Anda di halaman 1dari 13

Aspek Biologi Ikan Kakap Merah (Lutjanidae Gibbus)

Di Bagian Perairan Aceh

Biological Aspects Of Red Snapper (Lutjanidae Gibbus) In North Aceh


Waters

Mellisa1, Syuhaila Dewi Rizkia1,

Abstrak
Ikan kakap merah (L. gibbus) adalah jenis ikan demersal dari famili Lutjanidae yang bernilai ekonomis
penting dan banyak tertangkap di Indonesia. Informasi tentang kebiasaan makan dan aspek
reproduksi ikan kakap merah di Indonesia masih relatif sedikit. Ikan contoh diambil dari hasil
penangkapan ikan oleh para nelayan Analisis fekunditas dilakukan di Laboratorium dengan
metode gravimetrik. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhannya bersifat alometrik
negatif. Kebiasaan makan ikan kakap merah tergolong ikan karnivora dimana makanan
utamanya adalah ikan dan kepiting (Portunidae). Fekunditas berkisar TKG III butir rata-rata 388
butir dengan kisaran bobot tubuh 215 gr dan kisaran berat gonad 1.3 gr. Hasil pengamatan
fekunditas total sebanyak 5044 butir dan fekunditas relative sebanyak 24 gr.

Kata Kunci: Pertumbuhan; kebiasaan makan; reproduksi; kakap merah

Abstract
Red snapper (L. gibbus) is a type of demersal fish from the Lutjanidae family which has important
economic value and is widely caught in Indonesia. There is still relatively little information about the
eating habits and reproductive aspects of red snapper in Indonesia. Sample fish were taken from fish
caught by fishermen. Fecundity analysis was carried out in the laboratory using the gravimetric method.
The results showed that the growth pattern was negative allometric. The eating habits of red snapper are
classified as carnivorous fish where the main food is fish and crabs (Portunidae). Fecundity ranges from
TKG III to an average of 388 eggs with a body weight range of 215 grams and a gonad weight range of
1.3 grams. The results of observations of total fecundity were 5044 grains and relative fecundity was 24
gr.

Keywords: Growth; food habits; reproduction; Lutjanus gibbus

Pendahuluan
Berbagai informasi biologis ikan L. gibbus telah dilaporkan oleh beberapa peneliti
sebelumnya meliputi hubungan panjang-berat, nisbah kelamin dan fekunditas (Anand &
Pillai 2002; Heupel et al., 2010) dan kebiasaan makan (Martinez-Andrade, 2003; Nanami
&Shimose, 2013), informasi tentang aspek tersebut di Indonesia masih relatif sedikit
(Imbalan, 2013; Holloway et al., 2015).
Berdasarkan spesies, ikan kakap merah (L. gibbus) yang memiliki nama umum
humpback red snapper. Panjang maksimum ikan kakap dapat mencapai 500 mm, umumnya
350 mm (Allen,1985; Filotova 1980 dalam Karyaningsih et al., 1993; Anand & Pillai, 2002;
Martinez-Andrade, 2003). Spesies ini dapat dibedakan dari genus Lutjanus lainnya dengan
ciri khusus yaitu badan berwarna merah menyala gigi vomer membentuk huruf V
terbalik,msirip ekor melebar dan membentuk cagak yang dalam (deeply forked), lempengan
sirip ekor bagian atas membulat dan lebih besar daripada bagian bawahnya. Ikan L. gibbus
ini biasa menghuni perairan berbatu, berkarang dan sedikit berlumpur (Badrudin et al.,
1
2008; Allen, 1985).
Penyebaran spesies kakap merah ini meliputi perairan Indo- Pasifik dari Kepulauan
Line and Society sampai Afrika Timur,Australia sampai Selatan Jepang (White et al., 2013;
Allen, 1985). Penyebaran di wilayah perairan Indonesia meliputi Aceh, Laut Jawa,
Kepulauan Karimunjawa, Selat Sunda, Selatan Jawa, Selatan/Barat Kalimantan, Timur
Kalimantan, Perairan Sulawesi, Kepulauan Natuna, Kepulauan Lingga dan Kepulauan Riau
lainnya pada kedalaman 30-100 meter (Allen, 1985; Marzuki & Djamal, 1992).

Bahan dan Metode

Waktu dan tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2023. Pengambilan
sampel di lakukan di perairan laut Aceh.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian adalah kamera, buku, nampan,
pinset bedah, gunting bedah, penggaris, modul, botol sampel, timbangan digital dan plastik
sampel. Sedangkan bahan yang digunakan selama penelitian seperti sampel ikan kakap
merah (Lutjanidae Gibbus) sebanyak 5 ekor, alkohol 70% dan formalin 10%.
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel menggunakan metode penarikan acak sederhana yaitu
dengan mengambil sampel ikan kakap merah secara acak dari satu bakul hasil tangkapan
nelayan dalam 1 kali berlayar.
Metode sampel
Pengukuran sampel ikan kakap merah menggunakan alat ukur penggaris dengan ukuran
30 cm dan berat sampel ditimbang menggunakan timbangan digital. Ikan kakap merah yang
tertangkap dipilih sesuai dengan jenis dan ukurannya. Pengukuran panjang ikan kakap merah
dilakukan dari ujung ekor sampai kepangkal kepala. Pengukuran bobot tubuh diukur secara
utuh untuk menghitung berat tubuh ikan kakap merah menggunakan timbangan digital dengan
ketelitian (0,01g),
Ikan kakap merah diukur panjang cagak (Fork length, FL) dan panjang total (total
length, TL) dengan menggunakan califer berketelitian 1 mm, dan ditimbang beratnya
dengan timbangan digital berketelitian 1.0 g. Sampel diukur morfometrik dengan
menggunakan metode tradisional.
Pembeedahan sampel ikan dilakukan dari anus menuju bagian ataas perut dibawah
garis linea lateralis dan menyusuri garis linea lateralis sampai ke bagian belakang
operculum ( Risti, 2019). Alat pencernaan berupa lambung dan usus, serta gonad diambil
dan diawetkan kedalam formalin 10%.
Di kelompokan ikan kakap merah, di ukur Panjang dan di timbang berat ikannya. Ikan
di bedah di ambil lambung dan ususnya, kemudian di timbang pada timbangan digital
dengan ketelitian 1.0 g. Lambung dan usus ikan di bedah dengan alat bedah lalu di teliti
isinya dan setelah di teliti isi lambung dan usus ikan di timbang.
Identifikasi Ikan Kakap Merah (Lutjanidae Gibbus)
Sampel ikan kakap merah diambil 10% dari total hasil tangkapan nelayan kemudian di
ukur panjang dan ditimbang beratnya. Selanjutnya sampel ikan kakap merah di masukan ke
dalam lemari pendingin untuk di awetkan kemudian dilakukan pembedahan terhadap tubuh
ikan. selanjutnya dilakukan identifikasi dengan modul penuntun praktikum.

2
Analisa Data
Hubungan panjang berat

Menurut De-Robertis dan William (2008) hubungan panjang berat ikan dapat dihitung
dengan suatu persamaan Linear Allometric Model (LAM), dengan rumus:
W =e 0 ·56 ( a Lb )
Keterangan :
W = Berat Ikan (g)
L = Panjang Ikan (mm)
a = Intercept regresi linear
b = Koofesien regression
e = Residual varian dari regresi LAM
0.56 = faktor data koreksi

Berat prediksi atau Prediction Weight (Ws)


b
Ws=a x L
Keterangan :
Ws = Berat prediksi
L = Panjang Ikan (mm)
a = Intercept regresi linear
b = Koofesien regression

Residual dari model linear


ln ( W ) s−ln W
Keterangan :
Ln =

Hitung bias correction


Bias correction=exp ( 0.5 x Var . residual ) x Ws

Keterangan :

Faktor kondisi
Faktor kondisi berat relatif dihitung dengan menggunakan rumus Rypel and Richter (2008) :
Wr=
W
Ws ( )
x 100
Keterangan :
Wr = Berat relatif
W = Berat Ikan (gr)
Ws = ikan yang diprediksi berdasarkan model LAM

The kondisi Fulton condition atau coefficient K dihitung berdasarkan Okgerman (2005) :
¿
K=WL x 100 ¿
Keterangan:
K = Faktor kondisi fulton
W = berat ikan (gr)
L = panjang ikan (mm)
-3 = coefficient panjang atau faktor koreksi
3
Morfometrik
Menghitung nilai Transformasi (M trans)
M trans = M×100/TL
Keterangan:
M trans : Hasil Transformasi data pengukuran ikan
M : Data hasil pengukuran
TL : Panjang total
Kebiasaan Makan
Metode Jumlah
Dalam metode jumlah semua jenis makanan dihitung masing-masing jenisnya,
kemudian dihitung persentase jumlah masing-masing dalam satu lambung ikan,
perhitungan ini menggunakan rumus :

jumlah makanan ke−i


% satu jenis makanan ke–i = x100%
total jlh seluruh makanandalam lambung

Metode Frekuensi

Organisme yang terdapat dalam pencernaan pada lambung dan usus dihitung satu per satu
baik yang berisis maupun kosong, jumlah masing-masing jenis makanan dinyatakan dalam
persen (%) dan dihitung menggunakan persamaan

jumlah kejadian suatu jenis makanan


FKM = x 100 %
jumlah lambung yang berisimakanan

Metode Gravimetrik

berat satu jenis makanan


Persentase suatu jenis makanan = x 100 %
berat total isi lambung

Biologi Reproduksi
Indeks Kematangan Gonad
BG
IKG = X 100
( BI −BG )
Keterangan:
IKG = Indeks Kematangan Gonad
BG = Berat Gonad
BI = Berat Ikan

Fekunditas Relatif (FR)


𝐹𝑅 = (𝑛.𝑊𝑡/𝑊𝑠)/𝐵𝑊
Keterangan:

4
n : Jumlah telur rata-rata pada sub sampel gonad
Wt : Berat gonad seluruhnya / sepasang
Ws : Berat rata-rata sub sampel gonad
BW : Bobot tubuh ikan tanpa gonad

Fekunditas Total (FT)


𝐹𝑇 = 𝑛 (𝑊𝑡/𝑊𝑠)
Keterangan:
FT : Fekunditas Total
n : Jumlah telur rata-rata pada sub sampel gonad
Wt : Berat gonad seluruhnya / sepasang
Ws : Berat rata-rata sub sampel gonad

Hasil dan Pembahasan


Hubungan Panjang Berat Ikan Kakap Merah (Lutjanidae Gibbus)
Pengukuran hubungan panjang berat pada ikan kakap (Lutjalus gibbus), dilakukan
pengukuran berat ikan (W), panjang ikan (TL). Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan
pengolahan data untuk memperoleh nilai-nilai kriteria tertentu seperti nilai b, K serat Wr (berat
relatif).
Hasil analisa hubungan panjang berat menunjukkan hubungan antara panjang dan berat
tubuh ikan kakap merah (Lutjalus gibbus) dan diperoleh data analisa pada persamaan panjang
total dengan berat y = 2.257x (Gambar 1)

6.20
6.00
5.80 f(x) = 2.25781993204159 x − 6.94527733193662
R² = 0.732253919263778
5.60 Series2
5.40 Linear (Series2)

5.20
5.00
5.40 5.50 5.60 5.70 5.80

Gambar 1. Panjang-berat dari ikan kakap merah


Nilai detirminasi dan kolerasi hasil regresi panjang dan total berat ikan kakap merah yang
tertangkap oleh nelayan menunjukkan nilai koefesien determinan (R²) sebesar 0.732
(eksponensial dan linear). Nilai yang diperoleh mendekati 1 menujukkan adanya hubungan
yang erat dalam hubungan panjang total dan berat ikan. Dalam hal ini pola pertumbuhan yang
terjadi pada ikan kakap merah yang tertangkap menggunakan alat tangkap bubu modifikasi
yaitu allometrik negatif yang artinya pertumbuhan panjang dari ikan lebih cepat dibandingkan
dengan pertambahan berat tubuh ikan kakap merah.
Morfometrik Ikan Kakap Merah (Lutjanidae Gibbus)

5
Hasil dari praktikum kali ini menunjukkan banyak hal tentag morfometrik ikan menggunakan
bantuan aplikasi ms. excel dan SPSS. Dihasilkan yang pertama adalah tabel pooled within-groups
correlation matrices (tabel 1).
Pooled Within-Groups Matrices

SL HL CPL SNL DD DBL ED CPD BD PFL VFL


Correlation SL 1,000 0,744 0,141 0,059 - 0,699 - 0,132 0,259 0,507 0,535
0,016 0,028
HL 0,744 1,000 - 0,076 0,026 0,909 - 0,604 0,442 0,800 0,721
0,317 0,488
CPL 0,141 - 1,000 0,004 0,383 - 0,776 - - - -
0,317 0,233 0,713 0,216 0,205 0,305
SNL 0,059 0,076 0,004 1,000 0,061 - 0,103 - 0,048 0,109 0,128
0,003 0,154
DD - 0,026 0,383 0,061 1,000 0,105 0,028 - 0,079 0,172 0,245
0,016 0,006
DBL 0,699 0,909 - - 0,105 1,000 - 0,702 0,559 0,839 0,750
0,233 0,003 0,527
ED - - 0,776 0,103 0,028 - 1,000 - - - -
0,028 0,488 0,527 0,939 0,444 0,521 0,451
CPD 0,132 0,604 - - - 0,702 - 1,000 0,528 0,652 0,562
0,713 0,154 0,006 0,939
BD 0,259 0,442 - 0,048 0,079 0,559 - 0,528 1,000 0,481 0,375
0,216 0,444
PFL 0,507 0,800 - 0,109 0,172 0,839 - 0,652 0,481 1,000 0,654
0,205 0,521
VFL 0,535 0,721 - 0,128 0,245 0,750 - 0,562 0,375 0,654 1,000
0,305 0,451

Table 1. pooled within-groups correlation matrice


Dari tabel tersebut terlihat nilai correlation sebagian karakter bentuk tubuh ikan berbeda.
Terlihat bahwa nilai korelasi sebagian karakter berada di bawah 0,5. Hal ini berarti bahwa
karakterkarakter tersebut memiliki korelasi yang lemah antar satu sama lain. Oleh karena itu,
seluruh karakter morfometrik yang digunakan dapat dianalisis lebih lanjut.
Analisis Discriminant Function Analysis (DFA) terhadap 6 jenis ikan pada praktikum ini
menghasilkan 4 fungsi (tabel 2).

6
Gambar 2. Analis Discriminant Function Analysis (DFA)

Fungsi 1 dan fungsi 2 memiliki Eagenvalues yang lebih besar dari 1, sehingga fungsi 1
dan fungsi 2 ini memiliki peran yang signifikan dalam mendiskriminan ke-enam jenis ikan
sampel. Fungsi 1 dengan eagenvalues 59.142 menerangkan 74,7% dari total varian. Fungsi 1 ini
berkontribusi pada karakter DFD, PFL, dan VFL. Hal ini berarti bahwa ketiga karakter tersebut
memiliki peran penting dalam membedakan keenam jenis ikan sampel. Fungsi 2 dengan
eagenvalues 15.097 menerangkan 19,1% dari total varian. Fungsi 2 ini berkontribusi pada
karakter CPD. Hal ini berarti bahwa karakter CPD memiliki peran penting dalam membedakan
keenam jenis ikan sampel.

Berdasarkan hasil Plot Canoncial Discriminant Functional (gambar 2), scatter plot fungsi
1 Vs fungsi 2 menunjukkan keenam jenis ikan uji dikelompokkan menjadi 2 kelompok yang
terpisah. Kelompok pertama berada di sebelah kanan (korelasi positif) dan terdiri dari ikan kakap
tandok. Kelompok kedua berada di sebelah kiri (korelasi negatif) dan terdiri dari ikan kakap
tanda, ikan kakap badir, dan ikan kakap merah. Fungsi 1 berhasil mendeskriminan atau
mengelompokkan ikan sampel menjadi 2 kelompok terpisah, yaitu kelompok ikan kakap tandok
dan kelompok ikan kakap tanda, kakap badir, dan kakap merah. Keempat, fungsi dua juga
berhasil mendiskrimankan keenam jenis ikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok diatas
(positif) yaitu ikap tanda, ikan kakap badir, dan kakap merah serta kelompok dibawah (negatif)
yaitu ikan kakap putih dan ikan kakap kurisi. Fungsi 2 berhasil mendeskriminan atau
mengelompokkan ikan sampel menjadi 2 kelompok terpisah, yaitu kelompok ikan kakap tanda,
kakap badir, dan kakap merah dan kelompok ikan kakap putih dan ikan kakap kurisi.
Pertimbangan untuk menganggap ikan kakap tanda dan kakap badir sebagai spesies yang
sama atau memiliki kemiripan karakter dapat didasarkan pada beberapa aspek yang relevan.
Pertama, analisis morfometrik telah menunjukkan adanya kemiripan dalam karakteristik
morfologi antara kedua jenis ikan ini. Hasil ini menunjukkan adanya 10 potensi hubungan yang
erat antara keduanya dari segi karakter fisik.

7
Kebiasaan Makan Ikan Kakap Merah (Lutjanidae Gibbus)

kerang
2%

udang
16%
kepiting
udang
kerang

kepiting
82%

Gambar 1. Diagram indeks kebiasaan makan

Dalam pengamatan isi lambung ikan kakap merah menggunakan metode jumlah, frekuensi dan
gravimertrik, terlihat pola variasi dalam pilihan makanan. Kebiasaan makan ikan kakap merah di
habitat alaminya tampaknya lebih sering mengonsumsi udang dan kepiting sebagai
sumber makanan utama. Dapat diketahui juga ikan kakap merah (Lutjalus gibbus) termasuk
kedalam kategori ikan karnivora.

Dari pengamatan yang dilakukan, tampak bahwa ikan ke-1, ke-3, dan ke-4 lebih cenderung
memilih kepiting sebagai makanan utama yaitu sebesar 82%. Sedangkan udang 16 % dan kerang
2%. Hal ini terlihat dari sisa-sisa makanan yang ditemukan dalam pembedahan lambung, dimana
ikan ke-1 memiliki 2 ekor kepiting, ikan ke-3 memiliki 3 ekor kepiting, dan ikan ke-4 memiliki
2 ekor kepiting.
Biologi Reproduksi Ikan Kakap Merah (Lutjanidae Gibbus)
Pengamatan reproduksi terhadap ikan kakap merah (Lutjalus gibbus) dengan jumlah
sebanyak 5 ekor. Pembedahan ikan dilakukan mulai dari anus menuju bagian atas perut di
bawah garis linea lateralis dan menyusuri garis linea lateralis sampai ke bagian operculum.
(Tabel 1.) merupakan tabel pengamatan reproduksi terhadap ikan kakap merah (Lutjalus
gibbus) dengan jumlah sebanyak 5 ekor.

Sampel BW BG Wt Ws n Fekunditas Fekunditas


Total Relatif
Ikan 01 213.7 215 1.3 0.1 444 5044 24
0.1 456
0.1 264
Rata- 0.1 388
rata
8
Tabel 1. Pengamatan reproduksi terhadap 5 ikan kakap merah
Hasil yang didapatkan terdapat 3 ekor betina dan 2 ekor jantan, kemudian diambil
bagian ovarium dan spermatozoa. Sampel kemudian diawetkan menggunakan formalin 5%.
Perhitungan fekunditas dilakukan dengan memotong telur 3 bagian yaitu bagian anterior,
interior dan posterior. Kemudian dilakukan pemotongan untuk sub sampel pada bagian-bagian
tersebut. Sampel yang telah dipotong kemudian ditimbang.
Fekunditas ikan kakap merah (Lutjalus gibbus) yang diamati sebanyak 1 ekor ikan
pada TKG III butir rata-rata 388 butir dengan kisaran bobot tubuh 215 gr dan kisaran berat
gonad 1.3 gr. Hasil pengamatan fekunditas total sebanyak 5044 butir dan fekunditas relative
sebanyak 24, nilai fekunditas yang tinggi yang berarti ikan kakap merah memiliki potensi
reproduksi yang tinggi pula, begitu juga dengan nilai fekunditas yang rendah ikan akan
memiliki potensi yang rendah.
Pendugaan fekunditas tergantung pada beberapa faktor antara lain jumlah absolut telur
yang diproduksi oleh jenis ikan yang mengalami salin total (total spawner) dan salin sebagian
(partial spawner), serta tingkat perbedaan ukuran telur yang dipijahkan pada suatu musim
dengan telur yang masih dibawa untuk pemijahan musim berikutnya.

Kesimpulan
Hubungan panjang berat ikan kakap merah bersifat alometrik negatif. Kebiasaan makan
ikan kakap merah tergolong ikan karnivora dimana makanan utamanya adalah ikan dan
kepiting (Portunidae). Fekunditas ikan kakap merah (Lutjalus gibbus) yang diamati sebanyak 1
ekor ikan pada TKG III butir rata-rata 388 butir dengan kisaran bobot tubuh 215 gr dan
kisaran berat gonad 1.3 gr. Hasil pengamatan fekunditas total sebanyak 5044 butir dan
fekunditas relative sebanyak 24 gr. ikan kakap tanda dan kakap badir sebagai spesies yang
sama atau memiliki kemiripan karakter dapat didasarkan pada beberapa aspek yang relevan.
Pertama, analisis morfometrik telah menunjukkan adanya kemiripan dalam karakteristik
morfologi antara kedua jenis ikan ini. Hasil ini menunjukkan adanya 10 potensi hubungan yang
erat antara keduanya dari segi karakter fisik.

Daftar Pustaka
Allen, G. (1985). FAO Species Catalogue. Volume 6/ :Snappers of The World. An annotated
and illustrated catalogue of lutjanid species known to date. Rome:FAO.
Anand, P. V., & Pillai, N. (2002). Reproductive biology of some common coral reef fishes of
the Indian EEZ. Jurnal Marine Biological Association of India. 44 (1&2),122–135.
Badrudin, Sumiono, B., & Rahmat, E. (2008).Kakap Merah.(p. 40). Jakarta: Penebar Swadaya.
Imbalan, A. (2013). Telaah Aspek Biologi dan Aspek Perikanan Ikan Kakap Merah (Lutjanus
Gibbus Forsskal, 1775 dan Lutjanus erythropterusBloch, 1790) yang Didaratkan di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan Pandeglang, Banten. Tesis. Universitas
Indonesia.
Holloway, C. J., Bucher, D. J., & Kearney, L. (2015). A Preliminary Study of theAge and
Growth of Paddletail Snapper Lutjanus gibbus( Forsskål 1775 ) in Bunaken Marine
9
Park , North Sulawesi , Indonesia. Asian Fisheries Science. 28, 186–19
Karyaningsih, S.,Marzuki, S., & Djamal,R. (1993). Beberapa Aspek Biologi Jenis Kekakapan
Laut Dalam (Pristipomoides typus) di Perairan Timor Timur dan Sekitarnya. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut. (78), 92–99.
Marzuki, S., & Djamal, R. (1992). Perkiraan Parameter Pertumbuhan dan Laju Kematian
Kakap Merah (Lutjanus sanguineus) di Perairan Laut Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan
Laut. (65), 31–39.
Martinez-Andrade, F. (2003).Acomparison oflife histories and ecological aspects among snappers
(Pisces: Lutjanidae). PhD Thesis. Louisiana State University*
Nanami,A., & Shimose, T. (2013). Interspecific differences in prey items in relation to
morphological characteristics among four lutjanid species (Lutjanus decussatus, L.
fulviflamma, L. fulvus and L. gibbus). Environmental Biology of Fishes. 96(5), 591–602
Risti, N. M., I. Dewiyanti dan N. Nurfadillah. 2019. Hubungan Panjang-berat dan Kebiasaan
Makan Ikan Tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) di Perairan Aceh Barat Daya. Jurnal
Imiah Kelautan Perikanan Unsyiah, 4(3).
White, W.T., Last, P.R., Dharmadi, Faizah, R., Chodrijah, U., Prisantoso, B.I., Pogonoski, J.J.,
Puckridge, M., Blader, S.J.M. (2013). Market fishes of Indonesia (Jenis jenis ikan di
Indonesia). Canberra.ACIAR Monograph N0.155.

10
11
12
13

Anda mungkin juga menyukai