Anda di halaman 1dari 26

MODEL PREDIKSI

Materi Kuliah
Pengkajian Stok Ikan

Kiagus Abdul Aziz

BAGIAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN


DEPARTEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENDAHULUAN
PENGELOLAAN PERIKANAN

BIOECONOMICS FISHERIES MANAGEMENT

ADVANCE FISH STOCK


MODELLING & SIMULATION ASSESSMENT

FISHING TECHNOLOGY FISH STOCK ASSESSMENT


COMPUTER PROGRAMING

MATHEMATICS & STATISTICS FISH POPULATION DYNAMIC


POPULATION BIOLOGY

MARINE BIOLOGY FISHERIES BIOLOGY


MARINE ECOLOGY
KETERKAITAN ANTAR KOMPONEN SDI DALAM SATU WPP

SG

NG NG

FG FG
FG

Satu wilayah pengelolaan perikanan


dengan karakter ekosistem yang sama
MSY
Yield

Fmsy Fishing Effort

Tujuan dasar pengkajian stok ikan


Penambahan Pertumbuhan
Alamiah Alamiah Rekayasa
(Sumberdaya
Lingkungan)
Laju rekrutmen Laju pertumbuhan

SEDIAAN (STOCK)

Laju mortalitas tangkap Laju mortalitas alami


Nutrien

Pengurangan
Alamiah
LINGKUNGAN
PERAIRAN

PENGELOLAAN

Hasil tangkap
SOSEKBUD
11 Wilayah Pengelolaan Penangkapan Ikan
(Permen KP No. 1 Tahun 2009)

WPP 571

WPP 716
WPP 711

WPP 717
WPP 715

WPP 572

WPP 712
WPP 714
WPP 713
WPP 718

WPP 573
LINGKUNGAN
PERAIRAN

SOSEKBUD
Tingkat biomasa tangkapan dan stok dapat diprediksi dengan
menggunakan Model Matematik yang serupa dengan Model
Analisis Kohort.

N(t)
Mt

N t e 2
Jumlah
lolos C(t, t ) Mt
hidup 
N t e 2
C
 
Mt
 
Mt
N t  t    N t e 2  C e 2
 

t t+ t/2 Umur
t+ t
Bentuk dasar Model Prediksi dikembangkan oleh antara lain Baranov
(1914), Thomson dan Bell (1934) serta Beverton dan Holt (1956).

Gagasan yang melatarbelakangi model prediksi ini adalah:

• Jika terlalu sedikit ikan berumur tua dalam suatu stok, berarti telah
terjadi tangkap lebih pada stok tersebut dan tekanan penangkapan
hendaklah dikurangi.

• Jika amat banyak ikan berumur tua dalam suatu stok, berarti telah
terjadi tangkap kurang pada stok tersebut dan hendaklah dilakukan
penangkapan ikan lebih banyak untuk memaksimumkan hasil
tangkapan.
Model prediksi adalah model berstruktur umur yang dikaitkan dengan
konsep laju mortalitas dan laju pertumbuhan individu. Konsep dasar
dalam model berstruktur umur adalah suatu kohot yaitu sekelompok
ikan berumur sama yang berasal dari satu stok.

Dengan demikian ada dua unsur utama dalam menggambarkan


dinamika suatu kohot, yaitu:
• Pertumbuhan rata-rata dalam panjang
• Bobot dan Proses kematian

Biomasa dari masing-masing kelompok umur dapat diperoleh dari


perkalian antara bobot individu rata-rata dan jumlah individu yang
bertahan hidup dalam masing-masing kelompok umur tersebut.

Untuk memperoleh hasil tangkapan maksimum, penangkapan


hendaklah diarahkan kepada ikan-ikan dalam kelompok umur yang
menghasilkan biomasa maksimum.
TANGKAPAN PER REKRUT

Model Beverton dan Holt untuk Tangkapan-per-Rekrut

Model ini dikembangkan oleh ilmuan perikanan dari Inggeris,


Raymond Beverton dan Sidney Holt. Karena itu model ini dikenal
juga dengan sebutan Model Beverton dan Holt untuk tangkapan per
rekrut (Beverton dan Holt, 1957).

Pada dasarnya model ini merupakan model berstatus mantap


(steady state model), yaitu suatu model yang menjelaskan stok dan
tangkapan dalam suatu keadaan ketika pola tangkap sama untuk
jangka panjang serta semua ikan yang hidup berpeluang untuk
tertangkap sejak rekrut.

Salah satu cara untuk memahami model ini adalah memperhatikan


grafik pembentukan biomasa suatu kohot (Gambar1).
30 300
25
A B
20 200
 
Panjang

Bobot
 K t  t 0 
15 Lt  L 1  e
10
100 Wt  qL3t
L∞ = 284 cm; K = 0.37/thn;
q = 0.0125 g/cm3;
5 to = -0.2 bulan;
0
0

Um ur Um ur

100000.0 2500000
C D
80000.0  Mt 2000000
N t  N 0 e
Lolos hidup

Bt = Nt W t

Biomasa
60000.0 No = 100000; M =0.5/thn 1500000

1000000
40000.0
500000
20000.0 t1 t2
0
0.0

Um ur Um ur

Gambar 1. Pembentukan biomasa suatu kohot See EXCEL file


Jika kita dapat menangkap semua ikan dari satu kohot pada satu saat
dan kita panen ikan-ikan tersebut pada saat berumur masih terlalu
muda (misalnya pada umur t1), kita akan kehilangan pertumbuhan
potensial. Akan tetapi jika kita tunggu sampai terlalu tua (misalnya
sampai umur t2), kita akan kehilangan biomasa karena mortalitas alami.
Pada kenyataannya biasanya kita tidak dapat menangkap semua ikan
tersebut dalam waktu yang sama.

Karena kita tidak bisa memanen semua ikan pada saat yang sama,
grafik hasil tangkapan berdasarkan waktu akan tergantung pada waktu
(umur) saat dimulai penangkapan. Jika penangkapan dimulai sejak
umur t1, kita akan memperoleh kurva yang berbeda seandainya kita
tangkap mulai dari umur t2. Hal lain yang akan mempengaruhi grafik
hasil tangkapan berdasarkan waktu adalah tingkat intensitas
penangkapan. Hasil tangkapan akan merupakan fungsi dari laju
seketika mortalitas tangkap F.
Fase dalam kehidupan suatu kohot

Terkait dengan kegiatan penangkapan fase dalam kehidupan suatu


kohot dapat dikelompokkan sebagai berikut:

tr adalah umur pada saat rekrut. Pada umur ini ikan berada di daerah
penangkapan dan berpotensi untuk tertangkap. Ikan yang lebih muda
dari umur ini tidak akan tertangkap dan tidak diperhitungkan dalam
model ini.

te adalah umur saat masuk ke fase eksploitasi. Umur saat mulai


tertangkap ini dapat diubah dengan memodifikasi praktik
penangkapan, seperti perubahan ukuran mata jaring atau pengaturan
musim penagkapan.

tadalah umur ikan tertua yang tertangkap dalam fase eksploitasi. Ikan
yang lebih tua dari umur ini tak akan tertangkap dan juga tidak
diperhitungkan dalam model ini.

0 tr te t
Asumsi yang melatarbelakangi pendekatan Model
Tangkapan per Rekrut Beverton dan Holt ini adalah:

1. Rekrutmen konstan
2. Semua ikan dalam satu kohot lahir pada saat
yang sama
3. Rekrutmen dan seleksi berbentuk ”mata pisau”
4. Mortalitas alami dan mortalitas tangkap konstan
sejak
kohot tersebut masuk ke fase ekploitasi
5. Terjadi pencampuran sempurna dalam stok
6. Hubungan panjang-bobot berpangkat 3, yaitu
W=qL3
Kurva A memiliki
Wilayah Seleksi 4 cm,
Seleksi Mata pisau B Kurva B memiliki
Wilayah Seleksi 0 cm
a A Kurva B disebut Seleksi
Mata Pisau (model
hipotetis), sering
digunakan sebagai
pendekatan terhadap
L 50% kurva seleksi. Luas
juring a=luas juring b,
b tapi bobot ikan di juring
L 25%
L 75% a lebih berat dari bobot
ikan di juring b
Wilayah Seleksi menghasilkan bias
positif.

Kurva seleksi sebagai fungsi dari panjang badan


Ilustrasi dari konsep seleksi mata pisau dan kawasan seleksi
Daur hidup satu kohot dalam Model Model Beverton dan Holt ini
(Gambar 2) diasumsikan sebagai berikut:
Pada umur tr semua ikan dalam satu kohot tertentu masuk ke
daerah tangkap pada saat yang sama: ”rekrutmen mata
pisau”

Dari umur tr sampai umur te, kohot tersebut tidak mengalami


mortalitas tangkap. Semua ikan antara umur tr dan tc bisa
lolos jika masuk ke dalam alat tangkap. Dengan demikian
pada periode itu, ikan-ikan tersebut hanya mengalami
mortalitas alami, M, yang dianggap konstan selama masa
hidup kohot.

Pada umur te, umur saat pertama kali tertangkap, kohot


tersebut dianggap mengalami mortalitas tangkap penuh, F,
yang konstan selama sisa hidup kohot tersebut.
Jumlah lolos hidup 120000
100000 R=N(tr)
80000 N(te)
60000
40000
20000
tr te
0

Um ur (thn)

Gambar 2. Daur hidup satu kohot


See EXCEL file
Ikan-ikan yang berada pada fase pra-eksploitasi, tr < t < te,
hanya terkena mortalitas alami.

Ikan-ikan pada fase eksploitasi, te < t < tl, terkena


mortalitas alami dan mortalitas tangkap

Jumlah ikan yang tertangkap dari suatu kohot adalah:

Bobot pada umur tertentu dari suatu individu dalam kohot adalah :
Bobot tangkapan dari suatu kohot selama masa hidup kohot tersebut adalah:
=
dimana U0= 1 , U1= -3 , U2= 3 , U3= -1.

Jika tak ada batas maksimum umur ikan yang bisa dieksploitasi ( t => ),
maka akan diperoleh rumus yang lebih sederhana untuk Y/R sebab
Untuk U0= 1 , U1= -3 , U2= 3 , U3= -1.

     
2 3
3 e
 K  t c  t0 
3 e
 K  tc  t 0 
e 
 K tc t0 
Y 1
W   
 M te tr 
 Fe  
R  Z Z K Z  2K Z  3K 
 
 K te t0 
Jika S e
maka persamaan Y/R dapat ditulis sesuai dengan saran Gulland (1969) sbb:

Y  M te tr  1 3S 3S 2 S3 
 Fe W     
R  Z Z  K Z  2 K Z  3K 
Beberapa yang menentukan hasil tangkap per rekrut, yaitu parameter K,
W∞ and M. dikendalikan secara biologi, sedangkan parameter F dan te
(pada dasarnya dapat dikendalikan oleh otoritas pengelolaan perikanan.

Analisis hasil tangkap per upaya dapat memberikan gambaran


konsekwensi dari pilihan F dan te yang berbeda. .
Sebagai teladan untuk menghitung Y/R sebagai fungsi
dari F untuk te tertentu, kita gunakan parameter biologi
ikan plaice di Laut Utara sebagai berikut:

K (per thn) = 0.095


M (per thn) = 0.1
tr (thn) = 3.5
te (thn) = 4.0
to (thn) = -0.815
W∞(kg) = 2.867

Dimulai dengan menghitung suku-suku dalam model


tersebut yang bebas dari F
S = e [-K(te – to)] = e [-0.095 (4.0+0.815)] = 0.6329
e [-M (tc – to)] W∞ = e [-0.1 (3.5+0.815)] = 2.7272
Perhitungan selanjutnya ……………….. See EXCEL file

Anda mungkin juga menyukai