Anda di halaman 1dari 45

ANALISIS ASPEK BIOLOGIS

IKAN HAMPALA (Hampala macrolepidota)

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun Oleh :

Kelompok 9/Perikanan A
Trisyandi Imanudin
230110200039

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2021
ANALISIS ASPEK BIOLOGIS
IKAN HAMPALA (Hampala macrolepidota)

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Sebagai Laporan Praktikum Biologi Perikanan

Disusun Oleh :

Kelompok 9/Perikanan A
Trisyandi Imanudin
230110200039

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2021
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Analisis Aspek Biologis Ikan Hampala (Hampala macrolepidota)

PENYUSUN : Trisyandi Imanudin / Perikanan A

NAMA NPM ASPEK

Trisyandi Imanudin 230110200039 Semua Aspek

Jatinangor, April 2021

Menyetujui:

PJ Asisten Laboratorium

Muhammad Rama Sukmadhani


NPM. 230110180079
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Aspek Pertumbuhan


Analisis aspek pertumbuhan meliputi distribusi ukuran, regresi hubungan
panjang dan bobot, dan faktor kondisi. Aspek pertumbuhan pada ikan hampala yaitu
sebagai berikut :

4.1.1 Distribusi Ukuran


Effendie (1978) pengertian pertumbuhan secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai pertambahan berat dan Panjang dalam jangka waktu tertentu. Distribusi
ukuran meliputi panjang dan bobot ikan. Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan
hasil distribusi panjang dan bobot ikan hampal dalam bentuk diagram beserta
pembasannya yaitu sebagai berikut:

Distribusi Panjang Ikan Hampal


60%
51,85%
50%
Persentase (%)

40% 33,33%
30%

20%

10% 3,70% 1,85% 1,85% 3,70% 3,70%


0%
199-234 235-270 271-306 307-342 343-378 379-414 415-450
Interval (mm)

Gambar 1. Distribusi Panjang Ikan Hampal

1
Ditribusi Bobot Ikan Hampal
80% 72,22%
Persentase (%)
70%
60%
50%
40%
30%
18,52%
20%
10% 1,85% 3,70% 3,70%
0%

Interval (g)

Gambar 2. Distribusi bobot ikan hampal

Berdasarkan hasil diagram diatas, didapatkan nilai dari distribusi panjang ikan
hampal memiliki variasi dan kesamaan antar interval. Dimana distribusi panjang
tertinggi ada pada interval 235-270 mm yaitu sebesar 51,85% , kedua pada interval
271-306 mm yaitu 33,33 %, kemudian terdapat persentase distribusi panjang yang
sama ada pada interval 199-234, 379-414, dan 415-450 mm yaitu sebesar 3,70 %, dan
distribusi panjang terendah ada pada interval 307-342 dan 343-378 mm yaitu sebesar
1,85 %.

Distribusi bobot ikan hampal tertinggi terdapat pada interval 201,46-299,35


gram yaitu sebesar 72,22%, yang kedua berada pada interval 299,36-397,25 gram
yaitu sebesar 18,52%, kemudian pada interval 593,06-690,95 dan 788,86-866,75
gram terdapat kesamaan persentase distribusi bobot yaitu sebesar 3,70 %, dan
distribusi bobot terendah terdapat pada interval 495,16-593,05 dan 788,86-886,75
gram yaitu sebesar 0%.

2
Kecepatan pertumbuhan panjang dan berat ikan dapat dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan ikan antara
lain keturunan dan jenis kelamin yang membawa sifat genetik dari alam yang sulit
untuk dikontrol. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan ikan
antara lain suhu, salinitas, ketersediaan makanan, dan pencemaran yang secara tidak
langsung dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air (Effendie 2002).

4.1.2 Regresi Hubungan Panjang dan Bobot


Berikut adalah grafik regresi hubungan panjang dan bobot beserta
pembahasannya :

Regresi Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Hampal


3,50
3,00
Bobot (Log W)

2,50
2,00
1,50
y = 1,9525x - 2,3061
1,00 R² = 0,803
0,50
0,00
2,20 2,30 2,40 2,50 2,60 2,70

Panjang (Log L)

Gambar 3. Regresi Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Hampal

Berdasarkan grafik regresi hubungan panjang dan bobot ikan hampal diatas,
dapat diketahui bahwa nilai b = 1,9525, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
ikan hampal memiliki sifat allometrik negatif karena nilai b < 3, yang berarti
pertumbuhan panjang lebih cepat dari pada pertumbuhan berat, maka dapat dikatakan
bahwa keadaan fisik ikan hampal dalam keadaan kurus (Effendie 1997).

3
Ikan hampal memiliki nilai korelasi (r) sebesar 0,8961. Nilai korelasi
menunjukan kuat dan rendahnya hubungan panjang dan bobot ikan. Menurut Walpole
(1995) jika nilai r mendekati 1 maka terdapat hubungan yang kuat antara kedua
variabel. Dari hasil yang didapatkan menunjukan nilai korelasi yang tinggi yang
berarti terdapat hubungan yang erat antara bobot dan panjang ikan Hampal. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kondisi pertumbuhan suatu ikan bergantung kepada
makanan, umur, jenis sex dan kematangan gonad (Effendie 1997).

4.1.3 Faktor Kondisi


Effendie (1997), mengatakan bahwa Salah satu derivat penting dari
pertumbuhan adalah faktor kondisi atau indeks ponderal atau sering disebut faktor K.
faktor kondisi ini menunjukan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik
untuk survival dan reproduksi. Berikut adalah diagram faktor kondisi ikan hampal
beserta pembahasannya:

Faktor Kondisi Ikan Hampal


1,50
1,449
1,45 1,431
1,407
1,40 1,387
1,333
Nilai K

1,35
1,30 1,275
1,25 1,219
1,20
1,15
1,10
199-234 235-270 271-306 307-342 343-378 379-414 415-450
Interval (mm)

Gambar 4. Faktor Kondisi Ikan Hampal

4
Berdasarkan diagram di atas dapat diperoleh faktor kondisi ikan (nilai K)
tertinggi terdapat pada interval 235-270 mm yaitu sebesar 1,449. Sedangkan faktor
kondisi terendah terdapat pada interval 415-450 mm yaitu sebesar 1,219. Faktor
Kondisi menunjukan keadaan ikan dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup dan
bereproduksi.

Nilai faktor kondisi yang tinggi akan menunjukan ikan berada dalam
perkembangan gonad. Perbedaan nilai faktor kondisi tersebut dipengaruhi oleh
kepadatan populasi, tingkat kematang gonad, makanan, jenis kelamin, umur ikan.
Faktor kondisi juga dipengaruhi oleh kondisi habitanya dengan kondisi habitatnya
kaitanya dengan kondisi makan, kelimpahan dan iklim, perbedaan waktu dan durasi
kematengan gonad serta peningkatan dan penurunan aktifitas penurunan makan pada
suatu waktu tertentu atau kemungkinan populasi berdasarkan ketersediaan suplai
makanan (Effendi 1979).

4.2 Analisis Aspek Reproduksi


Reproduksi adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk
menghasilkan keturunan dalam upayanya memastikan kelestarian jenis atau
kelompoknya. Aspek reproduksi pada ikan yang diteliti pada praktikum ini meliputi
rasio kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG),
hepato-somatik indeks (HSI), fekunditas, diameter telur, dan tingkat kematangan telur
(TKT). Analisis aspek reproduksi pada ikan hampala yaitu sebagai berikut:

4.2.1 Rasio Kelamin


Rasio kelamin merupakan parameter reproduksi yang menggambarkan
perbedaan antara jantan dan betina dan bertujuan untuk mengidentifikasikan jumlah
jantan dan betina dalam suatu perairan. Rasio kelamin diekspresikan dalam bentuk
persentase (Aswady 2019). Untuk menghitung rasio kelamin, jumlah dari ikan betina
atau jumlah dari ikan jantan dibagi dengan jumlah total ikan. Rasio kelamin juga
dikaji dengan metode Chi Square. Chi Square atau chi kuadrat merupakan metode

5
yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata k sampel independen
dengan setiap sampel terdapat beberapa kelas atau kategori (Sugiyono 2014). Uji
statistik Chi Square bisa digunakan untuk menguji hipotesis bila sebuah populasi
terdiri atas dua atau lebih kelas yang dimana datanya berbentuk kategorik
(Rochmawati, dkk. 2018). Berikut adalah diagram rasio kelamin beserta
pembahasannya:

Rasio Kelamin

44%
56%

JANTAN BETINA

Gambar 5. Rasio Kelamin

Berdasarkan diagram data rasio kelamin di atas, didapatkan hasil persentase


ikan hampal betina yaitu sebesar 44% dengan jumlah 24 ekor ikan hampal betina dan
persentase ikan hampal jantan yaitu sebesar 56% dengan jumlah 30 ekor ikan hampal
jantan, yang mana hasil perbandingan antara ikan betina dan jantan yaitu 4:5. Hal
tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Effendie (2002) rasio kelamin merupakan
perbandingan jumlah ikan jantan dengan jumlah ikan betina dalam suatu populasi
dimana perbandingan 1:1 yaitu 50% jantan dan 50% betina merupakan kondisi ideal
untuk mempertahankan spesies. Namun Effendie (2002) juga menyatakan
kenyataanya di alam perbandingan rasio kelamin tidaklah mutlak, hal ini dipengaruhi
oleh pola distribusi yang disebabkan oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi
dan keseimbanganrantai makanan.

6
Berdasarkan nilai Chi Square kuadrat didapatkan nilai χ2hitung (1,44) <
χ2tabel (3,841458821), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 diterima maka
perbandingan jenis kelamin seimbang antara jantan dan betina, hal tersebut sesuai
dengan hipotesis, yaitu nilai χ2hitung < χ2tabel maka H0 seimbang dan jika χ2hitung
> χ2tabel maka H0 tidak seimbang (Hukom 2006).

4.2.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)


TKG (tingkat kematangan gonad) menunjukkan suatu tingkatan kematangan
seksual ikan. Sebagian besar hasil metabolisme digunakan selama fase perkembangan
gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari
berat tubuh, sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5-10% (Effendie, 1997).
Hasil data diagram tingkat kematangan gonad pada ikan hampal jantan yang didapat
selama praktikum beserta penjelasannya yaitu sebagai berikut:

Tingkat Kematangan Gonad Ikan Jantan


Jumlah Ikan (ekor)

14 12
12 11
10
8
6
4 3
2 1 1 1 1
0

Interval Bobot (g)

TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V

Gambar 6. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Jantan

Berdasarkan Diagram diatas, dapat diketahui bahwa Tingkat Kematangan


Gonad Ikan Hampal Jantan berada pada Fase TKG I, TKG III, dan TKG IV. Dimana
lebih didominasi oleh TKG IV dengan jumlah 16 ekor ikan hampal jantan. Paling
terbanyak pada interval 201,46-299,35 gram dengan jumlah 12 ekor ikan jantan yang

7
berada pada Fase TKG III. Pada TKG I hanya berada pada interval 201,46-299,35
gram dengan jumlah 1 ekor ikan jantan. Berdasarkan hasil data tersebut dapat
disimpulkan bahwa ikan hampal jantan sudah siap untuk memijah karena sudah
banyak yang mencapai fase TKG IV. Menurut Effendie (1979) Menyatakan bahwa
pada saat ikan jantan berada di fase TKG IV memiliki kriteria sama seperti TKG III
yang tampak jelas dan testis semakin pejal.

Hasil data diagram tingkat kematangan gonad pada ikan hampal betina yang
didapat selama praktikum beserta penjelasannya yaitu sebagai berikut:

Tingkat Kematangan Gonad Ikan Betina

6
Jumlah Ikan (ekor)

55
5
4 4
4
3
3
2
1 1 1
1
0

Interval Bobot (g)

TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V

Gambar 7. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Betina

Berdasarkan Diagram diatas, dapat diketahui bahwa Tingkat Kematangan


Gonad Ikan betina berada pada Fase TKG I, TKG II, TKG III, dan TKG IV. Tingkat
kematangan gonad yang mendominasi yaitu pada TKG III dengan jumlah 9 ekor ikan
hampal betina. Paling terendah yaitu pada TKG 1 dengan jumlah 1 ekor ikan hampal
betina. Berdasarkan interval bobotnya, jumlah tertinggi berada pada interval bobot

8
201,46-299,35 dengan jumlah 5 ekor ikan betina pada TKG III dan TKG IV.
Berdasarkan hasil analisis tingkat kematangan gonad pada ikan hampal betina
menunjukkan hasil yang mana Ikan betina yang berada pada fase TKG III sedang
melalui tahap maturing yang ditandai dengan ovari berwarna kuning dan telur sudah
mulai dapat dilihat dengan kasat mata (Effendie 1979).

Erni (2018) menyatakan bhawa perbedaan perkembangan TKG pada ikan


jantan dan ikan betina dapat disebabkan oleh penangkapan yang dilakukan, di luar
pengaruh faktor internal pada ikan itu sendiri. Lagler, et al. (1977) dalam Erni (2018)
juga menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi TKG terbagi menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal atau faktor luar yang mempengaruhinya
adalah arus, dan suhu, sedangkan faktor internal yang mempengaruhinya adalah
umur, ukuran, sifat fisiologis, dan kemampuan adaptasi ikan.

4.2.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG)


Indeks kematangan gonad merupakan suatu metode kuantitatif untuk
mengetahui tingkat kematangan yang terjadi pada gonad. Indeks ini dinamakan juga
maturity atau Gonado Somatic Index yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari
perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan dengan
100%. Tingkat kematangan gonad ini akan semakin bertambah besar persentasenya
dan akan mencapai besar maksimum pada saat menjelang pemijahan dan setelahnya
akan turun kembali (Effendie 1979). Berikut adalah hasil data diagram dari
pengamatan indeks kematangan gonad pada ikan hampal jantan dan betina beserta
penjelasannya :

9
Indeks Kematangan Gonad

10%
9% 8,60%
8,02%
8%
7%
IKG (%)

5,66%
6%
5%
4% 3,21%
3% 1,97%
2%
1%
0%
I II III IV V

Tingkat Kematangan Gonad

Nilai IKG (%) (♂) Nilai IKG (%) (♀)

Gambar 8. Indeks Kematangan Gonad

Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa nilai IKG tertinggi ikan
jantan yang menunjukkan perbandingan gonad ikan dan berat total tubuh ikan
terbesar berada pada TKG III, yaitu sebesar 8,60%. Sementara, nila IKG terendah
pada ikan jantan berada pada fase TKG IV, yaitu sebesar 8,02%. Sedangkan nilai
IKG tertinggi pada ikan betina berada pada TKG IV, yaitu sebesar 5,66% dan nilai
IKG terendah pada ikan betina berada pada TKG II, yaitu sebesar 1,97%.
Berdasarkan Hasil data IKG ikan hampala tersebut tidak sesuai dengan pernyataan
Effendie (1997) dalam Rizal (2009) yang menyatakan bahwa IKG pada ikan betina
akan lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Yang disebabkan karena ukuran
gonad ikan betina lebih besar dari pada gonad ikan jantan.

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa ciri ikan jantan sudah
memasuki TKG III yaitu Permukaan testes tampak bergerigi, warna makin putih,
ukuran testes makin besar dan dalam keadaan diawetkan mudah putus dan ciri pada
ikan betina yang sudah memasuki fase TKG IV yaitu Ovari semakin besar, telur

10
berwarna kuning dan mudah dipisahkan, butir minyak tidak tampak, mengisi ½ - 2/3
rongga perut, usus terdesa. Tingkat kematangan gonad akan semakin bertambah besar
persentasenya dan akan mencapai tingkat maksimum pada saat menjelang pemijahan
dan setelahnya akan turun kembali (Effendie 1979).

4.2.4 Hepato Somatik Indeks (HSI)


Hepato somatik indeks atau HSI merupakan perbandingan antara bobot hati
ikan dengan bobot total dari tubuh ikan yang diekspresikan dalam bentuk persentase.
Berikut adalah diagram HSI dari tiap TKG beserta Pembahasannya :

Hepato Somatik Indeks


0,45% 0,42%
0,40%
0,35%
HSI (%)

0,30%
0,25% 0,26%
0,25% 0,22%
0,20%
0,15%
0,10%
0,05%
0,00%
I II III IV V

Tingkat Kematangan Gonad


Gambar 9. Hepato Somatik Indeks

Berdasarkan diagram diatas, didapatkan nilai HSI pada TKG I yaitu sebesar
0,42%, TKG II yaitu sebesar 0,22%, TKG III yaitu sebesar 0,25%, TKG IV yaitu
sebesar 0,26%, dan TKG V yaitu sebesar 0%. Nilai HSI tertinggi ditemukan pada
TKG I yaitu sebesar 0,42% dan yang terendah ditemukan pada TKG V yaitu sebesar
0%. Namun, dapat diamati bahwa HSI pada TKG II memiliki nilai yang rendah
dibanding HSI pada TKG I. Hidayat (2013) Menyatakan bahwa bobot hati
dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi ikan, pakan dengan kandungan lemak yang

11
tinggi akan menyebabkan penimbunan pada dinding hati, sehingga dapat diduga
bahwa bobot hati yang lebih tinggi pada HSI di TKG I juga dipengaruhi oleh pakan
yang dimakannya.

4.2.5 Fekunditas
Fekunditas adalah semua telur di ovarium yang sudah matang dan akan
dikeluarkan pada saat pemijahan. Fekunditas juga dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah larva ikan yang dihasilkan dalam pemijahan. Cara umum
untuk menghitung fekunditas adalah mengambil ikan dengan tingkat kematangan
gonad yang sudah tinggi atau sudah bisa dibedakan secara visual oleh mata telanjang
karena sudah terpisah (Effendie 2002).

Berdasarkan hasil olah data pertumbuhan pada fekunditas ikan hampal betina,
terdapat 1 ekor ikan betina pada TKG II yang memiliki nilai fekunditas, pada TKG III
terdapat 4 ekor ikan betina yang memiliki nilai fekunditas dan pada TKG IV terdapat
5 ekor ikan betina yang memiliki nilai fekunditas. Berdasarkan hasil nilai fekunditas
ikan hampal betina, pada TKG IV sudah terdapat nilai fekunditas yang artinya ikan
hampal betina sudah matang gonad dan siap untuk memijah.

Djuhanda (1981) menyatakan bahwa besar kecilnya fekunditas dipengaruhi


oleh makanan, ukuran ikan dan kondisi lingkungan, serta dapat juga dipengaruhi oleh
diameter telur. Tjakrawidjaja dan Haryono (2001), menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi fekunditas adalah faktor-faktor lingkungan fisik maupun kimia
perairan juga diukur meliputi suhu air, pH, oksigen terlarut, CO2 bebas, alkalinitas,
kesadahan dan kecerahan.

4.2.6 Diameter Telur


Diameter telur adalah jarak dari titik telur ke ujung terjauh melalui garis
tengah yang diukur memakai mikrometer berskala. Ukuran diameter telur dapat
menentukan kualitas kuning telur. Telur dengan ukuran diameter yang lebar akan

12
menghasilkan larva dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan telur dengan
diameter kecil. Perkembangan diameter telur semakin meningkat dengan
meningkatnya tingkat kematangan gonad (Effendie 2002).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai Diameter telur ikan


hampal yang diamati pada mikroskop, didapatkan sampel ikan 1 pada gonad bagian
tengah memiliki kisaran ukuran terbesarnya yaitu sebesar R = 0,24 mm dan kisaran
ukuran terkecilnya yaitu sebesar R = 0,20 mm. Sedangkan pada gonad bagian atas
memiliki kisaran ukuran terbesarnya yaitu sebesar R = 0,26 mm dan kisaran ukuran
terkecilnya yaitu sebesar R = 0,20 mm. Kemudia pada sampel ikan 3 didapatkan
kisaran ukuran terbesar pada gonad tengahnya yaitu sebesar R = 0,20 mm dan kisaran
ukuran terkecilnya yaitu sebesar R = 0,17 mm. Disamping hasil data tersebut
diperoleh juga pada sampel ikan 1 memiliki diameter telur sebenarnya yang berkisar
0,43 pada telur yang berada pada gonad tengah dan 0,45 pada gonad bagian atas.
Sedangkan untuk sampel ikan 3 diperoleh diameter telur sebenarnya yang berkisar
0,36 pada gonad bagian tengah.

Yustina (2002) menyatakan bahwa sebaran diameter telur bervariasi


merupakan indikasi pemijahan secara bertahap (Partial Spawning). Ikan hampala
merupakan salah satu ikan dengan tipe pemijahan secara bertahap (Partial Spawning)
karena memiliki sebaran diameter telur yang bervariasi.

4.2.7 Tingkat Kematangan Telur (TKT)


Kematangan telur dapat dilihat secara mikroskopik ditentukan berdasarkan
kriteria pergeseran posisi inti telur menuju kutub animal dan peluruhan atau
penghancuran membran telur. Berdasarkan pergeseran posisi inti telur tersebut
terdapat 4 kriteria posisi inti telur sebelum telur tersebut diovulasikan yaitu tahap inti
tengah, tahap inti yang bermigrasi dari tengah menuju tepi, tahap inti di tepi, dan
tahap inti melebur. (Yaron dan Levavi 2011).

13
Berdasarkan data hasil pengamatan telur yang dilarutkan dengan larutan serra
pada mikroskop didapatkan tingkat kematangan telur (TKT) pada sampel ikan 1
dengan ciri ciri pada telur bagian tengah inti telurnya hancur, melebur, pecah dan
berwarna kusam begitupun pada telur yang berada pada bagian atas yang
diindikasikan TKT dari sampel ikan 1 berada pada fase TKG IV. Sedangkan TKT
pada sampel ikan 3 memiliki ciri ciri inti melebur dan telur cukup matang yang
diindikasikan juga berada pada fase TKG IV. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
TKT ikan hampal termasuk pada fase geminal vesicle breakdown (GVBD). Proses
kematangan telur atau oocyte maturation (OM) ditentukanberdasarkan kriteria
pergeseran posisi inti telur menuju kutub animal (geminal vesicle migration) dan
peluruhan atau penghancuran membran telur.

4.3 Kebiasaan Makan


Kebiasaan makanan ikan (food habits) merupakan kuantitas dan kualitas
makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan (feeding habits)
adalah waktu, tempat dan caranya makanan itu didapatkan oleh ikan. Kebiasaan
makanan dan cara memakan ikan secara alami bergantung pada lingkungan tempat
ikan itu hidup (Effendie, 2002). Berikut merupakan kebiasaan makan dari ikan
hampal :

4.3.1 Indeks Bagian Terbesar


Indeks bagian terbesar adalah suatu rumusan yang digunakan untuk
mengetahui persentase jumlah makanan terbesar dalam usus ikan (Nikolsky 1963).
Berikut merupakan hasil data diagram indeks propenderan dari ikan hampal:

14
Gambar 10. Indeks Propenderan

Berdasarkan data diagram indeks propenderan diatas menunjukkan bahwa


tingkat konsumsi jenis pakan ikan hampal yang tertinggi yaitu detritus sebesar 54%,
kedua phytoplankton sebesar 18%, ketiga Plants sebesar 14%, keempat zooplankton
dan animal fraction sebesar 5% dan terakhir benthos dan worm sebesar 2%.
Berdasarksan hasil tersebut dapat diketahui bahwa jenis pakan utama ikan hampal
yaitu detritus, jenis pakan tambahannya yaitu phytoplankton, plants, zooplankton dan
animal fraction. Kemudian sebagai pakan pelengkapnya yaitu benthos dan worm.

4.3.2 Indeks Ivlev


Indeks selektivitas (Ivlev) merupakan perbandingan antara organisme pakan
ikan yang terdapat dalam lambung dengan organisme pakan ikan yang terdapat dalam
perairan. Preferensi tiap organisme atau jenis plankton yang terdapat dalam lambung
ikan ditentukan berdasarkan indeks pilihan (index of electivity) (Effendie 1979).
Adapun tingkatan nilai indeks, menurut Effendi (1979), Nilai indeks pilihan ini
berkisar antara +1 sampai -1 yaitu :

15
a. Jika nilai indeks 0 ˂ E ˂ 1 berarti pakan digemari
b. Jika nilai indeks -1 ˂ E ˂ 0 berarti pakan tersebut tidak digemari oleh ikan
c. Jika nilai E = 0 berarti tidak ada seleksi oleh ikan terhadap pakannya.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tidak didapatkan nilai indeks


ivlev dikarenakan tidak ada yang membandingkan antara jenis makanan yang
terdapat dalam saluran pencernaan dengan jenis makanan yang terdapat di
lingkungan.

4.3.3 Tingkat Trofik


Tingkat trofik ikan dikategorikan menjadi tingkat trofik 2 yaitu untuk ikan
yang bersifat herbivora, tingkat 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivora dan tingkat
trofik 3 atau lebih untuk ikan yang bersifat karnivora (Caddy dan Sharp, 1986 dalam
Nugraha, 2011). Berdasarkan pernyataan tersebut, hasil dari nilai tingkat trofik ikan
hampal yaitu sebesar 2,684334 yang mana dapat diartikan ikan hampal memiliki
tingkat trofik sebagai ikan omnivora yang cenderung karnivora.

16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum analisis aspek biologis ikan nila
yang mengenai pertumbuhan, reproduksi dan kebiasaan makanan yaitu :
1. Hubungan antara panjang dan bobot ikan hampal yang telah diamati yaitu
termasuk Allometrik Negatif, karena nilai b < 3, sedangkan nilai korelasi
antara panjang dan bobot yaitu sebesar 0,8961, hal tersebut dapat dikatakan
bahwa antara panjang dan bobot ikan memiliki hubungan yang sangat lemah.
2. Persentase Rasio kelamin betina sebesar 44% dan jantan sebesar 56% dengan
perbandingan 4:5. Pada uji chi square hasilnya nilai χ2hitung (1,44) < χ2tabel
(3,841458821) yang berarti perbandingan jenis kelamin betina dan jantan
seimbang. Berdasarkan nilai TKG ikan jantan didominasi oleh TKG IV (16
ekor) yang artinya siap berpijah dan nilai TKG ikan betina didominasi oleh
TKG III (9 ekor) yang berarti sedang melalui fase maturing. Nilai IKG tertinggi
ikan jantan berada di TKG III, yaitu sebesar 8,60% dan nilai IKG tertinggi pada ikan
betina berada pada TKG IV, yaitu sebesar 5,66%. Pada nilai HSI tertinggi
ditemukan pada TKG I yaitu sebesar 0,42%.
3. Ikan hampal yang telah diamati memiliki nilai tingkat trofik sebesar 2,684334
yang menunjukkan ikan hampal termasuk jenis ikan omnivora yang
cenderung ke karnivor yang mana pakan utama ikan hampal yaitu detritus,
jenis pakan tambahannya yaitu phytoplankton, plants, zooplankton dan animal
fraction. Kemudian sebagai pakan pelengkapnya yaitu benthos dan worm.

5.2 Saran
Diperlukan adanya perbandingan antara jenis makanan yang terdapat dalam
saluran pencernaan dengan jenis makanan yang terdapat di lingkungan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Caddy, J.F. and G.D. Sharp. 1986. An Ecological framework for marine fishery
investigation. FAOFish Tech.Pap.,283: 152pp.

Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung.

Effendie, M.I. 1978. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta

Effendie, M. I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Cetakan Pertama. Yayasan Dewi


Sri. Bogor

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan . Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara

Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. New York

Nugraha, R, H. 2011. Identifikasian Studi Kebiasaan Makanan Ikan Hasil Tangkapan


di Sungai Cimanuk Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan limu Kelautan,Universitas Padjadjaran. Jatinanngor. 63 hlm.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika, edisi ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Yaron, Z., & Levavi-Sivan, B. 2011. Endocrine regulation of fish repro-duction. In


Encyclopedia of fish physi-ology: from genome to environment. Academic
Press San Diego, CA. 2 : 1500 – 1508

18
LAMPIRAN

19
Lampiran 1. Alat

Nampan Cawan Petri

Beaker Glass Gelas Ukur

Mikroskop Disecting

20
Milimeter Block Penggaris

Timbangan Digital Objek Glass

Pinset Pipet

21
Lampiran 2. Bahan

Aquades Larutan Asetokarmin

Larutan Serra Ikan Hampala

Formalin

22
Lampiran 3. Prosedur Bagan Alir

1. Prosedur Pertumbuhan

Ikan hampal diambil kemudian diletakkan di atas baki

Ikan hampal dimatikan dengan jarum sonde pada bagian kepala ikan

Ikan hampal diukur Panjang Total Length (TL), Standard Length(SL) dan
Fork Length(FL) menggunakan penggaris dan catat hasilnya

23
2. Prosedur Reproduksi

Ikan hampal yang sudah diukur lalu dibedah menggunakan gunting bedah dari
arah urogenital melingkar menuju bagian posterior operculum.

Karakteristik gonad diamati untuk menentukan jenis kelamin ikan hampal

Morfologi gonad ikan uji diamati untuk menentukan tingkat kematangan


gonad

24
3. Prosedur Kebiasaan Makan

Ikan hampal dibedah menggunakan gunting dari arah urogenital melingkar


menuju bagian posterior operculum

Bagian organ pencernaan diambil dan dipisahkan antara usus, hati dan lambung

Bagian usus diukur panjang ususnya menggunakan penggaris lalu dicatat


hasilnya

Bagian hati di pisahkan kemudian di timbang dan dicatat hasilnya

Bagian lambung disimpan pada cawan petri untuk ditetesi formalin

25
sebanyak 5 tetes kemudian ditambah akuades sampai lambung tersebut
terendam

Lambung tersebut ditunggu selama 10 menit lalu tiriskan dan diambil isi
lambungnya

Isi lambung diamati di cover glass dibawah mikroskop untuk mengetahui jenis
pakan yang ada di dalam sampel tersebut lalu dicatat hasilnya

26
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

Pengukuran Panjang Tubuh Ikan Penimbangan bobot Ikan

Pembedahan Ikan Identifikasi Isi Perut Ikan

Penimbangan bobot hati ikan Penimbangan Gonad Ikan

27
Identifikasi isi usus
Pengukuran Panjang Usus

Pengamatan Recahan Usus Pengamatan sel telur

28
Lampiran 5. Data Pertumbuhan

Pertumbuhan
Panjang (mm)
No.
Bobot (g) TL + Bobot +
SL FL TL
NPM NPM
1 343 368 406 847,2 445 886,2
2 326 353 402 770,7 441 809,7
3 295 323 345 623,9 384 662,9

4 393
303 328 354 563,1 602,1
5 260 283 328 406,6 367 445,6
6 220 190 230 315,58 269 354,58
7 170 185 220 186,01 259 225,01
8 210 230 245 225,85 284 264,85
9 135 190 225 199,25 264 238,25
10 185 200 225 242,48 264 281,48
11 210 175 160 162,52 199 201,52
12 175 200 220 206,83 259 245,83
13 185 205 220 297,75 259 336,75
14 185 215 235 218,75 274 257,75
15 200 210 245 207,87 284 246,87
16 200 210 240 258,24 279 297,24
17 180 197 211 221,58 250 260,58
18 200 225 245 279,75 284 318,75
19 195 215 245 207,27 284 246,27
20 180 205 220 212,25 259 251,25
21 190 210 225 233,65 264 272,65
22 143 215 230 225,27 269 264,27
23 200 220 240 257,8 279 296,8
24 200 220 240 204,31 279 243,31
25 210 230 200 218,83 239 257,83
26 240 210 190 264,22 229 303,22
27 207 225 240 228,58 279 267,58

29
28 210 235 250 263,53 289 302,53
29 200 230 245 258,4 284 297,4
30 180 195 225 211,1 264 250,1
31 175 195 210 181,14 249 220,14
32 145 205 225 218 264 257
33 190 205 235 251,52 274 290,52
34 193 209 226 206,09 265 245,09
35 185 200 220 225,94 259 264,94
36 249
185 175 210 180,88 219,88
37 175 185 210 180,88 249 219,88
38 190 210 240 206,96 279 245,96
39 195 205 233 261,8 272 300,8
40 195 215 235 266,49 274 305,49
41 185 202 223 246 262 285
42 230 240 280 356,97 319 395,97
43 130 190 225 192,22 264 231,22
44 185 206 245 206,25 284 245,25
45 190 185 225 223,97 264 262,97
46 249
170 175 210 162,46 201,46
47 239 237 225 284,7 264 323,7
48 178 204 227 221,07 266 260,07
49 194 215 229 247,47 268 286,47
50 205 145 250 256,02 289 295,02
51 135 185 220 224,26 259 263,26
52 196 212 233 262,33 272 301,33
53 185 205 225 196,63 264 235,63
54 166 180 210 162,69 249 201,69

30
Lampiran 6. Perhitungan Distribusi Panjang

31
Lampiran 7. Perhitungan Distribusi Bobot

32
Lampiran 8. Perhitungan Regresi Hubungan Panjang Bobot

33
34
Lampiran 9. Data Reproduksi

Bobot Bobot Bobot IKG HSI Jenis


No. TKG Fekunditas
tubuh gonad hati (%) (%) Kelamin

1 I 245,96 0,01 0,00% Jantan


2 III 201,46 5,42 2,69% jantan
3 III 201,52 21,99 10,91% JANTAN
4 III 219,88 15,24 6,93% JANTAN
5 III 220,14 15,7 7,13% Jantan
6 III 243,31 34,64 14,24% JANTAN
7 III 245,09 19,78 8,07% JANTAN
8 III 260,07 74,5 28,65% JANTAN
9 III 267,58 20,37 7,61% JANTAN
10 III 290,52 17,89 6,16% Jantan
11 iii 296,8 14,46 4,87% jantan
12 III 297,24 23,63 7,95% JANTAN
13 III 297,4 13,71 4,61% Jantan
14 III 602,1 12,13 2,01% Jantan
15 IV 219,88 26,51 12,06% Jantan
16 IV 231,22 32,13 13,90% Jantan
17 IV 246,87 14,1 5,71% Jantan
18 IV 251,25 18,07 7,19% Jantan
19 IV 260,58 18,65 7,16% JANTAN
20 IV 262,97 28,65 10,89% Jantan
21 IV 264,27 21,7 8,21% Jantan
22 IV 264,85 10,59 4,00% Jantan
23 IV 272,65 19,37 7,10% JANTAN
24 IV 281,48 12,8 4,55% JANTAN
25 IV 286,47 30,28 10,57% Jantan
26 IV 305,49 41,54 13,60% JANTAN
27 IV 336,75 22,28 6,62% Jantan
28 IV 395,97 33,41 8,44% JANTAN
29 IV 445,6 20,26 4,55% Jantan
30 IV 809,7 30,22 0,7 3,73% 0,09% JANTAN

35
31 I 225,01 0,78 0,94 0,35% 0,42% Betina
32 II 250,1 0,13 0,38 0,05% 0,15% Betina
33 II 257 2,93 0,76 1,14% 0,30% BETINA
34 II 264,94 1,95 0,89 0,74% 0,34% BETINA
35 II 285 7,72 0,37 2,71% 0,13% Betina
36 II 303,22 4,18 1,08 1,38% 0,36% Betina
37 II 318,75 8,11 0,65 2,54% 0,20% Betina
38 ii 354,58 18,65 0,31 5,26% 0,09% 15,985 Betina
39 III 235,63 5,92 1,58 2,51% 0,67% Betina
40 III 245,25 11,37 0,62 4,64% 0,25% BETINA
41 III 246,27 8,57 0,36 3,48% 0,15% Betina
42 III 257,75 4,81 0,36 1,87% 0,14% 10,368 Betina
43 III 295,02 14,9 0,77 5,05% 0,26% 92223,1578 Betina
44 III 300,8 8,44 0,69 2,81% 0,23% Betina
45 III 301,33 7,56 0,39 2,51% 0,13% 1582,4 Betina
46 III 302,53 6,39 0,72 2,11% 0,24% 1,519 Betina
47 III 323,7 12,72 0,59 3,93% 0,18% BETINA
48 IV 201,69 20,52 0,76 10,17% 0,38% 28,603 Betina
49 IV 238,25 11,85 0,52 4,97% 0,22% BETINA
50 IV 245,83 10,86 1,18 4,42% 0,48% 23091 Betina
51 IV 257,83 8,98 0,82 3,48% 0,32% BETINA
52 IV 263,26 10,56 0,67 4,01% 0,25% 27,757 Betina
53 IV 662,9 67,21 0,52 10,14% 0,08% 1701 BETINA
54 IV 886,2 21,35 1,04 2,41% 0,12% 1050 BETINA

36
Lampiran 10. Uji Chi-Kuadrat Rasio Kelamin

Data rasio kelamin ikan hampal adalah sebagai berikut :


Jenis
No. Jumlah PERSEN
Kelamin
1 JANTAN 30 56%
2 BETINA 24 44%
54 100%

Uji chi-kuadrat rasio kelamin :


Diketahui :

Perhitungan :
fo fh fo-fh (fo-fh)² (fo-fh)²/fh
56 50 6 36 0,72
44 50 -6 36 0,72
X²hitung 1,44

Diketahui :
- α = 0,05
- DF = (r – 1) × (b – 1)

Perhitungan :
X2 tab (0,05;1) = 3.841459

Berdasarkan nilai Chi Square kuadrat didapatkan nilai χ2hitung (1,44) <
χ2tabel (3,841458821), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 diterima maka
perbandingan jenis kelamin seimbang antara jantan dan betina.

37
Lampiran 11. Perhitungan Distribusi TKG

38
39
Lampiran 12. Data Kebiasaan Makanan

Jenis Pakan
No. Fraksi
Phytoplankton Zooplankton Fraksi Hewan Tumbuhan Benthos Detritus Molusca Insecta Worm Fish
1 5 10 30 15 40
2 14 19 21 11 30 5
3 15 25 17 8 35
4 14 14 14 29 29 2
5 83 17
6 100
7 100
8 100
9 100
10 15 8 2 75
11 5 5 15 75
12 60 40
13 35 25 7 8 25
14 40 35 25
15 10 6 2 82
16 58 13 9 16 4
17 33 17 33 17 1
18 7 7 9 77
19 25 5 70
20 5 95
21 20 80
22 100
23 40 60
24 10 50 40
25 100
26 20 5 5 20 50
27 19 5 5 20 51
28
29 100
30 100
31 100
32 100
33 50 50
34 8 19 15 12 46
35 3 7 35 55
36 50 50
37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38 35 15 50
39 30 20 50
40 30 70
41 10 30 60
42 20 80
43 10 5 85
44 50 25 25
45 35 5 5 55
46 30 20 50
47 68 42

41
48 41 2 57
49 30 17 3 50
50 18 23 12 47
51 40 60
52 13 5 82
53
54 48 5 47

42

Anda mungkin juga menyukai