tenang akan menguntungkan bagi pertumbuhan dan pemijahan ikan nila. Dalam
upaya memperoleh tingkat pemijahan yang optimum, ikan nila bersifat poligami,
maka nisbah kelamin dianjurkan 1 jantan untuk 2 betina pada luasan kolam 10 m 2
(Djarijah 1994).
Menurut Mendoza dkk (2005), secara alami ikan nila dapat memijah
sepanjang tahun di daerah tropis. Pada umumnya pemijahan ikan nila terjadi 6-7
kali/tahun. Rasio betina : jantan untuk pemijahan adalah 2:1. Fekunditas berkisar
antara 243-847 butir telur/ induk, sedangkan menurut Kusnadi dan Bani 300-
1.500 butir/induk, dan juga menurut Kordi (2000) dalam Stickney (2006) 300-
3.000 butir/induk.
Secara teoritis, ikan nila dapat dipijahkan secara alami, semi buatan dan
buatan. Pemijahan secara alami adalah pemijahan secara alamiah dalam
wadah/tempat pemijahan tanpa dilakukan pemberian rangsangan hormonal.
Pemijahan semi buatan adalah pemijahan dengan proses rangsangan hormonal
akan tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah dalam wadah/tempat
pemijahan. Pemijahan buatan terjadi dengan pemberian rangsangan hormonal dan
proses ovulasi dan pembuahannya dilakukan secara buatan. Pemijahan ikan nila
untuk tujuan produksi sebaiknya dilakukan secara alami dan semi buatan, hal ini
dikarenakan secara biologi pemijahan dan penetasan telur ikan nila lebih
memungkinkan dilakukan secara alamiah (Djarijah 1994).
10
II.2. Pertumbuhan
Menurut Affandi (2002), pertumbuhan adalah proses perubahan jumlah
individu/biomas pada periode waktu tertentu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh
factor luar dan factor dalam. Faktor luar sulit dikontrol yang meliputi keturunan,
sex, umur, parasit, dan penyakit. Faktor luar utama yang mempengaruhi
pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan (Effendi 2002).
mungkin dapat dikontrol dengan menggunakan seleksi untuk mencari ikan yang
baik pertumbuhannya. Tetapi di alam, tidak ada control yang dapat diterapkan,
begitu pula dengan jenis kelamin juga tidak dapat di control.
Faktor luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan ialah pakan, suhu
perairan, penyakit, dan parasite. Di daerah tropic, makanan merupakan faktor
yang lebih penting dari suatu perairan. Bila keadaan faktor-faktor lain normal,
ikan dengan makanan berlebih akan tumbuh lebih pesat. Penyakit dan parasite
juga mempenngaruhi pertumbuhan terutama jika yang diserang adalah alat
pencernaan makanan atau organ vital lainnya, sehingga efisiensi berkurang akibat
kekurangan makanan yang berguna untuk pertumbuhan (Effendie 1997).
Menurut Thomas (2005), pertumbuhan yang cepat pada ikan nila diperoleh
dari ikan yang berkelamin jantan, ikan nila jantan tumbuh lebih cepat dengan
pertumbuhan rata-rata 2,1 gr/hari dibanding dengan, ikan nila betina yang hanya
rata-rata tumbuh 1,8 gr/hari, maka lebih ekonomis, jika di dalam tambak hanya
ditebar benih ikan nila berkelamin jantan. Pertumbuhan ikan nila berbeda pada
kondisi air tawar, payau (estuari) dan laut. Ikan nila tumbuh lebih cepat pada
salinitas 6-17 ppt dibandingkan dengan air tawar. Pada salinitas 31-36 ppt dapat
mematikan secara total (Mege 1993).
Dasar perhitungan dari cara tersebut adalah sama namun metoda yang
dikemukakan oleh Carlender lebih pendek dan dapat dipakai tanpa menggunakan
mesin hitung. Nilai praktis yang didapat dari perhitungan panjang berat ini ialah
kita dapat menduga berat dari panjang ikan atau sebaliknya, keterangan tentang
ikan mengenai pertumbuhan kemontokan, dan perubahan dari lingkungan serta
baik digunakan terutama untuk ikan-ikan yang besar. Namun, kelemahan dari
perhitungan ini yaitu hanya berlaku untuk sementara waktu saja.
Hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b (Effendi
1997) :
Bila b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan panjang
seimbang dengan pertambahan berat).
Bila b ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik;
- Bila b > 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif yaitu
pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang,
menunjukkan keadaan ikan tersebut montok.
- Bila b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif yaitu
pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat,
menunjukkan keadaan ikan yang kurus.
Selanjutnya untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik uji 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
dibandingkan dengan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada selang kepercayaan 95%. Pengambilan
keputusannya adalah jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka tolak hipotesis nol (𝐻0) dan jika
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 berarti gagal menolak hipotesis nol (𝐻0).
sehingga faktor kondisi ikan yang berukuran kecil relatif tinggi dan akan menurun
ketika ikan bertambah besar.
Bergantung kepada system ukuran yang dipakai maka faktor kondisi ini ada
tiga macam yaitu,
1. Sistem Metrik
2. Sistem Inggris
3. Sistem Campuran
Harga K berkisar antara 1-3 untuk ikan yang mempunyai badan kurang
pipih. Harga K berkisar antara 2-4 untuk badan ikan agak pipih. Faktor kondisi
dipengaruhi oleh makanan umur, jenis kelamin, dan kematangan gonad. Selama
dalam pertumbuhan tiap pertambahan berat material akan bertambah panjang
dimana perbandingan liniernya akan tetap (Effendie 2002). Dalam hal ini
dianggap bahwa berat ikan yang ideal sama dengan pangkat tiga dari panjangnya
dan berlaku untuk ikan kecil dan besar. Dari seluruh nilai K (TI) yang didapatkan
nilai yang berkisar antara 1-3 maka dari data hasil yang diperoleh dapat diambil
kesimpulan bahwa ikan memiliki bentuk yang kurang pipih. Hal ini menyebabkan
kemontokan ikan kurang dikarenakan pengaruh makanan, umur, jenis kelamin
dan kematangan gonad. Pertumbuhan ini disebut dengan pertumbuhan allometrik
karena nilainya kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya. (Effendie 1997).
Menurut Carlender (1968) dalam Effendie (1997) faktor kondisi relative
tidak cocok untuk membandingkan diantara populasi.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi ikan menurut Effendie
(2002) adalah sebagai berikut:
1. Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap faktor kondisi, seperti perubahan makanan
ikan yang berasal dari ikan pemakan plankton berubah menjadi ikan pemakan
ikan atau sebagai karnivor. Hal demikian juga dapat terjadi apabila ada perubahan
kebiasaan dari perairan estuarine ke perairan laut.
2. Umur
15
Umur berperan dalam pertumbuhan, pertumbuhan cepat terjadi pada ikan ketika
dalam stadia larva dan benih, karena sebagian sumber energi di gunakan untuk
pertumbuhan badan dalam hal ini ukuran somatik. Sedangkan ikan yang sudah
dewasa pada umumnya sebagian besar sumber energi digunakan untuk
perkembangan gonadnya.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukan tingkat faktor kondisi pada ikan untuk ikan betina yang
sudah matang gonad biasanya bentuk tubuhnya lebih besar dan membuncit pada
bagian perutnya, sedangkan pada ikan jantan bentuk tubuhnya lebih ramping.
4. Kematangan Gonad
Kematangan gonad ikan terjadi saat ikan akan memijah. Pada saat tersebut, gonad
akan mengalami pertambahan berat hingga mencapai maksimum dan kemudian
akan mengalami penurunan berat setelah terjadi pemijahan. Selama proses
reproduksi berlangsung, energi yang dihasilkan tubuh sebagian besar digunakan
untuk perkembangan gonadnya.
5. Ukuran Ikan
Faktor kondisi berfluktuasi dengan ukuran ikan. Ikan yang berukuran kecil
mempunyai kondisi relatif yang tinggi, kemudian menurun ketikan ikan
bertambah besar
II.3. Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya
sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap
individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan
berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini.
Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi
lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun
(Yushinta Fujaya 2004: 151).
Aspek reproduksi yang akan dibahas meliputi pengertian reproduksi rasio
kelamin, faktor-faktor yang mempengaruhi pemijahan tingkat kematangan gonad ,
indeks kematangan gonad, hepatosomatik indeks, fekunditas, diameter telur,
16
faktor luar yang berpengaruh adalah suhu, arus, adanya individu yang berbeda
jenis kelamin dan tempat berpijah yang sesuai.
Sedangkan menurut Rizal (2009), Tingkat kematangan gonad adalah
tahap-tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah.
Penentuan tingkat kematangan gonad antara lain dengan mengamati
perkembangan gonad. Dalam proses reproduksi, perkembangan gonad yang
semakin matang merupakan bagian dari proses produksi ikan sebelum pemijahan.
Selama itu, sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad.
Berat gonad akan maksimal pada waktu ikan akan memijah, kemudian akan
menurun secara cepat dengan berlangsungnya musim pemijahan hingga selesai.
Pengamatan kematangan gonad ini dilakukan dengan dua cara, pertama
cara histologi yang dilakukan di laboratorium dan kedua dapat dilakukan di
Laboratorium atau di lapangan. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat
kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat,
warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan
betina lebih banyak diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan
diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma
yang terdapat di dalam testis (Effendi 1997).
Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan
telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya
mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah (Sukiya 2005:
20). Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku
dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran
kecil sebagai konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan
yang memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang
memerlukan perawatan dari induknya, misal ikan Tilapia (Yushinta Fujaya 2004:
151).
Keterangan tentang kematangan gonad ikan diperlukan untuk mengetahui
perbandingan ikan yang matang gonad dan yang belum matang dari suatu stok
ikan, ukuran atau umur ikan pertama kali memijah, apakah ikan sudah memijah
atau belum, kapan terjadi pemijahan, berapa lama saat pemijahan, berapa kali
18
memijah dalam satu tahun dan sebagainya. Perubahan gonad ikan berupa
meningkatnya ukuran gonad dan diameter telur dinyatakan dengan tingkat
kematangan gonad (TKG) (Kordi 2010).
menurut Nikolsky (Moch. Ikhsan Effendie 1997) dibagi menjadi 7 tingkat yaitu:
berhubungan dengan ukuran dan berat tubuh ikan keseluruhannya atau tanpa berat
gonad. Perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh (Effendie 1997).
Perbedaan nilai IKG dapat disebabkan perubahan tingkat metabolisme
pada suhu yang berbeda. Dimana perbedaan suhu akan mempengaruhi tingkat
metabolisme suatu organisme budidaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa
tingkat metabolisme berhubungan dengan suhu air, sehingga tingkat metabolism
akan mengalami perubahan jika dipelihara pada suhu yang berbeda (Effendie
1997).
Ikan yang mempunyai berat tubuh lebih berat maka secara otomatis ia
akan memiliki berat gonad yang jauh lebih berat, hal ini berkaitan langsung
dengan ukuran telur yang dihasilkan. Menurut Effendie (1997), umumnya sudah
dapat diduga bahwa semakin meningkat tingkat kematangan, garis tengah telur
yang ada dalam ovarium semakin besar pula. Berat tubuh pertama matang gonad
pada ikan Nila adalah 500 gram/ekor, sedangkan pada ikan betina adalah 2.500
gram/ekor (Badan Standar Nasional Indonesia 1999).
II.3.5. Fekunditas
Pengetahuan mengenai fekunditas merupakan salah satu aspek yang
memegang peran penting dalam biologi perikanan. Fekunditas ikan telah
dipelajari bukan saja merupakan salah satu aspek dari natural history, tetapi
sebenarnya ada hubunganya dengan studi dinamika populasi, sifat- sifat rasial,
22
kesempatan yang sama. Bila ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan
dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah.
Jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas
mutlak atau fekunditas total. Dalam ovarium biasanya ada dua macam ukuran
telur, yaitu telur yang berukuran besar dan yang berukuran kecil. Ada telur yang
berukuran besar akan dikeluarkan tahun ini, dan telur yang berukuran kecil akan
dikeluarkan pada tahun berikutnya, tetapi sering terjadi apabila kondisi perairan
baik telur yang sekecilpun akan dikeluarkan menyusul telur yang besar
(Nickolsky dalam Effendi 1979).
Dalam ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang
kecil. Telur yang besar akan dikeluarkan pada tahun itu dan yang kecil akan
dikeluarkan pada tahun berikutnya.
Metode perhitungan fekunditas dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Mengitung langsung satu persatu telur ikan
b. Metode volumetrik yaitu dengan pengenceran telur
c. Metode gravimetrik
Perhitungan fekunditas telur dengan metode gravimetrik dilakukan dengan
cara mengukur berat seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik pemindahan air.
Selajutnya telur diambil sebagian kecil diukur beratnya dan jumlah telur dihitung.
Besar-kecilnya fekunditas dipengaruhi oleh makanan, ukuran ikan, dan
kondisi lingkungan. Fekunditas dapat juga dipengaruhi oleh diameter telur.
Fekunditas atau jumlah telur ikan Nila 85.000-125.000 butir dan diameternya
kurang lebih 0,3-1,5mm. Induk ikan Nila jantan akan matang kelamin pertama
pada umur 8 bulan, sedangkan yang betina pada umur 18 bulan. Nikolsky (1969)
menyatakan bahwa fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu
yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Didalam ovarium biasanya ada dua macam
ukurn telur, yaitu besar dan kecil.
24
makanan oleh ikan diantaranya yaitu ukuran makanan ikan, warna makanan dan
selera makan ikan terhadap makanan tersebut. Sedangkan jumlah makanan yang
dibutuhkan oleh ikan tergantung pada kebiasaan makan, kelimpahan makanan,
nilai konversi makanan serta kondisi makanan ikan tersebut
Menurut Rukmana (1997) Ikan Nila tergolong ikan pemakan segala atau
omnivora, karena itulah, ikan ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih
benih, makanan yang disukai ikan Nila adalah zooplankton (plankton hewani),
seperti Rotifera sp, Monia sp atau Daphnia sp. Selain itu, juga memakan alga atau
lumut yang menempel pada benda-benda di habitat hidupnya. Ikan nila dewasa
ataupun induk pada umumnya mencari makanan di tempat yang dalam. Jenis
makanan yang disukai ikan dewasa adalah fitoplankton, seperti algae berfilamen,
tumbuh-tumbuhan air, dan organisme renik yang melayang-layang dalam air.
28
29
III.2.2.Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Ikan Nila
2. Akuades 10 ml, untuk melarutkan isi usus
3. Larutan Serra, untuk mengamati kematangan telur ikan
4. Larutan Acetokarmin untuk menentukan sel gonad ikan
a = Intercept
b = Slope
III.4.3.Rasio Kelamin
Menurut Effendie (1997), rasio kelamin dihitung dengan cara
membandingkan jumlah ikan jantan dan betina yang diperoleh sebagai berikut:
X =J :B
Keterangan:
X = nisbah kelamin
J = jumlah ikan jantan (ekor)
B = jumlah ikan betina (ekor)
III.4.6.Fekunditas
Menurut Effendie (1997), fekunditas ikan ditentukan dengan
menggunakan metode gravimetrik dengan rumus:
32
Keterangan:
F = jumlah seluruh telur (butir)
Fs = jumlah telur pada sebagian gonad (butir)
Bg = bobot seluruh gonad (gram)
Bs = bobot sebagian gonad (gram)
III.4.7.Diameter Telur
Menurut Rodriquez et al. (1995), diameter telur dihitung menggunakan
rumus:
Keterangan:
Ds = diameter telur sebenarnya (mm)
D = diameter telur terbesar (mm)
d = diameter telur terkecil (mm)
Ii
Keterangan:
33
Keterangan:
E = Indeks Ivlev (Index of Electivity)
ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimanfaatkan
pi = Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
Keterangan:
Tp = Tingkat trofik
Ttp = Tingkat trofik pakan
Ii = Indeks bagian terbesar pakan
Keterangan:
T = nilai t hitung
B = slope
Sb = standar deviasi
Kaidah pengambilan keputusan yaitu:
Jika t hitung > t tabel: tolak Ho, pertumbuhan ikan allometrik, dan
Jika t hitung ≤ t tabel: terima Ho, pertumbuhan ikan isometrik
III.5.2.Analisis Data Rasio Kelamin
Menurut Supardi (2013), untuk menentukan keseimbangan jenis kelamin,
digunakan uji chi kuadrat dengan menggunakan persamaan:
X
𝒊=𝟏
Keterangan:
X2 = nilai chi kuadrat
Oi = frekuensi observasi yaitu jumlah ikan jantan atau betina hasil
pengamatan
Ei = frekuensi harapan yaitu jumlah ikan jantan atau betina secara teoritis
(1:1)
Hipotesis yang akan diuji adalah:
35
0.2
0.15
0.1 7%
5% 5%
0.05 2%
0
170-178 179-187 188-196 197-205 206-214 215-223 224-232
Interval (mm)
0.3
0.2
9%
0.1 4% 2% 0% 2%
0
86.6- 125.86- 164.13- 202.4- 240.67- 278.94- 317.21-
124.86 163.13 201.4 239.67 277.94 316.21 354.48
Interval (g)
36
37
400
350
300
250
Log Bobot
100
50
0
160 170 180 190 200 210 220 230 240
Log Panjang
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
170-178 179-187 188-196 197-205 206-214 215-223 224-232
Panjang (mm)
Rasio Kelamin
42%
Jantan ( ♂)
Betina ( ♀)
58%
lebih kecil dari pada nilai x tabel dengan nilai x2 hitung sebesar 0.04 sedangkan
2
tabel, maka Ho di tolak, dan Jika nilai x hit < x tabel, maka Ho di terima.
2 2
41
10
8 7
6
6
4
2 2
2 1 1 1
0
86.6-124.86 125.86- 164.13- 202.4- 240.67- 278.94- 317.21-
163.13 201.4 239.67 277.94 316.21 354.48
ukuran, warna, dan pengisian testes dalam rongga tubuh sertakeluar tidaknya
cairan dari testes (keadaan segar).
TKG juga dapat diketahui dari nilai-nilai yang dapat dihubungkan dengan
tingkat kematangan gonad yaitu Indeks Kematangan Gonad (IKG), yang
merupakan persen perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan. Dasar yang
dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah
bentuk, ukuran panjang dan berat gonad, warna dan perkembangan isi gonad yang
dapat dilihat.
Berikut merupakan grafik distribusi tingkat kematangan gonad (TKG) ikan
nila betina:
12
10
10
TKG I
8 TKG II
TKG III
6 TKG IV
4 4 TKG V
4
2
2 1 1 1
0
86.6- 125.86- 164.13- 202.4- 240.67- 278.94- 317.21-
124.86 163.13 201.4 239.67 277.94 316.21 354.48
IKG (%)
3.00% 2.77%
2.50%
2.00% 1.90%
1.50%
1.07% 1.09%
1.00%
0.50% 0.35%
0.09%
0.00% 0.00% 0.00%
0.00%
0.00%
I II III IV V
HSI (%)
1.80%
1.61%
1.60%
1.40% 1.36%
1.20%
1.00%
0.80%
0.60%
0.40%
0.20%
0.00% 0.00% 0.00%
0.00%
I II III IV V
IV.2.5. Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur matang yang akan dikeluarkan. Fekunditas
dapat dipengaruhi oleh jenis ikan, usia, ukuran, makanan, dan lainnya. Nilai
fekunditas hanya dapat dihitung pada ikan betina, karena hanya ikan betina yang
45
memiliki ovari untuk reproduksi, sementara ikan jantan memiliki testes (Bagenal,
1978).
Berdasarkan seluruh data sampel yang memiliki nilai fekunditas, diketahui
nilai fekunditas terbesar adalah sebesar 5840 butir telur pada TKG III dengan nilai
IKG 2,89%, yang artinya memiliki nilai penetasan telur yang tinggi. Menurut
pernyataan Fatah, et al (2013) menyatakan bahwa ikan yang mempunyai nilai
IKG < 20% adalah kelompok ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali setiap
tahunnya.
Indeks Propenderan
40% 38%
25% 28%
30%
20%
10% 2% 4%
2%
0%
IP(%)
1%
on on n
nkt k t o ts s
pl
a an cti an ho us a
to pl F ra Pl nt trit sc ct
a
m n
y oo l B e e olu s e or tio
Ph Z a D In
i m M W rac
An tF
l an
P
JENIS PAKAN
Dari data angkatan yang telah diperoleh, bisa kita lihat bahwa presentase
tingkat konsumsi jenis makanan terbanyak dari seluruh ikan nila (Oreochromis
nilloticus) yang diamati adalah detritus yakni sebesar 38%, fitoplankton sebesar
25%, dan tumbuhan sebesar 28% yang merupakan pakan utama dari ikan nila.
Sedangkan pakan lainnya dengan persentase kurang dari 5% merupakan pakan
pelengkap ikan nila.
Pakan ikan nila di habitat asli berupa plankton, perifiton, dan tumbuh-
tumbuhan lunak, seperti Hydrilla dan ganggang. Ikan nila tergolong ke dalam
hewan omnivora (pemakan segala/hewan dan tumbuhan) cenderung herbivora.
Hasil analisis kebiasaan makan berbeda dengan hasil penelitian Yogie (2011) ikan
nila yang diambil dari danau Cianjur, dimana pada fitoplankton kelas
Chlorophyceae menjadi pakan utama dari ikan nila dengan indeks preponderan
mencapai nilai 93,62% untuk ikan jantan dan ikan betina sebesar 91,37% dan
pakan pelengkapnya yaitu Myxophyceac. Menunjukan bahwa kelimpahan
47
V.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum analisis biologis ikan nila
mengenai pertumbuhan, reproduksi, dan kebiasaan makan adalah sebagai berikut:
1. Hubungan panjang total dan bobot pada ikan Nila diketahui bahwa nilai b =
2.732 sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ikan pada praktikum ini
bersifat allometrik negatif. Allometrik negatif adalah pertumbuhan bobot lebih
lambat daripada pertumbuhan panjang menunjukan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan bobotnya. Faktor kondisi
yang tinggi disebabkan ikan tersebut sedang mengalami perkembangan gonad,
sedangkan faktor kondisi yang rendah disebabkan karena ikan tersebut kurang
asupan makanan.
2. Ikan jantan memiliki rasio yang mendominasi pada praktikum ini yaitu rasio
ikan jantan sebesar 58% (32 ekor) dan ikan betina sebesar 42% (23 ekor) dari
total 55 ekor. Nilai TKG pada ikan jantan didominasi oleh TKG II yaitu 21
ekor dan ikan betina didominasi oleh TKG III yaitu 15 ekor. Ikan jantan
memiliki nilai IKG tertinggi pada TKG IV yaitu 1,09% dan ikan betina
memiliki nilai IKG tertinggi pada TKG IV yaitu 2,77%. Nilai HSI tertinggi
terdapat pada TKG IV sebesar 1,61%, dan fekunditas tertinggi sebanyak 5840
butir telur pada TKG III dengan nilai IKG 2,89 % dengan TKT didominasi
oleh telur ikan pada fase GVBD atau inti telur yang telah melebur.
3. Pakan ikan nila di habitat asli berupa plankton, perifiton, dan tumbuh-
tumbuhan lunak, seperti Hydrilla dan ganggang. Ikan nila tergolong ke dalam
hewan omnivora (pemakan segala/hewan dan tumbuhan) cenderung herbivora.
Berdasarkan tingkat trofiknya yaitu bernilai 2,47 yang berarti ikan nila
merupakan ikan omnivora cenderung herbivor
48
49
V.2. Saran
Perlunya dilakukan praktikum secara langsung agar praktikan lebih
memahami materi pertumbuhan, reproduksi serta kebiasaan makan. Dilakukan
juga analisis mengenai diameter telur dan tingkat kematangan telur sehingga
didapatkan data dari parameter yang diamati tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., dan Tang, U. 2002. Fisiologi Hewan Air.University Riau Press. Riau.
217 p.
Darwisito, S., 2006, Kinerja Reproduksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Yang
Mendapat Tambahan Minyak Ikan dan Vitamin E Dalam Pakan Yang
Dipelihara Pada Salinitas Media Berbeda, Disertasi, Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Effendie MI. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.112 hlm
Fatah, K., dan S. Adjie, 2013. Biologi Reproduksi Ikan Betutu (Oxyeleotris
mamorata) di Waduk Kedung Ombo Provinsi Jawa Tengah, Bawal. Vol.5
(2): 89-96.
Ivlev VS. 1961. Experimental ecology of the feeding of fishes. Yale University
Press, New Haven, CT, USA. 322 p.
50
51
Kottelat, M., et al. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi.
Peripulus Edition Limited. Munich. Germany.
Lagler, K. F., J. E. Bardach., dan R. R. Miller. 1962. Ichtyology. John Willey and
Sons, Inc. New York. 545pp.
Mege, R.A. 1993. Kajian Fisologis Nila Merah (Oreochromis sp.) yang
Dipelihara Pada Beberapa Kondisi Salinitas. Bogor : Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 116 hal. Master Tesis
Popma, T. 2005. Life History and Biology. Texas. Auburn University Southern
Regional Agricultural Centre (Pond Culture Of Tilapia)
Rukmana, R., (1997), Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Rustidja. 1999. Produksi Benih Unggul Benih Ikan Nila Merah. Laporan
Penelitian Hibah Bersaing (PHB II/I)
Saanin H. 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan 1 dan 2. Bina Cipta.
Bandung. Viii + 508 h.
Saputra II. 2013. Analisis Isi Lambung Ikan Selais Danau (Ompok
hypophthalmus, Bleeker 1846) Di Sungai Tapung Hilir Provinsi Riau.
Pekanbaru. FMIPA Universitas Riau
Sugiarto. 1988, Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. CV.Simplex. Jakarta.
Supardi. (2013) Aplikasi Statistika dalam Penelitian Konsep Statistika yang Lebih
Komprehensif. Jakarta: Change Publication.
Lampiran 1. Alat
Lampiran 2. Bahan
Formalin Akuades
56
Ikan diambil, kemudian dimatikan dengan penusuk pada bagian depan kepala
ikan.
Panjang ikan diukur Total Length (TL), Standart Length (SL) dan Folk Length
(FL) menggunakan penggaris.
Gonad ikan diambil kemudian diamati dan diukur panjang dan beratnya.
Hati ikan diambil kemudian diamati dan diukur panjang dan beratnya.
Ikan yang sudah diambil Ikan Nila ditimbang Ikan nila diukur TL,SL,FL
lalu di matikan
Hati Ikan Nila ditimbang Gonad Ikan Nila ditimbang Ikan Nila dibedah
Pengukuran Usus Ikan Jantan Pengukuran Usus Ikan Betina Pengambilam Isi Usus
Pertumbuhan
Panjang (mm)
No.
Bobot (g)
SL FL TL
Keterangan :
SL = Standard length
FL = Fork Length
TL = Total Length
60
2,162 1,291
23 III betina 168,81 3,65 2,18 % % 1460
2,377 0,477
24 III betina 188,87 4,49 0,9 % % 308
186,8 0,262 1,231
25 II jantan 1 0,49 2,3 % %
2,882 2,204
26 III betina 152 4,38 3,35 % % 5840
172,8 2,315 1,730
27 III betina 2 4 2,99 % % 3891
0,106 0,781
28 II jantan 274 0,29 2,14 % %
175,8 2,178 0,984
29 III betina 5 3,83 1,73 % % 585
0,384 0,000
30 II jantan 164,05 0,63 % %
1,592 0,225
31 III betina 186,56 2,97 0,42 % % 2244
0,271 0,000
32 II jantan 162,3 0,44 % %
0,074 0,932
33 I jantan 162 0,12 1,51 % %
181,6 0,149 1,431
34 II jantan 3 0,27 2,6 % %
1,105 1,866
35 III betina 172 1,9 3,21 % % 642
0,087 0,000
36 II jantan 172,4 0,15 % %
0,172 0,000
37 II jantan 180,52 0,31 % %
0,054 0,885
38 II jantan 148 0,08 1,31 % %
142,5 1,200 1,614
39 III betina 3 1,71 2,3 % % 1105
162,1 0,068 0,000
40 I jantan 4 0,11 % %
0,144 1,036
41 II jantan 167 0,24 1,73 % %
1,094 1,497
42 IV jantan 149 1,63 2,23 % %
0,078 0,869
43 I jantan 154,2 0,12 1,34 % %
0,939 1,381
44 III betina 187,51 1,76 2,59 % % 2963
354,4 1,219 0,756
45 IV betina 8 4,32 2,68 % % 3103
0,055 1,591
46 I jantan 126,3 0,07 2,01 % %
47 II jantan 227,23 0,32 2,9 0,141 1,276
66
% %
2,616 2,505
48 IV betina 188,06 4,92 4,71 % % 1585
0,138 0,000
49 II jantan 152,5 0,21 % %
0,811 1,865
50 III betina 151,75 1,23 2,83 % % 1362
180,6 2,369 1,068
51 IV betina 9 4,28 1,93 % % 2900
186,3 0,113 0,853
52 II jantan 9 0,21 1,59 % %
1,810 1,799
53 iv betina 190,63 3,45 3,43 % % 3011
0,281 1,051
54 II jantan 138,9 0,39 1,46 % %
2,276 1,161
55 III betina 174 3,96 2,02 % % 1810
Keterangan :
IKG = Indeks Kematangan Gonad
HSI = Hepatosomatic Index
67
Jantan
Kelas Interval TKG TKG TKG TKG TKG
ke- Bobot (g) I II III IV V
1 86.6-124.86 0 0 1 0 0
2 125.86-163.13 7 6 0 1 0
3 164.13-201.4 2 12 0 0 0
4 202.4-239.67 0 2 0 0 0
5 240.67-277.94 0 1 0 0 0
6 278.94-316.21 0 0 0 0 0
7 317.21-354.48 0 0 0 0 0
9 21 1 1 0
Betina
Kelas Interval TKG TKG TKG TKG TKG
ke- Bobot (g) I II III IV V
1 86.6-124.86 0 0 0 1 0
2 125.86-163.13 0 0 4 0 0
3 164.13-201.4 0 0 10 4 0
4 202.4-239.67 0 0 1 2 0
5 240.67-277.94 0 0 0 0 0
6 278.94-316.21 0 0 0 0 0
7 317.21-354.48 0 0 0 1 0
0 0 15 8 0
68
21 15 85
22 25 75
23 30 50 20
24 40 50 10
25 50 50
26 100
27 25 5 60 10
28 60 40
29 100
30 60 10 30
31 25 75
32 57,45 42,55
33 33 33 33 1
34 20 10 70
35 55 3 36 6
36 20 5 10 25 10 30
37 50 50
38 10 55 10 25
39 10 50 40
40 25 17 58
41 60 40
42 14,28 28,57 57,15
43 12 28 60
44 12,5 50 37,5
45 60 40
70
46 66 34
47 34,8 8,7 13 8,7 26 4,4 4,4
48 20 - - 14,3 - 65,7
49 29,82 7,03 29,82 33,33
50 7 5 33 55
51 26,67 - 5,33 25,33 2,67 40
52 26 - 14 34 - 26
53 24 5 24 6 41
54 34 27 30 9
55 60 40