Review
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek biologi, dinamika populasi dan
tingkat pemanfaatan sumberdaya rajungan di perairan Kotabaru.
Metode
Penelitian dilakukan pada Januari – November 2016 di daerah pendaratan
rajungan di sekitar Pulau Laut Utara, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Nur Jihan Fareranty Piu_712520001
Analisis Data:
1. Aspek Biologi
1
PCLm=
1=exp (aCL+ b)
W =a Lb
Keterangan:
Laju mortalitas meliputi mortalitas alami (M), mortalitas penangkapan (F) dan
mortalitas total (Z). Nilai laju mortalitas total (Z) diduga dengan metode kurva
konversi hasil tangkapan dengan panjang (length converted catch curve) kematian
alamiah rajungan diduga dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
F=Z−M
E=F/ Z
Parameter Pertumbuhan
Pembahasan
Kesimpulan
Metode
dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram dan
jangka sorong (kalifer) dengan ketelitian 0,01 mm. Aspek biologi kepiting bakau
yang diamati adalah lebar karapas, bobot dan rasio kelamin yang akan digunakan
untuk menetukan beberapa parameter dinamika populasi. Data produksi kepiting
diperoleh dari pendataan di pengumpul yaitu jumlah total produksi yang didaratkan
setiap bulannya untuk dapat memperkirakan musim penangkapan kepiting.
Analisis Data:
W =a Lb
Keterangan:
Keterangan:
F=Z−M
E=F/ Z
Hubungan Lebar Karapas dan Bobot Tubuh, Nisbah Kelamin serta Rata-rata
Ukuran Pertama Kali Tertangkap
Pola sebaran ukuran kepiting betina dan jantan pada 2017 dan 2018 cenderung
sama yaitu 80 – 165 mm dan dan 70 – 160 mm (2018) Kurang dari 1 % betina dan
jantan yang ditemukan berukuran < 145 mm. Perbandingan struktur ukuran
berdasarkan penelitian di berbagai perairan terlihat kepiting merah di Merauke
berukuran lebih besar daripada diperairan lainnya.
sifat pertumbuhan tersebut dapat terjadi karena makanan dan dikarenakan kepiting
betina membawa gonad dalam tubuhnya. Makanan kepiting merah Scylla olivacea di
perairan India yang dominan adalah krustasea dan moluska baik kepiting jantan
maupun betina.
Kesimpulan
Struktur ukuran kepiting merah (Scylla olivacea) dari tahun 2017 sampai dengan
tahun 2018 adalah 70 – 165 mm dengan pola pertumbuhan dominan allometrik
negatif. Ukuran rata-rata pertama kali tertangkap (CWc) semakin meningkat. Tingkat
pemanfaatan sumber daya kepiting sudah berada pada tahapan tangkapan yang
berlebih (overfishing) terkait dengan penangkapan yang tradisional namun intensif.
Untuk menjamin kelestarian sumber daya kepiting di perairan Merauke dan
sekitarnya, perlu dilakukan pengurangan upaya penangkapan sebesar 36 % dan
perbaikan ekosistem mangrove di Merauke yang semakin menurun jumlah dan
kualitasnya. Pengurangan upaya penangkapan dan perbaikan ekosistem mangrove
memerlukan pihak selain masyarakat yaitu Pemerintah Daerah dan pihak swasta.
Nur Jihan Fareranty Piu_712520001
bakau dapat lestari dan berkelanjutan. Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi dalam perhitungan pengkajian stok sumberdaya kepiting (Scylla
serrata) dan upaya dalam pengelolaannya khususnya di Kepulauan Aru
Metode
Analisis hubungan lebar karapas dengan bobot tubuh kepiting bakau diperoleh
pola pertumbuhan kepiting jantan dan betina bersifat allometrik negatif yang
diindikasikan oleh nilai b <3. Berdasarkan analisis struktur ukuran sampel yang
diperoleh, maka lebar karapas pertama kali tertangkap kepiting bakau pada ukuran
148,6 mm.
Sebaran lebar karapas kepiting bakau seimbang antara tahun 2017 dan 2018,
ukuran dominan ditemukan berada dibawah 150 mm yaitu sebanyak 58 %. Hasil ini
menunjukkan kepiting di perairan Aru ukurannya lebih besar dibandingkan dengan
kepiting di beberapa perairan lain Perbedaan ukuran lebar karapas kepiting
dipengaruhi oleh habitat hidup dan jumlah makanan yang tersedia di lingkungannya.
Perbedaan ukuran ini juga dipengaruhi oleh lokasi penangkapan dan waktu
penangkapannya.
Nur Jihan Fareranty Piu_712520001
Lingkungan habitat hidup juga dipengaruhi oleh suhu dan salinitas dapat
mendukung berkembangnya kepiting dengan baik. Suhu yang sesuai untuk kepiting
bakau Scylla serrata adalah 25 – 350 C. dan salinitas 15-25 ppt atau hingga 28 ppt.
Pola pertumbuhan kepiting bakau di Kepulauan Aru bersifat allometrik negatif,
menunjukan bahwa pertambahan lebar karapas lebih cepat dibanding bobotnya.
Pengamatan di Sukolilo menunjukkan pola pertumbuhan isometric.
Kesimpulan
Pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif dan kepiting jantan lebih banyak
dari pada kepiting betina. Ukuran ratarata lebar karapas pertama kali tertangkap
Nur Jihan Fareranty Piu_712520001
Perikanan hias adalah industri bernilai jutaan dolar yang mendukung nelayan
di negara-negara dengan ekonomi berkembang dan maju dan menyediakan aquarists
dari seluruh dunia dengan pilihan > 1400 spesies ikan laut dan air tawar, invertebrata,
tumbuhan, dan alga. Meskipun banyak, perikanan hias sering beroperasi tanpa
disadari, kurang mendapat perhatian, dan pengelolaannya seringkali didasarkan pada
kehidupan yang terbatas. Industri umumnya bergantung pada pemanenan organisme
dari lingkungan alam. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengembangkan dasar
informasi biologis untuk mengelola spesies hias secara berkelanjutan.
Studi tentang dinamika populasi serta sifat reproduksi tingkat populasi dan
individu masih kurang pada spesies ini. Misalnya, tidak ada yang diketahui tentang
pertumbuhan, perekrutan, ukuran saat kematangan seksual pertama, rasio jenis
kelamin, dan musim reproduksi kepiting porselen ini, meskipun informasi riwayat
hidup semacam ini paling penting untuk mengelola perikanan hias dengan tujuan
keberlanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui biologi reproduksi
rajungan Porcellana sayana. dinamika populasi, pertumbuhan, intensitas perekrutan,
ukuran saat kematangan gonad pertama, rasio jenis kelamin, dan musim reproduksi
spesies ini di Ubatuba, pantai tenggara Brasil.
Metode.
Penelitian ini dilakukan di wilayah ubatuba pantai utara Negara Bagian Sao
Paulo Brasil.
Nur Jihan Fareranty Piu_712520001
Dinamika Populasi
dimana CWt adalah rata-rata CW yang diperkirakan pada usia t (d); CW∞ adalah CW
maksimum asimtotik; K adalah pertumbuhan konstan mendefinisikan seberapa cepat
CW∞ tercapai, dan t0 adalah usia teoretis di mana kepiting akan mencapai nol CW.
Juga, kami menggunakan iterasi trial-and-error untuk memperkirakan kawinkan nilai
untuk K dan t0. Kurva pertumbuhan untuk pria dan wanita diperkirakan
menggunakan kohort (modal) perkembangan melalui waktu. Untuk memperkirakan
parameter pertumbuhan, semua kelompok dipasang ke model pertumbuhan von
Bertalanffy menggunakan prosedur pemasangan kuadrat terkecil otomatis (SOLVER,
Nur Jihan Fareranty Piu_712520001
perangkat lunak EXCEL). Terakhir, kurva pertumbuhan dibandingkan antara pria dan
wanita menggunakan F-tes
Di Porcellana sayana, rasio jenis kelamin yang sama diamati selama sebagian
besar masa penelitian, sesuai dengan yang dilaporkan untuk kepiting porselen lain
dari wilayah yang sama. Untuk spesies dengan jenis kelamin terpisah sepertiP.
sayana, alokasi jenis kelamin ituory memprediksi rasio jenis kelamin yang sama,
karena orang tua harus menghasilkan keturunan jantan dan betina dalam jumlah yang
sama karena seleksi yang bergantung pada frekuensi terhadap jenis kelamin yang
lebih umum dalam populasi.
Kesimpulan
Banyak parameter reproduksi yang dijelaskan di sini untukP. sayana mungkin tidak
lagi berlaku untuk populasi kontemporer dari spesies yang sama di Brasil dan wilayah
geografis lainnya (misalnya Florida, AS, Puerto Rico). Studi tambahan tentang
ekologi reproduksi P. sayana di wilayah geografis yang berbeda di seluruh Karibia
dan Atlantik barat dijamin, karena ini dapat membantu kita untuk memahami
pengaruh tekanan penangkapan ikan dalam sejarah kehidupan kepiting ini dan
invertebrata laut hias lainnya.