LAPORAN PRAKTIKUM
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9/PERIKANAN A
MUHAMMAD RIZAL ALFIANSYAH 230110200003
IHZA ZAKARIA AL FALAH 230110200018
TRISYANDI IMANUDIN 230110200039
LUTHFIAH AL AFIFAH 230110200052
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2021
ANALISIS ASPEK BIOLOGIS
IKAN LELE(Clarias gariepinus)
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Sebagai Laporan Praktikum Biologi Perikanan
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9/PERIKANAN A
MUHAMMAD RIZAL ALFIANSYAH 230110200003
IHZA ZAKARIA AL FALAH 230110200018
TRISYANDI IMANUDIN 230110200039
LUTHFIAH AL AFIFAH 230110200052
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui:
PJ Asisten Laboratorium
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat dan
karunianya-Nya Laporan Praktikum Biologi Perikanan tentang “Analisis Aspek
Biologi Ikan Lele (Clarias gariepinus.)” dapat diselesaikan.
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu kelompok 9 mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dosen pengampu Drs. H. Walim Lili yang menyampaikan
materi dengan baik.
2. Asisten laboratorium Muhammad Rama Sukmadhani yang
membimbing kelompok 9 dalam praktikum.
3.Teman-teman yang bekerja sama dengan baik pada saat pembuatan
laporan praktikum.
Laporan ini semoga dapat menjadi evaluasi dan tolak ukur dalam
pelaksanaan praktikum Biologi Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran dan menjadi bahan perbaikan untuk
kedepannya.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
BAB I .............................................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................ 3
ii
2.3 Reproduksi...................................................................................................................... 10
iii
3.4.5 Hepato somatik indeks (HSI) .................................................................................. 22
BAB IV ......................................................................................................................................... 28
iv
4.3.1 Indeks Bagian Terbesar ........................................................................................... 41
BAB V........................................................................................................................................... 44
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Ikan Lele ...................................................................................................................... 4
Gambar 2. Distribusi panjang ikan lele ....................................................................................... 28
Gambar 3. Distribusi bobot ikan lele ........................................................................................... 29
Gambar 4. Regresi hubungan panjang dan bobot ........................................................................ 30
Gambar 5. Faktor kondisi ikan lele ............................................................................................. 31
Gambar 6. Rasio kelamin ............................................................................................................ 33
Gambar 7. Tingkat kematangan gonad ikan jantan ..................................................................... 34
Gambar 8. Tingkat kematangangonad ikan betina ...................................................................... 35
Gambar 9. Indeks kematangan gonad.......................................................................................... 37
Gambar 10. Hepato Somatik Indeks ............................................................................................ 39
Gambar 11. Indeks Propenderan ................................................................................................. 42
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan Lele atau dalam bahasa latin disebut ( Clarias gariepinus ) merupakan
salah satu anggota vertebrata air yang berasal dari benua Afrika dan telah
diintroduksi secara luas hampir ke seluruh dunia sebagai ikan budidaya. ikan lele
Afrika tersebut telah beberapa kali diintroduksi ke Indonesia, diawali dengan ikan
lele Dumbo pada tahun 1985, diikuti dengan ikan lele Paiton atau CP pada tahun
1998, kemudian ikan lele Mesir pada tahun 2007, ikan lele Masamo pada tahun
2010 serta ikan lele Kenya dan Belanda pada tahun 2011. Ikan lele adalah ikan
yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan yang bernilai ekonomis dan
mudah dibudidayakan (Widodo dalam Pratiwi, 2014).
Menurut Sunarma (2004), ikan Lele merupakan salah satu jenis ikan air
tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia.
Budidaya ikan lele berkembang sangat pesat dikarenakan dapat dibudidayakan di
lahan dan sumber air terbatas dengan padat tebar tinggi, teknologi budidaya relatif
mudah dikuasai oleh masyarakat, ikan ini memiliki tingkat konversi pakan
menjadi bobot tubuh yang baik, pemasaran relatif mudah serta modal usaha yang
dibutuhkan tidak terlalu tinggi. Produksi ikan lele dapat dikatakan mengalami
peningkatan, dilihat dari permintaan konsumen terhadap ikan lele yang tiap tahun
mengalami kenaikan. Rata- rata meningkat sebesar 35% per tahun. Tercatat
produksi ikan Lele nasional pada tahun 2010 sebesar 270.600 dan meningkat pada
tahun 2014 sebesar 900.000 ton (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2014
dalam Rica, 2015). Hal ini disebabkan karena budidaya ikan Lele yang tidak
terlalu rumit dan memiliki berbagai kelebihan seperti pertumbuhan cepat dan
kemampuan cepat beradaptasi dengan lingkungan (Soares, 2011)
1
insang yang berfungsi untuk mengambil oksigen terlarut dari air dan memiliki
sirip untuk berenang. Oleh karena itu pentingnya pemahaman tentang
biologi perikanan merupakan salah satu upaya untuk memberikan
kemampuan dalam menganalisis dan menduga pertumbuhan, perkembangbiakan
dan kebiasaan makan pada ikan
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Lele
Ikan lele merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak ditemukan di
benua Afrika dan Asia (Huang 1974). Ikan lele pertama kali didatangkan ke
Indonesia oleh sebuah perusahaan swasta pada tahun 1986. Selanjutnya ikan
ini berkembang dan menyebar hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Ikan ini
banyak dibudidayakan karena bersifat unggul yang memiliki pertumbuhan
cepat dan bisa mencapai ukuran yang besar dalam waktu yang relatif
singkat (Khairuman dan Amri 2002).
Penyebaran ikan lele di Indonesia sangat prospektif, sehingga saat ini ikan
lele banyak dibudidayakan di skala industri maupun rumah tangga. Ikan lele
memiliki beberapa nama daerah yang tersebar di indonesia, antara lain ikan
kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan),
ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah)
(Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2000 dalam Jatnika dkk, 2014)
Ikan lele sangkuriang adalah salah satu ikan hibrida yang berasal dari
Taiwan dan pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1985 melalui sebuah
perusahaan swasta di Jakarta (Suyanto 1986). Rustidja (1999) berpendapat bahwa
lele sangkuriang merupakan ikan hibrida antara Clarias gariepinus dengan Clarias
fuscus, yang pertumbuhannya cepat sehingga lebih diminati untuk dibudidayakan
dibanding dengan lele lokal (Clarias batrachus). Ikan lele sangkuriang banyak
mewarisi sifat induk jantan yang berasal dari Afrika (Clarias gariepinus), antara
lain warna tubuh, perbandingan panjang batok kepala dengan panjang badan dan
kecepatan tumbuh (Suyanto 1986).
2.1.1 Taksonomi
Menurut Saanin (1984), Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
memiliki klasifikasi sebagai berikut:
3
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub-Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-Ordo : Siluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
2.1.2 Morfologi
Ikan lele adalah ikan yang hidup di air tawar yang tergolong hewan
nokturnal, yaitu lebih aktif mencari makan di malam hari. Ikan lele umumnya
memiliki warna kehitaman atau keabuan dengan bentuk tubuh yang panjang dan
pipih ke bawah.Memiliki kepala yang pipih dan tidak memiliki sisik, terdapat alat
pernapasan bantuan yang disebut arborescent. Insang pada ikan lele berukuran
4
kecil dan terletak di bagian belakang kepala. Ikan lele memiliki sirip yang lengkap
dimana Jumlah sirip punggung ikan lele sebanyak 68- 79, di bagian sirip dada ada
9-10, di bagian sirip perut 5-6, di sirip dubur 50-60, dan memiliki 4 pasang
sungut. Sirip dada dilengkapi dengan duri tajam yang disebut patil yang memiliki
panjang maksimum hingga mencapai 400 mm. Matanya berukuran ⅛ dari panjang
kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan menempel pada rahangnya (Suyanto
dalam Pratiwi, 2014).
2.1.3 Habitat
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. Di
sungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tergenang seperti
danau, waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam,
merupakan cekungan hidup ikan lele. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air
payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan. Di alam
bebas, ikan lele memang lebih menyukai air yang arusnya mengalir secara
5
perlahan atau lambat. Aliran air terus yang deras ikan lele kurang menyukainya
(Santoso, 1994).
2.1.4 Pertumbuhan
Menurut Huet (1970), pada umumnya ikan lele memiliki ukuran maksimal
antar 4-5 kg dan panjangnya mencapai 1,05 m. laju pertumbuhan pada ikan lele
dipengaruhi oleh pakan yang tersedia, ikan lele dapat memanfaatkan pakan yang
diberikan dengan baik karena didukung oleh aktivitas protease papain dalam
pakan, sehingga proses perombakan pakan menjadi unsur-unsur yang lebih
sederhana akan lebih banyak. menurut benedictus (2018), menyatakan bahwa ikan
lele memiliki tipe pertumbuhan Allometrik negatif yang artinya ikan lele memiliki
pertumbuhan panjang yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan
bobotnya. menurut batung et al (2016), menyatakan bahwa nilai faktor kondisi
ikan lele berkisar antara 1,18 - 1,67, semakin tinggi nilai faktor kondisinya maka
akan menunjukkan adanya kecocokan antara ikan dengan lingkungannya.
besarnya faktor kondisi ikan lele bergantung pada beberapa hal, diantaranya yaitu
jumlah organisme yang ada, kondisi organisme, ketersediaan makanan dan
kondisi lingkungan perairan (Effendie, 2002).
2.1.5 Reproduksi
6
mendapatkan sperma, hal ini disebabkan karena ikan lele pengeluaran spermanya
tidak dapat dilakukan secara pengurutan (stripping).
ikan lele pertama kali matang gonad pada umur satu tahun dengan ukuran
panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran bobot tubuhnya berkisar 100-200 gram
(chinabut et al, 1991). hasil perhitungan indeks gonado somatik ikan lele jantan
nilainya berkisar 0,22% - 1,47% (Ahmed et al, 2013). HSI pada ikan lele relatif
tinggi berkisar 10,30% - 21,33%. Indeks Gonado somatik ikan lele betina selama
musim pemijahan berkisar 10-20% (Richter et al, 1987). Fekunditas relatif ikan
lele berkisar antara 72.700 - 165.900 butir/kg atau rata-rata sebesar 102.400 ±
25.000 butir/kg bobot induk dengan jumlah telur per gram sebanyak 640-970 butir
(rata-rata 770 ± 80 butir).
Ukuran diameter telur ikan lele berkisar antara 0,24 mm - 1,81 mm.
menurut penelitian Adebiyi et al (2013), menyatakan bahwa diameter telur yang
baru dikeluarkan pada ikan lele memiliki kisaran diameter antara 1 mm - 1,4 mm.
dan telur yang telah dibuahi rata-rata diameter telurnya terbesar 1,5 ± 0,3 mm.
Musim pemijahan ikan lele berkisar dari bulan juni - agustus. ikan lele
berkembang biak secara ovipar (eksternal) yaitu pembuahan terjadi di luar tubuh.
artinya, sperma membuahi sel telur di luar tubuh.
Ikan lele merupakan salah satu ikan yang aktif mencari makan di malam
hari yang disebut nokturnal dan ikan lele biasanya mencari makan di dasar
perairan. Ikan lele digolongkan sebagai ikan karnivora. pakan alami yang baik
untuk ikan lele adalah jenis zooplankton seperti Moina sp., Daphnia sp., cacing,
larva ikan atau jentik serangga, siput kecil dan sebagainya. pakan alami biasanya
digunakan untuk pemberian pakan lele pada fase larva sampai benih (suyanto,
2006). selain pakan alami, ikan lele juga membutuhkan pakan tambahan untuk
pertumbuhan dan mempercepat kematangan gonad. jenis pakan tambahannya
harus banyak mengandung protein hewani yang mudah dicerna. pakan tambahan
7
yang digunakan dapat berupa pelet komersial yang mengandung protein diatas
20% (Prihartono et al, 2000).
2.2 Pertumbuhan
8
b. Faktor luar (eksternal), merupakan faktor yang dapat dikontrol seperti :
makanan, suhu perairan, kandungan oksigen terlarut, amonia, dan salinitas.
Pada daerah yang memiliki 4 musim, apabila ikan perairan panas berada
pada suhu yang perairannya turun dibawah 10ºC akan berhenti
mengambil makanan atau mengambil makanan hanya sedikit sekali untuk
keperluan mempertahankan kondisi tubuh. Sedangkan untuk daerah tropik
suhu perairan berada dalam batas kisar optimum untuk pertumbuhan.
Selain itu penyakit dan parasit juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
ikan terutama bila penyakit atau parasit tersebut menyerang bagian organ
pencernaan atau organ vital sehingga efisiensi berkurang karena ikan
kekurangan makanan yang berguna untuk pertumbuhan.
9
a. Bila b > 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif
yaitu pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang,
menunjukkan keadaan ikan tersebut gemuk
b. Bila b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif
yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat,
menunjukkan keadaan ikan yang kurus.
c.
2.3 Reproduksi
10
reproduksi yang dapat memacu kematangan gonad, ovulasi, dan kemudian
pemijahan. Faktor internal dan eksternal bekerja sama untuk merangsang hipofisis
dan menghasilkan hormon gonadotropin (Burhanuddin 2010; Mukti 2016).
Ikan lele melakukan reproduksi secara eksternal, yang dimana proses ini
dimulai dengan saling mendekatnya jantan dan betina yang kemudian betina akan
mengeluarkan telurnya, yang dimana diikuti dengan ikan jantan yang
mengeluarkan spermanya agar telur dapat segera dibuahi, kelenjar kelamiin jantan
disebut testis (Fujaya 2004).
11
Table 1. Tingkat kematangan gonad
I Testes seperti benang lebih pendek Ovari seperti benang sampai ke rongga tubuh,
(terbatas) yang terlihat ujungnya di warna jernih, permukaan jernih dan
rongga tubuh dan berwarna jernih. permukaan kecil.
II
Ukuran testes lebih besar dan Ukuran ovari lebih besar, berwarna
berwarna putih susu serta bentuknya kekuningan, telur belum dapat dilihat oleh
lebih jelas dari TKG I. mata.
IV
Ovari semakin besar, telur berwarna kuning
dan mudah dipisahkan, butir minyak tidak
Seperti pada tingkat III tampak jelas
tampak, mengisi ½ - 2/3 rongga perut, usus
dan testes semakin pejal.
terdesak.
V Testes bagian belakang kempes dan Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisi
dibagian dekat pelepasan masih terdapat di dekat pelepasan anak seperti
berisi. tingkat II.
12
ikan keseluruhan. Indeks pengukuran ini sering disebut sebagai Indeks
Kematangan Gonad (IKG). Indeks kematangan gonad merupakan suatu metode
kuantitatif untuk mengetahui tingkat kematangan yang terjadi pada gonad. Indeks
ini dinamakan juga maturity atau Gonado Somatic Index yaitu suatu nilai dalam
persen sebagai hasil dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan
termasuk gonad dikalikan dengan 100%. Tingkat kematangan gonad ini akan
semakin bertambah besar persentasenya dan akan mencapai besar maksimum
pada saat menjelang pemijahan dan setelahnya akan turun kembali (Effendie
1979).
2.3.5 Fekunditas
Fekunditas adalah semua telur di ovarium yang sudah matang dan akan
dikeluarkan pada saat pemijahan (Effendie 2002). Fekunditas juga dapat
digunakan untuk memperkirakan jumlah larva ikan yang dihasilkan dalam
pemijahan. Cara umum untuk menghitung fekunditas adalah mengambil ikan
13
dengan tingkat kematangan gonad yang sudah tinggi atau sudah bisa dibedakan
secara visual oleh mata telanjang karena sudah terpisah (Effendie 2002). Moyle
pada 1982 menyatakan bahwa pada kondisi normal, fekunditas akan meningkat
sesuai dengan ukuran berat tubuh ikan.
Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan
dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Dalam hal
ini memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam
memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing
harus mendapatkan kesempatan yang sama. Konsekuensinya harus mengambil
telur dari beberapa bagian ovari (kalau bukan dengan metoda numerik). Kalau ada
telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan
dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. Tetapi pada tahun 1969,
Nikolsky 15 selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas individu adalah jumlah
telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu juga.
Menurut Effendie (1997) dalam Hesti dan Ternala (2006), faktor - faktor
yang mempengaruhi fekunditas adalah sebagai berikut:
14
besar, apabila terdapat kekurangan makanan, ikan akan lebih
mengutamakan bertahan hidup dibandingkan bereproduksi.
C. Ikan yang bentuknya kecil yang kematangan gonad lebih awal serta
fekunditasnya tinggi mungkin disebabkan oleh kandungan
makanan dan predator dalam jumlah besar.
15
organisme lain yang berukuran lebih kecil daripada organisme yang dipelihara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
oleh suatu spesies ikan adalah umur, tempat dan waktu. Makanan mempunyai
fungsi yang sangat penting dalam kehidupan suatu organisme dan merupakan
salah satu faktor yang dapat menentukan luas persebaran suatu spesies serta dapat
mengontrol besarnya suatu populasi. Suatu organisme dapat hidup, tumbuh dan
berkembang-biak karena adanya energi yang berasal dari makanannya (Nikolsky
dalam Irawati,2011).
16
c. Jika nilai E = 0 berarti tidak ada seleksi oleh ikan terhadap pakannya.
17
BAB III
BAHAN DAN METODE
18
14. Pinset, untuk mengambil organ ikan
15. Pipet, untuk mengambil sampel larutan yang jumlahnya sedikit
16. Pisau bedah, untuk membedah ikan
17. Spatula, untuk mengambil dan mengangkat sampel
18. Timbangan, untuk menimbang bobot ikan, gonad, dan hati
19
3. Uji Morfologi gonad ikan diamati untuk menentukan tingkat kematangan
gonad.
Menurut Effendie (2002) hubungan panjang dan bobot ikan dapat dicari
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
W = a . Lb
Keterangan :
20
W = bobot ikan (gram)
a = intercept
b = slope
Keterangan :
K = faktor kondisi
a = intercept,
b = slope
X=J:B
Keterangan :
21
X = nisbah kelamin
Keterangan :
Keterangan :
22
Bht = Bobot hati ikan (gram)
3.4.6 Fekunditas
Keterangan :
Keterangan :
23
3.4.8 Tingkat Kematangan Telur
Keterangan :
24
3.4.10 Indeks Ivlev (Index of Electivity)
Menurut Effendi (1979) Preferensi tiap organisme atau jenis plankton yang
terdapat dalam alat pencernaan ikan ditentukan berdasarkan indeks ivlev sebagai
berikut :
Keterangan :
Keterangan :
Tp = Tingkat trofik
25
Data yang diperoleh dalam riset disajikan dalam bentuk grafik, gambar
dan tabel. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif (Effendi
1979).
Keterangan :
t = nilai t hitung
b = slope
Sb = standar deviasi
26
Menurut Supardi (2013), untuk menentukan keseimbangan jenis kelamin,
digunakan uji chi kuadrat dengan menggunakan persamaan :
Keterangan :
Ei = frekuensi harapan yaitu jumlah ikan jantan atau betina secara teoritis
(1:1)
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
28
paling rendah ada pada interval 299-317 mm dan 318-336 mm yakni dengan
presentase 4%.
Berikut adalah grafik regresi hubungan panjang dan bobot ikan beserta
pembahasannya:
Distribusi bobot ikan nila yang paling tinggi berada pada interval 162,8-
194,39 g sebesar 32% pada interval 68-99,59 g sebesar 25%, kemudian pada
29
interval 131,2-162,79 g memiliki presentase 21%, pada interval 99,6-131,19 g
sebesar 12%, lalu pada interval 226-257,59 sebesar 5%, kemudian yang terkecil
ada pada interval 257,6-289,19 dan 194,4-225,99 yakni sebesar 4% dan 2%.
Ikan berbeda dengan hewan lain seperti mammal, burung dan Iain-lain,
sebagian besar ikan terus tumbuh selama hidupnya dengan dukungan dari media
air yang mendukung secara mekanis sampai ukuran maksimal dan
pertumbuhannya tidak berhenti sekalipun sudah mengalami matang kelamin.
(Lagler et al., 1962).
Berdasarkan grafik regresi hubungan panjang dan bobot ikan lele di atas
dapat diketahui bahwa nilai n = 2,7063, maka dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan ikan nila pada praktikum kali ini memiliki sifat allometrik negatif
karena b < 3, yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat daripada pertumbuhan berat.
Rochmatin et al. (2014) yang mendapatkan nilai b<3 yang berarti
30
pertumbuhannya allometrik negative. Menurut Effendie (2002), menyatakan
bahwa kecepatan pertumbuhan panjang dan berat ikan dapat dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain keturunan dan jenis
kelamin yang membawa sifat genetik masing – masing dari alam yang sulit untuk
dikontrol. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan antara
lain yaitu suhu, salinitas, makanan, dan pencemaran yang secara tidak langsung
akan mengakibatkan menurunnya kualitas air.
Ikan lele angkatan memiliki nilai korelasi (r) sebesar 0,8479. Nilai korelasi
menunjukan kuat dan rendahnya hubungan panjang dan bobot ikan. Menurut
Walpole (1995) jika nilai r mendekati 1 maka terdapat hubungan yang kuat antara
kedua variabel. Dari hasil yang didapatkan menunjukan nilai korelasi yang tinggi
yang berarti terdapat hubungan yang erat antara bobot dan panjang ikan Nila.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi pertumbuhan suatu ikan bergantung
kepada makanan, umur, jenis sex dan kematangan gonad (Effendie 1997).
31
Berdasarkan grafik di atas dapat diperoleh faktor kondisi ikan (nilai K)
sekitar 0,83 sampai 0,98. Untuk nilai K terbesar pada interval 280-298 mm dan
yang terkecil ada pada interval 223-241 mm. Faktor Kondisi menunjukan keadaan
ikan dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup dan bereproduksi.
Hal ini dapat disebabkan karena kebutuhan ikan usia muda terhadap
makanan cukup tinggi yang berguna untuk bertahan hidup dan melangsungkan
pertumbuhannya sehingga faktor kondisi ikan yang berukuran kecil relatif tinggi
dan akan menurun ketika ikan bertambah besar (Effendie 1997).
32
Dalam praktikum ini, dapat diamati bahwa persentase ikan betina yang
didapat adalah sebesar 65%, sementara presentasi yang diperoleh ikan jantan
adalah 35%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio kelamin dari ikan jantan
dan betina adalah 16 : 9. Data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa sistem
perkawinan ikan lele bersifat poligami atau percampuran, dimana satu jantan akan
membuahi lebih dari satu betina. (Zworykin 2012 dalam Priyanto 2014).
Gambar 6.Rasiokelamin
Rasio kelamin juga dikaji dengan metode Chi Square. Chi Square atau chi
kuadrat merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menguji hipotesis
komparatif rata-rata k sampel independen dengan setiap sampel terdapat beberapa
kelas atau kategori (Sugiyono 2014). Uji statistik Chi Square bisa digunakan
untuk menguji hipotesis bila sebuah populasi terdiri atas dua atau lebih kelas yang
dimana datanya berbentuk kategorik (Rochmawati, dkk. 2018).
33
antara ikan jantan dan betina, perbedaan laju mortalitas, dan pertumbuhan. (Omar
2010) Faktor lain yang mempengaruhi penyimpangan nisbah kelamin ikan adalah
distribusi, gerakkan, dan aktivitas ikan.
Jumlah ikan betina yang lebih banyak didapatkan bisa disebabkan oleh
pola penangkapan. Hal ini dikarenakan oleh lebih tingginya aktivitas ikan betina
dalam mencari makan bila dibandingkan dengan ikan jantan. Ikan betina
membutuhkan nutrisi yang lebih banyak untuk memfasilitasikan proses
vitellogenesis atau perkembangan telur betina (Sari 2014). Namun, menurut
Saputra (2009), nisbah kelamin yang seimbang atau yang didominasi oleh betina
masih ideal untuk mempertahankan keasliannya.
34
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diamati bahwa ikan lele jantan
masih berada pada rentangan TKG I dan TKG II. Sebagian besar ikan jantan
berada pada TKG I dengan jumlah 14 ekor ikan, sementara 6 ekor ikan jantan
berada pada fase TKG II. Enam dari dari empat belas ekor ikan jantan pada fase
TKG I memiliki interval bobot 68-99,59 gram, tiga berada pada interval bobot
99,5-131,19 gram, dua berada pada interval bobot 131,2-162,79 gram, dan tiga
berada pada interval bobot 162,8-194,39 gram. . Ikan akan siap memijah ketika
sudah berada pada tingkat kematangan gonad IV. Sehingga, berdasarkan data
yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semua sampel ikan jantan yang
diamati belum dapat memijah, karena masih berada pada TKG I dan TKG II.
35
Dari 27 ekor ikan yang berada pada fase TKG II, 4 diantaranya berada
pada interval bobot 68-99,59 gram, 3 pada interval bobot 99,6-131,19 gram, dan
18 ikan terbagi rata pada interval bobot 131,2-162,79 gram dan 162,8-194,39
gram. Ikan betina yang berada pada fase TKG II sedang melalui tahapan
TKGyang ditandai dengan ovari yang berwarna kuning dan telur yang sudah
mulai bisa dilihat dengan kasat mata (Effendie 2002).
Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan, TKG dengan jumlah individu spesies yang paling banyak adalah
TKG II dengan total 33 spesies dan rincian 27 spesies betina dan 6 spesies jantan.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas ikan lele yang ada pada populasi sedang
melewati pada fase developing dan belum siap melakukan pemijahan.
Data juga menunjukkan bahwa sebagian besar lele jantan masih berada
pada fase TKG I, sementara mayoritas lele betina sudah mencapai fase TKG II.
Hal ini menunjukkan bahwa, secara umum, ikan lele betina yang berada pada
populasi tersebut akan mengalami kematangan gonad yang lebih cepat bila
dibandingkan dengan ikan lele jantan. Ikan lele Sangkuriang dilaporkan
mengalami kematangan gonad pada umur 8 sampai dengan 9 bulan (Sunarma
2004 dalam Iswanto 2015).
Menurut Erni (2018), perbedaan perkembangan TKG pada ikan jantan dan
ikan betina juga dapat disebabkan oleh penangkapan yang dilakukan, di luar
pengaruh faktor internal pada ikan itu sendiri. Lagler, et al. (1977) dalam Erni
(2018) juga menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi TKG terbagi menjadi
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal atau faktor luar yang
mempengaruhinya adalah arus, dan suhu, sedangkan faktor internal yang
mempengaruhinya adalah umur, ukuran, sifat fisiologis, dan kemampuan adaptasi
ikan.
36
penelitian ini dapat diperhatikan bahwa tidak setiap penambahan panjang dan
bobot pada ikan diiringi dengan peningkatan TKG dan fekunditas. Pada tabel
TKG ikan lele jantan, dapat diamati bahwa ikan pada fase TKG I tersebar pada
empat interval bobot yang berbeda-beda. Sama halnya dengan data yang
dipaparkan pada tabel TKG ikan lele betina. Hal ini dapat terjadi karena sampel
ikan tidak memiliki ukuran dan umur yang sama. Diketahui bahwa semakin tua
umur pada ikan, maka semakin berkurang tingkat kesuburan alat reproduksinya.
(Kusmini 2017).
37
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa nilai IKG ikan jantan
yang menunjukkan perbandingan gonad ikan dan berat total tubuh ikan terbesar
ada pada TKG II, yaitu 0,12%. Sementara, nilai minimum IKG pada ikan jantan
ada pada fase TKG I, sebesar 0,06 %. Pada ikan lele betina, IKG terbesar ada pada
TKG III, yaitu sebesar 1,42% dan IKG terkecil ada pada TKG I, yaitu 0,14%.
Data yang diperoleh selama praktikum sesuai dengan pendapat yang diutarakan
oleh Effendie (1997) dalam Rizal (2009) bahwa IKG pada ikan betina akan lebih
besar dibandingkan dengan ikan jantan.
Pada ikan jantan, IKG maksimum ada pada TKG II. Sama halnya dengan
ikan betina, nilai IKG ikan jantan juga akan meningkat seiring dengan
perkembangan TKG sebelum pemijahan terjadi. Pada TKG II, ukuran testis juga
membesar dengan bentuk yang lebih besar daripada testis pada TKG I.
Pembesaran testis menyebabkan peningkatan nilai IKG pada ikan jantan.
38
Berikut adalah grafik HSI tiap TKG beserta pembahasannya :
Gambar 10.HepatoSomatikIndeks
Pada data yang telah didapat diatas, dapat dilihat bahwa HSI mencapai
nilai tertinggi pada rata-rata HSI dalam fase TKG II, yaitu sebesar 1,07%. HSI
merupakan parameter yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran
terhadap tingkat kematangan atau fase perkembangan pada ikan. Hati merupakan
organ yang berfungsi dalam pembentukkan HSI kerap meningkat seiring dengan
proses vitelogenesis yang memacu hati untuk bekerja lebih dari keadaan
normalnya. (Ibrahim 2018) Namun, dapat diamati bahwa HSI pada TKG III
memiliki nilai yang rendah dibanding HSI pada TKG II. Selain proses
vitelogenesis, bobot hati juga dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi oleh ikan.
(Hidayat 2013) Pakan dengan kandungan lemak yang tinggi akan menyebabkan
penimbunan pada dinding hati, sehingga dapat diduga bahwa bobot hati yang
lebih tinggi pada HSI di TKG II juga dipengaruhi oleh pakan yang dimakannya.
4.2.5 Fekunditas
Terdapat 6 ikan yang berada pada TKG III yang sudah memiliki
fekunditas, namun tidak terdapat satupun ikan yang berada pada TKG IV,
sehingga tidak satupun ikan pada praktikum kali ini dengan gonad matang dan
39
siap memijah. Pada video didapat 520 butir telur ikan lele, dijumlahkan dari 3
potongan gonad betina, bagian tengah, bagian dekat saluran pengeluaran dan
bagian atas.
Nilai fekunditas paling rendah ada pada ikan nomor 1 dengan jumlah telur
5.785 butir, dan fekunditas paling tinggi ada pada ikan nomor 23 dengan jumlah
telur 12.938 butir. Ikan lele merupakan ikan non parental care, dimana induk
jantan dan betina tidak menjaga maupun membesarkan larvanya sendiri, sehingga
setelah memijah, kedua induk kembali beraktivitas seperti sebelum memijah
(Iswanto et al. 2016). Salah satu ciri ciri ikan non parental care adalah jumlah
fekunditas yang jauh lebih banyak dari pada ikan parental care. Sebagai
perbandingan, ikan nila pada praktikum ikan nila sebelumnya memiliki fekunditas
sebanyak 5.830 butir pada nilai tertingginya, sedangkan pada praktikum ikan lele,
nilai fekunditas terkecilnya saja sebanyak 8.893 butir.
40
masih jauh dibawah hasil penelitian pada praktikum lain namun hal ini bisa saja
terjadi karena ikan pada praktikum kali ini berada pada TKG III, dimana ikan
belum memiliki telur yang matang, sehingga bisa saja diameter telur masih belum
pada ukuran maksimalnya.
Seperti pada fekunditas ikan lele, diameter telur ikan lele juga dipengaruhi
oleh sifat ikan lele yang non parental care, dengan jumlah telur yang sangat
banyak dan dilepaskan begitu saja, dengan jumlah yang banyak, maka ukuran
diameter telurnya menyesuaikan dengan ukuran tubuh induk betina.
41
Gambar 11.IndeksPropenderan
42
juga dapat memakan kotoran atau bahkan apa saja yang ada dalam air
(Murhananto, 2002).
Pakan tambahan yang baik untuk lele adalah pakan yang banyak
mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung
protein nabati, maka pertumbuhannya lambat. Lele bersifat kanibalisme, yaitu
mempunyai sifat yang suka memakan jenisnya sendiri. Sifat kanibalisme juga
akan timbul oleh karena perbedaan ukuran. Lele yang berukuran besar akan
memangsa ikan lele yang berukuran lebih kecil (Mahyuddin, 2008)
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hubungan antara panjang dan bobot ikan lele yang sudah diamati yaitu
termasuk kedalam allometrik negatif, karena nilai b < 3, sedangkan
Korelasi antara panjang dan bobot ikan lele memiliki nilai sebesar 0,8479,
hal tersebut dapat dikatakan bahwa antara panjang dan bobot ikan
memiliki hubungan yang sangat lemah.
2. Persentase ikan betina pada populasi adalah sebesar 65% sedangkan
populasi ikan jantan sebesar 35%. Rasio kelamin atau perbandingan antara
ikan jantan dan ikan betina pada sebuah populasi sebesar 16:9. Jenis
perkawinan pada populasi adalah perkawinan poligami, dimana satu
individu jantan kawin dengan lebih dari satu individu betina. Berdasarkan
metode chi-square, c2 hitung lebih besar bila dibandingkan dengan c2tabel
yang menunjukkan bahwa rasio kelamin jantan dan betina tidak seimbang
dan terjadi penyimpangan dari nilai ideal 1:1. Sebagian besar ikan jantan
pada populasi berada pada fase TKG I (sebanyak empat belas ekor) atau
fase immature. Sebagian besar ikan betina yang berada pada populasi,
sebanyak 27 ekor ikan, berada pada fase TKG II, atau fase developing.
Indeks kematangan gonad atau IKG adalah perbandingan antara bobot
gonad dan bobot total tubuh ikan yang diekspresikan dalam bentuk persen.
Seiring dengan perkembangan TKG, nilai IKG akan juga bertambah. HSI
atau Hepato-somatik indeks adalah perbandingan antara bobot hati ikan
dengan bobot total dari tubuh ikan yang diekspresikan dalam bentuk
persen. HSI akan meningkat seiring dengan TKG sampai dengan
pemijahan.
44
3. Makanan utama ikan lele adalah detritus, makanan tambahan adalah
phytoplankton zooplankton, dan fraksi hewan. Sedangkan untuk makanan
pelengkap adalah cacing. Ikan lele termasuk dalam golongan ikan
karnivora dan juga termasuk hewan pemakan bangkai.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adebiyi et al., F.A. Adebiyi, S.S. Siraj, S.A. Harmin, A. Christianus. 2013.
Plasma sex steroid hormonal profile and gonad histology during
the annual reproductive cycle of river catfish Hemibagrus nemurus
(Valenciennes, 1840) in captivity Fish Physiol. Biochem., 39 (3) ,
pp. 547-557
Batung A., Sunadji, dan Risamasu. (2016). Pengaruh Variasi Ukuran Ikan
Lele Sangkuriang (Clarias sp) Terhadap Tingkat Kanibalisme,
Kelulushidupan, Pertumbuhan dan Konversi Pakan yang
Dipelihara pada Kolam Terpal. Jurnal Penelitian UDANA
45
Effendie, M I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.
Yogyakarta
Jatnika D., Komar S., dan Nora H.P. (2014). Pengembangan Usaha
Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) di Lahan Kering di
Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jurnal MPI, 96-105
Khairuman ,dan Amri. (2002). Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
46
Mahyuddin, K. 2008. Panduan lengkap Agribisnis Lele. Jakarta; Penebar
Swadaya
Richter, C.J.J., E.H. Eding, A.J. Room, J.H. Van Doesum and P. De Boer,
1987. Induction of triploidy by cold-shocking eggs and
performance of triploids in the African catfish, Clarias gariepinus.
(Burchell 1822). In: Proc. World Symp. On Selection,
Hybridization and Genetic Engineering in Aquaculture (ed.
K.Tiews). Bordeaux, Vol. II pp. 225-237.
47
Santoso, B., 1994, Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo dan Lokal,
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
48
LAMPIRAN
49
Lampiran 1. Alat
Disecting Mikroskop
50
Timbangan Pinset
Pipet
Lampiran 2. Bahan
51
Larutan Asetokarmin Larutan Serra
Ikan diukur Panjang Total Length (TL), Standard Length(SL) dan Folk
Length(FL) menggunakan penggaris dan catat hasilnya
2. Prosedur reproduksi
Ikan lele yang sudah diukur lalu dibedah menggunakan gunting bedah
dari arah urogenital melingkar menuju bagian posterior operculum.
52
Karakteristik gonad diamati untuk menentukan jenis kelamin ikan lele
Bagian organ pencernaan diambil dan dipisahkan antara usus, hati dan
lambung
53
sebanyak 5 tetes kemudian ditambah akuades sampai lambung tersebut
terendam
Lambung tersebut ditunggu selama 10 menit lalu tiriskan dan diambil isi
lambungnya
No. Pertumbuhan
Panjang (mm) Bobot (g)
SL TL
1 200 223 73
2 200 225 68
3 195 230 93,4
4 250 275 140,39
5 240 279 175,28
6 250 290 165,26
7 215 241 107,21
8 245 275 149,61
54
9 210 240 92,11
10 210 240 90,85
11 247 281 158,88
12 205 245 94,57
13 250 285 180,74
14 210 245 114,24
15 195 225 173,03
16 255 294 188,2
17 255 290 160,18
18 200 235 93,52
19 245 285 171,3
20 252 280 168,28
21 250 290 179,59
22 240 275 151,01
23 210 235 95,22
24 245 275 158,22
25 246 283 168,41
26 235 270 149,62
27 205 245 107,75
28 210 255 111,26
29 255 275 182,5
30 250 286 189,6
31 257 294 182,23
32 230 255 113,54
33 190 225 81,71
34 205 233 88,95
35 200 235 95,32
36 210 235 98,71
37 260 295 175,93
55
38 252 287 179,47
39 250 285 158,92
40 245 270 141,95
41 195 230 83,25
42 255 285 158,7
43 250 305 154,34
44 250 295 166
45 250 285 147,86
46 210 245 103,38
47 210 250 108,62
48 250 290 164,21
49 230 250 97,07
50 270 295 180,29
51 250 285 182,5
52 243 325 227
53 238 330 239,05
54 220 351 288,53
55 251 344 203,39
56 255 317 257,12
57 229 337 271,45
56
7 betina I 175,93 0,03 1,5 0,000171 0,008526
53 betina II 81,71 0,24 1,19 0,002937 0,014564
8 betina II 88,95 0,15 1,14 0,001686 0,012816
39 Betina II 92,11 0,5 1,07 0,005428 0,011617
40 betina II 95,22 0,23 0,76 0,002415 0,007982
57
3 Betina III 257,12 2,77 2,88 0,010773 0,011201 8893
22 Betina III 271,45 3,45 2,45 0,01271 0,009026 9694
23 Betina III 288,53 3,08 3,8 0,010675 0,01317 12938
55 jantan I 83,25 0,02 0,86 0,00024 0,01033
24 jantan I 93,4 0,01 0,83 0,000107 0,008887
50 jantan I 93,52 0,02 0,76 0,000214 0,008127
4 Jantan I 94,57 0,1 1,31 0,001057 0,013852
5 jantan I 97,07 0,17 0,19 0,001751 0,001957
56 jantan I 98,71 0,001 0,92 1,01E-05 0,00932
25 jantan I 103,38 0,03 0,73 0,00029 0,007061
51 Jantan I 107,75 0,02 1,24 0,000186 0,011508
26 jantan I 111,26 0,01 1,19 8,99E-05 0,010696
57 Jantan I 140,39 0,08 1,48 0,00057 0,010542
27 Jantan I 158,22 0,02 1,56 0,000126 0,00986
28 jantan I 164,21 0,41 1,65 0,002497 0,010048
29 Jantan I 173,03 0,15 1,71 0,000867 0,009883
30
Jantan I 180,29 0,09 2,04 0,000499 0,011315
58
Data Food Habbits Ikan Lele
No. Jenis Pakan
Fraksi
Phytoplankton Zooplankton Detritus Hewan Cacing
1 0,35 0,45 0,1 0,1
2 0,5 0,5
3 0,35 0,5 0,15
4 0,59 0,41
5 0,8 0,2
6 0,5 0,5
7 0,1 0,9
8 1
9 0,096 0,182 0,722
10 1
11 0,7 0,3
12 1
13 0,4 0,4 0,2
14 1
15 0,85 0,15
16 0,08 0,65 0,22 0,05
17 0,8 0,2
18 0,15 0,3 0,55
19 0,2 0,8
20 0,2 0,3 0,5
21 0,3 0,7
22 0,25 0,5 0,25
23 0,5 0,2 0,2 0,1
24 0,1 0,2 0,2 0,5
25 0,375 0,375 0,25
26 0,1 0,15 0,75
27 0,1 0,6 0,3
59
28 0,3 0,4 0,3
29 1
30 0,41 0,59
31 0,1 0,6 0,3
32 0,2 0,8
33 1
34 0,8 0,2
35 0,7 0,3
36 0,7 0,3
37 0,01 0,99
38 0,043 0,957
39 0,02 0,98
40 0,25 0,7 0,05
41 0,02 0,98
42 1
43 1
44 0,8 0,2
45 1
46 0,5 0,5
47 1
48 0,9 0,1
49 0,5 0,5
50 1
51 1
52 0,7 0,3
53 0,2 0,8
54 0,1 0,1 0,7 0,1
55 0,9 0,05 0,05
56 0,3 0,6 0,1
57 0,7 0,2 0,1
Lampiran 7. Perhitungan
60
61
62
63
64
65