Anda di halaman 1dari 19

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

BIOLOGI PERIKANAN

Dosen Pengampu :
Ria Fahleny, S.Pi., M.Si
Vera Ardelia, S.Pi., M.Si

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN


SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS ISLAM OKI (UNISKI)
KAYUAGUNG
2022
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
BIOLOGI PERIKANAN

Nama : …………………………………………………
NIM : …………………………………………………
Kelas : …………………………………………………
Kelompok : …………………………………………………

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS ISLAM OKI (UNISKI)
KAYUAGUNG
2022
Buku Panduan Praktikum Biologi Perikanan
2017

MATERI I
PERTUMBUHAN

A. Teori

Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran ikan dalam jangka waktu tertentu. Ukuran
ini bisa dinyatakan dalam satuan panjang, bobot maupun volume, bergantung kepada
kepentingan pengukur. Ikan tumbuh terus menerus sepanjang hidupnya, sehingga dikatakan
bahwa ikan mempunyai sifat pertumbuhan tak terbatas (Rahardjo et al. 2011). Pertumbuhan
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik (dalam) dan faktor ekstrinsik (luar). Faktor
intrinsik adalah faktor yang timbul dari dalam diri ikan itu sendiri, meliputi antara lain sifat
keturunan, umur, ukuran, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan memanfaatkan
makanan. Faktor ekstrinsik meliputi sifat fisik dan kimiawi perairan serta komponan hayati
seperti ketersediaan makanan dan kompetisi. Pengaruh masing-masing faktor ekstrinsik di
alam sulit dipisahkan satu dari yang lain, karena sering bekerja bersama dalam menimbulkan
pengaruh (Rahardjo et al. 2011).
Penentuan pola pertumbuhan ikan dapat didekati dengan beberapa cara, antara lain
dengan melihat hubungan panjang dan bobot ikan. Hubungan antara panjang total dan bobot
ikan merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menganalisa pertumbuhan
suatu kelompok ikan tertentu yang selanjutnya akan sangat berguna bagi pengelolaan
perikanan. Effendie (2002) menyatakan bahwa bobot dapat dianggap sebagai fungsi dari
panjang. Hubungan panjang-bobot hampir mengikuti hukum kubik yaitu berat ikan sebagai
pangkat tiga dari panjangnya, tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak
demikian karena bentuk dan panjang yang berbeda-beda. Hubungan panjang dan berat tubuh
ini ditentukan untuk melihat sifat pertumbuhan allometrik dan isometrik (Effendi 2002). Pola
pertumbuhan yang berbeda antar habitat dan jenis kelamin, diduga berkaitan dengan kondisi
lingkungan (waktu penangkapan), perbedaan umur, persediaan makanan, perkembangan
gonad, penyakit dan tekanan lingkungan.
Hubungan Panjang Bobot
Analisis hubungan panjang dengan berat bertujuan untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan di alam yang selanjutnya akan berguna bagi kegiatan pengelolaan
perikanan (Ricker 175 in Effnedie 2005). Dalam biologi perikanan, hubungan panjang bobot
ikan merupakan salah satu informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam penentuan
selektifitas alat tangkap agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap
(Vanichkul dan Hongskul dalam Merta 1993). Menurut Effendie (1997) bahwa pengaruh
ukuran panjang dan bobot tubuh ikan sangat besar terhadap nilai b yang diperoleh sehingga
secara tidak langsung faktor – faktor yang berpengaruh terhadap ukuran tubuh ikan akan
mempengaruhi pola variasi dari nilai b. Ketersediaan makanan, tingkat kematangan gonad,
dan variasi ukuran tubuh ikan – ikan sampel dapat menjadi penyebab perbedaan nilai b
tersebut. Blueweis (1978 in Tresnati, 2001) menyatakan bahwa hubungan antara parameter
panjang dan bobot dapat menggambarkan beberapa fenomena ekologis.
Penelitian tentang perikanan tongkol komo pernahdilakukan di perairan India yaitu
Andussamad et al. (2012) melaporkan musim pemijahan tongkol komo berlangsungdua kali
yaitu Mei-Juni dan Oktober –Desember. Penelitianselanjutnya Jatmiko et al. (2013)
menyatakan bahwa panjang asimtotik ikan tongkol komo di perairan Samudera Hindia adalah
63,5 cm dengan rasio eksploitasi 0,55.

Faktor Kondisi

Salah satu hal yang penting dari pertumbuhan ialah faktor kondisi atau sering disebut
pula sebagai faktor K. Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari
segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi. Menurut Effendie (1997) bahwa besarnya
faktor kondisi tergantung pada banyak hal antara lain jumlah organisme yang ada, kondisi
organisme, ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan perairan. Semakin tinggi nilai
faktor kondisi menunjukkan adanya kecocokan antara ikan dengan lingkungannya. Richter
(2007) dan Blackwell et al. (2000) menambahkan bahwa faktor kondisi dapat dihitung untuk
menilai kesehatan ikan secara umum, produktivitas dan kondisi fisiologi dari populasi ikan.
Buku Panduan Praktikum Biologi Perikanan
2017

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah


1. Dapat mengetahui perkembangan yang dialami ikan melalui analisa beberapa
parameter seperti hubungan panjang bobot dan faktor kondisi, sehingga dapat
menentukan pertumbuhan ikan dalam populasi alami.
2. Dapat mendemonstrasikan teknik-teknik pengukuran serta menentukan jenis
pertumbuhan ikan.

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum pertumbuhan adalah alat untuk


menganalisis ukuran panjang dan bobot ikan yang diamati adalah :
1. Papan penggaris
2. Nampan
3. Timbangan digital
4. Kertas lap dan tissueb
5. Jarum pentul
6. Alat bedah (satu set lengkap)
Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan dalam materi
pertumbuhan ini adalah :
1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

2. Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus)

3. Ikan Patin (Pangasius pangasius)

4. Ikan Mas (Cyprinus carpio)

5. Ikan Gabus (Channa striata)

D. Metoda Kerja

1. Siapkan ikan yang akan diamati di atas baki


2. Keringkan ikan dengan tissue
3. Beri nomor ikan dengan kertas label
4. Ukur panjang ikan
5. Panjang ikan yang diukur adalah panjang total (total length) (mm)
6. Timbang berat ikan, kemudian catat beratnya (gram) dengan timbangan digital
7. Kerja selanjutnya adalah pembedahan untuk pengawetan sampel
8. Untuk pembedahan dan pengawetan sampel, melihat di metoda materi reproduksi

E. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada praktikum ini adalah data nomor ikan, panjang total (L),
berat ikan (W), TKG, jenis kelamin.

Tabel 1. Tabel Hasil Pengamatan Praktikum


No L(mm) W (gram) Log L Log W Kelamin
1
2

N

F. Analisis Data

Hubungan panjang bobot

Analisis hubungan panjang bobot dilakukan untuk mengetahui pola pertumbuhan


ikan. Hubungan panjang dan bobot dijelaskan dalam bentuk persamaan eksponensial.
Menurut Hile (1936) in Effendie (1979), rumus penentuan hubungan panjang bobot sebagai
berikut.

W = α Lβ

W adalah bobot ikan (gram), L adalah panjang ikan (cm), nilai α dan β adalah koefisien
pertumbuhan bobot. Nilai α dan β diduga dari bentuk linier persamaan diatas, yaitu:

Log w = log α + β log L

Parameter penduga α dan β diperoleh dengan analisis regresi dengan log Wsebagai y dan log
L sebagai x, sehingga diperoleh persamaan regresi:
Buku Panduan Praktikum Biologi Perikanan
2017

Y = b0 + b1X
Sehingga b = b1 dan a = 10b0
Nilai β digunakan untuk menduga pola pertumbuhan yang didapat dari perhitungan
panjang dan bobot melalui hipotesis. Adapun hipotesis yang digunakan sebagai berikut.
1. H0 : β=3
pola pertumbuhan bersifat isometrik (pertumbuhan panjang sama dengan
pertumbuhan bobot).
2. H1 : β≠3
pola pertumbuhan bersifat allometrik, yaitu:
a. Bila nilai β>3, bersifat allometrik positif (pertumbuhan bobot lebih dominan).
b. Bila nilai β<3, bersifat allometrik negatif (pertumbuhan panjang lebih dominan).
Hipotesis digunakan untuk melihat hasil yang diperoleh dari nilai β sama atau tidak dengan 3
kemudian dilakukan uji lanjut dengan t hitungsebagai berikut:

b-3
thitung =
Sb

Sb dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

s2
Sb 2 = 2
n 2 1 n
i=1 Xi - n ( i=1 Xi)

Selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%.
Pengambilan keputusannya adalah jika t hitung >ttabel maka tolak hipotesis nol (H0) dan jika
thitung <ttabel maka terima hipotesis nol (Walpole 1995).

Faktor kondisi
Faktor kondisi menunjukan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik
untuk survival dan reproduksi. Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan sistem metrik
berdasarkan hubungan panjang berat ikan sampel. Jika pertumbuhan ikan isometrik (Effendie
2002):
105 W
K=
L3

Apabila pertumbuhan bersifat allometrik:

W
K=
aLb

K adalah faktor kondisi, W adalah bobot ikan (gram), L adalah panjang total ikan (cm), a
adalah intersep, dan b adalah kemiringan.

G. Hasil dan Pembahasan


Hasil
1. Gambar Ikan dan Keterangan
Buku Panduan Praktikum Biologi Perikanan
2017

2. Tabel Hasil Pengamatan Praktikum Pertumbuan ikan…………….. (………………...….…)

No L(mm) W (gram) Log L Log W Kelamin

N

3. Gambar hubungan panjang bobot ikan betina

4. Gambar hubungan panjang bobot ikan jantan

5. Gambar hubungan panjang bobot gabungan


Buku Panduan Praktikum Biologi Perikanan
2017
6. Hasil faktor kondisi ikan

7. Pembahasan
MATERI II
REPRODUKSI

A. Teori
Tingkat kematangan gonad

Tingkat kematangan gonad (TKG) merupakan tahap perkembangan gonad sejak,


sebelum, sampai setelah ikan memijah. Perkembangan gonad yang semakin matang
merupakan bagian dari vitellogenesis yaitu proses pengendapan kuning telur pada sel telur
(Effendie, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad
yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor dalam antara lain adalah perbedaan spesies, umur,
ukuran, serta sifat fisiologi ikan tersebut seperti kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan. Faktor luar yang mempengaruhi adalah makanan, suhu dan arus (Lagler et
al.1977). Menurut Effendie (2002) penentuan TKG dapat dilakukan secara morfologi dan
histologi. Penentuan secara morfologi dilihat dari bentuk, panjang dan warna, serta
perkembangan isi gonad. Penentuan TKG secara histologi dapat dilihat dari anatomi
perkembangan gonadnya. TKG ditentukan secara morfologi menggunakan modifikasi Cassie
in Effendie dan Sjafei (1976) yang didasarkan pada bentuk, warna, ukuran, dan bobot gonad
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Penentuan TKG secara morfologi (Cassie 1956 in Effendie 1976)


TKG Betina Jantan
Ovari seperti benang, panjang sampai Testis seperti benang, lebih pendek,
I ke depan rongga tubuh. Warna jernih. terihat ujungnya dirongga tubuh. Warna
Permukaan licin. jernih. Permukaan licin.
Ukuran ovari lebih besar. Pewarnaan Ukuran testis lebih besar. Pewarnaan
II lebih gelap kekuning-kuningan, telur lebih putih seperti susu. Bentuk lebih
belum jelas dilihat dengan mata. jelas daripada tingkat I.
Ovari berwarna kuning. Secara Permukaan testis tampak lebih bergerigi.
III morfologis telur mulai kelihatan Warna makin putih, testis makin besar.
butirannya dengan mata. Dalam keadaan diawetkan mudah putus.
Ovari makin besar. Telur berwarna Seperti pada tingkat III, tampak lebih
kuning, mudah dipisahkan. Butir jelas dan testis makin pejal.
IV
minyak tidak tampak. Mengisi ½ - 2/3 Seperti pada tingkat III, tampak lebih
rongga perut, usus terdesak. jelas dan testis makin pejal.
Ovari berkerut, dinding tebal, butir Testes bagian belakang kempis dan
V telur sisa terdapat didekat pelepasan, dibagian dekat pelepasan masih berisi
banyak telur seperti pada tingkat II
Buku Panduan Praktikum Biologi Perikanan
2017
Dari pengetahuan TKG ini juga akan didapatkan keterangan waktu ikan itu memijah,
baru memijah atau sudah selesai memijah. Ukuran ikan pada saat pertama kali gonadnya
masak, berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang
mempengaruhinya (Affandi dan Tang 2002).

Indeks kematangan gonad (IKG)

Suatu perubahan yang terjadi di dalam gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan
dengan suatu indeks yang disebut dengan indeks kematangan gonad. Indeks Kematangan
Gonad (IKG), yaitu nilai dalam persen yang menunjukkan perbandingan berat gonad dengan
berat tubuh ikan. Peningkatan nilai IKG terjadi seiring dengan meningkatnya Tingkat
Kematangan Gonad. Faktor utama yang mempengaruhi indeks kematangan gonad suatu ikan
adalah suhu dan makanan. Secara umum indeks kematangan gonad sangat bervariasi menurut
panjang tubuh maupun tingkat kematangan gonadnya, tetapi terdapat kecenderungan
hubungan yang positif antara indeks kematangan gonad dengan tingkat kematangannya
(Suwarso dan Hariati 1988 in Sari 1999).
Indeks Kematangan Gonad akan mencapai puncaknya sesaat sebelum ikan akan
memijah dan menurun kembali setelah melakukan pemijahan. IKG merupakan salah satu
parameter untuk mengetahui kondisi kematangan populasi ikan di alam sehingga dapat
digunakan untuk memperkirakan musim pemijahan ikan. Nilai IKG pada ikan jantan lebih
kecil daripada ikan betina karena bobot ikan betina lebih besar (Effendi 2002).

Fekunditas

Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada saat ikan memijah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas antara lain perbandingan induk betina dan
jantan. Fekunditas ikan berhubungan erat dengan lingkungannya dimana spesies ikan akan
bertambah fekunditasnya bila keadaan lingkungannya baik. Kegunaan fekunditas adalah
sebagai bagian dari studi sistematik atau studi mengenai ras, dinamika populasi,
produktivitas, potensi reproduksi dan sebagainya (Effendi 2002). Pada umumnya individu
yang cepat pertumbuhannya, fekunditasnya pun lebih tinggi dibanding yang lebih lambat
pertumbuhannya pada ukuran yang sama. Spesies ikan yang mempunyai fekunditas besar,
pada umumnya memijah di daerah permukaan sedangkan spesies yang fekunditasnya kecil
biasanya melindungi telurnya dari pemangsa atau menempelkan telurnya pada tanaman atau
substrat lainnya (Nikolsky 1969 in Sari 2000).
Pada ukuran yang sama individu yang memiliki pertumbuhan cepat fekunditasnya
akan lebih tinggi dari pada individu yang pertumbuhannya lambat. Fekunditas yang akan
dipijahkan bervariasi pada setiap jenis dan individu, hal ini karena adanya beberapa faktor
yang mempengaruhi seperti umur, keadaan spesies dan keadaan lingkungan. Ikan yang
umurnya relatif lebih muda yang baru pertama kali memijah, fekunditasnya juga relatif lebih
sedikit dibandingkan dengan ikan yang berumur relatif lebih tua yang telah memijah
beberapa kali. Selain itu adanya fluktuasi fekunditas juga dapat disebabkan ikan-ikan
memiliki ukuran dan bobot tubuh yang tidak sama, sehingga ikan yang mempunyai ukuran
dan bobot yang lebih besar juga akan mempunyai fekunditas yang lebih besar (Effendie
2002).

B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum materi reproduksi ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengetaui secara makroskopis organ reproduksi ikan
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi organ seksual primer dan mampu menentukan
tingkat kematangan gonad
3. Mahasiswa dapat membedakan tingkat kematangan gonad ikan
4. Mahasiswa Dapat memprediksi waktu pemijahan dan tahap perkembangan untuk
rekruitmen
5. Mahasiswa mampu mendapatkan telur ikan serta mengetahui cara menghitung
jumlah telur dari ikan

C. Alat dan Bahan


1. Alat bedah lengkap
2. Nampan
3. Timbangan digital
4. Tissue
5. Cawan petri
6. Panduan praktikum

D. Metoda kerja
1. Ikan yang sudah diukur panjang dan beratnya dikeringkan
2. Lakukan pembedahan dengan cara,
Buku Panduan Praktikum Biologi Perikanan
2017
3. Perhatikan letak gonad ikan
4. Tentukan jenis kelamin
5. Berdasarkan klasifikasi diatas, tentukan TKGnya
6. Gonad diangkat dan dipisahkan dari usus dengan hati-hati, jangan sampai ada bagian
gonad yang putus
7. Gonad yang telah diawetkan kemudian dibagi menjadi 3 bagian anterior, tengah dan
posterior masing-masing bagian ditimbang
8. Gonad yang sudah terpisah dikeringkan dengan tissue, kemudian timbang (catat berat
gonad tersebut)
9. Ambil 3 bagian telur contoh dari satu gonad yang akan diamati, kemudian ditimbang
seluruh gonad contoh tersebut,
10. Ambil gonad contoh dari sebagian kecil bagian gonad anterior, tengah dan posterior
tersebut lalu ditimbang dan diencerkan dengan aquadest 10 ml; kemudian diambil 1ml
gonad yang sudah diencerkan untuk dihitung fekunditasnya.

E. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
- Data TKG (tingkat kematangan gonad)
- Data IKG (Indeks Kematangan Gonad)
- Berat gonad total

F. Analisis Data
1. TKG diamati dengan menggunakan klasifikasi Cassie (1956)
2. IKG ditentukan dengan membandingkan berat gonad terhadap berat tubuh yang
dikalikan 100%

Indeks kematangan gonad (IKG)

Indeks kematangan gonad yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari
perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan dengan 100.
Sejalan dengan perkembangan gonad, maka bobot gonad semakin bertambah dan semakin
besar sampai mencapai maksimum ketika ikan mencapai memijah. Tujuannya untuk
mengetahui perbandingan ukuran gonad dan tubuh ikan, perhitungan yang dilakukan
(Effendie 1997):
𝐵𝐺
IKG = X 100%
𝐵𝑇

IKG adalah indeks kematangan gonad, BG adalah berat gonad ikan (gram), BT adalah berat
tubuh ikan (gram).

Fekunditas

Fekunditas dihitung pada kondisi tingkat kematangan gonad III dan IV dengan
menggunakan metode gabungan sebagai berikut (Effendie 2002):

𝐺𝑥𝑉𝑥𝑋
𝐹=
𝑄
Keterangan :
F = fekunditas (butir)
G = berat gonad (gram)
V = volume pengenceran (cc)
X = jumlah telur contoh tiap cc (butir)
Q = berat telur contoh (gram)

G. Hasil dan Pembahasan


Hasil

1. Gambar Reproduksi ikan dan Keterangan


2. Tabel Hasil Pengamatan Praktikum Reproduksi ikan…………………….. (………………...……...…)

BGC (berat gonad contoh) Jumlah telur contoh (Butir)


L W BGT (Q) (X) Berat Jumlah Fekunditas
Ikan TKG IKG
(mm) (gram) (gram) A T P A T P Rata2 Rata2

Anda mungkin juga menyukai