Anda di halaman 1dari 130

BAHAN AJAR

FISIKA TEKNIK

D4 TEKNIK ELEKTRO KELAS 02

KELOMPOK 4
1. M. RIDWAN. S 4. ALVINA NUR AZISA
2. SADRI 5. ASBAL MOHAMAD
3. SYAHRUL

1
KATA
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya, sehingga
kami para penulis bisa menyelesaikan buku ajar kami yang berjudul “Bahan Ajar
Fisika Teknik”. Tak lupa kami mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, karena-Nya kita mampu keluar dari kegelapan menuju jalan yang
lebih terang
Buku ajar ini telah kami selesaikan semaksimal mungkin agar bisa menjadi
manfaat bagi para pembaca yang ingin belajar mengenai Fisika Teknik Dalam buku
ini, berisi tentang materi-materi yang diajarkan di Mata Kuliah Fisika Teknik di
Perguruan Tinggi.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah
membantu sehingga buku ini bisa terselesaikan sebaik mungkin, yaitu
1. Ibu Muliaty Yantahin S.T, M.T selaku dosen pengampu mata kuliah
Fisika Teknik.
2. Teman-teman kelompok yang bersedia membantu untuk
menyelesaikan bahan ajar ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan buku ajar ini,
untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik membangun untuk perbaikan.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca.

Makassar, 18 November 2022

Penulis

2
DAFTAR
Sampul.......................................................................................................................1
Kata Pengantar...........................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................3
PERTEMUAN 2 : Satuan Besaran Fisika Dan Vektor.....................................................4
PERTEMUAN 3 : Gaya Dan Gerak..............................................................................16
PERTEMUAN 4 : Usaha-Energi-Daya..........................................................................29
PERTEMUAN 5 : Sifat Termal Benda..........................................................................36
PERTEMUAN 6 : Hukum Termodinamika..................................................................40
PERTEMUAN 7 : Teori Kinetik Gas.............................................................................45
PERTEMUAN 9 : Gelombang.....................................................................................55
PERTEMUAN 10 : Gelombang Cahaya Dan Optik.......................................................65
PERTEMUAN 11 : Gaya Listrik & Medan Listrik..........................................................82
PERTEMUAN 12 : Hukum Gauss................................................................................89
PERTEMUAN 13 : Arus, Tegangan Dan Potensial Listrik.............................................93
PERTEMUAN 14 : Kapasitansi, Resistansi Dan Induktansi..........................................99
PERTEMUAN 15 : Rangkaian RLC Dan Hukum Kirchoff............................................111

3
PERTEMUAN 2
Satuan Besaran Fisika Dan Vektor

A. Satuan
Satuan adalah Suatu acuan yang digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran.
Satuan terbagi menjadi dua yaitu satuan baku dan tak baku. Satuan tak baku adalah satuan
yang nilainya dapat berubah-ubah dan tidak di akui secara Internasional. Satuan ini biasanya
relatif tergantung dari siapa yang mengukur. Contoh satuan tidak baku adalah penggunaan
satu depaan tangan sebagai acuan satu meter. Tentu saja nilai dari satu depa untuk setiap
orang berbeda-beda. Hal inilah yang mengakibatkan satuan ini tidak diakui secara
internasional. Dengan demikian dibuatlah sebuah satuan yang nilainya akan sama jika di ukur
oleh siapa saja dan munculah satuan Baku. Satuan baku adalah satuan yang diakui secara
Internasional (SI) seperti satuan panjang (m), waktu (s) dan massa (Kg). Satuan baku
digunakan sebagai satuan standar yang nilai pengukurannya sama di setiap Negara.
Dalam ilmu fisika digunakan dua macam system satuan yang masih digunakan yakni
Sistem Metrik (Metric System) dan Sistem Inggris (Imperial System). System Metrik dikenal
sebagai Meter, Kilogram dan Sekon (MKS) dan Centimeter, Gram dan Sekon (CGS). Sedangkan
system Inggris dikenal sebagai Foot, Pound dan Second disingkat (FPS). System Metrik
diciptakan oleh para ilmuwan Prancis pada tahun 1795. system satuan ini memiliki
keunggulan, karena konvensi satuan-satuaanya sangat mudah, yaitu berupa bilangan sepuluh
berpangkat. Oleh karena keunggulannya, maka suatu perjanjian internasional telah
menetapkan suatu system internasional (international system of units) disingkat satuan SI
yang diadopsi dari satuan metrik. Syarat Satuan Internasional adalah :
a. Bersifat Internasional sehingga dapat digunakan oleh berbagai negara
b. Mudah ditiru
c. Bersifat tetap

4
AWALAN SIMBOL ERAKSI CONTOH DISINGKAT
Pico p 1/1.000.000.000.000 picometer pm
10-12
Nano n 1/1.000.000.000 nanometer nm
10-9
Micro µ 1/1.000.000 micrometer µm
10-6
Milli m 1/1.000 millimeter mm
10-3
Centi c 1/100 centimeter cm
10-2
Deci d 1/10 decimeter dm
10-1
PENGALI
Tera T 1.000.000.000.000 Terameter Tm
10 12
Giga G 1.000.000.000 10 9 Gigameter Cm
mega M 1.000.000 10 6 Megameter Mm
Kilo k 1.000 10 3 Kilometer km
Hecto h 100 10 2 Hectometer hm
1
Deka da 10 10 dekameter dam

B. Besaran
Di dalam fisika besaran dirtikan sebagai sesuatu yang dapat diukur atau dihitung dan
mempunyai nilai (besar) yang dinyatakan dengan angka dan satuan. Fenomena (gejala) fisika
selalu dilukiskan secara kuantitatif dengan menyebutkan kuantitas dari besaran-besaran yang
terlibat di dalamnya untuk memperoleh informasi sifat-sifat fisis dari suatu pengukuran.
Pengukuran sifat-sifat fisis seperti : panjang, volume, kecepatan dan sebagainya dilakukan
dengan membandingkan besaran yang akan diukur dengan suatu besaran standar yang
dinyatakan dengan bilangan dansatuannya. Besaran standar hanya diberikan untuk besaran-
besaran pokok saja, sedangkan besaran-besaran pokok dan satuannya ditetapkan berdasarkan
perjanjian internasional. Berdasarkan Satuannya Besaran terbagi menjadi dua yaitu besaran
pokok dan besaran turunan.
1. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya ditetapkan terlebih dahulu dan
ini akan menjadi acuan besaran-besaran turunan lainnya. Artinya besaran ini
ditetapkan terlebih dahulu oleh para ilmuwan sebagai acuan untuk memperoleh

5
besaran lainnya. Ada 7 besaran pokok di dalam fisika ditunjukkan pada tabel di
bawah ini.

BESARAN SATUAN SIMBOL


Panjang meter M
Massa kilogram Kg
Waktu sekon S
Kuat arus listrik ampere A
Suhu kelvin K
Intensitas cahaya candela Cd
Jumlah zat mole Mol

2. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari satuan
besaran pokok. Artinya besaran ini terjadi terdiri dari 2 atau lebih satuan besaran
pokok. Contoh besaran turunan beserta satuannya seperti yang ditunjukkan di
bawah ini :

BESARAN TURUNAN SATUAN


Luas m2
Volume m3
Massa Jenis Kg/ m3
Kecepatan m/s
Percepatan m/s2
Gaya Kg m/s2
Usaha Kg m2/s2
Daya Kg m2/s3
Tekanan Kg m/s2
Momentum Kg m/s

C. Vektor
Secara sederhana pengertian vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah.
Contoh dari besaran ini misalnya perpindahan, kecepatan , percepatan, gaya, dan sebagainya.

6
Untuk menggambarkan vektor digunakan garis berarah yang bertitik pangkal. Panjang garis

7
sebagai nilai vektor dah anak panah menunjukkan arahnya. Simbol vektor menggunakan huruf
kapital yang dicetak tebal (bold) atau miring dengan tanda panah di atasnya.

Sifat-sifat vektor antara lain :

a. Komutatif
a+b=b+a
b. Assosiatif

a + ( b + c) = (a + b) + c

c. Memiliki elemen satuan atau elemen

identitas a + 0 = 0 + a = a

d. Memiliki elemen inverse

a + (-a) = (-a) + a = 0
e. Distributif dengan perkalian skalar
K (a + b) = ka + kb , dengan k = skalar

a. Menggambar Sebuah Vektor


Vektor pada bidang datar mempunyai 2 komponen yaitu pada sumbu x dan
sumbu y. Khusus untuk vektor yang segaris dengan sumbu x atau y berarti hanya
mempunyai 1 komponen. Komponen vektor adalah vektor yang bekerja
menuyusun suatu vektor hasil (resultan vektor). Oleh karenanya vektor bisa
dipindahkan titik pangkalnya asalkan tidak berubah besar dan arahnya.
Secara matematis vektor dapat dituliskan A = A x+Ay dimana A adalah resultan
dari komponen-komponenya berupa Ax dan Ay.
Secara matematis vektor dapat dituliskan A = A x+Ay dimana A adalah resultan
dari komponen-komponenya berupa Ax dan Ay.

8
b. Penjumlahan Vektor
Inti dari operasi penjumlahan vektor ialah mencari sebuah vektor yang
komponen-komponennya adalah jumlah dari kedua komponen-komponen vektor
pembentuknya atau secara sederhana berarti mencari resultan dari 2 vektor.
Untuk vektor segaris, resultannya :

R = A + B + C + n dst…

Untuk penjumlahan vektor yang tidak segaris misalnya seperti gambar di bawah
ini :

Rumus penjumlahan vektor bisa didapat dari persamaan berikut :

9
Menurut aturan cosinus dalam segitiga,

(OR)2 = (OP)2 + (PR)2 – 2(OP)(PR) cos (180o – α)


(OR)2 = (OP)2 + (PR)2 – 2(OP)(PR) -(cos α)
(OR)2 = (OP)2 + (PR)2 + 2(OP)(PR) cos α
Jika OP = A, PR = B, dan Resultan ‘R’ = OR

maka didapat persamaan :


R2 = A2 + B2 + 2AB cos α
Rumus menghitung resultan vektornya :

Ada 2 cara dalam menghitung penjumlahan vektor :


1. Penjumlahan Vektor dengan cara Jajar Genjang (Pararelogram)
Metode yang digunakan adalah dengan mencari diagonal jajar
genjang yang terbentuk dari 2 vektor dan tidak ada pemindahan titik
tangkap vektor.
2. Penjumlahan Vektor dengan Cara Segitiga
Pada metode ini dilakukan pemindahan titik tangka vektor 1 ke
ujung vektor yang lain kemudian menghubungkan titi tangkap atau

1
titik pangkal vektor pertama dengn titik ujung vektor ke dua. Lihat
ilustrasi gambar di bawah ini.

Untuk vektor yang lebih dari 2, sama saja. Lakukan satu demi
satu hingga ketemu resultan akhirnya. Dari gambar di atas, V = A + B
dan R = V + C atau R = A + B + C
c. Pengurangan Vektor
Pengurangan Vektor pada prinsipnya sama dengan penjumlahan, cuma yang
membedakan adalah ada salah satu vektor yang mempunyai arah yang
berlawanan. Misalnya vektor A bergerak ke arah timur dan B bergerak ke arah
barat maka resultannya : R = A + (-B) = A – B
d. Rumus Cepat Vektor
1. Jika α = 0o maka R = V1 + V2
2. Jika α = 90o maka R = √(V12 + V22)
3. Jika α = 180o maka R = | V1 + V2 | –> nilai mutlak
4. Jika α = 120o dan V1 = V2 = V maka R = V
5. Jika α = 0o maka R = V1 + V2
6. Jika α = 90o maka R = √(V12 + V22)

1
7. Jika α = 180o maka R = | V1 + V2 | –> nilai mutlak
8. Jika α = 120o dan V1 = V2 = V maka R = V
e. Perkalian Titik Vektor dan Perkalian Silang Vektor
Ada dua macam operasi perkalian vektor :
1. Perkalian Titik Vektor A
(Dot Product)
Ditulis : B
A . B= A B cos 0

Dengan:

A = besar vector A

B = besar vector B

0 = sudut apit terkecil antara A dan B

2. Perkalian silang vector (dot product)

Ditulis : |𝐀 𝐗 𝐁| = A B sin 0

Arah vector A X B tegak lurus dengan


bidang H yang dibentuk oleh A dan B,
arahnya sesuai dengan aturan tangan
kanan.

f. Vektor Satuan
Untuk vektor yang terletak dalam ruang (3 dimensi) maka suatu vector dapat
diuraikan atas komponen-komponennya pada sumbu X, Y dan Z. gambar 1.2
berikut ini memperlihatkan bagaimana suatu vector A yang terletak dalam ruang
diuraikan atas komponen-komponennya, yaitu Ax, Ay dan Az. Dengan demikian
vector A dapat dinyatakan sebagai :

A = AX + AY + AZ

1
Vektor satuan adalah sebuah vector yang besarnya (magnitude) sama dengan
satu. Vektor satuan pada sumbu X diberi lambing i, pada sumbu Y diberi lambang
j danpada sumbu Z diberi lambing k. Sesuai dengan definisi vector satuan, maka :

i= j = k=1
Berdasarkan vector satuan ini maka vector A dinyatakan dengan
A = AX I + AY j + AZ k
Dengan besar vector A :

A = (AX )2 + (AY ) 2 + (AZ ) 2

1
CONTOH SOAL
1. Dua buah vektor sebidang erturut-turut besarnya 8 satuan dan 6 satuan, bertitik tangkap
sama dan mengapit sudut 30o Tentukan besar dan arah resultan vektor tersebut tersebut!
Jawab :

R = 82 + 62 + 2.6.8.cos 30
R = 64 + 36 + 96 0,5 √3
R = 100 + 48√3
2. Dua buah gaya masing-masing 10 N dan15 N membentuk sudut 600. Besar resultan kedua
gaya tersebut adalah…
Jawab :
Rumus resultan penjumlahan 2 vektor mengapit sudut alias rumus cosinus abc:
R² = A² + B² + 2.A.B.cos α
R² = 10² + 15² + 2.10.5.cos 60
R² = 100 + 225 + 300 . 1/2
R² = 100 + 225 + 150
R² = 475
R = √475 = 5√19 N
Jadi, besar resultan kedua gaya tersebut adalah 5√19 N.
3. Sebuah sepeda motor bergerak dengan kecepatan sebesar 72 km/jam jika
dinyatakan dalam satuan Internasional (SI) maka kecepatan sepeda motor adalah?
Jawab :
72 km = 72 x 1.000 m= 72.000 m
1 jam = 1 x 3.600 sekon = 3.600 s
72 km/jam = 72.000 m : 3.600 s = 20 m/s
Jadi, kecepatan sepeda motor yang dinyatakan dalam SI adalah 20 m/s

1
4. Seorang anak berjalan lurus 10 meter ke barat, kemudian belok keselatan sejauh 12
meter, dan belok lagi ke timur sejauh 15 meter. Perpindahan yang dilakukan anak tersebut
dari posisi awal ….
Jawab :
Diketahui :
10 m ke barat
12 m ke selatan
15 m ke timur
Ditanya : Perpindahan = …?
Penyelesaian :

5. Dua buah vektor A dan B masing – masing


A = (2i + j – k)
B = (i +3j + k)
Hitung besar dari:
a. A . B
b. A x B
Jawab :
Dari soal kita lakukan perkalikan seperti biasa:
(2i + j – k)(i +3j + k)
a. Perkalian dot product vektor antara A dan B
(2i + j – k) . (i +3j + k)
A . B = 2i.i + 2i.3j + 2i.k + j.i + j.3j + j.k – k.i – k.3j – k.k
A . B = 2+ 0 + 0 + 0 + 3 +0 – 0 – 0 – 1 = 2 + 3 – 1 = 4
Jadi nilai A . B = 4
b. Perkalian cross product antara A dan B
(2i + j – k) x (i +3j + k)

1
A x B = 2i x i + 2i x 3j + 2i x k + j x i + j x 3j + j x k – k x i – k x 3j – k x k
A x B = i – j + 6k + (-k) + (3i) + (-2j)
A x B = 4i – 3j + 5k

1
PERTEMUAN 3
Gaya Dan Gerak
A. Gaya
Gaya adalah salah satu bagian dari materi di dalam ilmu fisika dasar. Satuan simbol yang
digunakan dalam rumus gaya adalah sudah ditentukan oleh hukum fisika. Di dalam ilmu
fisika, gaya adalah tarikan atau dorongan. Adanya gaya bisa memengaruhi perubahan posisi,
gerak, atau perubahan bentuk benda. Gaya dapat menggerakkan benda bebas atau benda
yang tidak terikat. Selain itu, pengertian gaya di dalam ilmu fisika adalah sebuah besaran yang
memiliki besar dan arah tertentu. Gaya adalah sebuah interaksi yang bila bekerja sendiri akan
menyebabkan suatu perubahan keadaan gerak benda. Gaya adalah bagian yang tak lepas dari
kehidupan manusia sehari-hari, mulai dari menggerakkan tubuh, memindahkan barang,
hingga melakukan pekerjaan lain.
Konsep mengenai pengertian gaya dapat dijelaskan di dalam hukum gerak Isaac
Newton. Terdapat tiga istilah hukum yang ditetapkan di dalam sebuah karyanya. Karya
tersebut adalah Principia Mathematica pada tahun 1687.
Berdasarkan prinsip Newton pertama, benda yang masih diam atau bergerak dengan
laju seragam di dalam garis lurus, akan tetap dalam keadaan seperti itu. Sampai adanya
sebuah gaya yang diterapkan kepadanya. Hukum kedua, mengatakan bahwa saat gaya
eksternal bekerja pada tubuh akan menghasilkan percepatan. Percepatan atau perubahan
kecepatan tubuh di dalam arah gaya. Besarnya percepatan tersebut akan berbanding lurus
dengan besarnya gaya luar. Serta akan berbanding terbalik dengan jumlah materi yang ada di
dalam benda. Hukum ketiga Newton, menyatakan bahwa saat suatu benda diberikan sebuah
gaya dari benda lain, maka kedua benda akan memberikan gaya. Gaya tersebut sama dengan
gaya benda pertama. Prinsip aksi serta reaksi ini akan menjelaskan sesuatu. Menjelaskan
mengapa sebuah gaya akan cenderung mengubah bentuk benda. Terlepas dari apakah gaya
tersebut akan menyebabkan benda tersebut bergerak atau tidak.

1
1. Sifat-Sifat Gaya
Sifat-sifat dari gaya antara lain :
1. Gaya dapat mengubah bentuk benda
Sifat ini adalah salah satu sifat gaya yang utama. gaya dapat
mengubah bentuk benda atau sebuah objek tertentu. Contohnya
seperti pada tanah liat. Melalui gaya, tanah liat bisa dijadikan sebuah
bentuk. Itu adalah contoh sifat gaya dalam mengubah bentuk benda.
2. Gaya dapat mengubah arah benda
Tidak hanya bentuk benda, gaya juga dapat mengubah arah benda.
Gaya dapat mengubah arah benda yang bergerak. Benda yang bergerak
dapat berubah kearah lain melalui gaya.
Contohnya seperti permainan sepak bola. Ketika seseorang
menendang bola ke arah kipper, kipper dapat mengubah kembali arah
bola tersebut. Melalui gaya tendangan, kipper dapat membuat bola
menjauh dari gawang dan dirinya.
3. Gaya dapat mengubah benda yang diam menjadi bergerak
Sifat dari gaya berikutnya adalah dapat mengubah benda yang diam
menjadi bergerak. Contohnya seperti benda-benda di sekitar kita.
Seperti sebuah meja yang diam. Melalui gaya tarikan atau dorongan,
meja tersebut dapat berubah menjadi bergerak.
4. Gaya dapat mengubah benda bergerak menjadi benda yang diam
Sifat gaya kali ini adalah sifat sebaliknya dari poin sebelumnya.
Melalui gaya, benda yang bergerak dapat menjadi diam. Contohnya
seperti permainan baseball. Ketika seseorang menangkap bola, maka
bola yang semula bergerak menjadi diam. Inilah salah satu contoh sifat
gaya dapat mengubah benda yang bergerak menjadi benda yang diam.
5. Gaya dapat mengubah kecepatan gerak benda
Sifat gaya yang kelima adalah dapat mengubah kecepatan pada
gerak benda. Melalui gaya, benda yang bergerak dapat diatur batas
kecepatannya. Bisa dibuat melambat atau bahkan lebih cepat.

1
Contohnya seperti sedang mengendarai mobil. Melalui gaya, mobil bisa
diatur kecepatannya. Mobil bisa berjalan dengan sangat cepat maupun
sangat lambat. Semua itu tergantung pada gaya yang diberikan oleh
orang yang menyetir mobil.

2. Jenis-Jenis Gaya
Terdapat beberapa jenis gaya. Jenis-jenis gaya tersebut dibagi lagi menjadi gaya
sentuh dan gaya tak sentuh. Gaya sentuh adalah jenis gaya yang terjadi ketika
sumber gaya tersebut tersentuh. Maksudnya adalah sumber dari gaya tersebut
bersentuhan langsung dengan objek yang akan menerima gaya tersebut.
Sedangkan gaya tak sentuh adalah jenis gaya yang terjadi ketika sumber
gayanya tidak bersentuhan. Maksudnya adalah sumber dari gaya tersebut tidak
mengalami sentuhan langsung dengan objek yang menerima gaya itu. Contoh dari
gaya sentuh antara lain gaya otot, gaya gesek dan gaya pegas. Dan contoh dari
gaya tak sentuh adalah gaya gravitasi, gaya magnet dan gaya listrik.
3. Macam-Macam Gaya
1. Gaya Normal
Gaya normal adalah sebuah gaya reaksi yang timbul saat sebuah benda
diletakkan. Posisi benda tersebut tegak lurus di atas permukaan yang
bidang. Besarnya gaya normal yang terjadi pada sebuah benda ditentukan
oleh besar gaya lain. Terkadang, gaya normal yang diberikan secara
horizontal antara dua benda yang satu sama lainnya saling bersentuhan.
Contoh, seseorang yang sedang bersandar ke arah dinding. Maka dinding
tersebut akan mendorong orang yang bersandar tersebut. dorongan yang
diberikan akan dilakukan secara horizontal. Itu adalah contoh dari gaya
normal.
2. Gaya Otot
Gaya otot adalah jenis atau macam gaya yang dimiliki oleh makhluk
hidup yang memiliki otot. Gaya otot ini timbul karena adanya sebuah
koordinasi. Koordinasi tersebut terjadi di antara struktur otot dan rangka
tubuh. Gaya otot masuk ke dalam kelompok gaya sentuh. Contohnya
1
ketika ada

2
seseorang yang mengangkat beban. Untuk dapat mengangkat beban, otot
yang ada di dalam tubuh akan berkoordinasi. Hal itu akan membuat tangan
dapat bergerak sehingga beban yang ada akan terangkat.
3. Gaya Pegas
Gaya pegas merupakan gaya yang dihasilkan oleh sebuah pegas. Pegas
yang dimaksud disini adalah pegang yang memiliki sifat elastis. Gaya pegas
dapat muncul karena pegas tersebut bergerak. Seperti merenggang atau
merapat. Itu membuat bentuknya dapat kembali seperti semula setelah
terjadinya gaya tersebut.
4. Gaya Gesek
Gaya gesek adalah mecam-macam gaya yang muncul karena ada
sebuah sentuhan. Sentuhan tersebut terjadi secara langsung di antara dua
permukaan benda. Arah gaya gesek akan berlawanan dengan arah benda
tersebut bergerak. Adapun besar atau kecilnya gaya gesek akan ditentukan
oleh permukaan benda. Semakin halus permukaan benda, maka gaya
gesekan yang muncul akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin kasar
permukaan benda, maka gaya gesekan yang muncul akan semakin besar.
Gaya gesekan juga dibagi menjadi dua, yaitu gaya gesek kinetik dan gaya
gesek statis.
5. Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi merupakan macam-macam dari gaya tarik. Gaya gravitasi
ini akan menarik pada keseluruhan benda bermassa. Tarikan tersebut akan
mengarah ke permukaannya. Contoh yang paling sederhana adalah gaya
gravitasi terhadap bumi.
6. Gaya Listrik
Gaya listrik adalah jenis gaya yang berasal dari benda dengan muatan
listrik. Benda-benda yang bermuatan listrik tersebut akan menghasilkan
medan listrik. Contohnya seperti sebuah kipas angin. Melalui aliran listrik,
maka kipas angin dapat menjadi energi gerak yang kemudian akan
berputar.

2
7. Gaya Mesin
Gaya mesin adalah gaya yang timbul akibat dari kerja sebuah mesin.
Gaya mesin dinilai sangat efektif untuk membantu meringankan kerja
manusia. Hal itu karena membuat manusia tidak perlu mengeluarkan gaya
penuh dalam menggunakannya. Berkat bantuan dari mesin, sesuatu dapat
berjalan dengan mudah.
8. Gaya Magnet
Gaya magnet adalah konsekuensi dari adanya gaya elektromagnetik.
Salah satu dari empat gaya pada dasar alam. Gaya magnet disebabkan
karena sebuah gerakan muatan. Dua benda yang di dalamnya mengandung
muatan dengan arah yang sama dalam bergerak. Kedua benda tersebut
masing-masing memiliki gaya tarik magnet. Demikian pula, benda-benda
yang bermuatan gerak ke arah berlawanan akan memiliki gaya tolak pada
masing-masingnya. Besarnya gaya magnet antara kedua benda tersebut
tidak menentu. Tergantung pada seberapa jauh jarak kedua benda
tersebut. arah gaya juga tergantung pada arah gerak relatif pada muatan.
9. Gaya Tegangan
Gaya tegangan merupakan macam-macam gaya yang salurannya
menggunakan tali, kawat atau kabel. Gaya tersebut akan muncul ketika
benda-benda tersebut ditarik secara kencang. Tarikannya melalui gaya yang
bekerja dari arah ujung dan berlawanan.
10. Gaya Hambatan Udara
Gaya hambatan udara ini adalah jenis gaya gesekan khusus. Gaya ini
akan berkerja pada benda ketika bergerak di udara. Tujuannya adalah
untuk melawan gerakan pada suatu benda. Gaya ini juga dapat terlihat
pada objek yang bergerak. Akan tetapi, gerakannya terjadi dengan
kecepatan tinggi. Contohnya seperti pemain ski yang bergerak menuruni
sebuah bukit, skydriver, atau objek yang memiliki area permukaan luas.

2
4. Rumus Gaya
1. Hukum Newton 1
Hukum Newton 1 berbunyi “Setiap benda akan mempertahankan
keadaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya yang
bekerja untuk mengubahnya”. Rumus gaya Hukum Newton 1 adalah:
∑F = 0
Keterangan: ∑F = resultan gaya (kilogram m/s2)
2. Hukum Newton 2
Hukum Newton 2 menjelaskan bahwa “Benda bermassa (M) mengalami
gaya resultan sebesar (F) akan mengalami percepatan (a) yang arahnya
sama dengan arah gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan
berbanding terbalik terhadap M”. Rumus gaya Hukum Newton 2 adalah :
∑F = m.a
Keterangan:
∑F = resultan gaya (kilogram m/s2)
m = massa benda (kg)
a = percepatan (m/s2)
1. Hukum Newton 3
Hukum Newton 3 dijelaskan bahwa, “Untuk setiap aksi selalu ada reaksi
yang sama besar dan berlawanan arah atau gaya dari dua benda pada satu
sama lainnya selalu sama besar dan berlawanan arah”. Artinya jika suatu
benda memberikan gaya terhadap benda kedua, maka benda kedua akan
membalas gaya dari benda pertama dengan arah berlawanan. Rumus gaya
menurut Hukum Newton 3 adalah :
∑F aksi = -∑F reaksi

B. Gerak
Menurut ilmu fisika, gerak diartikan sebagai perpindahan posisi benda dari keadaan
awal (semula) ke keadaan akhir terhadap suatu acuan tertentu. Posisi tersebut merupakan
besaran vektor, yang menyatakan kedudukan suatu benda terhadap titik acuan berhubungan
dengan perpindahan, dan kecepatan. Sementara kedudukan benda dinyatakan dalam suatu

2
besar dan arah. Sedangkan jarak yang ditempuh suatu benda merupakan panjang seluruh
lintasan yang dilewati.
1. Posisi atau Kedudukan
Posisi merupakan besaran vektor yang menyatakan kedudukan suatu benda
terhadap titik acuan. Kedudukan tersebut dinyatakan dalam besar dan arah.

Pada gambar di atas. Jika titik A sebagai acuan maka Posisi C = - 6 meter dari A
Jikatitik A sebagai acuan maka Posisi B = 4 meter dari A Sebuah benda dikatakan
bergerakjika posisinya telah berubah terhadap titik acuan.
2. Jarak dan Perpindahan
Jarak dan perpindahan mempunyai pengertian yang berbeda. Jarak adalah
angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi melalui suatu
lintasan tertentu. Dalam fisika atau dalam pengertian sehari-hari, jarak mampu
berupa estimasi jarak fisik dari dua buah posisi berdasarkan kriteria tertentu
(misalnya jarak tempuh selang Jakarta-Bandung). Sedangkan perpindahan adalah
posisi perubahan benda yang bergerak relatif terhadap kerangka acuan.
Artinya, perpindahan adalah perubahan posisi awal benda ke posisi akhir benda
tersebut.
3. Kecepatan dan Kelajuan
Kecepatan termasuk besaran vektor, sedangkan kelajuan merupakan besaran
skalar. Besaran vektor memperhitungkan arah gerak, sedangkan besaran skalar
hanya memiliki besar tanpa memperhitungkan arah gerak benda. Kecepatan
merupakan perpindahan yang ditempuh tiap satuan waktu, sedangkan kelajuan
didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh tiap satuan waktu. Secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut:

2
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 =
𝑆𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 =
𝑆𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)

Kecepatan rata-rata (v) didefiniskan sebagai perpindahan yang ditempuh


terhadap waktu. Jika suatu benda bergerak sepanjang sumbu-x dan posisinya
dinyatakan dengan koordinat-x, secara matematis persamaan kecepatan rata-rata
dapat ditulis sebagai berikut:

∆𝑥
𝑣=
∆𝑡

Keterangan :
v = kecepatan rata-rata (m/s)

∆𝑥 = x akhir = perpindahan
∆𝑡 = perubahan waktu (s)

Kelajuan rata-rata merupakan jarak yang ditempuh tiap satuan waktu. Secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

𝑠
𝑣=
𝑡

Keterangan :
v = kecepatan rata-rata (m/s)
s = jarak tempuh (meter)
𝑡 = waktu tempuh (s)

2
Kecepatan sesaat merupakan kecepatan benda pada saat tertentu. Kecepatan
inilah yang ditunjukkan pada jarum speedometer. Kecepatan sesaat pada waktu
tertentu adalah kecepatan rata-rata selama selang waktu yang sangat kecil
mendekati nol,kecepatan sesaat dinyatakan oleh persamaan:

Kecepatan sesaat merupakan turunan posisi terhadap waktu


4. Percepatan
Percepatan merupakan besaran vektor sehingga nilainya bisa positif atau
negatif. Percepatan positif artinya bahwa arah percepatan searah dengan arah
perpindahan benda, dengan kata lain gerakannya akan dipercepat. Sedangkan
percepatan yangbernilai negatif artinya bahwa gerakan benda sedang diperlambat.
Besarnya percepatan dinamakan sebagai perlajuan. Perlajuan merupakan besaran
skalar.
Percepatan adalah perubahan kecepatan dan atau arah dalam selang waktu
tertentu. Percepatan merupakan besaran vektor. Percepatan berharga positif jika
kecepatan suatu benda bertambah dalam selang waktu tertentu. Percepatan
berharga negatif jika kecepatan suatu benda berkurang dalam selang waktu
tertentu.
Tiap benda yang mengalami perubahan kecepatan, baik besarnya saja atau
arahnya saja atau kedua-duanya, akan mengalami percepatan. Percepatan rata-
rata ( a ) adalahhasil bagi antara perubahan kecepatan (Δv) dengan selang waktu
yang digunakan selama perubahan kecepatan tersebut ( Δt ). Secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut.

2
Keterangan :
a : perceptan rata-rata (m/s2)
Δv : perubahan kecepatan (m/s)
Δt : selang waktu (s)
v1 : kecepatan awal (m/s)
v2 : kecepatan akhir (m/s)
t1 : waktu awal (s)
t2 : waktu akhir (s)
Percepatan sesaat adalah perubahan kecepatan dalam waktu yang sangat
singkat. Seperti halnya menghitung kecepatan sesaat, untuk menghitung
percepatan sesaat, kita perlu mengukur perubahan kecepatan dalam selang waktu
yang singkat (mendekati nol). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Percepatan sesaat dapat didefinisikan sebagai percepatan rata-rata pada limit


Δt yang menjadi sangat kecil, mendekati nol. Percepatan sesaat (a) untuk satu
dimensi dapat dituliskan sebagai berikut:

Dalam hal ini Δv menyatakan perubahan yang sangat kecil pada kecepatan
selama selang waktu Δt yang sangat pendek. Perhatikan dengan teliti bahwa
kecepatan menunjukkan seberapa cepat posisi berubah sementara seberapa cepat
kecepatan berubah disebut sebagai percepatan.

2
CONTOH SOAL
1. Sebuah tali ditarik ke kanan dengan gaya 100 N dan ditarik ke kiri dengan gaya 40 N. brapa
resultan gaya yang dikenakan pada tali tersebut dan ke mana arah resultan gaya tersebut?
Jawab :
Diketahui:
F1 = 100 N
F2 = -40 N
Ditanyakan: R =...?
R = F1 + F2
R = 100 N + (-40 N)
R = 60 N ke kanan
2. Diketahui sebuah benda ditarik oleh 3 buah gaya

Tentukan resultan gaya dari ketiga gaya tersebut!


Jawab:
Diketahui F1 dan f2 searah
Sehingga :
F12 = F1 + F2
= 30 N + 50 N
F1 berlawanan arah dengan F12
Sehingga resultan dari ketiga gaya tersebut adalah :
F123 = F3 – F12
= 120 N – 80 N
= 40 N
3. Sebuah mobil dengan massa 3 ton dalam keadaan diam, kemudian melaju selama 30 detik
dengan kecepatan 18 km/jam. Hitunglah berapa gaya yang dikerjakan oleh mobil tersebut?
Jawab :

2
Diketahui:
m = 3 ton = 3.000 kg (konversi massa)
v1 = 0
v2 = 18 km/jam = 5 m/s
t = 30 s
Ditanyakan:
F =?
Penyelesaian :
Terlebih dahulu anda harus mencari berapa besarnya percepatan mobil tersebut, yakni:
a = (v2 – v1)/t
a = (5 m/s – 0)/30 s
a = (5/30) m/s2
Sekarang hitung gaya yang dikerjakan oleh mobil dengan rumus hukum II Newton, yaitu:
F = m.a
F = 3.000 kg. (5/30) m/s2
F = 500 N
Jadi gaya yang harus dikerjakan oleh mobil tersebut adalah 500 N

4. Sebuah mobil mulai bergerak dari keadaan diam dengan percepatan tetap 24 m/s2. Maka
kecepatan mobil setelah bergerak selama 18 sekon adalah:
Jawab :
Diketahui : v0 = 0
a = 24 m/s
t = 18 s
Ditanya: vt = ?
Penyelesaian :
vt = v0 + at
= 0 + (24 m/s2) (18 s)
Vt = 42 m/s

2
5. Pak Wahyu mendorong gerobak yang massa 40 kg dengan gaya sebesar 100 N, kemudian
pak wahyu membeli 2 karung beras yang massanya 30 kg tiap karungnya. Berapa gaya yang
harus dikeluarkan oleh pak Wahyu agar gerobak tersebut bergerak dengan percepatan yang
sama? Jawab :
Diketahui:
m = 40 kg
g = 10 m/s2
Ditanyakan:
w=?
Penyelesaian :
w = m.g
w = 40 kg. 10 m/s2
w = 400 N

3
PERTEMUAN 4
Usaha – Energi – Daya

A. Usaha
Usaha merupakan energi yang disalurkan sehingga berhasil menggerakkan suatu
benda dengan gaya tertentu. Secara matematis, usaha bisa dinyatakan sebagai hasil perkalian
skalar antara gaya dan perpindahan. Rumus usaha :
W = F.s
Di mana :
F = Gaya (N)
W = Usaha (Joule)
s = Perpindahan (m).
Usaha (W) bertanda positif (+), usaha searah dengan perpindahan benda.Usaha (W)
bertanda negatif (-), usaha berlawanan arah dengan perpindahan benda.
Usaha pada Bidang Datar:

Meskipun pada bidang yang datar, namun gaya yang diberikan tidak selalu lurus, yang
berarti dalam kondisi tertentu gaya akan membentuk sudut tertentu, seperti gambar diatas.
oleh karena itu digunakan persamaan
Usaha pada Bidang Miring:

3
Tidak hanya bidang datar, usaha pun dapat dilakukan pada bidang miring, salah satu
contoh yang sering kita temui adalah pada saat melihat kurir yang memindahkan barang ke
dalam truk menggunakan bantuan salah satu pesawat sederhana yaitu bidang miring.

B. Energi
Dalam fisika, energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha (kerja) atau melakukan
suatu perubahan. Ada beberapa jenis energi yaitu :
1. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang disebabkan oleh gerak suatu benda yang
memiliki massa/berat. Sehingga, semua benda yang bergerak dengan kecepatan
tertentu memiliki energi kinetik, sedangkan semua benda yang diam tidak memiliki
Energi kinetik. Untuk menghitungnya, kamu bisa menggunakan rumus ini :
Ek = ½ m.v²
Keterangan:
Ek = energi kinetik (joule)
m = massa (kg)
v = kecepatan (m/s)
Dari rumus tersebut, dapat ketahui jika benda bergerak semakin cepat, maka
energi kinetik benda semakin besar. Demikian juga jika massa benda semakin
besar, maka energi kinetik benda akan semakin besar.
2. Energi Potensial
Energi potensial (Energi potensial gravitasi) adalah energi yang tersimpan pada
benda karena kedudukan atau posisi benda terhadap titik acuannya (biasanya
ketinggian benda diukur dari permukaan tanah). Dari pengertian tersebut, kita bisa
tahu bahwa benda yang diam namun berada di ketinggian tertentu maka akan
memiliki energi potensial. Sedangkan, benda yang bergerak namun tidak memiliki
ketinggian maka tidak memiliki energi potensial. Rumus menghitung energi
potensial (Ep) sebagai berikut:
Ep = m.g.h

3
Keterangan:
Ep : energi potensial (Joule)
m : massa benda (kg)
g : gravitasi bumi (m/s2)
h : ketinggian suatu benda (m)
Dari rumusnya, bisa diketahui jika posisi suatu benda terhadap titik acuannya
semakin tinggi, maka energi potensial gravitasinya juga semakin besar.
3. Energi Mekanik
Energi mekanik adalah energi total yang dimiliki oleh semua benda yang
bergerak dengan kecepatan tertentu sekaligus berada pada kedudukan (posisi)
tertentu terhadap titik acuannya. Energi Mekanik adalah penjumlahan energi
potensial dan energi kinetik.
EM = EP + EK
Keterangan:
EM: energi mekanik
EP: energi potensial
EK: energi kinetik
Dari rumus itu, bisa dilihat jika energi potensial dan energi kinetik yang dimiliki
suatu benda bernilai besar, maka energi mekaniknya juga semakin besar.

C. Daya

Daya merupakan kecepatan dalam melakukan kerja, atau bisa juga disebut laju energi
yang disalurkan selama melakukan usaha dalam waktu tertentu. Daya termasuk variabel atau
parameter pengukuran dalam Fisika yang mana pasti memiliki satuan yang terstandarisasi.
Satuan Internasional (SI) dari daya ialah Joule/secon (J/s) atau Watt (W). Macam-macam daya
sebagai berikut:
1. Daya Mekanik
Daya mekanik kita bisa definisikan sebagai kombinasi antara gaya dan
perpindahan. Jadi dalam mekanika daya merupakan perkalian antara gaya pada objek
dengan kecepatan objek ataupun perkalian torsi pada shaft dengan kecepatan
sudutnya.

3
2. Daya Listrik
Pada jenis daya ini sangatlah menarik dimana aliran elektron atau yang lebih
sederhana kita biasa sebut dengan listrik juga menimbulkan daya yang disebut daya
listrik. Daya listrik sendiri kita bisa definisikan sebagai laju suatu energi listrik dalam
rangakaian listrik.
Rumus daya adalah sebagai berikut :
P = W/t
Dimana diturunkan persamaan ini menjadi
P = F s/t
P=Fv
Keterangan:
P : Daya (J/s) atau (Watt)
W : Usaha (J)
t : Waktu (detik (s))
F : Gaya (N)
s : Jarak (m)
v : Kecepatan (m/s)

3
CONTOH SOAL
1. Sebuah lemari dengan berat 50 kg di dorong dengan gaya 20 N. Hitung usaha yang bekerja
pada lemari jika lemari berpindah sejauh 25 m!
Jawab:
Diketahui :
m = 50 kg
F = 20 N
S = 25 m
Ditanya : W = . . . ?
Penyelesaian :
W=FxS
W = 20 x (25)
W = 500 j
2. Sebuah rice cooker melakukan usaha sebesar 5.000 Joule dalam waktu 5 detik. Hitunglah daya
yang dilakukan oleh rice cooker tersebut ?
Jawab :
Diketahui:
W = 5.000 Joule
t = 5 sekon
Ditayakan :
P..?
Penyelesaian :
P = W/t
= 5.000/5
= 1000 J/s = 1000 watt
Jadi daya yang dibutuhkan oleh rice cooker tersebut adalah 1000J/s atau 1000 watt.

3
3. Untuk menarik balok dengan posisi seperti gambar diperlukan gaya 22 N.

Dengan diberi usaha 33 J, balok bergeser 3 m ke kanan. Sudut θ pada gambar tersebut
adalah…
Jawab :
Diketahui :
F = 22 N
W = 33 J
S=3m
Cara menjawab soal ini sebagai berikut:
→ W = F . s . cos θ
→ cos θ = W / F . s
→ cos θ = 33 J / 22 N . 3 m
= ½ = θ = 60°
4. Sebuah bola bermassa 0,5 kg dilempar vertikal ke atas hingga mencapai ketinggian 20 m. bila
g = 10 m/s², hitunglah energi potensial benda pada ketinggian tersebut!
Jawab :
Diketahui:
m = 0,5 kg
h = 20 m
g = 10 m/s²
Ditanyakan: Ep = . . .?
Penyelesaian :
Ep = m g h
Ep = 0,5 . 10 . 20 = 100 J
Jadi, energi potensial yang dimiliki benda sebesar 100 J.

3
5. Sebuah mobil mainan ditarik seorang anak dengan gaya sebesar 20 N membentuk sudut 30°
terhadap bidang datar. Jika mobil mainan bergerak sejauh 20 m, berapakah usaha yang
dilakukan anak tersebut?
Jawab :
Diketahui:
F = 20 N
s = 20 m
𝜃 = 30°
Ditanyakan: W = . . .?
Penyelesaian :
Untuk mencari usaha, gunakan persamaan:
W = F. s . cos
= 20 x 20 cos 30°
= 200 √3 J
Jadi, usaha yang dilakukan anak tersebut adalah 200 √3 J

3
PERTEMUAN 5
Sifat Termal Benda

Sifat termal merupakan sifat yang menunjukkan respon material terhadap panas yang
diterima suatu bahan/material. Untuk mengetahui sifat termal suatu bahan, maka perlu dibedakan
antara temperatur/suhu dengan kandungan kalor.
Konduktivitas atau keterhantaran termal adalah suatu besaran intensif bahan yang
menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Konduksi termal adalahsuatu fenomena
transport di mana perbedaan temperatur menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah
benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih rendah. Panas yang di transfer dari
satu titik ke titik lain melalui salah satu dari tiga metode yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.

Besaran ini didefinisikan sebagai panas, Q, yang dihantarkan selama waktu t melalui ketebalan
L, dengan arah normal ke permukaan dengan luas A yang disebabkan oleh perbedaan suhu ΔT dalam
kondisi tunak dan jika perpindahan panas hanya tergantung dengan perbedaan suhu tersebut. Rumus
Konduks antara laini :
Perpindahan jumlah kalor secara konduksi tiap detik dirumuskan dengan:
H = Q/t = (k . A . ΔT)/L
Q = (k . A . t) ΔT/L
Keterangan :
H = Jumlah kalor yang merambat tiap detik (J/s atau Watt)
Q = Banyak kalor (Joule)
t = Selang waktu (s)
k = Koefisien konduksi termal(J/msK atau W/mK)
A = Luas penampang batang (m2)
L = Panjang batang (m)

3
ΔT = Perbandingan suhu antar kedua ujung batang (K)

3
CONTOH SOAL
1. Sebuah logam yang luasnya 200 cm² bertemperatur 500 K memiliki emisivitas sebesar 0,4, jika
diketahui konstanta Stefan- Boltzmann 5,67 × 10-8 Wm-2K-4. Hitung besarnya energi radiasi
yang dipancarkan oleh logam tersebut!
Jawab :
Diketahui:
e=0,4
T= 500 K
A = 200 cm²
A = 0,02 m²
Rumus Mencari Energi Radiasi Yang Dipancarkan Benda Logam

Energi radiasi yang dipancarkan sebuah logam tiap detiknya dapat dinyatakan dengan
menggunakan rumus berikut:
P = (0,4) (5,67×10-8)(0,02) (500)⁴

P = 28,35 watt atau


P = 28,35 J/s
P = = Q/t
Dalam satu detik, maka energi radiasinya adalah
Q = (28,35 J/s)(1s)
Q = 28,35 J
Jadi, energi radiasi yang dipancarkan logam panas dalam satu detik adalah 28,35 Joule
2. Sebuah tabung terbuat dari gelas (a = 10-5/ºC) pada suhu 20ºC mempunyai volume sebesar
250 cm3. Tabung itu berisi penuh dengan eter ( g = 5.10-3/ºC). Berapakah cm3 eter akan
tumpah jika tabung dipanasi sampai 120ºC?

4
Jawab:

Gelas:
Vo = 250 cm3
Dt = 120 - 20 = 100ºC
g = 3a = 3.10-5/ºC
Vt = Vo(1 + g Dt)
Vt = 250 (1 + 3.10-5.100) = 250,75 cm3
Eter:
Vº = 250 cm3
Dt= 100ºC
g = 5.10-3/ºC
Vt = Vo (1 + g Dt)
Vt = 250 (1 + 5.10-3.100) = 375 cm3
Jadi volume eter yang tumpah = 375 - 250,75 = 124,25 cm3
3. Sebatang baja (angka muai linier 10-5/ºC) panjangnya 100,0 cm pada suhu 30ºC. Bila panjang
batang baja itu sekarang menjadi 100,1 cm, berapakah suhunya sekarang?
Jawab:
Lt = Lo ( 1 + a Dt)
Dt = (Lt - Lo) / (Lo a)
Dt = (100,1 -100)/(100.10-5) = 100ºC
Dt = takhir - tawal
100 = takhir - 30
takhir = 130ºC
4. Batang besi dengan panjang 4 m, memiliki luas penampang 24 cm2, dan perbedaan suhu
kedua ujungnya 50º C. Jika koefisien konduksi termalnya 0,2 kal/msC.Tentukanjumlah kalor
yang dirambatkan!
Jawab:
Diketahui:
L=4m
A = 24 cm2 = 0,00024 m2 = 24 × 10-4 m2

4
k = 0,2 kal/msK
ΔT = 50º C
Ditanya: H = … ?
Penyelesaian :
H = (k . A . ΔT)/L
H = (0,2 . 24 × 10-4 . 50)/4
H = 0,0024/4
H = 0,0006
H = 6 × 10-4 J/s
Jadi, jumlah kalor yang dirambatkan oleh besi yang dipanaskan adalah 6 × 10-4 J/s.
5. Lempengan tembaga mempunyai luas penampang 25 cm2 panjang 55 cm. Jika perubahan
suhu kedua ujungnya 50º C dan konduktifitas kalor dari tembaga adalah 0,16 W/mK. Berapa
laju perpindahan kalor?
Jawab :
Diketahui:
A = 25 cm2 = 25 × 10-4 m2
L = 55 cm = 55 × 10-2 m
ΔT = 50º C = 323,15 K
k = 0,16 W/mK
Ditanya: H = … ?
Penyelesaian :
H = Q/t = (k . A . ΔT)/L
H = Q/t = (0,16 . 25 × 10-4 . 323,15)/55 × 10-2
H = Q/t = 0,002/55 × 10-2
H = Q/t = 0,036
H = Q/t = 36 × 10-2 J/s
Jadi, laju perpindahan kalor adalah 36 × 10-2 J/s.

4
PERTEMUAN 6
Hukum Termodinamika

Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik akan membahas mengenai
hubungan antara energi panas dengan cara kerjanya. Energi tersebut dapat berubah dari satu bentuk
ke bentuk lain, baik secara alami maupun melalui hasil rekayasa teknologi. Dalam sistem
termodinamika, memiliki istilah-istilah tertentu, yakni: Batas Sistem adalah garis imajiner yang
membatasi sistem dengan lingkungannya.
Sistem Tertutup yaitu apabila sistem dan lingkungannya tidak terjadi pertukaran energi atau
massa, dengan kata lain energy atau massa tidak melewati batas-batas sistem. Sistem Terbuka yaitu
apabila energi dan massa dapat melintasi atau melewati batas-batas sistem. Sistem dengan
lingkungannya ada interaksi.
1. Hukum Termodinamika I
Pada Hukum Termodinamika I ini menyatakan bahwa “Energi tidak dapat diciptakan
ataupun dimusnahkan, melainkan hanya bisa diubah bentuknya saja.
2. Hukum Termodinamika II
Dalam Hukum Termodinamika II ini berkaitan dengan entropi dan memiliki
kecenderungan yang dari waktu ke waktu, perbedaan suhu, tekanan, dan
menyeimbangkan potensi kimia dalam terisolasinya sistem fisik.
3. Hukum Termodinamika III
Dalam Hukum Termodinamika III ini berkaitan dengan temperatur nol absolut. Hukum
ini juga menyatakan bahwa “pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolute,
semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum”.
Dalam menyelesaikan berbagai persoalan termodinamika telah dirumuskan rumus atau
persamaan termodinamika yaitu :
1. Hukum I Termodinamika
Q = W + ∆U
Dimana :
Q = kalor atau panas yang diterima atau dilepas (J)

4
W = energi atau usaha (J)
∆U = perubahan energi (J)
2. Isobarik
W = P . ∆V
Dimana :
W = energi atau usaha (J)
P = nilai tekanan sistem (atm)
∆V = perubahan volume (L)
3. Isotermik
W = n . R . T . ln(V2/V1)
Dimana :
W = energi atau usaha (J)
n = molaritas larutan (mol)
R = tetapan gas (J/K)
V2/V1 = perbandingan volume larutan.
4. Adiabatik
W = -3/2 n . R . ∆T
Dimana :
W = energi atau usaha (J)
n = molaritas larutan (mol)
R = tetapan gas (J/K)
∆T = perubahan suhu (K)

4
CONTOH SOAL
1. Terdapat suatu gas yang memiliki volume mula – mula 10 m 3 diproses dengan cara isobaris
sehingga mengalami perubahan volume, volume akhir menjadi 25 m3. Maka tentukan
usaha luar gas yang memiliki tekanan sebesar 2 atm!
Jawab :
Diketahui :
V1 = 10 m3
V2 = 25 m3
P = 2 atm, satuan tekanan adalah Pa, jika dikonversi menjadi P = 2,02 x 105 Pa.
Ditanya : W ….?
Penyelesaian :
Proses isobaris menghasilkan tekanan tetap, maka menggunakan rumus
persamaan W = P x ΔV.
W = P x (V2 – V1)
W = 2,02 x 105 x (25 – 10)
W = 2,02 x 105 x 15
W = 30,3 x 105 Joule
Maka usaha luar gas sebesar 3,03 x 106 J
2. 1 mol gas ideal monoatomik (Cp = 5/2 R) dalam kondisi isobarik mengalami perubahan
pada tekanan 105 pa sehingga volumenya menjadi 3 kali lipat dari volume awal. Jika
diketahui volume awalnya adalah 20 liter, maka kalor yang diserap gas adalah…
Jawab :
Diketahui:
V1 = 20 l = 2 × 10-2 m3
V2 = 2 V1 = 2 × 2 × 10-2 m3 = 4 × 10-2 m3
p = 105 pa
Ditanyakan: Q=...?
Penyelesaian:

4
Q = ΔU + W
Q = 3/2 nRΔT + pΔV
Q = 3/2 pΔV + pΔV
Q = 5/2 pΔV
Q = 5/2 × 105 pa × (4 × 10-2 m3 – 2 × 10-2 m3)
Q = 5/2 × 105 pa × 2 × 10-2 m3
Q = 5000 J
3. Suatu gas memiliki volume awal 2,0 m3 dipanaskan dengan kondisi isobaris hingga volume
akhirnya menjadi 4,5 m3. Jika tekanan gas adalah 2 atm, tentukan usaha luar gas tersebut!
(1 atm = 1,01 x 105 Pa)
Jawab :
Diketahui :
V2 = 4,5 m3
V1 = 2,0 m3
P = 2 atm = 2,02 x 105 Pa
Isobaris → Tekanan Tetap

W = P (ΔV)
W = P(V2 − V1)
W = 2,02 x 105 (4,5 − 2,0) = 5,05 x 105 joule
4. Mesin Carnot bekerja pada suhu tinggi 600 K, untuk menghasilkan kerja mekanik. Jika
mesin menyerap kalor 600 J dengan suhu rendah 400 K, maka usaha yang dihasilkan
adalah....
Jawab :
η = ( 1 − Tr / Tt ) x 100 %
Hilangkan saja 100% untuk memudahkan perhitungan :
η = ( 1 − 400/600) = 1/3
η = ( W / Q1 )
1/3 = W/600
W = 200 J

4
5. Perhatikan gambar grafik di bawah ini!
P (N/m²)

Dari grafik di atas, dapat kita hitung besar perbandingan usaha luar gas pada keadaan I dan II adalah
...
Jawab :
Diketahui:
Keadaan I:
P1 = 25 N/m²
V11 = 10 m³
V12 = 30 m³
Keadaan II:
P2 = 25 N/m²
V21 = 20 m³
V22 = 50 m³
Maka, menghitung besar perbandingan usaha luar gas keadaan I dan II sebagai berikut:

4
PERTEMUAN 7
Teori Kinetik Gas

Gas ideal adalah sekumpulan partikel gas yang tidak saling berinteraksi satu dengan lainnya.
Artinya, jarak antarpartikel gas ideal sangat berjauhan dan bergerak secara acak. Adapun sifat-sifat
gas ideal adalah sebagai berikut :
1. Partikelnya berjumlah banyak.
2. Tidak ada interaksi antarpartikel atau tidak ada gaya tarik menarik antarpartikelnya.
3. Jika dibandingkan ukuran ruangan, ukuran partikel gas ideal bisa diabaikan.
4. Tumbukan yang terjadi antara partikel gas dan dinding ruangan merupakan tumbukan lenting
sempurna.
5. Partikel gas tersebar secara merata di dalam ruangan.
6. Partikel gas bergerak secara acak ke segala arah.
7. Berlaku Hukum Newton tentang gerak.
8. Energi kinetik rata-rata molekul gas ideal sebanding dengan suhu mutlaknya.
1. Persamaan Umum Gas Ideal
Adapun persamaan umum dari gas ideal adalah sebagai berikut

4
Keterangan:
P = tekanan gas (Pa);
Mr = massa molekul relatif (kg/mol);
V = volume gas (m3);
Na = bilangan Avogadro = 6,02 × 1023 partikel/mol
m = massa 1 partikel gas (kg);
R = tetapan gas ideal (8,314 × 103 J/kmol.K;
k = konstanta Boltzman (1,38 × 10-23 J/K);
N = jumlah partikel gas;
n = jumlah mol (mol);
ρ = massa jenis gas (kg/m3); dan
T = suhu gas (K).
2. Persamaan Keadaan Gas Ideal
Pada ruang tertutup keadaan suatu gas ideal dipengaruhi oleh tekanan, suhu, volume dan
jumlah molekul gas. Ternyata, ada beberapa hukum yang menjelaskan keterkaitan antara
keempat besaran tersebut.
a. Hukum Boyle
Hukum Boyle dicetuskan oleh seorang ilmuwan asal Inggris, yaitu Robert Boyle.
Adapun pernyataan Hukum Boyle adalah “jika suhu suatu gas dijaga konstan, maka
tekanan gas akan berbanding terbalik dengan volumenya”. Istilah lainnya bisa
dinyatakan sebagai hasil kali antara tekanan dan volume suatu gas pada suhu
tertentu adalah tetap (isotermal). Secara matematis dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2);
V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2); dan
V2 = volume gas pada keadaan 2 (m3).
4
b. Hukum Charles
Jika Hukum Boyle membahas pengaruh tekanan dan volume pada suhu tetap,
tidak demikian dengan Hukum Charles. Hukum yang ditemukan oleh Jacques Charles
ini menyatakan bahwa “jika tekanan suatu gas dijaga konstan, maka volume gas akan
sebanding suhu mutlaknya”. Istilah lain dari Hukum Charles ini adalah hasil bagi
antara volume dan suhu pada tekanan tetap (isobar) akan bernilai tetap. Secara
matematis, dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
V1 = volume gas pada keadaan 1
(m3); T2 = suhu gas pada keadaan 2
(K); dan V2 = volume gas pada
keadaan 2 (m3).
c. Hukum Gay-Lussac
Hukum Gay-Lussac ditemukan oleh seorang ilmuwan Kimia asal Prancis, yaitu
Joseph Louis Gay-Lussac pada tahun 1802. Adapun pernyataan Hukum Gay-Lussac
adalah “jika volume suatu gas dijaga konstan, tekanan gas akan sebanding dengan
suhu mutlaknya”. Artinya, proses berlangsung dalam keadaan isokhorik (volume
tetap). Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.

5
Keterangan :
P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2);
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2); serta
T2 = suhu gas pada keadaan 2 (K)
d. Hukum Boyle-Gay Lussac
Hukum Boyle- Gay Lussac adalah “hasil kali antara tekanan dan volume dibagi
suhu pada sejumlah partikel mol gas adalah tetap”. Secara matematis, dirumuskan
sebagai berikut.

Keterangan:
P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2);
V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3);
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2
(N/m2); T2 = suhu gas pada keadaan 2
(K); serta V2 = volume gas pada keadaan
2 (m3).
3. Tekanan Gas Ideal
Keberadaan gas di ruang tertutup bisa mengakibatkan adanya tekanan. Tekanan
tersebut disebabkan oleh adanya tumbukan antara partikel gas dan dinding tempat gas
berada. Besarnya tekanan gas di ruang tertutup dirumuskan sebagai berikut.

5
Keterangan:
P = tekanan gas (N/m2);
V = volume gas (m3);
m = massa partikel gas (kg);
N = jumlah partikel gas;

4. Energi Kinetik Gas Ideal


Energi kinetik gas ideal disebabkan oleh adanya gerakan partikel gas di dalam suatu
ruangan. Gas selalu bergerak dengan kecepatan tertentu. Kecepatan inilah yang nantinya
berpengaruh pada energi kinetik gas. Secara matematis, energi kinetik gas ideal dirumuskan
sebagai berikut.

Keterangan:

k = konstanta Boltzman (1,38 × 10-23 J/K);


T = suhu gas (K);
N = jumlah partikel;
n = jumlah mol gas (mol); dan
R = tetapan gas ideal (8,314 J/mol.K).
Berdasarkan persamaan di atas, diperoleh persamaan untuk kecepatan efektif gas pada
ruang tertutup. Adapun persamaan kecepatannya adalah sebagai berikut.

5
Keterangan:
vrms = kecepatan efektif (m/s);
k = konstanta Boltzman (1,38 × 10-23 J/K);
T = suhu gas (K);
m = massa partikel (kg);
Mr = massa molekul relatif (kg/mol);
n = jumlah mol gas (mol);
R = tetapan gas ideal (8,314 J/mol.K);
P = tekanan gas (Pa); dan
ρ = massa jenis gas (kg/m3).
5. Energi Dalam Gas Ideal
Saat seluruh energi kinetik tersebut dijumlahkan, muncullah besaran yang disebut
energi dalam gas ideal (U). Energi dalam gas ideal dipengaruhi oleh derajat kebebasannya.
Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.
1. Energi dalam untuk gas monoatomik, seperti He, Ne, Ar

2. Energi dalam untuk gas diatomik, seperti O2, N2, H2


a. Pada suhu rendah (±300 K)
Pada suhu rendah, energi dalam gas ideal dirumuskan sebagai berikut.

b. Pada suhu sedang (±500 K)


Pada suhu sedang, energi dalam gas ideal dirumuskan sebagai berikut.

5
c. Pada suhu tinggi (±1.000 K)

5
CONTOH SOAL
1. Tentukan volume 5 mol gas pada suhu dan tekanan standar (0o C dan 1 atm)!
Jawab :
Diketahui:
T = 0 + 273 = 273 K
n = 5 mol
R = 8,314 J/mol.K
P = 1 atm = 1,01 × 105 N/m2
Ditanya: V =…?
Penyelesaian :
Untuk mencari volume, gunakan persamaan umum gas ideal berikut.

Jadi, volume 5 mol gas pada suhu dan tekanan standar adalah 0,112 m3
2. Satu mol gas berada dalam tabung yang volumenya 50 liter. Bila suhu gas itu 227oC, berapa
tekanan gas?
Jawab :
Diketahui:
n = 1 mol
V = 50 L = 5 . 10-2 m3
R = 8,31.103 J/kmol K
T = 227oC = (227 + 273) K = 500 K
Ditanyakan: p =....?
Penyelesaian:

5
Jadi, besar tekanan gas 8,31.107 N/m2
3. Sebuah tabung memiliki volume 0,5 m³ berisi 3 mol Helium pada suhu 25°C, dengan Helium
sebagai gas ideal. Maka energi kinetik gas Helium adalah ... (R = 8,314 J/molk)
Jawab :
Diketahui:
V = 0,5 m³
N = 3 mol
T= 25°C = (25+ 273) = 298°K
Maka energi kinetik Helium dapat dihitung sebagai berikut:
Ek=3/2 NkT
=2/3 nRT
=3/2 x(3 mol)x(8,314 J/molK)x(298°K)
= 11149,074 J
4. Tekanan suatu gas dengan volume 3 m3 yang berada dalam bejana tertutup (tidak bocor)
dijaga tetap. Suhu mutlaknya mula-mula 100 K. Jika volumenya dirubah menjadi 6 m3,
hitunglah besar suhu mutlaknya!
Jawab :
Diketahui:
V1 = 3 m3
T1 = 100 K
V2 = 6 m3
Ditanyakan: 2 = ….?
Penyelesaian :

Jadi suhu mutlaknya menjadi 200 K.

5
5. Dalam tabung yang tertutup, volumenya dapat berubah-ubah dengan tutup yang dapat
bergerak mula-mula memiliki volume 1,2 lt. Pada saat itu tekanannya diukur 1 atm dan
suhunya 27O. Jika tutup tabung ditekan sehingga tekanan gas menjadi 1,2 atm ternyata
volume gas menjadi 1,1 lt. Berapakah suhu gas tersebut?
Jawab :
Diketahui:
V1 = 1,2 lt
P1 = 1 atm
T1 = 27O + 273 = 300 K
V2 = 1,1 lt
P2 = 1,2 atm
Ditanyakan: T2 =….?
Penyelesaian :

Jadi, gas tersebut adalah 570C

5
PERTEMUAN 9
Gelombang

Gelombang didefinisikan sebagai getaran yang merambat melalui medium, berupa zat padat,
cair, dan gas. Gelombang adalah getaran yang merambat. Bentuk ideal dari suatu gelombang akan
mengikuti gerak sinusoide yang berbentuk osilasi halus berulang. Selain radiasi elektromagnetik,
gelombang juga terdapat pada medium di mana mereka dapat berjalan dan dapat memindahkan
energi dari satu tempat kepada lain tanpa mengakibatkan partikel medium berpindah secara
permanen; yaitu tidak ada perpindahan secara masal. Setiap titik khusus berosilasi di sekitar satu
posisi tertentu.
Suatu hal disebut medium jika:

 Linear jika gelombang yang berbeda di semua titik tertentu di medium bisa
dijumlahkan.

 Terbatas jika terbatas, selain itu disebut tak terbatas.

 Seragam jika ciri fisiknya tidak berubah pada titik yang berbeda.

 Isotropik jika ciri fisiknya “sama” pada arah yang berbeda.

Secara umum, gelombang dapat ditulis secara matematis dengan persamaan:

5
Nilai negatif (-) digunakan jika gelombang berasal dari kiri titik P (gelombang merambat ke
kanan). Nilai positif (+) digunakan jika gelombang berasal dari kanan titik P (gelombang merambat ke
kiri).
Jika sumber gelombang telah bergetar sebanyak satu kali, gelombang tersebut telah memiliki
jarak dalam merambat. Karena terdapat frekuensi getaran setiap sekon, maka persamaan kecepatan
rambat gelombang adalah:

Sedangkan persamaan frekuensi gelombang adalah sebagai berikut:

Maka kecepatan rambat gelombang dapat ditulis dengan persamaan:

Sudut Fase Gelombang Sudut fase gelombang adalah sudut yang telah ditempuh benda
mencapai titik P. Persamaan sudut fase gelombang ditulis sebagai berikut.

Fase dan Beda Fase Gelombang Jumlah putaran yang telah dilakukan atau sejauh mana titik
menjalar dinyatakan dengan fase. Persamaan fase gelombang adalah sebagai berikut.

Sedangkan beda fase adalah apabila pada tali terdapat dua buah titik, maka beda fasenya
adalah jarak antara dua titik tersebut. Persamaan beda fase gelombang adalah sebagai berikut.

5
a. Sifat Gelombang
Untuk memahami gelombang, kita perlu mengenali sifat-sifatnya terlebih
dahulu, seperti dijelaskan di bawah ini:

1. Dispersi Gelombang
Dispersi gelombang adalah perubahan bentuk gelombang ketika
merambat melalui satu medium. Medium yang dilewati ketika gelombang
tidak bergantung pada panjang maupun frekuensi gelombang disebut
medium dispersif.
2. Pemantulan Gelombang
Ketika gelombang menabrak penghalang atau berada pada ujung dari
medium rambatnya, sebagian gelombang akan dipantulkan. Sudut yang
dibentuk gelombang datang terhadap permukaan pantulan sama dengan
sudut yang dibuat oleh gelombang pantulnya, sesuai dengan hukum
pemantulan. Sudut datang dijelaskan sebagai sudut yang dibuat oleh
gelombang datang terhadap garis tegak lurus permukaan pantul.
Sementara itu, sudut pantul adalah sudut yang dibentuk gelombang yang
telah dipantulkan. Hukum pemantulan ini berlaku untuk semua jenis
gelombang.
3. Pembiasan Gelombang
Gelombang yang melewati dua medium yang berbeda, sebagian akan
dipantulkan sementara sebagian lainnya akan diteruskan. Pembelokan
berkas gelombang yang diteruskan dikenal dengan istilah pembiasan atau
refraksi. Salah satu contohnya adalah ketika kita memasukkan pensil ke
dalam gelas berisi air dan pensil tersebut terlihat seakan-akan patah.
4. Interferensi Gelombang
Interferensi atau penggabungan gelombang terjadi ketika dua
gelombang koheren bertemu. Interferensi gelombang dapat dilihat pada
riak air di permukaan. Ketika terdapat dua sumber gelombang di
permukaan air, muka gelombang tersebut akan bertemu dan membentuk

6
pola interferensi
5. Polarisasi Gelombang

6
Polarisasi merujuk pada arah getaran gelombang yang dapat diserap.
Polarisasi gelombang terdiri dari polarisasi vertikal dan horizontal.Polarisasi
vertikal dapat kita lihat dengan menggerakkan tali dari atas ke bawah.
Sementara itu, polarisasi horizontal bisa kita amati dengan menggerakkan
tali ke kanan dan kiri.
6. Efek Doppler
Jika suatu sumber gelombang dan penerimanya bergerak relatif satu sama
lain, frekuensi yang dideteksi penerima tidak sama dengan frekuensi
sumber.Ketika keduanya bergerak saling mendekati, frekuensi yang
terdeteksi akan lebih besar daripada frekuensi sumber. Peristiwa ini disebut
dengan efek Doppler. Efek Doppler salah satunya dimanfaatkan radar polisi
untuk mengukur kelajuan mobil.
3. Jenis Gelombang
Dalam kenyataannya pengklasifikasian gelombang sangat beragam, ada yang
menurut arah rambatnya, medium perambatannya, menurut dimensi penyebaran
rambatannya dan lain-lain. Namun yang akan dibahas pada kali ini hanya dua
pengklasifikasiaan gelombang yaitu menurut arah perambatannya dan kebutuhan
medium perambatannya.
1. Gelombang menurut arah perambataanya
1. Gelombang longitudinal
Gelombang dengan arah gangguan sejajar dengan arah
penjalarannya.Contoh gelombang longitudinal adalah gelombang bunyi,
gelombang bunyi ini analog dengan pulsa longitudinal dalam suatu
pegas vertikal di bawah tegangan dibuat berosilasi ke atas dan ke
bawah disebuah ujung, maka sebuah gelombang longitudinal berjalan
sepanjang pegas tersebut, koil-koil pada pegas tersebut bergetar bolak-
balik di dalam arah di dalam mana gangguan berjalan sepanjang pegas.
2. Gelombang Transversal
Gelombang transversal adalah gelombang dengan gangguan
yang tegak lurus arah penjalaran. Misalnya gelombang cahaya

6
dimana

6
gelombang listrik dan gelombang medan magnetnya tegak lurus kepada
arah penjalarannya.
2. Gelombang menurut kebutuhan medium dalam perambatannya
1. Gelombang mekanik
Gelombang mekanik adalah gelombang yang memerlukan
medium tempat merambat. Contoh gelombang mekanik gelombang
pada tali, gelombang bunyi.
2. Gelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang energi dan
momentumnya dibawa oleh medan listrik (E) dan medan magnet (B)
yang dapat menjalar melalui vakum atau tanpa membutuhkan medium
dalam perambatan gelombangnya.
Sumber gelombang elektromagnetik :
1. Osilasi listrik.
2. Sinar matahari menghasilkan sinar infra merah.
3. Lampu merkuri menghasilkan ultra violet.
4. Inti atom yang tidak stabil menghasilkan sinar gamma.
5. Penembakan elektron dalam tabung hampa pada keping logam
menghasilkan sinar X (digunakan untuk rontgen)
Keterkaitan antara medan listrik (E) dan medan magnet (B) diungkapkan dengan persamaan
Maxwell. Persamaan Maxwell merupakan hukum yang mendasari teori medan elektromagnetik.
Contoh dari gelombang elektromagnetik adalah gelombang cahaya, gelombang radio.
Berdasarkan amplitudonya, gelombang dibagi menjadi dua, yaitu gelombang berjalan dan
stasioner.
1. Gelombang berjalan
Gelombang berjalan adalah gelombang yang memiliki amplitudo tetap. Artinya,
setiap titik yang dilalui gelombang amplitudonya selalu sama besar. Contoh
gelombang berjalan adalah gelombang air.

6
2. Gelombang stasioner
Gelombang stasioner adalah perpaduan antara gelombang datang dan
gelombang pantul yang amplitudo dan frekuensinya sama tetapi arah rambatnya
berlawanan. Titik yang bergetar dengan amplitudo maksimum disebut perut,
sedangkan titik yang bergetar dengan amplitudo minimum disebut simpul.
4. Besaran-besaran Gelombang
Membahas tentang gelombang, pasti ada besaran-besaran utama yang harus
dipahami. Adapun besaran-besaran yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Amplitudo (A)
Amplitudo adalah simpangan maksimum gelombang yang memiliki
satuan meter (m).
2. Panjang gelombang (λ)
Jika ditinjau dari gelombang transversal, panjang gelombang adalah
jarak antara dua puncak yang berdekatan atau jarak antara dua lembah
yang berdekatan.Jika ditinjau dari gelombang longitudinal, panjang
gelombang adalah jarak antara dua rapatan atau dua regangan yang saling
berdekatan.
3. Frekuensi gelombang (f)
Frekuensi adalah banyaknya gelombang yang bisa terbentuk setiap detik.
Secara matematis, frekuensi dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
f = frekuensi gelombang (Hz);
n = jumlah gelombang yang terbentuk; dan
t = waktu tempuh gelombang (s).

6
4. Periode gelombang (T)
Periode adalah waktu yang dibutuhkan gelombang untuk menempuh
satu panjang gelombangnya. Periode juga bisa didefinisikan sebagai waktu
yang dibutuhkan gelombang untuk melakukan satu kali putaran.
Secara matematis, periode dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan:
f = frekuensi gelombang (Hz);
T = periode (s);
n = jumlah gelombang yang terbentuk; dan
t = waktu tempuh gelombang (s).
5. Cepat rambat gelombang
Cepat rambat adalah panjangnya jarak yang ditempuh oleh gelombang
tiap satuan waktu. Secara matematis, cepat rambat gelombang dirumuskan
sebagai berikut.

Keterangan:
f = frekuensi gelombang (Hz);
T = periode (s);
v = cepat rambat gelombang (m/s); m
λ = panjang gelombang (m).

6
CONTOH SOAL
1. Gelombang air laut mendekati perahu dengan cepat rambat 10 m/s. Jika jarak antara dua
puncak gelombang yang berdekatan adalah 2 m, tentukan periode dan frekuensi
gelombangnya!
Jawab :
Diketahui:
v = 10 m/s
λ=2m
Ditanya: T dan f =…?
Penyelesaian :
Berdasarkan rumus cepat rambat gelombang, diperoleh:

Frekuensinya dirumuskan sebagai berikut.

Jadi, periode dan periode gelombangnya berturut-turut adalah 0,2 s dan 5 Hz


2. Gelombang merambat pada tali sebanyak 0,5 detik. Selama waktu tersebut, muncul 2
gelombang dengan jarak antara keduanya sebanyak 20 cm. Berapa cepat rambat
gelombangnya?
Jawab :
Diketahui:
t = 0,5 s

6
n = 2 gelombang
λ = 20 cm = 0,2 m
Ditanya:
V = …?
Penyelesaian :
f = n/t
f = 2/0,2 = 10
V = 0,2 . 10 = 2 m/s
3. Gambar berikut ini menyatakan perambatan Gelombang tali

Jika Periode Gelombang 2 Sekon Persamaan gelombangnya adalah.....


Jawab :

4. Periode suatu gelombang adalah 0,02 s dengan panjang gelombang sebesar 25 meter.
Hitunglah cepat rambat gelombangnya!
Jawab :
Diketahui :
Periode T = 0,02 s
Panjang gelombang λ = 25 m

6
Ditanyakan :

Cepat rambat ν =.........?

Penyelesaian :

ν=λ/T

ν = 25 / 0,02

ν = 1250 m/s

5. Sebuah gelombang merambat dengan kecepatan 340 m/s. Jika


frekuensi gelombang adalah 50 Hz, tentukan panjang gelombangnya!

Jawab :

Dik: ν = 340 m/s f = 50 Hz

Dit: λ =.....?

Penyelesaian :

λ=ν/f
λ = 340 / 50
λ = 6,8 meter

6
PERTEMUAN 10
Gelombang Cahaya dan Optika Geometri

Optika geometri adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena perambatan cahaya. Model
yang mengganggap bahwa cahaya berjalan dengan lintasan berbentuk garis lurus dikenal sebagai
model berkas dari cahaya. Menurut model ini, cahaya mencapai mata kita dari setiap titik dari benda,
walaupun berkas cahaya meninggalkan setiap titik dengan banyak arah, dan biasanya hanya satu
kumpulan kecil dari berkas cahaya yang dapat memasuki mata si peneliti.

A. Berkas cahaya datang dari setiap titik pada benda

Sekumpulan berkas yang meninggalkan satu titik diperlihatkan memasuki mata.


Pemantulan cahaya dibedakan 2 macam yaitu :

a. Pemantulan teratur (speculer reflection)

Yaitu : pemantulan cahaya dalam satu arah.

Contoh : pemantulan pada kertas lapis dari perak, aluminium atau dari baja

7
b. Pemantulan baur (diffuse reflection)

Yaitu : pemantulan cahaya ke segala arah.

Contoh : pemantulan kertas putih tanpa lapis.

B. Hukum Pemantulan Cahaya

 Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
 Sudut datang sama dengan sudut pantul

𝜃𝑖 = 𝜃r

1. Pemantulan dan Pembentukan Bayangan Oleh Cermin Datar

Bayangan yang terbentuk merupakan perpotongan dari perpanjangan


sinar pantul (maya). Jarak, tinggi dan bentuk bayangan yang terbentuk sama
seperti benda yang dicerminkan. Pembentukan bayangan pada cermin datar
dapat digambarkan pada skema berikut:

7
Sifat bayangan yang terbentuk pada cermin datar adalah:

 Maya
 Tegak seperti bendanya
 Sama besar dengan bendanya
 Jarak bayangan ke cermin = jarak benda ke cermin

Jika ada dua cermin datar yang membentuk sudut 𝛼, maka berlaku
rumus berikut:

Bayangan nyata adalah bayangan yang tidak dapat dilihat langsung


dalam cermin, tetapi dapat ditangkap oleh layar. Dalam proses pemantulan
cahaya, bayangan nyata dibentuk oleh pertemuan langsung antara sinar-sinar
pantul di depan cermin.

Bayangan maya adalah bayangan yang langsung dapat dilihat melalui


cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar. Dalam proses pemantulan
cahaya, bayangan maya dibentuk oleh perpanjangan sinar-sinar pantul
(biasanya dilukis dengan garis putusputus) yang bertemu di belakang cermin.

2. Pembentukan Bayangan pada Cermin Lengkung

Cermin lengkung ada 2 jenis, yaitu cermin cekung dan cermin cembung.
Bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung bersifat nyata, kecuali jika benda
7
berada antara cermin dengan f yang membuat bayangan maya, tegak dan
diperbesar. Dan bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung akan selalu
bersifat maya/semu, tegak, diperkecil dan berada di belakang cermin.

Dalam cermin cekung gunakan aturan berikut :

 Ruang benda dan ruang bayangan menggunakan nomor ruang yang


sama.
 Jumlah nomor ruang benda dan bayangan harus sama dengan lima.
 Bayangan yang berada di depan cermin selalu nyata terbalik dan
bayangan dibelakang cermin selalu maya dan sama tegak.
 Jika nomor bayangan lenih besar daripada nomor benda maka
bayangan diperbesar.
 Jika nomor bayangan lebih kecil daripada nomor benda maka
bayangan diperkecil.

Ruang Benda Ruang Bayangan Sifat Bayangan

I IV Maya, tegak, diperbesar

II III Nyata, terbalik, diperbesar

III II Nyata, terbalik, diperkecil

Pemantulan pada cermin lengkung berlaku rumus sebagai berikut:

7
dengan:

𝑓 = jarak fokus (cm)


𝑠0 = jarak benda (cm)
𝑠𝑖 = jarak bayangan (cm)

Jadi panjang fokus adalah setengah dari radius kelengkungan.

Perbesaran pada cermin cekung atau cembung

dengan

𝑀 = perbesaran bayangan
ℎ0 = tinggi benda (cm)
ℎ𝑖 = tinggi bayangan (cm)

C. Cermin Cekung

Cermin yang terlalu melengkung seringkali menghasilkan berkas cahaya pantul tidak
pada satu titik. Untuk membentuk bayangan yang tajam berkas-berkas pantul tersebut harus
jatuh pada satu titik yaitu dengan cara memperbesar jari-jari kelengkungan, seperti yang
ditujukkan pada gambar berikut :

7
1. Berkas paralel yang mengenai cermin cekung tidak terfokus pada satu titik.
Dengan membuat lengkungan cermin lebih mendatar, maka berkas-
berkas parallel yang sejajar sumbu utama akan dipantulkan tepat mengenai
fokus (f). Dengan kata lain titik fokus merupakan titik bayangan dari suatu
benda yang jauh tak berhingga sepanjang sumbu utama, seperti yang terlihat
pada gambar berikut :

2. Berkas cahaya parallel dipantulkan tepat mengenai fokus


CF = FA, dan FA = f (panjang fokus) dan CA = 2 FA = R. Jadi panjang fokus
adalah setengah dari radius kelengkungan.

𝑓 = 1/2 R

Persamaan berlaku dengan anggapan sudut θ kecil, sehingga hasil yang


sama berlaku untuk semua berkas cahaya.

Sinar istimewa pada cermin cekung:

 Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus.


 Sinar datang melalui titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama.
 Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan dipantulkan
kembali melalui titik pusat kelengkungan.

7
D. Cermin Cembung

Sinar istimewa pada cermin cembung:

 Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah berasal dari
titik fokus.
 Sinar datang menuju titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama.
 Sinar datang menuji titik pusat kelengkungan dipantulkan kembali seolah-olah
berasal dari titik pusat kelengkungan.

Persamaan cermin cekung jika akan diterapkan pada cermin cembung, jarak fokus
haruslah dianggap negatif begitu juga untuk jari-jari kelengkungan.
E. Pembiasan

1. Indeks Bias

Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada


kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan
laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens (1629-
1695) : “Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam
suatu zat dinamakan indeks bias.”

Secara matematis dapat dirumuskan :

dimana :

 n = indeks bias
 c = laju cahaya dalam ruang hampa ( 3 x 108 m/s)
 v = laju cahaya dalam zat

Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n ≥ 1).

7
F. Hukum Snellius

Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snellius (1591 – 1626)
melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil
eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snellius yang berbunyi:

 sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
 hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap
dan disebut indeks bias.

𝒏𝟏 𝐬𝐢𝐧 𝜽𝟏 = 𝒏𝟐 𝐬𝐢𝐧 𝜽2

1. Pemantulan Internal Sempurna (Total Internal Reflection)

Pemantulan internal sempurna adalah pemantulan yang terjadi pada bidang


batas dua zat bening yang berbeda kerapatan optiknya.

Cahaya datang yang berasal dari air (medium optik lebih rapat) menuju ke udara
(medium optik kurang rapat) dibiaskan menjauhi garis normal (berkas cahaya J).

Pada sudut datang tertentu, maka sudut biasnya akan 90°dan dalam hal ini
berkas bias akan berimpit dengan bidang batas (berkas K). Sudut datang dimana hal ini
terjadi dinamakan sudut kritis (sudut batas). Sudut kritis adalah sudut datang yang
mempunyai sudut bias 90° atau yang mempunyai cahaya bias berimpit dengan bidang
batas.

Apabila sudut datang yang telah menjadi sudut kritis diperbesar lagi, maka
cahaya biasnya tidak lagi menuju ke udara, tetapi seluruhnya dikembalikan ke dalam air
(dipantulkan)(berkas L). Peristiwa inilah yang dinamakan pemantulan internal sempurna.

7
Syarat terjadinya pemantulan internal sempurna :

7
 Cahaya datang berasal dari zat yang lebih rapat menuju ke zat yang lebih
renggang.
 Sudut datang lebih besar dari sudut kritis.

Beberapa peristiwa pemantulan sempurna dapat kita jumpai dalam kehidupan


sehari-hari, diantaranya :

 Terjadinya fatamorgana
 Intan dan berlian tampak berkilauan
 Teropong prisma
 Periskop prisma
 Serat optik, digunakan pada alat telekomunikasi atau bidang kedokteran.

Serat ini digunakan untuk mentransmisikan percakapan telefon, sinyal video, dan
data komputer.

2. Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung

Setiap lensa mempunyai dua buah titik fokus di sebelah kiri dan kanannya, tetapi
ke dua jarak fokus ke lensanya sama. Agar lebih mudah memahami pembentukan
bayangan yang terjadi, maka perhatikan bagian-bagian lensa cembung di bawah ini :

 SU : sumbu utama
 O : titik pusat optik lensa
 f1 dan f2 : titik api (fokus) lensa.

 O – f1 dan O – f2 : f = jarak titik api lensa.

 R1 dan R2 : jari-jari kelengkungan lensa.


 I, II, III : nomor ruang untuk meletakkan benda
 (I), (II), (III), (IV) : nomor ruang untuk bayangan benda
73
3. Tiga berkas cahaya/sinar istimewa pada lensa cembung:

Sinar datang sejajar sumbu utama (SU) akan dibiaskan melalui titik api (fokus/f);

Sinar datang melalui titik api (f) akan dibiaskan sejajar sumbu utama (SU);

Sinar datang melalui titik pusat optik lensa (O) tidak dibiaskan melainkan
diteruskan.

Sebenarnya, dua dari tiga berkas cahaya ini sudah cukup untuk mencari lokasi
titik bayangannya, yang merupakan titik perpotongannya. Penggambaran yang ketiga
dapat digunakan untuk memeriksa.

Lensa cembung mempunyai sifat seperti cermin cekung. Oleh karena itu
bayangan yang dibentukpun hampir sama, yaitu :

 Bayangan nyata, terjadi dari perpotongan sinar-sinar bias yang mengumpul.


Bayangan nyata pada lensa cembung terjadi jika benda teletak di ruang II dan
III.

74
 Bayangan maya, terjadi dari perpotongan perpanjangan sinar-sinar bias yang
divergen (menyebar). Bayangan maya pada lensa cembung terjadi jika benda
terletak di ruang I

Contoh :

Pembentukan bayangan pada lensa cembung dan sifat bayangannya: benda


terletak lebih jauh dari dua jarak fokus (di ruang III).

Sifat bayangan yang terjadi :

 nyata (dibelakang lensa)


 terbalik
 di ruang (II)
 diperkecil (dari III ke (II))

4. Pembentukan Bayangan pada Lensa Cekung

Lensa cekung bersifat seperti cermin cembung. Oleh karena itu, lensa cekung
mempunyai titik api (fokus) yang dinyatakan dengan negatif. Agar lebih mudah
memahami pembentukan bayangan yang terjadi, maka perhatikan bagian-bagian lensa
cekung di bawah ini:

 SU : sumbu utama
 O : titik pusat optik lensa
 f1 dan f2 : titik api (fokus) lensa.
 O – f1 dan O – f2 : f = jarak titik api lensa.
 R1 dan R2 : jari-jari kelengkungan lensa.

Tiga berkas cahaya/sinar istimewa pada lensa cekung


75
Sinar datang sejajar sumbu utama (SU) akan dibiaskan seolah-olah dari titik api
(f1);

Sinar datang seolah-olah menuju titik api (f2) akan dibiaskan sejajar sumbu
utama (SU)

Sinar datang melalui titik pusat optik lensa (O) tidak dibiaskan melainkan
diteruskan.

Lensa cekung hanya dapat membentuk satu macam bayangan, yaitu bayangan
maya dari benda yang terletak di depan lensa dengan sembarang penempatan.

Contoh:

76
Sifat bayangan yang terjadi :

 maya (di depan lensa)


 tegak
 diperkecil

G. Hubungan antara Jarak Benda, Jarak Bayangan, dan Jarak Titik Fokus

 So = jarak benda ke lensa


 Si = jarak bayangan ke lensa (bernilai negatif bila bayangan yang
dihasilkan bersifat maya)
 f = jarak titik api lensa (berharga positif)
 M = perbesaran bayangan
 ho = tinggi benda
 hi = tinggi bayangan

Hubungan antara jarak benda (So), jarak bayangan (Si), dan jarak fokus (f)

Sama halnya pada cermin lengkung, pada lensa juga berlaku persamaan :

77
Keterangan :

 So = jarak benda
 Si = jarak bayangan
 f = jarak fokus
 R = jari-jari kelengkungan lensa
 M = perbesaran bayangan
 ho = tinggi benda
 hi = tinggi bayangan

Untuk lensa cembung, penggunaan persamaan tersebut dengan memperhatikan tanda sebagai
berikut:

f bernilai positif (+) menunjukkan jarak fokus lensa cembung.

 So bernilai positif (+) menunjukkan bendanya nyata.


 Si bernilai positif (+) menunjukkan bayangannya nyata (berada dibelakang lensa)
 Si bernilai negatif (-) menunjukkan bayangannya maya (berada di depan lensa)

Sedangkan untuk lensa cekung :

 f bernilai negatif (-) menunjukkan jarak fokus lensa cekung.


 So bernilai positif (+) menunjukkan bendanya nyata.
 Si bernilai negatif (-) menunjukkan bayangannya maya (berada di depan lensa).

Lensa cekung selalu membentuk bayangan maya walaupun letak benda diubah-ubah di depan
lensa cekung.

78
CONTOH SOAL

1. Sebuah benda yang tingginya 5 cm terletak 9 cm di depan lensa cembung. Jika jarak fokus
lensa 6 cm, tentukanlah :

 a. jarak bayangannya
 b. perbesarannya
 c. tinggi bayangannya

Jawab :

Diketahui :

ho = 5 cm
So = 9 cm
f = 6 cm

Ditanyakan :

a. Si = …
b. M = …
c. hi = …

Penyelesaian :

79
2. Hitung laju cahaya dalam berlian (n = 2,42).

Jawab :

Diketahui :

n = 2,42

c = 3 x 108 m/s

Ditanyakan :

v=….

Jawaban :

3. Sebuah celah sempit tunggal dengan lebar a disinari oleh cahaya monokromatik dengan
panjang gelombang 5.890 Å. Agar terjadi pola difraksi maksimum dengan orde pertama
pada sudut 30°, lebar celah tersebut adalah …
Jawab :
d sin θ = (m + 1/2) λ
a sin 30° = (1 + 1/2) 5.890 Å
a . 1/2 = 3/2 . 5.890 Å
a = 3 . 5.890 Å
= 17.670 Å
4. Terdapat sinar dengan panjang gelombang 6600 Å , kecepatan cahayanya adalah 3 x 108
m/s. dengan ketetapan planck nya 6.6 x 10-34 Js.
Maka berapakah energy yang terkandung dalam sinar tersebut?
Jawab :
Diketahui :
λ = 6600 Å
c = 3 x 108 m/s
80
h = 6.6 x 10-34 Js
Ditanyakan: E=....?
E = (h.c)/ λ
E = ( 6.6 x 10-34)(3×108)/6600 x 10-19
E = 3 x 10-19 joule
5. Dua celah yang berjarak 1 mm disinari cahaya merah dengan panjang gelombang 6,5 x 10-7
m. Garis gelap terang dapat diamati pada layar yang berjarak 1 m dari celah. Jarak antara
gelap ketiga dari terang kelima adalah …
Jawab :
Jarak gelap ketiga sebagai berikut.
d . y/L = (m – ½) λ
1 mm . y3/1000 mm = (3 – ½) 6,5 x 10-4 mm
10^-3 . y3 = 16,25 x 10^-4 mm
Y3 = 1,625 mm
Jarak terang kelima sebagai berikut.
d . y/L = m λ
1 mm . y5/1000 mm = 5 x 6,5 x 10^-4 mm
10^-3 . y5 = 32,5 x 10^-4 mm
Y5 = 3,25 mm
Jadi jarak gelap ketiga dari terang kelima = y5 – y3 = 3,25 mm – 1,625 mm = 1,62 mm.

81
PERTEMUAN 11
Gaya Listrik dan Medan Listrik

Medan listrik adalah gaya listrik yang mempengaruhi ruang di sekeliling muatan listrik. Penyebab
timbulnya medan listrik adalah keberadaan muatan listrik yang berjenis positif dan negatif.
1. Sifat Gaya Listrik
1 .Garis yg berasal dari muatan positif dan berakhir pada muatan negatif
2. Garis tdk mungkin berpotongan satu sama lain
3. banyaknya garis gaya persatuan luas yang menembus suatu permukaan (yg tegak

lurus arah medan) pada tiap tiap titik, sebanding dengan kuat medan listriknya
4. Pembanding garis gaya yg timbul dari suatu muatan q, tetap sama dgn q itu sendiri
5. Garis-garis gaya listrik tidak pernah berpotongan.
6. Garis-garis gaya listrik selalu mengarah radial keluar dari muatan positif dan masuk
menuju muatan negatif
7. Semakin rapat garis-garis gaya listrik pada suatu tempat, maka medan listrik pada
tempat tersebut semakin kuat dan sebaliknya.
2. Contoh Gaya Listrik
1. Bergeraknya kipas angin karena dihubungkan dengan sumber listrik
2. Energi panas yang dihasilkan listrik pada ricr cooker
3. Energi bunyi pada microvon saat disambungkan ke stop kontaktrims
Medan listrik dapat digambarkan sebagai garis gaya atau garis medan. Medan listrik memiliki
satuan N/C atau dibaca Newton/coulomb.
Medan listrik yaitu ruang yang terletak di sekitar muatan listrik. Dimana ketikasebuah muatan uji
ditempatkan dalam ruang di dekat tongkat yang bermuatan,maka sebuah gaya eletrostatis akan
bekerja pada muatan uji.Inilah yang dikatakan dengan medan listrik, yakni dalam ruang
tersebut.Medan listrik ini digambarkan dengan garis gaya listrik yang arahnyakeluar/menjauhi
muatan positif dan mendekati muatan
Secara matematis dinyatakan : E=F/q Dengan : q= muatan (C) E = kuat medan listrik ( N/C ) F =
gaya Coulomb ( N ) Jadi, hubungan antara medan listrik dan gaya Coulomb adalah E=F/q.

82
3. Sifat Medan Listrik
Sifat-sifat medan listrik adalah: Arah garis medan listrik muatan positif keluar. Arah
garis medan `listrik muatan negatif masuk. Garis-garis medan listrik tidak saling berpotongan.
Rumus medan listrik
kuat medan listrik (E) pada suatu titik di sekitar sebuah muatan akan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak (r) antara titik dengan muatannya, atau dapat dituliskan juga
E~1/r2. Sedangkan semakin besar muatan sumber (Q) maka semakin besar pula medan
listriknya (E) atau dapat ditulis E~Q.
4. Jenis Jenis Medan Listrik
1. Medan Listrik Oleh Sebuah Muatan Titik.
Medan listrik dari sebuah muatan titik arahnya selalu menjauhi sebuah muatan
positif dan menuju sebuah muatan negatif.
Perhatikan gambar di bawah ini.

Garis gaya muatan listrik sejenis positif-positif Garis gaya muatan listrik sejenis
negatif-negatif Efek medan listrik suatu muatan sumber Q dapat ditinjau dengan
meletakkan suatumuatan uji q di sekitar medan listrik tersebut.Syarat muatan uji
adalah muatannya jauh lebih kecil agar muatan uji tidak mempengaruhi medan yang
akan diukur.Gambar berikut menunjukkan sebuah muatan titik Q yang akan dihitung
kuat medan listriknya. Untuk itu di titik yang berjarak r diletakkan muatan uji yang
besarnya.

83
2. Medan Listrik oleh Dua Muatan Titik
Perhatikan gambar berikut ini!

Gambar di atas menunjukkan sebuah titik P yang dipengaruhi oleh dua


muatan titik di kiri kanannya.Ada dua vektor medan listrik yang bekerja di titik
P. Pertama, vektor kuat medan listrik di titik P akibat muatan Q1 adalah E1 dan
kedua, yang diakibatkan oleh muatan Q2 adalah E2.E1 arahnya ke kanan, yaitu
menjauhi muatan Q1 yang bermuatan positif. Demikian juga E2 arahnya ke
kanan, yaitu menuju muatan Q2 yang bermuatan negatif.Jadi, ada dua vektor
kuat medan listrik di titik P, yaitu E1 dan E2 yang arahnyasama. Kuat medan
listrik total di titik P adalah resultan dari kedua vektor kuatmedan listrik
tersebut. Dirumuskan: EP = E1 + E2.
Keterangan:
EP = medan listrik total di titik P ( N/C)
E1 = medan listrik akibat muatan Q1 ( N/C)
E2 = medan listrik akibat muatan Q2 ( N/C).
3. Medan listrik oleh bola konduktor.
Rumus kuat medan listrik oleh bola konduktor yang bermuatan Q pada
jarak r dari pusat bola adalah
E =1/4πε0 Q/r2
Keterangan:
E = medan listrik bola konduktor ( N/C)
Q = muatan bola konduktor (C)
r = jarak titik dari pusat bola (m)
0 = permitivitas 8,85 x 10-12 (CN/m2)

84
Nilai ini sama dengan kuat medan listrik oleh muatan titik. Hal ini berarti
di luar bola konduktor, kuat medan listrik sama dengan yang disebabkan oleh
muatan titik karena semua muatan dianggap terkonsentrasi di pusat bola.
4. medan listrik pelat sejajar

E = medan listrik pelat sejajar ( N/C)


σ = rapat muatan per satuan luas (C/m2)
ε0 = permitivitas 8,85 x 10-12 (CN/m2)

85
CONTOH SOAL
1. Medan listrik yang dirasakan oleh muatan uji A terhadap muatan B sebesar 80 N/C. Jika jarak
kedua muatan tersebut adalah 3 cm, berapakah besar muatan B?
Jawab :
Diketahui:

E = 80 N/C

r = 3 cm = 3 x 10-2m
Ditanyakan; QB = …?
Penyelesaian:

E = k.Q/r2
80 = 9 x 109 . Q/(3 x 10-2)2
80 = 9 x 109 . Q/9 x 10-4
80 = 1 x 109+4 . Q
80 = 1 x 1012. Q
Q = 80/1 x 1012
Q = 80 x 10-12C

2. Dua buah titik A dan B berjarak 3 meter, masing-masing bermuatan listrik +4 x 10 -4 C dan -1 x
10-4 C. Titik C terletak di antara A dan B, berjarak 2 meter dari A dan bemuatan listrik +3 x 10-
5
C. hitung besar gaya elektrostatis pada muatan di C!

Jawab :

Pembahasan:

Diketahui:

qA = +4 x 10-4 C

qB = -1 x 10-4 C

86
qC = +3 x 10-5 C

rCA = 2 m

rBA = 3m

Ditanya: FC ?

Penyelesaian :

3. Dua muatan positif terpisah pada jarak 4 cm muatan mengalami gaya tolak-menolak sebesar
2N

Besar gaya yang timbul pada muatan jika sekarang jarak antar muatan menjadi 1 cm adalah ?

Jawab :
Kita bisa buat perbandingan dari rumus gaya listrik, karena hanya besar jarak saja yang
berubah

87
Besar gaya listrik pada jarak 1 cm adalah

4. Hitunglah intensitas medan listrik dari sebuah muatan titik 6 x 10-9C pada jarak 30 cm.
Jawab :
Diketahui:
Q = 6 x 10-9C
k = 9 x 109Nm2/C2
r = 30 cm = 30 x 10-2 m
Ditanyakan: E = …?
Penyelesaian :
E = k . Q/r2
E = 9 x 109 . 6 x 10-9/(30 x 10-2)2
E = 45/900 x 10-4
E = 45/0,9
E = 50 N/C
5. Sebuah muatan Q memiliki besar muatan listrik 9 x 10-6C. Berapakah besar medan listrik pada
jarak 3 cm dari muatan tersebut!
Jawab :
Diketahui:
Q = 9 x 10-6C
R = 3 cm = 3 x 10-2 m
K = 9 x 109 Nm2/C2
Ditanyakan: E = ….?
Penyelesaian :
E = k . Q/r2
E = 9 x 109 . 9 x 10-6 /(3 x 10-2)2
E = 81 x 103/9 x 10-4
E = 9 x 107 N/C

88
PERTEMUAN 12
Hukum Gauss

Hukum Gauss adalah hukum yang menghubungkan fluks total pada permukaan tertutup
dengan jumlah muatan yang dikandung oleh permukaan tersebut. Hukum gauss secara teoritis
berbunyi "fluks total yang melewati permukaan tertutup sebanding dengan muatan total yang
dilingkupi permukaan tertutup tersebut".
Hukum Gauss adalah metode yang sangat efektif untuk mencari kuat medan listrik di sekitar
muatan kontinu pada benda yang memiliki simetri. Namun, perlu diingat bahwa hukum Gauss
berlaku untuk semua jenis permukaan, baik simetri maupun tidak simetri.
Secara khusus untuk permukaan simetri maka penerapan hukum Gauss menghasilkan
persamaan medan listrik dalam bentuk yang mudah. Di mana akan menerapkan hukum Gauss
pada beberapa kasus. Sebelum menerapkan hukum Gauss, ada beberapa hal penting di dalam
hukum Gauss, yakni:
Fluks Listrik, yaitu perkalian skalar (perkalian titik) antara vektor kuat medan listrik dengan
vektor luar permukaan yang ditembus oleh medan. Fluks pada permukaan tertutup, yaitu fluks
yang terjadi karena adanya garis gaya yang keluar dari muatan positif.
1. Rumus Hukum Gauss
Ada rumus hukum Gauss yang sangat penting untuk kamu pelajari dan pahami. Berikut
penjelasannya:
Φ = E.A
Keterangan:
Φ: Fluks listrik (WB)
E: Kuat medan listrik (N/C)
A: Luas dari bidang medan listrik (m2)
Dimana, hukum Gauss ini dapat digunakan untuk menghitung kuat medan listrik pada
kasus-kasus tertentu yang bersifat simetri. Permukaan Gaussian di sekitar distribusi

89
muatan (baik muatan titik, muatan pada garis, muatan pada permukaan, ataupun
muatan pada volume) merupakan permukaan tertutup.

90
CONTOH SOAL
1. Medan listrik sebesar 3.500 N/C melewati suatu bidang persegi dengan panjang sisi 2 m.
Jika vektor medan listrik tersebut membentuk sudut 60o terhadap garis normal, besar
fluks listrik besar fluks listrik yang melalui permukaan bidang tersebut adalah… Nm2/C.
Jawab :
Besar fluks listrik bisa dicari dengan rumus → = E.A.cosθ
Luas permukaan pada soal diketahui A =22 = 4m2
Maka, = 3500 . 4 . cos 60°
= 7.000 Nm2/C
2. Sebuah bola kecil bermuatan listrik 10 μс berada di antara keping sejajar P dan Q dengan
muatan yang berbeda jenis dengan rapat muatan 1,77 x 10 -8 C/m2. Jika g = 10 m/s 2 dan
permitivitas udara adalah 8,85 x 10-12 C2 /Nm2, hitung massa bola tersebut!
Jawab :
Diketahui :
q=10 μ C = 10-5 C
σ= 1,77 x 10-8 C/m2
g= 10 m/s2
ε0 = 8,85 × 10-12 C2 /Nm 2
Sehingga didapatkan rumus :
F=W
q.E= m.g
m = 2 x 10-3 kg = 2 gram

3. Jika terdapat persegi dengan panjang sisi 20 cm, lalu bila sebuah medan listrik homogen
sebesar 200 N/C ditembakkan ke arahnya dengan arah yang tegak lurus bidang persegi
tersebut, berapa jumlah garis medan listrik yang menembus bidang persegi tersebut (fluks
listrik)?
Jawab :

91
Luas Persegi = 20 x 20 = 400 cm2 = 4 x 10-2 m2
Jumlah Garis yang menembus bidang
Φ = E. A
Φ = 200. 4 x 10-2 m
Φ = 8 weber
4. Sobat punya sebuah bidan lingkaran dengan jari-jari 7 cm. Jika ada kuat medan listrik
sebesar 200 N/C mengarah pada bidang tersebut dengan membentuk sudut 30 0 terhadap
bidang. Tentukan berapa fluks listrik tersebut?
Jawab :
Luas Bidang = Luas lingkaran = π r2 = 22/7 x 49 = 154 cm2 = 1,54 x 10-2 m2
Cos θ = Cos 60o
( θ = sudut yang dibentuk oleh E dan garis normal — lihat gambar sebelumnya –)
Φ = E. A.cos θ
Φ = 200. 1,54 x 10-2 . 0,5
Φ = 1,54 weber
5. Jika pusat sebuah bola berjari-jari 1 m terdapat muatan sebesar +2 μC, besar fluks listrik
yang keluar dari permukaan bola mendekati…
Jawab :
Fluks listrik yang keluar dari permukaan bola dapat dicari dengan menggunakan
Φ = ∮E•n dS = q/ε0 = +2 x 10-6 C/(8,85 x 10-12)
Φ = 2,26 x 105 Wb.

92
PERTEMUAN 13
Arus, Tegangan dan Potensial Listrik

Perbedaan arus, tegangan, dan daya listrik adalah sebagai berikut: Arus listrik: banyaknya
muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu pada suatu rangkaian. Satuan arus listik adalah
Ampere (A). Tegangan listrik: ukuran beda potensial antara dua titik dalam rangkaian listrik.

A. Arus Listrik
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian pada
satu waktu. Muatan listrik yang dimaksud di sini adalah elektron. Arus listrik terjadi
karena adanya aliran elektron dari kutub negatif ke kutub posisif. Pada konsepnya,
elektron bergerak dari negatif ke positif, sedangkan arus listrik bergerak dari positif ke
negatif? Kenapa demikian, Mari perhatikan gambar berikut:

Pada gambar di atas menunjukkan sumber tegangan listrik yang disambungkan ke


sebuah penghantar. Pada kutub positif penghantar, muatan negatif akan ditarik oleh
muatan positif pada sumber tegangan melewati ruang-ruang kosong (Hole). Hole
digambarkan dalam bentuk bulat tanpa tanda negatif "-". Sedangkan pada kutub negatif
penghantar, muatan akan terisi elektron baru dari sumber tegangan, sehingga elektron
pada penghantar juga terdorong untuk bergerak ke arah kutub posisitif.
Menurut aturan bahwa arus listrik mengalir dari positif ke negatif,sedangkan elektron
mengalir dari negatif ke positif. Kenapa bisa begitu? Karena sejatinya aturan berpatokan
bahwa elektron berpindah dari negatif ke positif meninggalkan hole dan mengisi hole
baru maka seolah-olah hole tersebut bergerak dari positif ke negatif.Arus listrik
merupakan satu dari tujuh satuan pokok dalam satuan internasional. Satuan
internasional untuk arus listrik adalah Ampere (A). Secara formal satuan Ampere
93
didefinisikan sebagai arus konstan

94
yang, bila dipertahankan, akan menghasilkan gaya sebesar 2 x 10 -7 Newton/meter di
antara dua penghantar lurus sejajar, dengan luas penampang yang dapat diabaikan,
berjarak 1 meter satu sama lain dalam ruang hampa udara.
Tidak semua bahan bisa menghantarkan elektron dengan baik. Kemampuan
penghantar mengalirkan elektron ditentukan oleh susunan atom dari bahan penghantar
tersebut. Bahan yang mempunyai kemampuan mengalirkan elektron dengan baik
disebut dengan konduktor seperi besi, tembaga, air sumur,dll. Sedangkan bahan yang
sulit untuk mengalirkan elektron disebut dengan isolator, misalnya plastik, kertas, air
murni (H2O), dll.

B. Tegangan Listrik
Tegangan listrik merupakan perbedaan potensial listrik antara dua titik pada suatu
penghantar atau rangkaian listrik. Beda potensial adalah perbedaan jumlah elektron
yang berada dalam suatu arus listrik. Di satu sisi sumber arus listrik terdapat elektron
yang bertumpuk sedangkan di sisi yang lain terdapat jumlah elektron yang sedikit. Hal ini
terjadi karena adanya gaya magnet yang memengaruhi materi tersebut. Dengan kata
lain, sumber tersebut menjadi bertegangan listrik. Tegangan listrik (disebut juga voltase)
identik dengan beda potensial.
Pada dasarnya, beda potensial (tegangan) inilah yang menyebabkan aliran elekron dari
potensial rendah (negatif) ke potensial tinggi (positif). Artinya adanya arus listrik
disebabkan karena adanya tegangan listrik pada dua titik (kutub positif dan kutub
negatif). Pada rangkain listik, bisa jadi setiap komponen listrik mempunyai beda
potensial yang berbeda tergantung hambatan komponen tersebut.

C. Potensial Listrik
Potensial listrik merupakan jumlah usaha yang akan diperlukan agar bisa
memindahkan unit muatan dari titik referensi ke titik tertentu di dalam lapangan tanpa
menghasilkan akselerasi. Titik referensi yang biasa digunakan adalah Bumi atau titik
tanpa batas, namun titik apapun dapat juga digunakan. Ada alat yang bisa digunakan
dalam mengukur potensial listrik ini, alat tersebut bernama Voltmeter. Alat akan
dipasang secara paralel untuk bisa mengetahui beda potensial antara 2 ujung.
Rumus yang digunakan

95
Untuk mencari potensial listrik, maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut ini.
V = W/Q
Dimana :
V = beda potensial listrik (satuan Volt, V)
W = energi listrik (satuan Joule, J)
Q = muatan listrik (satuan Coulomb, C)
Potensial listrik merupakan besarnya usaha yang diperlukan untuk memindahkan
muatan listrik positif sebesar 1 satuan dari tempat tak terhingga ke suatu titik tertentu.
Potensial listrik dapat pula diartikan sebagai energi potensial listrik per satuan muatan
penguji.

96
CONTOH SOAL
1. Muatan sebesar 4 Coulomb akan dipindahkan dari titik A ke B dengan usaha sebesar 10
Joule. Hitunglah beda potensial antara titik A dan B!
Jawab:
Diketahui :
Q=4C
W = 10 J
Ditanyakan :
V=…?
Jawab Penyelesaian :
V = W/Q
V = 10/ 4
V = 2,5 V
Jadi, beda potensial antara titik A dan B adalah sebesar 2,5 Volt.
2. Energi listrik yang diperlukan untuk memindahkan muatan 30 Coulomb antara dua buah titik
adalah 210 Joule. Berada beda potensial antara kedua titik itu?
Jawab :
Diketahui:
q = 30 C
W = 210 J
Penyelesaian :
V = W/q
= 210 Joule/30 Coulomb
= 70 Volt
Jadi, beda potensial atau tegangan antara kedua titik tersebut adalah 70 Volt.
3. Energi sebesar 30 joule digunakan untuk mengalirkan 6 coloumb muatan listrik. Berapa beda
potensial listrik sumber tegangan itu?
Jawab :

97
Diketahui:
W= 30 J
q=6C
Ditanyakan : v=...?
Penyelesaian :
V = W/q
V = 30 J/6C
V=5volt
4. Di dalam sebuah sumber listrik mengalir energi sebesar 4.200 Joule dan digunakan untuk
memindahkan muatan 70 Coulomb. Hitunglah beda potensial perpindahan muatan tersebut!
Jawab :
Diketahui :
W = 4.200 J
Q = 70 C
Ditanyakan :
V=…?
Penyelesaian :
V = W/Q
V = 4.200/70
V = 60 Volt.
Jadi besarnya beda potensial perpindahan muatan tersebut adalah sebesar 60 Volt
5. 4 buah muatan berada di titik sudut persegi ABCD seperti gambar dibawah ini.

98
Jika panjang rusuk persegi 10 cm tentukan potensial listrik di titik A.
Jawab :
Ubah terlebih dahulu semua satuan menjadi satuan SI yaitu:
QA = QC = + 10 x 10-6 C
QB = QD = – 5 x 10-6 C
s = 10 cm = 0,1 m
Selanjutnya kita hitung jarak keempat muatan ke titik A (rA = rB = rC = rD = r) dengan
cara:

Jadi potensial listrik dititik A sebagai berikut:

99
PERTEMUAN 14
Kapasitansi, Resistansi, dan Induktansi

Teori rangkaian listrik berasal dari hukum dasar fisika yang diperoleh Coulomb (1885), Ohm
(1827), Faraday (1831), dan Kirchoff (1857). Bilangan dalam kurung menyatakan tahun saat hukum
bersangkutan menyandang namanya untuk pertama kali dipublikasikan. Dalam rangkaian listrik ada 3
jenis hubungan dan terdapat tiga macam unsur rangkaian yang terlibat di dalamnya. Hubungan dan
macam ketiga rangkaian unsur tersebut adalah:
1. Rangkaian unsur yang memerlukan tegangan tukar dengan arus yang mengalir di
dalamnya. Konstanta pembanding disebut resistansi. Konstanta atau
parameterrangkaian tersebut terkait erat dengan penggunaan tenaga yang
menghasilkan panas dalam rangkian.
2. Rangkaian unsur yang membutuhkan tegangan tukar dengan turunan waktu atau
kecepatan perubahan arus yang mengalir di dalamnya. Konstanta pembanding disebut
induktansi. Parameter rangkaian tersebut erat kaitannya dengan rangkaian medan listrik.
3. Rangkaian unsur yang memerlukan arus sebanding dengan turunan tegangan waktu
diantara kutub-kutubnya. Pembanding konstanta disebut kapasitansi. Parameter
rangkaian tersebut erat kaitannya dengan rangkaian medan listrik.
Dalam mempelajari rangkaian listrik perlu mengenal elemen resistor, induktor, beli. Apabila
unsur-unsur tersebut sudah diketahui, maka baru dipelajari hubungan antara tegangan dan arus
dalam rangkaian unsur.

1. Resistansi
Resistansi (dalam hukum Ohm ditulis dengan simbol R) adalah tahanan dari suatu
bahan konduktor untuk menghambat aliran arus listrik. Setiap logam yang digunakan
sebagai penghantar mempunyai karakteristik hambatan yang berbeda. Dalam suatu
sirkuit, arus listrik dari power suplay tidak sepenuhnya dapat digunakan secara bebas.
Terkadang arus listrik tersebut harus di hambat untuk memperoleh efek tertentu pada
sirkuit. Dalam suatu hambatan atom-atom nya akan bertumbukan dengan elektron-
elektron sehingga
10
laju dan kecepatan elektron menjadi berkurang. Karena kuat arus biasanya di hitung
berdasarkan banyak dan kecepatan elektronnya, maka ketika jumlah elekron dan
kecepatannya berkurang otomatis berkurang pula kekuatan arus yang mengalir dalam
suatu hambatan.
Elemen rangkaian listrik yang berupa resistor disebut juga resistansi atau hambatan
yang memiliki sifat hambatan arus listrik yang lewat. Koneksi yang melalui elemen
adalah berbanding langsung dengan arus yang mengalir melalui elemen tersebut dan
dapat dituliskan:

U=I.R
Dengan pengertian:
U = tegangan dalam satuan Volt
I = arus yang mengalir dalam satuan Ampere
R = Resistansi elemen dalam satuan Ohm

Besarnya daya yang disisipkan oleh resistensi adalah:

Resistansi (dalam hukum Ohm ditulis dengan simbol R) adalah tahanan dari
suatu bahan konduktor untuk menghambat aliran arus listrik. Setiap logam yang
digunakan sebagai penghantar mempunyai karakteristik hambatan yang berbeda.
Dalam suatu sirkuit, arus listrik dari power suplay tidak sepenuhnya dapat digunakan
secara bebas. Terkadang arus listrik tersebut harus di hambat untuk memperoleh efek
tertentu pada sirkuit. Dalam suatu hambatan atom-atom nya akan bertumbukan
dengan elektron-elektron sehingga laju dan kecepatan elektron menjadi berkurang.
Karena kuat arus biasanya di hitung berdasarkan banyak dan kecepatan elektronnya,

10
maka ketika jumlah elekron dan kecepatannya berkurang otomatis berkurang pula
kekuatan arus yang mengalir dalam suatu hambatan.
Setiap Konduktor mempunyai hambatan. Ketebalan suatu konduktor
menentukan besar-kecilnya hambatan yang dimilikinya. Konduktor yang tebal memiliki
hambatan yang kecil. Kawat yang tebal mempunyai penampang lintang yang lebih
lebar, sehingga mengandung lebih banyak elektron. Sebaliknya, konduktor yang
panjang, memiliki hambatan yang besar. Ini dikarenakan semakin panjang suatu
konduktor semakin banyak pula atom-atom yang akan menghadang gerak elektron
bebasnya sehingga arus listrik yang dialirkan akan berkurang.
Alat yang digunakan untuk menghambat arus listrik disebut resistor. Resistor
adalah komponen didalam sirkuit listrik yang berfungsi untuk menahan arus dalam
jumlah tertentu. Satuan hambatan atau resistensi dinyatakan dengan Ohm. Angka
hambatan dalam sirkuit listrik adalah ketika tegangan membuat arus mengalir artinya
hambatan adalah hasil dari tegangan dibagi arus.
Resistan tidak dapat menyimpan energi panas tetapi hanya bisa menghasilkan
panas , contohnya : heater, setrika, lampu pijar. Yang menyimpan panas hanyalah
ironnya atau elemen.
Besar tahanan pada suatu konduktor dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
: Luas penampang
Panjang penghantar
Jenis bahan
Temperatur
Jadi Luas penampang dan panjang konduktor yang sama, nilai tahanannya bisa
berbeda jika bahan dan tahanan jenisnya berbeda. Berikut adalah tabel yang
menjelaskan tentang tahanan dan satuannya.

10
2. Kapasitansi
Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat
menampung muatan elektron untuk level tegangan tertentu. Dengan rumus dapat ditulis :

Q = CV
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)
• Dari rumus tersebut dapat diturunkan rumus kapasitansi kapasitor, yaitu :
C = Q/V
Kapasitansi dapat menyimpan energi medan listrik dari celah suatu komponen
kekomponen lain. Simbol (C) satuannya farad (F)
Kapasitor adalah komponen elektronika yang mempunyai kemampuan menyimpan
electron-elektron selama waktu yang tidak tertentu. Kapasitor berbeda dengan
akumulator dalam menyimpan muatan listrik terutama tidak terjadi perubahan kimia
pada bahan kapasitor, besarnya kapasitansi dari sebuah kapasitor dinyatakan dalam
farad. Pengertian lain Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan
dan melepaskan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal
yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal
misalnya udara vakum, keramik, gelas, elektrolit dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal
diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu
kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul
pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup
negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena
terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini “tersimpan”
selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Kemampuan untuk menyimpan
muatan listrik pada kapasitor disebuat dengan kapasitansi atau kapasitas.
Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat
menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb =
6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah
kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat
10
memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis : Q = CV
Dimana :

Q = muatan elektron dalam C (coulombs)


C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)
Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas
area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k)
bahan dielektrik. Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut :
C = (8.85 x 10-12) (k A/t)
Jenis-jenis kapasitor sesuai bahan dan konstruksinya. Kapasitor seperti juga
resistor nilai kapasitansinya ada yang dibuat tetap dan ada yang variabel. Kapasitor
dielektrikum udara, kapasitansinya berubah dari nilai maksimum ke minimum. Kapasitor
variabel sering kita jumpai pada rangkaian pesawat penerima radio dibagian penala dan
osilator. Agar perubahan kapasitansi di dua bagian tersebut serempak maka digunakan
kapasitor variabel ganda. Kapasitor variabel ganda adalah dua buah kapasitor variabel
dengan satu pemutar. Berdasarkan dielektrikumnya kapasitor dibagi menjadi beberapa
jenis, antara lain: kapasitor keramik kapasitor film kapasitor elektrolit kapasitor tantalum
kapasitor kertas Perdasarkan polaritas kutup pada elektroda kapsitor dapat dibedakan
dalam 2 jenis yaitu : Kapasitor Non-Polar, kapasitor yang tidak memiliki polaritas pada
kedua elektroda dan tidak perlu dibedakan kaki elektrodanya dalam pesangannya pada
rangkaian elektronika. Kapasitor Bi-Polar, yaitu kapasitor yang memiliki polaritas positif
dan negatif pada elektrodanya, sehingga perlu diperhatikan pesangannya pada rangkaian
elektronika dan tidak boleh terbalik. Kapasitor elektrolit dan kapasitor tantalum adalah
kapasitor yang mempunyai kutub atau polar, sering disebut juga dengan nama kapasitor
polar. Kapasitor film terdiri dari beberapa jenis yaitu polyester film, poly propylene film
atau polysterene film.
Elemen rangkaian listrik yang berupa bantalan disebut kapasitansi mempunyai
sifat mempercepat arus listik yang lewat padanya serta menggeser tegangan tersebut
terhadap arus yang melewatinya. Pada listrik DC hanya berfungsi saat dihubungkan ke
sumber, kemudian tidak berfungsi lagi, tetapi dalam listrik AC akan berfungsi terus

10
menerus selama

10
masih terhubung dengan sumber. Kapasitansi didefinisikan sebagai pembanding
konstanta yang berlaku pada persamaan arus dalam dua plat konduktor paralel dengan
isolator pemisah seperti ditunjukkan pada persamaan berikut ini:

Dengan pengertian:

I=arus yang mengalir dalam satuan Ampere


U=tegangan dalam satuan Volt
T=waktu dalam satuan detik
C=kapasitansi dalam satuan Farad
Besarnya daya yang diserap oleh kapasitansi adalah pertambahan tegangan dan
arus.

3. Induktansi
Induktansi adalah sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan timbulnya
potensial listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir pada rangkaian
tersebut, sifat ini disebut sebagai induktasi sendiri. Sedang apabila potensial listrik dalam
suatu rangkaian ditimbulkan oleh perubahan arus dari rangkaian lain disebut sebagai
induktansi bersama. Satuan induktansi dalam satuan internasional adalah weber per
ampere atau dikenal pula sebagai henry (H).
Induktansi muncul karena adanya medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik
(dijelaskan oleh hukum ampere). Supaya suatu rangkaian elektronika mempunyai nilai
induktansi, sebuah komponen bernama induktor digunakan di dalam rangkaian
tersebut,

10
induktor umumnya berupa kumparan kabel/tembaga untuk memusatkan medan
magnet dan memanfaatkan GGL yang dihasilkannya.
Induktansi dapat menghasilkan atau menyimpan energi medan magnet. Satuan
amper/lilitan (weber)
a. Induktansi Diri (Self Inductance)
Emf yang terjadi akan menghasilkan arus yang menentang setiap
perubahan fluks magnetik, penentangan ini disebut dengan induktansi diri (self
inductance). Pernyataan ini sesuai hukum lenz yang dikemukan oleh Heinrich
Friedrich Lenz (1804 – 1865). Besaran satuan nilai induktansi dinyatakan dalam
Henry (H), sebuah induktor dikatakan memiliki nilai induktansi sebesar 1H, jika
perubahan arus yang mengaliri pada rating 1ampere/detik menginduksi tegangan
1volt didalamnya. Definisi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
L = 1.H = 1.V.(di/dt) = 1.V/(ampere/detik)
Semakin banyak jumlah lilitan dalam sebuah induktur maka semakin
bertambah juga nilai induktansinya. Besarnya nilai induktansi terhadap jumlah
lilitan pada suatu induktor dapat dihitung dengan rumus:
L = N x (φ/I)
Dimana:
L = induktansi (H)
N = jumlah lilitan
φ = fluks magnetik (Weber/Wb)
I = arus (A)
Koefesiensi induktansi diri sebuah induktor tergantung dari konstruksinya
seperti : jumlah lilitan kawat, jarak antar lilitan, besar inti pusat dll. Oleh karena
untuk mendapatkan induktor dengan koefesiensi induksi diri yang sangat tinggi
bisa dengan menggunakan kore ( pusat inti) dengan permeabilitas tinggi, dan
merubah jumlah lilitan, sehingga fluks magnetik yang dihasilkan dapat dihitung
dengan rumus:
Φ=BxA
Dimana :

10
φ = besar magnetik fluks (Wb)
B = kerapatan fluks
A = luas area (m²)
Jika sebuah induktor dapat diketahui jumlah lilitan (N), maka induksi
magnetik/kerapatan fluks(B) dalam inti, dapat diketahui dengan rumus :
B = µo x H = N x (I/l)
Untuk menggabungkan pernyataan rumus persamaan diatas maka untuk
mengetahui nilai induktansi sebuah induktor dapat diketahui dengan uraian rumus:
L = N x (φ /I) = N x ((BxA)/I) = (µo x N x I)/(l x I)
Dan pengelompokan dari peryataan diatas, maka nilai induktansi dari
sebuah induktor dapat sederhanakan dengan rumus persamaan akhir sebagai
berikut:

Dimana:
L = induktansii (H)
N = jumlah lilitan
µo = panjang Permeabilitas (4.π.10-7)
l = panjang koil dalam meter
Induktansi dari koil / kumparan disebabkan dari fluks magnet yang terjadi disekitarnya.
Semakin kuat fluks magnet maka induktansi yang dihasilkan akan semakin besar. Untuk
menaikan nilai induktansi dari koil/kumparan kita dapat menambah jumlah lilitan kawat,
atau menambah ukuran diameter atau panjang dari kore inti (inti pusat) dan juga
dengan cara mengganti kore inti (inti pusat) dengan bahan feromagnetik seperti dengan
bahan besi lunak atau jenis ferit.

10
Bahan feromagnetik seperti besi lunak, kobalt atau jenis nikel dll. Yang digunakan
sebagai kore inti (inti pusat) akan meanikan nilai induktansi dari koil. Ini karena dengan
garis-garis gaya yang dihasilkan dari bahan konsentrat feromagnetik lebih kuat.
Sebagai contoh; jika bahan inti permeabilitas 1000 kali lebih besar dari ruang bebas
seperti besi lunak atau baja, maka induktansi yang dihasilkan akan 1000 kali lebih besar.
Sehingga dapat dikatakan induktansi dari koil akan meningkat secara proposional
sebagai permeabilitas dari bahan inti.
Elemen rangkaian listrik yang berupa induktor disebut juga induktansi mempunyai sifat
menghambat arus listrik yang melalui bahan tersebut serta menuduh timbulnya arus
terhadap tegangan yang terpasang. Pada listrik DC berfungsi saat dihubungkan ke
sumber, setelah terhubung tidak berfungsi lagi, tetapi dalam arus listrik AC akan
berfungsi terus menerus selama masih terhubung dengan sumber. Induktansi
didefinisikan sebagai pembanding konstanta yang berlaku pada pengurangan tegangan
dalam kumparan konduktor seperti yang ditunjukkan ada persamaan:

Dengan pengertian:
I=arus yang mengalir dalam satuan Ampere
U=tegangan dalam satuan Volt
T=waktu dalam satuan detik
L=induktansi dalam satuan Henry
Besarnya daya yang diserap oleh induktansi adalah pertambahan tegangan dan
arus.

10
CONTOH SOAL
1. Jika suatu Hambatan X di hubungkan pada sebuah sumber tegangan sebesar 15 Volt, maka
arus yang terbaca oleh amperameter adalah 5 A. Sedangkan, jika suatu Hambatan Y
dihubungkan pada sumber tegangan sebesar 20 Volt, maka arus yang terbaca adalah 2 A.
Tentukan besar perbandingan Hambatan X : Y ?
Jawab :
Diketahui:
Hambatan X :
Vx = 15 V
Ix = 3 A
Hambatan Y:
Vy = 20 V
Iy = 2 A
Ditanya : Hambatan X : Y =....?
Pembahasan :
Mencari Besar Hambatan X
Rx = Vx / Ix
Rx = (15 V) / ( 3 A) = 5 Ohm
Mencari Besar Hambatan Y
Ry = Vy / Iy
Ry = (20 V) / (2 A) = 10 Ohm
Maka Besar Perbandingan Hambatan X : Y adalah
Rx : Ry = 5 : 10, atau
Rx : Ry = 1 : 2
Jadi besar perbandingan Hambatan X:Y adalah 1:2

2. Terdapat sebuah Kapasitor dengan mempunyai besaran kapasitas sebesar 0.8 μF yang
dimuati oleh sebuah Baterai berkapasitas 20 Volt. Maka berapakah Muatan yg tersimpan
didalam Kapasitor tersebut ?

11
Jawab :

Diketahui :

C = 0.8 μF sama dengan 8 x 10-7 F

V = 20 Volt (V)

Ditanya :

Berapakah nilah Q ?

Penyelesaian:

C = Q / V sehingga Q = C x V

Q = 8 x 10-7 x 20

Q = 1.6 x 10-5 coulomb

Jadi jawabannya adalah 1.6 x 10-5 coulomb.

3. Suatu hambatan listrik dialiri oleh arus sebesar 3 A. Jika beda potensial pada kedua ujung
penghambat listrik adalah 9 Volt. Tentukan besar nilai Hambatan Listrik Tersebut?
Jawab :
Diketahui:
I=3A
V = 9 Volt
Ditanya : Hambatan Listrik (R) =...?
Penyelesaian :
Gunakan Hukum Ohm
V = I.R
R = V/I
R = (9 Volt) / (3 A)
R = 3 Ohm.
Jadi, besar hambatan listrik adalah 3 Ohm

11
4. Suatu induktor 100mH, dialiri arus yang berubah bergantung waktu dengan persamaan I =
t(1-4t), I dalam A, dan t dalam sekon. Besarnya GGL induktansi yang timbul pada ujung-
ujung inductor saat t = 2 sekon adalah…
Jawab:
Diketahui :
L = 100 mH = 0,1 H
I = t(1-4t) = t – 4t2
t=2
Penyelesaian
ε = -L di/dt
ε = -0,1 H d(t-4t2)/dt
ε = -0,1 x (1-8t)
ε (t=2) = -0,1 x (1-8.2)
ε = (t=2) = -0,1 x (-15) = 1,5 volt
5. Sebuah kumparan memiliki induktansi diri sebesar 500 mH. Apabila pada kumparan
tersebut terdapat perubahan arus listrik dari 500 mA menjadi 100 mA dengan waktu 0,01
second. Berapa gaya gerak listrik yang terjadi pada setiap ujung kumparan tersebut…
Jawab :
Diketahui:
L = 500 mH = 0,5 H
Δi = 100 mA – 500 mA = – 400 mA = – 0,4 A
Δt = 0,01 detik
Penyelesaian :

11
PERTEMUAN 15
Rangkaian RLC dan Hukum Kirchhoff

A. Rangkaian RLC

Rangkaian RLC adalah jenis rangkaian yang menggunakan komponen penyusun berupa
kapasitor, induktor, dan juga resistor. Baik dihubungkan secara seri maupun paralel, ketiga
komponen utama tersebut harus ada pada sebuah instalasi RLC. Jadi pada rangkaian ini, baik
kapasitor, induktor maupun resistor akan digabungkan menjadi satu dalam sebuah instalasi.
Gabungan dari ketiga rangkaian tersebut disebut sebagai impedansi (Z) dan dilambangkan
dengan satuan Ohm. Pada perangkat elektronik, penerapan rangkaian RLC terbilah jauh lebih
kompleks. Oleh karenanya, rangkaian tersebut dapat membentuk isolator harmonik serta
dapat beresonansi dengan rangkaian RLC.
1. Fungsi Rangkaian RLC
Rangkaian RLC sering diaplikasikan untuk berbagai kebutuhan sehari – hari
meskipun mungkin kita tidak menyadarinya. Berikut beberapa fungsi dari rangkaian
RLC berserta dengan pengaplikasiannya.
1. RLC digunakan dalam rangkaian osilator. Yaitu untuk menyalakan TV,
menerima gelombang radio dan fungsi lainnya.
2. Rangkaian ini juga dapat digunakan untuk sistem komunikasi maupun
pemrosesan sinyal, terutama untuk jenis rangkaian RLC seri.
3. RLC juga digunakan untuk menyediakan pembesaran tegangan, terutama
untuk jenis rangkaian RLC seri.

11
4. Rangkaian RLC seri dan paralel juga sering diaplikasikan dalam proses
pemanasan induksi dan lain sebagainya.
2. Karakteristik Rangkaian RLC
Penggunaan RLC memang banyak diaplikasikan pada berbagai perangkat
elektronik. Bahkan pada perangkat elektronik yang umumnya mudah ditemui
sehari- hari. Misalnya saja penggunaan RLC pada TV, radio, dan lain sebagainya.
Dimana pada rangkaian di dalamnya umumnya memiliki kapasitor, induktor dan
juga resistor sebagai bagian dari komponennya.
Seperti yang diketahui, rangkaian RLC ini memang terdiri dari gabungan antara
resistor, kapasitor dan juga induktor. Oleh karenanya, karakteristik dari rangkaian
tersebut juga mengikuti sifat-sifat dari komponen penyusunnya.
1. Karakteristik Resistor
Resistor mempunyai karakteristik utama berupa daya listrik, daya
induktansi, desah listrik, koefisien suhu. Selain itu bias juga resistensinya
yang diboroskan.
2. Karakteristik Kapasitor
Kapasitor merupakan salah satu komponen elektronika yang terbuat dari
2 plat metal yang dipisahkan. Proses pemisahannya sendiri yakni
menggunakan bahan dielektrik. Karakteristiknya yaitu dapat digunakan
dalam proses penyimpanan muatan yang terdapat pada medan listrik
tertentu. Pada kapasitor, medan listrik ini didapatkan dari proses
mengumpulkan muatan yang berasal dari ketidakseimbangan internal yang
ada di dalam rangkaian tersebut.
3. Karakteristik Induktor
Induktor merupakan komponen listrik yang berbentuk kumparan atau
lilitan. Jadi, karakteristik komponen ini adalah untuk menyimpan medan
magnet dan melawan fluktuasi arus yang melewatinya.

11
3. Jenis-Jenis Rangkaian RLC
Berdasarkan jenisnya, rangkaian RLC dibedakan menjadi dua macam, yakni
rangkaian RLC seri dan paralel. Apa perbedaan dari keduanya? Simak selengkapnya
berikut ini.
1. Rangkaian RLC Seri

Khusus pada rangkaian RLC seri, komponen penyusun seperti kapasitor,


resistor maupun induktor akan disusun atau dihubungkan secara seri juga.
Jenis arus yang digunakan pada rangkaian seri adalah jenis arus bolak-balik
(AC).
Untuk mengetahui analisis yang terjadi pada rangkaian RLC seri, Anda
dapat melihatnya fmulai dari ketika arus masuk ke resistor, induktor, hingga
kapasitor. Simak pembahasan mengenai proses tersebut di bawah ini.
1. Arus AC Ketika Masuk Resistor
Arus yang masuk pada resistor akan mempunyai jumlah
tegangan yang sama dengan arus yang keluar. Dengan begitu, jika
arus yang masuk bernilai besar, maka demikian pula dengan arus
yang keluar juga sama besarnya (sefase). Untuk menggambarkan
kondisi tersebut, dapat dilihat dari persamaan berikut ini :
VR = IR
2. Arus AC Pada Induktor
Ketika arus AC masuk pada induktor, maka nilainya akan terus
berubah-ubah atau tidak menentu. Untuk menggambarkan nilai

11
tegangan pada induksi VL, dapat diilustrasikan dengan persamaan
berikut :
VL=L dl/dt
3. Arus AC Pada Kapasitor
Tegangan AC yang terdapat pada kapasitor umumnya akan
semain naik perlahan. Jadi, apabila arus masuk ke dalam rangkaian
maka akan muncul tegangan yang nilainya adalah Vc. Bila
diilustrasikan dalam rumus adalah sebagai berikut :
Vc =1/C integral (Icdt)
Sedangkan pada rangkaian seri RLC, jumlah tegangan arus yang ada
pada resistor umumnya mempunyai kesamaan. Terutama sama antara fasa
yang dimiliki dengan tegangan yang terdapat pada komponen induktor.
Yakni mendahului sejauh 90 derajat, demikian pula dengan kapasitor yang
didahului sebanyak 90 derajat.
Untuk mengetahui lebih banyak mengenai impedansi rangkaian RLC,
simak gambar diagram fasor rangkaian RLC di bawah ini :

Adapun untuk tingkat persamaan yang digunakan pada tegangan seri


yakni seperti berikut :

11
2. Rangkaian RLC Paralel

Pada rangkaian RLC paralel terdapat juga tiga komponen utama sebagai
penyusunnya. Ketiganya yakni indikator maupun kapasitor yang mana akan
dihubungkan dengan susunan dari rangkaian paralel. Jadi, pada rangkaian
tersebut tegangan supply akan dibagi menjadi 3. Yakni masing-masing
mengarah pada kapasitor, indikator ataupun resistor.
Tegangan yang terdapat pada masing-masing komponen, mulai dari
kapasitor, induktor, maupun resistor ini memiliki nilai yang berbeda. Jadi,
untuk dapat menemukan impedansi yang terdapat pada RLC paralel, dapat
menggunakan rumus berikut ini :
Untuk mengetahui grafik rangkaian RLC, berikut diagram fasor yang
sering digunakan untuk jenis rangkaian tersebut :

11
B. Hukum Kirchhoff

Hukum Kirchhoff dikemukakan pada tahun 1845 oleh seorang fisikawan sekaligus ahli
kimia asal Rusia yang bernama Gustav Robert Kirchhoff. Hukum Kirchhoff adalah dua
pernyataan (aturan) yang menjelaskan tentang rangkaian listrik tertutup.
1. Hukum Kirchhoff I
Hukum I Kirchhoff menyatakan tentang kekekalan muatan listrik. Dilansir dari
Encyclopedia Britannica, muatan listrik adalah kekal karena tidak tiba-tiba muncul
atau menghilang dan juga tidak menumpuk di satu titik dan berkurang di titik
lainnya. Hal ini dapat diterapkan dalam rangkaian listrik tertutup yang memiliki
persimpangan atau titik cabang. Adapun, muatan listrik yang mengalir disebut
sebagai arus listrik. Sehingga, bunyi Hukum I Kirchhoff adalah “Jumlah arus listrik
yang masuk ke suatu titik cabang dalam rangkaian listrik tertutup, akan sama
dengan
jumlah arus listrik yang keluar dari titik cabang tersebut”.
Sederhanya, arus yang masuk dan keluar suatu persimpangan (titik cabang)
adalah sama. Hukum I Kirchhoff dapat dituliskan dalam rumus:

Dengan :
I masuk: kuat arus yang masuk ke percabangan (A)
I keluar: kuat arus yang keluar dari percabangan (A)

11
2. Hukum Kirchhoff II
Jika Hukum I Kirchhoff menerangkan tentang arus, Hukum II Kirchhoff
menerangkan tentang tegangan listrik dalam rangkaian tertutup. Hukum II Kirchhoff
berbunyi “Jumlah aljabar dari beda tegangan (beda potensial listrik) suatu
rangkaian tertutup sama dengan nol. Di mana tegangan awal dan akhir rangkaian
tersebut adalah sama”.
Dilansir dari Physics LibreTexts, hal tersebut berarti jumlah gaya gerak listrik
(ggl) dalam rangkaian (loop) tertutup sama dengan jumlah penurunan potensial
dalam loop tersebut (mungkin karena keberadaan resistor). Sehingga, Hukum II
Kirchhoff dapat dituliskan dalam rumus:

Dengan :
∑ε: jumlah gaya gerak listrik (ggl) sumber arus (V)
∑IR: jumlah penurunan tegangan (V)
I: kuat arus listrik (A)
R: hambatan atau resistansi (?)
Adapun, Hukum II Kirchhoff terbatas pada rangkaian tertutup yang tetap atau
tidak berubah-ubah.

11
CONTOH SOAL
1. Jika sebuah instalasi RLC memiliki komponen induktor dengan nilai 10-3 H dan frekuensi
resonansi sebesar 1000 Hz. Kemudian rangkaian tersebut mengasumsikan nilai sebesar π2=10.
Dari keterangan tersebut, kira – kira berapakah nilai resonansinya?
Jawab :
Diketahui:
L = 10-3 H
F = 1000 HZ
Ditanya : Maka nilai C adalah?
Penyelesaian :
F = ½ π akar (LC)
F2 = ¼ π2 LC
C = ¼ π2 L f2
C= ½ 10 10-3
C = ¼ 10 10-3 10002
C = 0,25 10-4 F
C = 20 µF
2. Diketahui, kuat arus sebuah rangkaian sebagai berikut.

Tentukan bentuk matematis yang tepat dari gambar tersebut!


Jawab :

12
Menggunakan konsep Hukum Kirchhoff 1

I1+ I2 = I3 + I4 + I5

Jadi, bentuk matematis yang benar dari gambar tersebut adalah I1+ I2 = I3 + I4
+ I5

3. Perhatikan gambar berikut.

Tentukan arus maksimum dan sifat rangkaian tersebut!

Jawab :

Diketahui:

Ditanya: Arus maksimum dan sifat rangkaian =…?

Penyelesaian :

Untuk mencari arus maksimum dan sifat rangkaian, Quipperian harus mencari hambatan

induktor, kapasitor, dan resistornya.


119
Hambatan induktor

Hambatan kapasitor

Impedansi

Arus maksimum

Oleh karena XL < XC, maka rangkaian pada soal tersebut bersifat kapasitif.

Jadi, arus maksimum yang mengalir dan sifat rangkaiannya berturut-turut adalah 12 A dan

bersifat kapasitif.

12
4. Rangkaian RLC dihubungkan dengan tegangan arus bolak-balik. Jika induktansi pada rangkaian

10-3 H dan frekuensi resonansinya 1.000 Hz, tentukan kapasitansinya dengan menganggap

π2 = 10!

Jawab :

Diketahui:

L = 10-3 H

f = 1.000 Hz

Ditanya: C =…?

Pembahasan:

Untuk mencari kapasitansi, gunakan rumus resonansi.

5. Pada contoh rangkaian sederhana dalam gambar sebelumnya, kuat arus yang mengalir pada
I1=20 Ampere, I2=4 Ampere dan I4=8 Ampere. Tentukan nilai I3.
Jawab :
Diketahui :
I1 = 20 Ampere
I2 = 4 Ampere
I4 = 8 Ampere

12
Ditanyakan: I3 =… ?
Penyelesaian :
Berdasarkan data-data yang terdapat pada soal no. 1 dapat diselesaikan
dengan hukum Kirchoff 1 yakni,
ΣI masuk = ΣI keluar
I1 = I2 + I3 + I4
20 = 4 + I3 + 8
20 = 12 +I3
I3 = 20-12= 8 Ampere
Maka didapatkan besar kuat arus pada I3 adalah 8 Ampere.

12

Anda mungkin juga menyukai