Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BIOLOGI PERIKANAN
Karakteristik dan Pola Pertumbuhan Ikan Bulan-Bulan (Megalops cyprinoides)

Oleh:
Anindha Radistya Putri
(18/424442/PN/15482)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
I. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki 3,2 juta hektar hutan mangrove atau hampir sekitar 21%
dari total luas mangrove dunia dengan jumlah spesies mangrove yang ditemukan
tidak kurang dari 75 spesies (Kelompok Kerja Mangrove Tingkat Nasional, 2013).
Luasnya ekosistem hutan mangrove ini menjadikan Indonesia memiliki potensi
sumberdaya hayati pesisir dan laut yang cukup besar , terutama jenis-jenis ikan.
Menurut Bengen (2000) fungsi dan manfaat hutan mangrove antara lain: 1).
Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung abrasi, penahan lumpur,
dan perangkap sedimen; 2). Penghasil sejumlah detritus dari daun dan seresah
mangrove; 3). Daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding
ground), daerah pemijahan (spawning ground) berbagai jenis ikan, udang dan biota
laut lainya; 4). Penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar, bahan baku
arang, dan bahan baku kertas (pulp); 5). Pemasok larva ikan, udang, dan biota
lainnya; 5). Sebagai tempat parawisata. Salah satu jenis ikan yang menempati
habitat ekosistem mangrove untuk mencari makan adalah ikan bulan-
bulan(Megalops cyprinoides). Secara internasional ikan ini dikenal juga dengan
nama ox-eye herring, indo pasific tarpon, atau dengan nama ilmiah Megalops
cyprinoides Broussonet . Ikan ini mempunyai beberapa nama daerah yakni bandeng
laut (Banjarmasin, Lombok), bale kebo (Bugis), kampulan (Makasar), bulau
(Pontianak), kontera (Madura), dan di daerah Surabaya dikenal dengan nama ikan
seleh (Burhanuddin et al (1998). Masyarakat pesisir Belawan menyebutnya ikan
bulan-bulan.
Tarpon adalah jenis ikan dari genus Megalops. Mereka adalah satu-satunya
anggota keluarga Megalopidae Ada dua spesies ikan tarpon adalah Megalops
atlanticus (tarpon Atlantik) dan Megalops cyprinoides (tarpon Indo-Pasifik).
Megalops atlanticus, ditemukan di baratpantai Atlantik dari Virginia ke Brasil,
seluruh pesisir Teluk Meksiko, dan seluruh Karibia. Juga ditemukan di sepanjang
pantai Atlantik timur dari Senegal ke Selatan Angola (Tzeng et al., 1998). Tarpons
memiliki garis lateral yang khas dan memiliki mengkilap, sisik keperakan yang
menutupi sebagian tubuh mereka, termasuk kepala. Mereka memiliki mata besar
dengan kelopak mata adiposa yang membantu mereka melihat di malam hari, mulut
lebar dengan rahang yang lebih rendah menonjol yang menganjur lebih jauh dari
bawah wajah.Tarpons melompat keluar dari air sekitar empat kali ketika terhubung
membuat mereka sangat sulit untuk ditangkap (Tzeng et al., 1998).

Berdasarkan data IUCN (2013), ikan bulan-bulan/ indo pacific tarpon


(Megalops cyprnoides Broussonet, 1782) sudah masuk daftar merah (red list) yang
terancam punah, namun data dan informasi tentang ikan ini masih kurang.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di lapangan ikan bulan-bulan masih
dijumpai di Perairan Sungai Belawan, namun diperkirakan populasinya terus
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini kemungkinan diduga akibat
penangkapan berlebih (over fishing), konversi lahan, dan pencemaran perairan.
Saat ini dibutuhkan upaya yang serius untuk menjaga kelestarian ikan bulan-bulan
baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah maupun elemen masyarakat.
Program konservasi spesies dan konservasi habitat adalah mutlak dilakukan untuk
menjaga kelestarian ikan bulan-bulan agar tidak mengalami kepunahan.

II. STUDY AREA

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2014 di Perairan


Sungai Belawan, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan pada 3 stasiun pengamatan
yakni Muara Sungai Baharu (3045’7,60” LU 980 37’51,2” BT), Muara Sungai
Buluh (3044’22,1” LU 980 38’26,6” BT), Muara Sungai Terjun (30 44’20,2”LU
980 39’8,59” BT).
III. METODE
METODE PENGAMBILAN SAMPEL
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2014 di Perairan
Sungai Belawan. Penelitian dilakukan pada 3 stasiun pengamatan yakni Muara
Sungai Baharu (3045’7,60” LU 980 37’51,2” BT), Muara Sungai Buluh
(3044’22,1” LU 980 38’26,6” BT), Muara Sungai Terjun (30 44’20,2”LU 980
39’8,59” BT). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling
menggunakan alat tangkap jala dengan tinggi 2 meter dan lebar 4 meter, dengan
luas volume jala adalah 12,56 m2. Penebaran jala dilakukan sebanyak 30 kali per
stasiun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplorasi,
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.
Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan metode Purposive Sampling. Alat
Tangkap yang digunakan adalah jala dengan luas 12,56 m2. Penebaran jala
dilakukan sebanyak 30 kali yang dianggap sebagai plot pada setiap stasiun.
Pengambilan sampel ikan dilakukan 1 kali dalam setiap bulannya dilakukan selama
3 bulan berturut-turut. Ikan yang tertangkap dibagi dalam 3 kelas ukuran (kecil,
sedang, dan besar) untuk dihitung pola pertumbuhan.
ANALISIS DATA
1. Jumlah Ikan Bulan-bulan berdasarkan kelas ukuran
Untuk menentukan ikan berdasarkan kelas ukuran maka data
diambil dari hasil pengukuran panjang total ikan yang tertangkap.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan alat tangkap jala.
Selanjutnya penebaran jala dilakukan sebanyak 30 kali pada tiap-tiap
stasiun yang dilakukan dalam setiap bulannya. Kemudian hasil tangkapan
ikan dibagi berdasarkan kelas ukuran ikan yakni ukuran kecil, sedang, dan
besar.
2. Pola Pertumbuhan

Pola petumbuhan adalah menganalisis hubungan panjang dan berat


ikan Model Allometric Linear (MAL) digunakan untuk menghitung
konstanta a dan b melalui pengukuran berat dan panjang. Untuk
memprediksi berat pada panjang menggunakan rumus persamaan (King
1995): W= aLb . Dimana : W = Berat total (g); L = Panjang ikan (mm); a
dan b = Konstanta

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Klasifikasi Ikan Bulan-Bulan
Berdasarkan Integrated Taxonomic Information System (ITIS) Report
dengan Nomor Serial: 553289 (2014) ikan bulan-bulan (Megalops cyprinoides)
diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Superclass : Osteichthyes
Class : Actinopterygii

Order : Elopiformes

Family : Megalopidae

Genus : Megalops

Species : Megalops cyprinoides

2. Jumlah hasil tangkapan Ikan Bulan-bulan berdasarkan kelas ukuran


Panjang Total (TL= Total Length) digunakan untuk menentukan ikan
berdasarkan kelas ukuran. Ikan dibagi dalam 3 kelas ukuran yakni: kecil, sedang,
dan besar. Kelas ukuran ikan ditentukan berdasarkan siklus hidup dari ikan bulan-
bulan. Ukuran ikan yang tertangkap dapat dilihat pada Tabel 1

Kelas Ukuran (cm) Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3


9 - 24,9 11,33 17,33 12,33
25 – 40,9 3 3 6,33
>41 0 0,33 0
Total 14,33 20,66 18,66
.

Tabel 1. Rata-rata Individu Hasil Tangkapan Ikan Bulan-bulan Berdasarkan Kelas

Kelas ukuran ikan bulan-bulan yang tertangkap untuk ikan ukuran kecil (9-
24,9 cm) dengan nilai rata-rata tertinggi pada stasiun 2 (17,33), diikuti stasiun 3
(12,33), dan terendah stasiun 1 (11,33), ikan kelas ukuran sedang (25-40,9 cm)
dengan nilai rata-rata tertinggi pada stasiun 3 (6,33), sedangkan stasiun 2 dan
stasiun 1 nilainya sama (3), dan ikan dengan kelas ukuran besar (> 41 cm) hanya
ditemukan pada stasiun 2 saja. Berdasarkan hasil penelitian ini diduga karena
daerah stasiun penangkapan merupakan daerah mencari makan (feeding ground)
untuk larva dan ikan-ikan muda sedangkan ikan-ikan dewasa diduga telah
melakukan ruaya ke arah laut untuk melakukan pemijahan. Sehingga ikan bulan-
bulan yang sudah dewasa dan telah matang gonad sangat sulit dijumpai pada daerah
muara sungai (Khairul et al., 2014).

3. Pola Pertumbuhan

Gambar 1. Analisis Pola Pertumbuhan


Ikan Bulan-Bulan pada stasiun 1,2,3

Berdasarkan hasil analisis pola pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa


pola pertumbuhan ikan bulan-bulan bersifat allometrik negatif artinya pertumbuhan
panjang lebih cepat daripada pertumbuhan berat. Hal ini diduga karena daerah
muara sungai merupakan tempat mencari makan ikan bulan-bulan dimana
ketersedian sumber ma-kanan pada tiap stasiun pengamatan berbeda, sehingga
pertambahan panjang dan per-tambahan berat juga menjadi berbeda pula.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri
dari daya tahan terhadap serangan penyakit dan genetik. Faktor eksternal meli-puti
faktor lingkungan di habitat hidupnya serta faktor makanan (Huet, 1971).
Menurut Richter (2007) tujuan pengukuran panjang dan berat ikan adalah
untuk mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan secara individu
maupun bio-massa sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan,
produktifitas dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan gonad. Everhart and
Youngs (1981) menyatakan bahwa analisa hubungan panjang dan berat juga dapat
mengestimasi faktor kondisi atau sering disebut dengan indeks kemontokan (index
of plumpness), yang merupakan salah satu hal penting dari pertumbuhan untuk
membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan relatif populasi ikan atau individu
tertentu. Menurut Effendie (2000) jika nilai b sama dengan 3 maka pertambahan
panjang ikan seimbang dengan pertambahan bobotnya atau disebut dengan
pertumbuhan isometrik. Apabila nilai b lebih besar atau lebih kecil dari 3 dikatakan
allometrik. Kalau nilai b kurang dari 3 mengindikasikan kondisi ikan yang kurus,
dimana pertam-bahan panjangnya lebih cepat daripada pertambahan beratnya.
4. Morfologi Ikan Bulan-Bulan
Menurut Saanin (1984) ciri ikan bulan-bulan, kepala simetris, garis rusuk di
atas sirip dada, sirip punggung terdiri dari jari-jari lemah yang berbuku-buku, sirip
perut terletak jauh ke depan, bersisik, tidak bersungut, tidak berjari-jari keras,
lubang insang besar, bertulang dagu di antara cabang tulang rahang bawah, bergaris
rusuk, pada sirip punggung. Tubuh agak lebar dan pipih dengan sisik besar, sirip
punggung tunggal terletak di tengah dengan jari terakhir memanjang dan
berfilamen, rahang bawah menonjol melebihi ujung mulutnya, tidak ada sisik tebal,
hijau kebiruan di atas, warna keperakan pada sisik, ukuran tubuh sampai 150 cm
(White et al. 2013).

5. Habitat Ikan Bulan-Bulan


Menurut Genisa (1999) ikan bulan-bulan hidup di perairan pantai, muara
sungai, kadang-kadang masuk ke air tawar dan termasuk ikan pelagis. Habitat
hidup aslinya ikan bulan-bulan yakni bisa hidup di laut maupun air tawar, namun
lebih banyak dijumpai di daerah air payau. Ikan ini paling suka hidup di muara
sungai, pantai dan rawa-rawa hutan bakau, laguna, dan danau. Ikan bulan-bulan
dewasa umumnya ditemukan di laut, tapi ikan muda ditemukan di muara sungai,
teluk dalam, hutan mangrove, dan rawa payau tergantung pada gelombang. Ikan ini
mendiami habitat air tawar dan laut. Oleh karena itu ikan ini sering ditemukan di
daerah muara sungai atau dekat dengan muara sungai, dimana ikan bulan-bulan
sering melakukan perjalanan masuk dan keluar dari air tawar tergantung pada
gelombang (amphidromus).
6. Persamaan dan Perbedaan dengan Biota Lain
Bentuk fisik Indo-Pasific Tarpon hampir menyerupai fisik dari ikan
Bandeng. Hanya saja yang membedakan adalah warna perak di kedua sisi badannya
dan warna hijau zaitun di bagian atas punggungnya. Kemudian yang unik adalah
mulut bagian bawahnya yang mancung dan lebih condong menjulur ke arah atas.
Bahkan sirip dorsal Indo-Pasific Tarpon sangat panjang dan hampir mencapai
bagian ekornya. Ada fakta menarik lainnya, yaitu antara Indo-Pasific Tarpon yang
hidup di air tawar berukuran lebih kecil daripada yang hidup di air asin. Indo-
Pasific Tarpon yang hidup di air tawar dapat tumbuh mencapai panjang sekitar 50
cm, sedangkan untuk Indo-Pasific Tarpon yang hidup di air asin mampu tumbuh
mencapai panjang 100 cm alias 1 m.

7. Distribusi Ikan Bulan-Bulan

Daerah penyebaran ikan bulan-bulan ini meliputi hampir seluruh perairan


pantai Indonesia terutama Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Arafuru,
meluas sampai ke utara dan ke selatan perairan tropis Australia, ke barat sampai
pantai timur Afrika dan ke timur Kepulauan Hawai (Genisa, 1999). Distribusi ikan
bulan-bulan meliputi: Indo Pasifik: Laut Merah dan Natal, Afrika Selatan Ke
Kepulauan Society, Utara ke Korea Selatan, selatan ke Arafura Laut dan New
Wales, Pulau Tinggi (Pulau Caroline dan Pulau Mariana) di Mikronesia, Laut Cina
Selatan, Selat Taiwan, dan Timur Laut China (http://www.fishyforum.com, 2014).
Menurut IUCN (2013) distribusi ikan bulanbulan ini secara luas mulai dari Indo
Pasifik , Pantai Timur Afrika, Semenajung Arab, seluruh Asia Selatan dan
Tenggara , Polinesia Prancis (kepulauan Society), ke Utara sampai Jepang dan ke
Selatan sampai Australia. Ikan bulan-bulan penyebarannya meliputi Laut Arafura,
New Wales Selatan, Pulau Carolina, Pulau Mariana, sebahagian dataran rendah
Shire di Malawi dan di persimpangan Runde di Zimbabwe, Sungai Zambesi hingga
Morrameu dan Sungain Micelo hingga Malingapanzi, Laut China Selatan, Selat
Taiwan dan China Timur Laut (www.fishbase.org, 2013).

8. Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Bulan-Bulan

Ikan bulan-bulan ini suka berkelompok/ bergerombol untuk mencari makan


yakni ikan-ikan kecil dan krustacea. Menurut Jhingran (1982) ketika masih kecil
ikan bulan-bulan mengkonsumsi Cycops, Dhapnia, Cyprid, Rotifera, Diatom, dan
Algae berfilamen. Ketika dewasa, ikan ini memakan anak ikan, dan krustacea kecil,
Mysid, serangga dan larvanya, serta hewan-hewan kecil lainnya.
9. Reproduksi dan Siklus Hidup Ikan Bulan-Bulan

Menurut Kuncoro dan Ardi Wiharto (2009) untuk mencapai usia dewasa
dan mampu bereproduksi ikan bulan-bulan perlu waktu sekitar 1,4 – 4,4 tahun. Ikan
dewasa (ukuran 1000 mm) yang matang gonad bermigrasi ke perairan pantai untuk
memijah (Ault, 2008). Menurut Tzeng et al (1998) ada 2 jenis spesies tarpon yaitu
indo pacif tarpon (Megalops cyprinoides) dan tarpon atlantik (Megalops atlanticus),
keduanya adalah ikan yang memijah di laut. Setelah menetas, larva ikan menuju ke
daerah perairan pantai. Kemudian setelah bermetamorphosis menjadi tarpon muda
sering ditemukan di muara sungai, teluk, kawasan mangrove dan bahkan di bagian
hulu sungai.
REFERENSI

Khairul., Hesti W., Erni J. 2014. Distribusi dan Pola Pertumbuhan Ikan Bulan-Bulan
(Megalops cyprinoides) Di Sungai Belawan. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 19(2): 56-61.

DAFTAR PUSTAKA

Ault, Jerald. S. 2008. Biology and Management of the World Tarpon and Bonefish
Fisheries. CRC Press. USA.

Bengen, D. G. 2000. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian


Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB. 58 halaman
Burhanuddin, A., Djamali, dan A.S. Genisa. 1998. Nama-nama daerah ikan laut di In-
donesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi- LIPI. Jakarta: 188

Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB, Bogor

Everhart, W.H and W.D. Youngs. 1981. Principles of fishery science. 2ndEdition
Comstock Publishing Associates, a division of Cornell University Press.
Ithaca and London : 349 p.

Genisa, Abdul S. 1999. Mengenal Jenis-jenis Ikan Laut Ekonomi Penting Di Indonesia.
Oseana, Volume XXIV, Nomor 1, 1999: 17 – 38. ISSN 0216 – 1877.
Jhingran, V.G. 1982. Fish and Fisheries of India. Hindustan Publising Corp, New Delhi.
666 pp.
Kuncoro, E. B. dan Ardi Wiharto. 2009. Ensiklopedia Ikan Air Laut. Lily Publisher.
Yogyakarta.

Richter, T.J. 2007. Development and Evaluation of Standard Weight Equations for
Bridgelip Sucker and Largescale Sucker. North American Journal of
Fisheries Management, 27: 936-939.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 & 2. Binacipta. Bogor.
Tzeng, W.N. Chou En Wu and Yu Tzu Wang. 1998. Age of Tarpon, Megalops cyprini-
odes, at Estuarine Arrival and Growth During Metamorphosis. Zoologi
Studies 37 (3): 177-1830.

White W.T., Last P.R., Dharmadi, Faizah R., Chodrijah U., Prisantoso B.I., Pogonoski J.J.,
Puckridge M. and Blaber S.J.M. 2013. Market fishes of Indonesia. ACIAR
Monograph No. 155. Australian Centre for International Agricultural
Research: Canberra. 438 pp.
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=55329.
http://www.iucnredlist.org/details/166868/

Anda mungkin juga menyukai