Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN MORTALITAS DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN EKOR

KUNING (Caesio cuning) DARI LAUT NATUNA YANG DI


DARATKAN PADA TEMPAT PENDARATAN IKAN BAREK
MOTOR KELURAHAN KIJANG KOTA

Study of mortality and the rate of exploitation yellow tail fish (Caesio
cuning) from the Natuna sea were landed at the fish landing site Barek
Motor Kijang city village
Sapriyadi1, T. Efrizal and Andi Zulfikar2

Programme Study of Management Aquatic Resources Faculty of Marine Science and Fisheries,
University Maritime Raja Ali Haji
Email : fikp@umrah.ac.id

Abstrak
Penelitian ini dilakukan di Tempat Pendaratan Ikan Barek Motor Kelurahan Kijang
Kota Kecamatan Bintan Timur dengan wilayah penagkapan dari laut Natuna. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengkaji stok ikan ekor kuning melalui data sebaran frekuensi panjang,
menentukan parameter pertumbuhan, mengkaji pola pertumbuhan, menduga laju mortalitas dan
ekploitasi serta mengetahui musim penangkapan. Metode pengambilan sampel menggunakan
metode random sampling. Sebaran frekuensi panjang ikan ekor kuning berkisar antara15-40,1
cm dan kelompok ukuran yang mendominasi adalah 30 cm. Laju mortalitas total (Z) ikan ekor
kuning 6,946 per tahun dengan laju mortalitas alami (M) sebesar 1,221 per tahun dan mortalitas
penangkapan (F) sebesar 5,725 per tahun dan laju eksploitasi 0,824 per tahun. Kematian ikan
ekor kuning sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas penangkapan (F) sebesar 5,725 per tahun.

Kata Kunci : Ikan ekor Kuning, pertumbuhan, laju mortalitas, eksploitasi.

Abstract

This research was conducted at the fish landing Barek Motor, Kijang village, Bintan
Eastern districts, with fishing areas from Natuna sea. The purpose of this research is to review
the yellow tail fish stock through length frequency distribution of data, determine the growth
parameters, examine pattern of growth, assumed rate of mortality, exploitation and know the
fishing season. The sampling method used random sampling method. The frequency
distribution yellow tail fish ranged between15-40.1 cm and group size dominates is 30 cm.
Total mortality rate (z) yellow tail fish 6.946 per year with natural mortality rate (M) amounted
to 1.221 per year and fishing mortality amounted to 5.725 per year and the rate of exploitation
0.824 per year. Yellow tail fish deaths largely caused by activity of catching amounted 5.725
per year.

Keywords: yellow tail fish, growth, mortality rate, exploitation.

1
Student of Aquatic Resource Management Programme Study
2
Lecture of aquatic Resource Management Programme Study
PENDAHULUAN Pendaratan Ikan Barek Motor Kelurahan
Kijang Kota Kecamatan Bintan Timur
Tempat Pendarata Ikan Barek Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau
Motor Kecamatan Bintan Timur Kelurahan dengan wilayah penangkapan di laut
Kijang Kota Kabupaten Bintan diketahui Natuna. Alat dan bahan yang digunakan
merupakan salah-satu lokasi pendaratan dapat dilihat pada Tabel 1:
ikan terpadat. Adapun salah satu ikan yang
di daratkan adalah ikan ekor kuning dengan Tabel 1. Alat dan bahan serta
wilayah penangkapan di laut Natuna, kegunaannya dalam penelitian
dimana karakteristik fisik, kimia dan No. Alat Kegunaan
biologi perairan di pengaruhi oleh massa air 1. Camera Digital Sebagai dokumentasi
laut Cina Selatan (Dinas Kelautan dan Penelitian
Perikanan Provinsi KEPRI, 2011). 2. Alat Tulis Menulis data
Tuntutan pemenuhan kebutuhan penelitian
akan sumberdaya akan di ikuti oleh tekanan 3. Timbangan 2 kg Mengukur berat dari
eksploitasi sumberdaya ikan yang juga ketelitian 0.5 gr ikan
semakin intensif. Jika tidak dikelola secara 4. Penggaris 60 cm Mengukur panjang
bijaksana sangat dikhawatirkan ketelitian 0.1 cm ikan
pemanfaatan secara intensif akan Bahan Kegunaan
mendorong usaha perikanan ke jurang 5. Ikan ekor kuning Objek penelitian
kehancuran (Subani dan Barus, 2006). 6. Kuisioner Data sekunder
Pengelolaan perikanan tangkap 7. Literature- Data sekunder
harus memberikan suatu upaya yang literatur yang
berkelanjutan serta ramah lingkungan. mendukung
Berdasarkan hal ini dilakukan kajian penelitian
melalui data sebaran frekuensi panjang, Pengambilan contoh ikan dilakukan
menentukan parameter pertumbuhan, 6 kali selama 3 bulan dengan interval waktu
mengkaji pola pertumbuhan, menduga laju pengambilan data 13 hari sekali sebanyak
mortalitas dan eksploitasi. 100 ekor per pengambilan sampel. Total
Penelitian ini bertujuan untuk target ikan adalah 600 ekor selama 3 bulan,
mengetahui parameter pertumbuhan, pola kemudian data dianalisis menggunakan
pertumbuhan, Menduga laju mortalitas dan bantuan software FISAT II Ver1.1.0 yang
eksploitasi serta, Menduga musim dikeluarkan oleh FAO-ICLARM dan secara
penangkapan, guna memberikan suatu manual.
usulan model pengelolaan yang sesuai bagi Analisis data yang dilakukan
sumberdaya ikan di laut Natuna yang adalah sebaran frekuensi panjang yang
didaratkan di tempat pendaratan ikan Barek didapatkan dengan menentukan selang
Motor Kelurahan Kijang Kota. kelas, nilai tengah kelas, dan frekuensi
Manfaat dari penelitian ini untuk dalam setiap kelompok panjang.
memberikan informasi tentang upaya Kelompok ukuran ikan ekor kuning
pemanfaatan dan tingkat pemanfaatan Ikan (Caesio cuning) dipisahkan dengan
ekor kuning dan diharapkan dapat dijadikan menggunakan metode Bhattacharya.
bahan pertimbangan dalam pengelolaan Metode Bhattacharya merupakan metode
ikan ekor kuning secara berkelanjutan di pemisahan kelompok umur secara grafis.
laut Natuna yang di daratkan pada Tempat Metode ini pada dasarnya terdiri atas
Pendaratan Ikan Barek Motor Kelurahan pemisahan sejumlah distribusi normal,
Kijang Kota. masing-masing mewakili suatu kohort ikan,
dari distribusi keseluruhan, dimulai dari
METODE PENELITIAN bagian sebelah kiri dari distribusi total.
Begitu distribusi normal yang pertama telah
Penelitian ini dilaksanakan selama ditentukan, ia disingkirkan dari distribusi
tiga bulan, pada tanggal 5 Nopember 2012 total dan prosedur yang sama diulangi
sampai 8 Januari 2013, berlokasi di Tempat selama hal ini masih mungkin dilakukan
untuk memisahkan distribusi-distribusi memperhitungkan jenis ikan yang memiliki
normal dari distribusi total (Sparre & kebiasaan menggerombol ikan dikalikan
Venema, 1999). dengan nilai 0,8 sehingga untuk spesies
Plot FordWalford merupakan salah yang menggerombol seperti ikan ekor
satu metode paling sederhana dalam kuning nilai dugaan menjadi 20% lebih
menduga persamaan pertumbuhan Von rendah.
Bertalanffy dengan interval waktu
pengambilan contoh yang sama (Sparre dan M = 0,8 e(-0,0152-0,279*Ln L+
Venema, 1999). 0,6543*Ln K+ 0,463*LnT )
Lt = L ( 1 e [ K ( t-t0)]) Keterangan:
M = mortalitas alami
Lt adalah panjang ikan pada saat umur t L = panjang asimtotik pada persamaan
(satuan waktu), L adalah panjang pertumbuhan vonBertalanffy
maksimum secara teoritis (panjang K = koefisien pertumbuhan pada
asimtotik), K adalah koefisien pertumbuhan persamaan pertumbuhan von
(per satuan waktu), t0 adalah umur teoritis Bertalanffy
pada saat panjang sama dengan nol. T = rata-rata suhu permukaan air (C)
Umur teoritis ikan pada saat
panjang sama dengan nol dapat diduga Laju mortalitas penangkapan (F)
secara terpisah menggunakan persamaan ditentukan dengan :
empiris Pauly (Pauly, 1983) :
F= Z - M
log(-to) = 0,3922 0,2752(logL)
1,038(log K) Laju eksploitasi (E) ditentukan
dengan membandingkan laju mortalitas
L adalah panjang asimtot ikan (cm), K penangkapan (F) terhadap mortalitas total
adalah koefisien pertumbuhan (per satuan (Z) (Pauly, 1984) :
waktu), t0 adalah umur teoritis pada saat
panjang sama dengan nol. F F
Untuk menganalisis hubungan E= =
panjang berat digambarkan dalam dua F+M Z
bentuk yaitu isometrik dan alometrik
(Effendie, 1997). HASIL DAN PEMBAHASAN
W=aLb Sebaran frekuensi panjang adalah
distribusi ukuran panjang pada kelompok
Keterangan : panjang tertentu. Ikan ekor kuning yang
W = Berat diamati selama penelitian ini berjumlah 600
L = Panjang ekor, masing-masing 300 ekor pada bulan
a = Intersep (perpotongan kurva hubungan Nopember, 200 ekor pada bulan Desember,
panjang-berat dengan sumbu y) dan 100 ekor pada bulan Januari, dengan
b = Penduga pola pertumbuhan panjang- interval waktu pengambilan sampel data 13
berat hari sekali sebanyak 100 ekor per
Laju mortalitas alami (M) diduga pengambilan sampel dengan frekuensi
dengan menggunakan rumus empiris Pauly panjang yang bervariasi. Panjang minimum
dalam Sparre and Venema (1999), sebagai dan panjang maksimum ikan ekor kuning
berikut : yang di daratkan pada Tempat Pendaratan
Ikan Barek Motor Kelurahan Kijang Kota
Ln M =-0,01520,279*Ln L + 0,6543*Ln secara keseluruhan adalah 15-40,1 cm.
K + 0,463* Ln T Sebaran frekuensi panjang ikan ekor secara
total disajikan pada Gambar 1.
Pauly (1980), in Sparre & Venema
(1999), menyarankan untuk
Pada Tabel 2. disajikan hasil
IKAN TOTAL
N=600 ekor analisis pemisahan kelompok ukuran ikan

FREKUENSI RELATIF
ekor kuning yaitu panjang rata-rata, jumlah
150
populasi dan indeks separasi masing-
100 masing kelompok ukuran.
50 Tabel 2. Hasil pemisahan ukuran ikan ekor
kuning dari laut Natuna
0
Jumlah Indeks
15 18 21 24 27 30 33 36 39 Lt Stdev
No. Populasi Separasi
(cm) (S)
NILAI TENGAH (N) (I)

1. 23,261 13 4,663 -
Gambar 1. Sebaran frekuensi panjang
ikan ekor kuning (Caesio 2. 29,306 245 1,301 2,0
cuning) secara total
Berdasarkan grafik sebaran 3. 34,272 303 0,792 4,7
frekuensi ikan ekor kuning (Caesio cuning)
secara total terlihat adanya pergeseran 4. 37,898 39 0,948 4,2
sebaran ukuran panjang yaitu 15-40,1 cm di
mana frekuensi tertinggi berkisar pada Total 600
selang kelas 30 cm. Sedangkan dalam
Berdasarkan hasil analisis
penenitian Habibun (2009), frekuensi
tertinggi ikan ekor kuning di perairan pemisahan kelompok ukuran pada Tabel 2.
Kepulauan Seribu berkisar 13,2 cm-15,3 di atas menunjukkan bahwa jumlah total
ikan contoh (nilai teoritis) yang diamati
cm. Harmiyati (2009), dengan frekuensi
tertinggi adalah 12,5 cm-13,4 cm. sebanyak 600 ekor. Jumlah ini sama jika
Perbedaan tersebut di duga dibandingkan dengan jumlah total ikan
contoh sebenarnya (nilai observasi) yang
disebabkan karena ada faktor dalam antara
diamati sebanyak 600 ekor.
lain keturunan, jenis kelamin dan umur.
Sedangkan faktor luar yaitu disebabkan Dalam pemisahan kelompok
oleh jumlah individu dalam ekosistem ukuran ikan dengan menggunakan metode
terumbu karang yang tidak sebanding Bhattacharya sangat penting untuk
dengan jumlah makanan sehingga terjadi memperhatikan nilai indeks separasi yang
kompetisi dalam mendapatkan makanan diperoleh. Menurut Hasselblad (1966),
McNew & Summerfelt (1978) serta Clark
(Funjaya dalam Nggajo, 2009)..
Hasil pemisahan kelompok ukuran (1981) in Sparre & Venema (1999),
dengan menggunakan metode Bhattacharya menjelaskan bahwa indeks separasi
menunjukkan bahwa ikan contoh terdiri merupakan kuantitas yang relevan terhadap
atas empat kelompok ukuran seperti studi bila dilakukan kemungkinan bagi
ditampilkan pada Gambar 2 suatu pemisahan yang berhasil dari dua
. komponen yang berdekatan, bila indeks
separasi kurang dari dua (I<2) maka tidak
mungkin dilakukan pemisahan di antara dua
kelompok ukuran karena terjadi tumpang
tindih yang besar antar kelompok ukuran
tersebut. Berdasarkan Tabel 2 di atas, nilai
indeks separasi dari hasil analisis
pemisahan kelompok ukuran ikan ekor
kuning sebesar 2,0, 4,7 dan 4,2. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil pemisahan
Gambar 2. Kelompok ukuran panjang
kelompok ukuran ikan ekor kuning dapat
ikan ekor kuning dari laut diterima dan digunakan untuk analisis
Natuna selanjutnya.
Hasil analisis parameter didapat oleh Harmiyati (2009), dan
pertumbuhan ikan ekor kuning yaitu Habibun (2011), lebih kecil. Bila
koefisien pertumbuhan (K) dan panjang dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
infinitif (L) serta umur teoritis ikan pada pada penelitian ini terlihat bahwa nilai K
saat panjang sama dengan nol (to) disajikan dan L menjadi lebih besar. Hal ini berarti
pada Tabel 3. pada penelitian ini pertumbuhan ikan dari
Tabel 3. Parameter pertumbuhan laut Natuna lebih cepat untuk mendekati
berdasarkan model von nilai L. Berarti ikan ekor kuning dari laut
Bertalanffy (K, L, t0) ikan Natuna saat ini memiliki siklus hidup dan
ekor kuning dari laut Natuna ukuran panjang infinitif yang lebih panjang
(Nopember 2012-Januari 2013) dibandingkan dengan ikan ekor kuning
No. Parameter Nilai diperairan Kepulauan Seribu saat itu. Selain
1. a 11,19 itu, hasil ini juga dapat mengindikasikan
2. b 0,781 bahwa ikan ekor kuning dari laut Natuna
3. K (pertahun) 0,989 belum mengalami tekanan. Namun kajian
4. L (cm) 51,096 mengenai laju penangkapan akan dibahas
5. t0 (tahun) -0,833 selanjutnya. Pada Gambar 3 disajikan kurva
Persamaan pertumbuhan von pertumbuhan ikan ekor kuning dengan
Bertalanffy yang terbentuk untuk ikan ekor memplotkan umur (bulan) dan panjang
kuning adalah Lt= 51,096 (1-e[0,989(t+0,833]). teoritis ikan (cm) sampai ikan berumur 58
Panjang total maksimum ikan yang bulan.
tertangkap dari laut Natuna dan didaratkan Lt= 51,096(1-e[0,989(t+0,833])
di Barek Motor adalah 40,1 cm, panjang
ini lebih kecil dari panjang asimtotik
Panjang (cm)

40.000
(infinitif) ikan ekor kuning. Koefisien
20.000
pertumbuhan (K) ikan ekor kuning dari laut
0.000
Natuna dan di daratkan di Barek Motor
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57
adalah 0,989 per tahun.
Berdasarkan penelitian yang pernah Bulan

dilakukan oleh Harmiyati (2009), ikan ekor


kuning di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Gambar 3. Kurva pertumbuhan ikan
memiliki nilai koefisien pertumbuhan (K) ekor kuning (Caesio
sebesar 0,55 per tahun dan panjang cuning)
asimtotik pada persamaan pertumbuhan Berdasarkan kurva di atas terlihat
Von Bartanffy (L) = 30,300 cm, bahwa laju pertumbuhan ikan ekor kuning
Perbedaan nilai yang diperoleh dapat tidak sama selama rentang hidupnya. Pada
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor saat ikan berumur 58 bulan ( 4,8 tahun)
internal dan eksternal. Faktor internal yang secara teoritis panjang total ikan adalah
dapat berpengaruh adalah keturunan (faktor 51,096 cm. Panjang maksimum ikan ekor
genetik), parasit dan penyakit sedangkan kuning yang tertangkap dari laut Natuna
faktor eksternal dapat berpengaruh adalah dan didaratkan di Tempat Pendaratan Ikan
suhu dan ketersediaaan makanan (Effendie, Barek Motor yaitu 40,1 cm, panjang ikan
1997). Oleh karena itu, perbedaan nilai K ini lebih kecil dibandingkan dengan
dan panjang infinitif dengan ikan ekor panjang asimtotik ikan ekor kuning. Ikan
kuning dari laut Natuna diduga disebabkan yang berumur muda memiliki laju
oleh faktor genetik serta kondisi lingkungan pertumbuhan lebih cepat jika dibandingkan
yang berbeda dengan perairan Kepulauan ikan yang berumur tua (mendekati L), hal
Seribu. ini di dukung oleh pendapat Effendi (1997),
Selanjutnya Habibun (2011), yang menyatakan bahwa ikan-ikan yang
menyatakan dilokasi yang sama ikan ekor berumur muda akan memiliki pertumbuhan
kuning memiliki K sebesar 0,49 per tahun yang relatif cepat sedang ikan-ikan dewasa
dan L = 33,400 cm. Nilai koefisien yang akan semakin lambat untuk mencapai
panjang asimptotnya. Hal ini disebabkan pertumbuhan individu ikan ekor kuning dari
karena energi yang didapatkan dari laut Natuna. Hubungan panjang berat ikan
makanan tidak lagi dipergunakan untuk ekor kuning disajikan pada Gambar 4.
pertumbuhan melainkan dipergunakan HUBUNGAN PANJANG BERAT
untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak. 10.000
y = 3.339x 5.268

Berat (Gram)
Selanjutnya, Rahardjo (2011), menyatakan R = 0.673
bahwa pada awalnya ikan tumbuh lambat, 0.000 Series1
karena pada saat itu masih dalam fase
0.000 5.000
perkembangan hidup awal ketika Linear
pertumbuhan lebih dipusatkan pada Panjang total (cm) (Series1)
penyempurnaan organ-organ tubuh, ketika .
organ tubuh telah sempurna berkembang, Gambar 4. Hubungan panjang berat
maka pertumbuhan dalam panjang menjadi ikan ekor kuning (Caesio
pesat sampai tercapai kedewasaan. cuning)
Selanjutnya jumlah energi yang masuk Dari hasil analisis hubungan
dialihkan dari pertumbuhan jaringan panjang berat diketahui bahwa persamaan
somatik kepada pertumbuhan jaringan hubungan panjang berat ikan ekor kuning
gonad. Sebagai konsekuensinya laju adalah W= 0.0052*L3.339 dengan kisaran
pertumbuhan ikan dewasa lebih lambat. nilai b sebesar 3,339. Dari nilai b yang
Kurva di atas juga menyatakan diperoleh dan setelah dilakukan uji t
bahwa pada populasi ikan ekor kuning akan (a=0,0052) terhadap nilai b tersebut
mendekati nilai L pada saat mencapai diketahui bahwa ikan ekor kuning memiliki
umur 40 bulan dan akan mencapai nilai L pola pertumbuhan alometrik positif, artinya
pada saat mencapai umur 58 bulan. pertambahan berat lebih cepat dari pada
Walaupun dengan laju pertumbuhan yang pertumbuhan panjang (Effendie, 1997). Hal
kecil, namun ikan tetap akan mengalami ini berbeda dengan dengan penelitian
pertumbuhan panjang bahkan dalam sebelumnya di perairan Kepulauan Seribu
kondisi faktor lingkungan yang tidak yang dilakukan oleh Jabbar (2008) dengan
mendukung. Peningkatan ukuran panjang nilai b= 3,021, Harmiyati (2009) dengan
umumnya tetap berlangsung walaupun ikan nilai b=3,009 dan Habibun (2011) dengan
mungkin dalam keadaan kekurangan nilai b= 2,964 yang memiliki pola
makanan (Harmiyati, 2009). pertumbuhan isometrik yakni pertumbuhan
Parameter pertumbuhan memegang panjang sama dengan pertumbuhan berat.
peranan yang sangat penting dalam Menurut Bagenal dalam Habibun
pengkajian stok ikan dan dalam menyusun (2011), faktor-faktor yang menyebabkan
rencana pengelolaan perikanan baik jangka nilai b selain perbedaan spesies adalah
pendek maupun jangka panjang. Salah satu faktor lingkungan, berbedanya stok ikan
aplikasi yang paling sederhana adalah dalam spesies yang sama, tahap
mengetahui panjang ikan pada umur perkembangan ikan, jenis kelamin, tingkat
tertentu atau dengan menggunakan inverse kematangan gonad, bahkan perbedaan
persamaan pertumbuhan von Bertalanffy waktu dalam hari karena perubahan isi
yaitu mengetahui umur ikan pada panjang perut.
tertentu. Petumbuhan ikan dan organisme Menurut Effendie (1997), apabila
lainnya menurut Pauly (1984) in Harmiyati nilai b sama dengan 3 (tiga) menunjukkan
(2009), didefinisikan sebagai waktu yang bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah
dihabiskan pada daerah pemangsaan yang bentuknya atau pertambahan panjang ikan
berbeda dihubungkan dengan ukuran tubuh seimbang dengan pertambahan beratnya.
dan ini merupakan proses kunci dibalik Apabila nilai b yang didapatkan lebih besar
sejarah hidup organisme yang lebih dari 3 (tiga) maka ikan tersebut dalam
spesifik. keadaan gemuk (montok), dimana
Analisis hubungan panjang berat pertambahan berat lebih cepat dari pada
menggunakan data panjang total dan berat pertambahan panjangnya, sedangkan
basah ikan contoh untuk melihat pola apabila nilai b yang diperoleh lebih kecil
dari pada 3 (tiga) maka ikan tersebut berada dugaan laju mortalitas dan laju eksploitasi
dalam kondisi kurus, dimana pertumbuhan ikan ekor kuning dapat dilihat pada Tabel 4.
panjang lebih cepat dari pada pertumbuhan Tabel 4. Laju mortalitas dan laju
beratnya. eksploitasi ikan ekor kuning
Menurut Effendie (1997), ada No. Nilai (per
beberapa faktor yang mempengaruhi Laju
tahun)
pertumbuhan, diantaranya adalah faktor 1. Mortalitas total (Z) 6,946
dalam dan faktor luar yang mencakup 2. Mortalitas alami (M) 1,221
jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, 3. Mortalitas 5,725
jumlah makanan yang menggunakan penangkapan (F)
sumber makanan yang tersedia, suhu, 4. Eksplotasi (E) 0,824
oksigen terlarut, faktor kualitas air, umur, Laju mortalitas total (Z) ikan ekor
dan ukuran ikan serta matang gonad. kuning 6,946 per tahun dengan laju
Pada suatu stok yang telah mortalitas alami (M) sebesar 1,221 per
dieksploitasi perlu untuk membedakan tahun dan mortalitas penangkapan (F)
mortalitas akibat penangkapan dan sebesar 5,725 per tahun serta laju
mortalitas alami. Menurut King (1995), laju eksploitasi 0,824 per tahun. Pada penelitian
mortalitas total (Z) adalah penjumlahan laju ikan ekor kuning sebelumnya didaerah yang
mortalitas penangkapan (F) dan laju berbeda yaitu di Kepulauan Seribu
mortalitas alami (M) sehingga ketiga jenis menduga konstanta laju mortalitas alami
mortalitas tersebut perlu dianalisis. ikan ekor kuning sebesar 0,5707 per tahun
Pendugaan konstanta laju mortalitas total (Habibun, 2011) dan bila dibandingkan
(Z) ikan ekor kuning dilakukan dengan dengan hasil yang diperoleh saat ini dari
kurva hasil tangkapan yang dilinierkan laut Natuna terlihat bahwa laju mortalitas
berbasis data panjang. Kurva hasil alami ikan ekor kuning di laut Natuna lebih
tangkapan yang dilinierkan berbasis data tinggi. Beverton & Holt (1957), menduga
panjang yang digunakan dapat dilihat pada bahwa predasi merupakan faktor eksternal
Gambar 5. yang umum sebagai penyebab mortalitas
Kurva Penangkapan Berbasis Panjang Yang
alami. Menurut Pauly (1980) in Sparre &
Dilinearkan Venema (1999), yang mempengaruhi nilai
mortalitas alami (M) adalah faktor panjang
10 maksimum (L) dan laju pertumbuhan
8
LN (fI/dt)

serta faktor lingkungan yaitu suhu rata-rata


6
perairan. Berdasarkan hal tersebut dapat
4
2 diduga peningkatan laju mortalitas ikan
0 ekor kuning saat ini disebabkan oleh
meningkatnya jumlah pemangsa ikan ekor
0 0.5 1 1.5 2
kuning. Selain itu, kisaran suhu perairan
t(L1+L2/2) juga mendukung untuk pertumbuhan ikan
ekor kuning.
Gambar 5. Kurva hasil tangkapan yang Laju mortalitas alami (M) ikan ekor
dilinierkan berbasis data kuning dari laut Natuna dan didaratkan di
panjang(: titik yang Tempat Pendaratan Ikan Barek Motor
digunakan dalam analisis sebesar 1,221 per tahun. Laju mortalitas
regresi untuk menduga Z) alami ini jauh lebih kecil jika dibandingkan
Untuk pendugaan laju mortalitas dengan laju mortalitas penangkapan yaitu
alami ikan ekor kuning digunakan rumus 5,725 per tahun. Hal ini menunjukkan
empiris Pauly (Sparre & Venema, 1999) bahwa faktor kematian ikan ekor kuning
dengan suhu rata-rata permukaan perairan lebih besar diakibatkan oleh kegiatan
dimana suhu laut Natuna adalah 28oC penangkapan. Mortalitas alami dipengaruhi
(Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi oleh pemangsaan, penyakit, stres
Kepulauan Riau, 2011). Hasil analisis pemijahan, kelaparan dan usia tua (Sparre
& Venema, 1999). Oleh karena itu dapat penangkapan yang mengarah kepada gejala
diduga pula bahwa penurunan laju tangkap lebih (overfishing) yang diduga
mortalitas alami disebabkan oleh lebih lanjut termasuk kondisi growth
menurunnya jumlah ikan yang tumbuh overfishing.
hingga berusia tua dan mengalami kematian Laut Natuna merupakan perairan
secara alami akibat telah tertangkap lebih yang mendukung untuk kehidupan ikan
dulu karena aktifitas penangkapan. ekor kuning dimana ikan ekor kuning dapat
Tingginya laju mortalitas penangkapan dan hidup pada kisaran suhu 28-310C,
menurunnya laju mortalitas alami juga sedangkan suhu laut Natuna adalah 300C.
dapat menunjukkan dugaan terjadinya Selanjutnya, ditunjuk dengan adanya
kondisi growth overfishing yaitu sedikitnya perbaikan kondisi terumbu karang yang
jumlah ikan tua (Sparre & Venema, 1999) merupakan habitat ikan ekor kuning di
karena ikan muda tidak sempat tumbuh perairan Natuna sekitar 5,59% dari tahun
akibat tertangkap sehingga tekanan 2004 - 2007 (CRITIC COREMAP LIPI,
penangkapan terhadap stok tersebut 2007). Selanjutnya yang perlu dilakukan
seharusnya dikurangi hingga mencapai adalah pengaturan alat tangkap dengan
kondisi optimum yaitu laju mortalitas memperbesar ukuran alat tangkap supaya
penangkapan sama dengan laju mortalitas ikan yang berukuran kecil dapat meloloskan
alami. diri.
Pada penelitian sebelumnya oleh Hal yang paling penting dalam
Habibun (2011) diperairan yang berbeda rencana pengelolaan perikanan adalah
diperoleh nilai laju mortalitas penangkapan perlunya menerapkan sistem monitoring
sebesar 1,7902 per tahun. Jika dan pendataan secara sitematis guna
dibandingkan dengan laju mortalitas yang mendapat data yang akurat sebagai dasar
diperoleh saat ini terlihat bahwa laju membuat perencanaan pengelolaan
penangkapan ikan ekor kuning dari perairan sumberdaya ikan ekor kuning.
Natuna mengalami peningkatan.
Pemanfaatan sumberdaya KESIMPULAN
perikanan harus dilakukan secara rasional Sebaran frekuensi panjang ikan
agar sumberdaya ikan tetap lestari. Menurut ekor kuning dari laut Natuna dan di
Undang-Undang Perikanan No 31 tahun daratkan di Tempat Pendaratan Ikan Barek
2004 bahwa pengelolaan perikanan Motor berkisar antara 15-40,1 cm dan
dilakukan untuk tercapainya manfaat yang kelompok ukuran yang mendominasi
optimal dan berkelanjutan serta terjaminnya adalah 30 cm.
kelestarian sumberdaya ikan, selanjutnya Adapun pola pertumbuhan ikan
pengelolaan perikanan adalah semua upaya, ekor kuning (Caesio cuning ) dari laut
termasuk proses yang terintegrasi dalam Natuna yang di daratkan pada Tempat
pengumpulan informasi, analisis, Pendaratan Ikan Barek Motor adalah
perencanaan, konsultasi pembuatan bersifat alometrik positif. Laju mortalitas
keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan total (Z) ikan ekor kuning 6,946 per tahun
implementasi seta penegakan hukum dari dengan laju mortalitas alami (M) sebesar
peraturan perundangan dibidang perikanan, 1,221 per tahun dan mortalitas
yang dilakukan oleh pemerintah dan penangkapan (F) sebesar 5,725 per tahun
otoritas lain yang diarahkan untuk dan laju eksploitasi 0,824 per tahun.
mencapai kelangsungan produktivitas Sehingga dapat di ketahui bahwa kematian
sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang ikan ekor kuning dari laut Natuna dan di
telah disepakati. daratkan pada Tempat Pendaratan Ikan
Berdasarkan hasil analisis panjang Barek Motor sebagian besar di akibatkan
berat serta mortaliatas dan laju eksploitasi oleh aktifitas penangkapan (F) sebesar
yang diperoleh diketahui bahwa stok ikan 5,725 per tahun yang berati tinggi nya
ekor kuning dari laut Natuna dan didaratkan aktifitas penangkapan.
di tempat Pendaratan Ikan Barek Motor Berdasarkan hasil analisis
menunjukkan adanya kondisi tekanan hubungan panjang berat serta mortalitas dan
laju ekploitasi yang di peroleh di ketahui (Caesio cuning) yang di daratkan di
bahwa ikan ekor kuning dari lautNatuna PPI Pulau Pramuka, Kepulauan
sudah mengalami kondisi tangkap lebih Seribu, Jakarta. Departemen
(overfishing) karena adanya aktifitas Manajemen Sumberdaya Perairan,
penangkapan yang di duga lebih lanjut Fakultas Perikanan dan Ilmu
termasuk kondisi growth overfishing. Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Musim penangkapan ikan ekor kuning Bogor. 80 hlm.
tertinggi dari wilayah laut Natuna terjadi
pada bulan Mei-Nopember. Lelono TD. 2007. Dinamika populasi
dan biologi ikan lemuru
SARAN (Sardinella lemuru) yang
Dilakukan analisis aspek tertangkap dengan purse seine di
reproduksi dan pola rekruitmen agar dapat Pelabuhan Perikanan Nusantara
di ketahui musim pemijahan ikan ekor Prigi Trenggalek, p.1-11. In:
kuning sehingga dapat di duga musim
Isnansetyo A, Murwantoko,
penangkapan ikan ekor kuning.
Yusuf IBL, Djumanto, Saksono
UCAPAN TERIMAKASIH H, Dewi IP, Setyobudi E,
Penulis menyampaikan ucapan Soeparno, Prabasunu N,
terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Efrizal, Budhiyanti SA, Ekantari N,
M.Si dan Bapak Andi Zulfikar S.Pi, MP Ptiyono SB (editor). Prosiding:
atas segala bimbingan. Keluarga, teman- Seminar nasional tahunan IV hasil
teman yang selalu memberikan doa dan penelitian perikanan dan kelautan
motivasi sehingga penulis dapat 28 Juli 2007. Jurusan Perikanan
menyelesaikan skripsi ini. dan Kelautan. Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Kepulauan Riau. Studi Identifikasi Nikijuluw VPH. 2002. Rezim Pengelolaan
Potensi Sumberdaya Kelautan dan Sumberdaya Perikanan. Pustaka
Perikanan Provinsi Kepulauan Riau Cesindo. Jakarta. 254 hlm.
Kerjasama antara Pemerintah
Provinsi Kepulauan Riau, Dinas Nggajo. R. 2009. Keterkaitan Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan dengan PT. Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning)
Maton Selaras Consultant. Tahun dengan Karakteristik Habitat pada
anggaran 2011. Ekosistem Terumbu Karang di
Kepulauan Seribu. Sekolah Tinggi
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Pascasarjana Institut Pertanian
Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor. Bandung.
Yogyakarta. 163 hlm.
Sparre, P., and Venema S,C. 1999.
Harmiyati D. 2009. Analisis hasil Introduksi pengkajian stok ikan
tangkapan sumberdaya ikan ekor tropis buku-I manual (Edisi
kuning (Caesio cuning) yang Terjemahan). Kerjasama Organisasi
didaratkan di PPI Pulau Pramuka, Pangan, Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kepulauan Seribu [skripsi]. dengan Pusat Penelitian dan
Departemen Manajemen Sumberdaya Pengembangan Perikanan, Badan
Perairan, Fakultas Perikanan dan Penelitian dan Pengembangan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Pertanian. Jakarta. 438 hlm.
Bogor. Bogor. 71 hlm.

Habibun E, A. 2011. Aspek pertumbuhan


dan reproduksi ikan ekor kuning

Anda mungkin juga menyukai