Anda di halaman 1dari 70

BAB I

SISTEM PENGUKURAN

 Satuan
Hukum-hukum fisika menyatakan hubungan antara besaran-besaran
fisik seperti panjang, waktu, gaya, energi, dan suhu. Pengukuran setiap
besaran fisik mencakup perbandingan besaran tersebut dengan beberapa nilai
satuan besaran tersebut. Semua besaran fisik dapat dinyatakan dalam
beberapa satuan-satuan pokok. Sistem satuan yang digunakan secara
universal dalam masyarakat ilmiah adalah “Sistem Internasional (SI) 0”.
Dalam SI, standar satuan untuk panjang adalah meter , standar satuan untuk
waktu adalah sekon, dan standar satuan untuk massa adalah kilogram.
Besaran adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai dan dapat dinyatakan
dengan angka. Satuan adalah patokan untuk memberikan arti dari sebuah
besaran.
 Besaran terbagi atas Besaran Pokok dan Besaran Turunan.
 Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih
dahulu.
Besaran Pokok Satuan SI
No.
Nama Besaran Nama Satuan Simbol
1. Massa Kilogram Kg
2. Panjang Meter m
3. Waktu Sekon S
4. Muatan listrik Coulomb C
5. Suhu Kelvin K
6. Jumlah zat Mol/mole Mol
7. Intensitas cahaya Kandela Col

 Besaran Turunan adalah kombinasi dari besaran pokok atau besaran yang
diturunkan dari Besaran Pokok.
No. Besaran Pokok Satuan SI
Nama Besaran Nama Satuan Simbol
1. Luas A meter persegi m2
2. Volume V meter kubuk m3
s
3. Kecepatan V¿ meter per sekon m/s
t
F
4. Tekanan ρ= Newton per meter persegi N/m2
A
5. Gaya F = m.a Kilogram per meter kuadrat = Newton N
Usaha W = F.s Kilogram meter kuadrat per sekon kg . m 2
6. J=
kuadrat = Joule s2
7. Besar w = m.g Newton N
w
8. Daya P = Joule per sekon = watt J/s
t
m
9. Massa jenis ρ= Kilogram per meter kubik Kg/m3
v

Sistem Satuan Internal


Terdapat beberapa sistem satuan di fisika, yaitu : MKS
CGS (Sistem Metrik)
FPS (Sistem Inggris)
“Perbedaan Sistem MKS, CGS & FPS”
N Satuan yang Digunakan
Besaran Fisika
o. MKS CGS FPS
1 Panjang Meter Centimeter Kaki
2 Massa Kilogram Gram Pon
3 Waktu Sekon Sekon Sekon

Catatan :
1m = 39,37 inchi
1 inchi = 2,54 cm
1 kaki = 12 inchi
1 kaki = 0,3048 m
Karena satuan merupakan acuan/standar dari suatu besaran fisika maka satuan
harus memenuhi aturan sbb :
1. Mempunyai nilai tetap
2. Bersifat Internasional
3. Mudah ditiru dan dapat dikonversi ke dalam sistem satuan lain.
Awalan-awalan untuk Pangkat dari 10
Kelipatan Awalan Singkatan
1018 eksa E
15
10 peta P
12
10 tera T
109 giga G
106 mega M
103 kilo k
2
10 hekto (+) h
101 deka (+) da
10-1 desi (+) d
-1
10 senti (+) c
10-3 mili m
10-6 mikro µ
10-9 nano n
12
10- piko p
10-15 femto f
18
10- atto a
“Sistem SI menggunakan awalan untuk menyatakan bilangan decimal (kelipatan
sepuluh) sebelum satuan yang digunakan. Sebagai contoh 0,003 meter dapat
dinyatakan menjadi 3 milimeter”
Contoh : Tentukan awalan satuan untuk nilai besaran berikut ini!
a. 80.000.000 m = 80 x 106 m
= 80 Mm
b. 0,00025 g = 250 x 10-6 g
= 250 µ g

 Konversi Satuan
Konversi satuan adalah persamaan dari satuan yang satu ke satuan yang lain.
a) Konversi satuan panjang
1m = 39,37 inchi
1 inchi = 2,54 cm
1 kaki = 0,3048 m
12 inchi = 1 kaki
3 kaki = 1 yard
1 yard = 0,9144 m
3,281 kaki =1m
1 mil = 1,609 km
1 mil = 5280 kaki
1 Angstrom (0A) = 10-10 m

b) Konversi satuan energi


1 Joule = 1 kg m2/s2
1 Joule = 1,24 kalori
1 kalori = 4,186 Joule
1 ev = 1,6 x 10-19 Joule
1 KWh = 3,6 x 106 Joule
1 Joule = 107 erg

c) Konversi satuan daya


1 watt = 1 J.s = 1 kg m2/s2
1 horse power (hp) = 0,764 KW

d) Konversi satuan gaya


1N = 10s Dyne
1 lb = 4,448 N
1 dyne = 2,248 x 10-6 lb
1 kg F = 9,807 N

e) Konversi satuan luas


1 ha = 100 are
1 are = 100 m2
1 inchi2 = 6,452 cm2

f) Konversi satuan volume


1 barel = 42 galon
1 galon = 3,785 liter
1 dm3 = 1 liter

g) Konversi satuan kecepatan


1 mil/jam = 1,61 km/jam
1 km/jam = 0,278 m/s
1 knot = 1,852 km/jam
1 m/s = 100 cm/s

h) Konversi satuan massa


1 kg = 1000 gram
1 ton = 1000 kg
1 slug = 14,59 kg
1 kg = 10 ons
i) Konversi satuan tekanan
1 atm = 1,013 x 10s
= 76 cmHg
= 1,013 bar
1 bar = 10s N/m2
1 N/m2 = 1 Pa (Pascal)
1 psi = 1 lb/m2
1 psi = 6895 Pa
1 psi = 68,95 x 10-3 Pa
1 psi = 106 dyne/cm2

Contoh soal :
Berapakah 65 mil/jam dinyatakan dalam meter per sekon?
65 mil/jam = 65 x 1,61 = 104,65 km/jam
104,65 km/jam = 104,65 x 0,278
= 29,1 m/s
 Dimensi Besaran-besaran Fisik
Dimensi suatu besaran menunjukkan cara suatu besaran tersusun dari
besaran–besaran pokok. Dimensi tujuh besaran pokok dalam Fisika
dinyatakan dengan lambing huruf tertentu dan ditulis diantara kurung persegi.
Dimensi Besaran Pokok
No
Besaran Pokok Dimensi
.
1 Massa [M]
2 Panjang [L]
3 Waktu [T]
4 Muatan Listrik [q]
5 Suhu [θ]
6 Jumlah Zat [N]
7 Intensitas Cahaya [i]

Dimensi Besaran Turunan


No
Besaran Turunan Dimensi
.
1 Luas [L2]
2 Volume [L3]
3 Massa Jenis [ML-2]
4 Kecepatan [LT-1]
5 Percepatan [LT-2]
6 Gaya [MLT-2]
7 Tekanan [ML-1T-2]
8 Usaha [ML2T-2]
9 Daya [ML2T-3]
10 Impuls dan Momentum [MLT-1]

Dimensi mempunyai kegunaan yaitu mengungkapkan kesetaraan atau


kesamaan dua besaran yang sepintas sama dan menentukan ketepatan suatu
persamaan yang menyatakan hubungan antara berbagai besaran.
 Hal yang perlu diperhatikan dalam mencari dimensi suatu besaran ialah :
1) Konstanta (tetapan) dan bilangan tidak diperhitungkan, dalam
penulisan dimensi. Contoh : Keliling lingkaran = 2π R (Konstanta 2π
tidak diperhitungkan, R diperhitungkan)
2) Bilangan berpangkat diperhitungkan
Luas lingkaran = π R2 (pangkat 2 pada R diperhitungkan, π tidak
diperhitungkan).
Contoh :
Tentukan dimensi luas lingkaran.
Penyelesaian :
Luas lingkaran = π R2, dimana π = konstanta yang tidak berdimensi, R 2
= jari x jari. Jadi dimensi luas lingkaran = [L] [L] = [L2]

 Notasi Ilmiah
Perhitungan bilangan-bilangan yang sangat besar atau sangat kecil dapat
disederhanakan dengan menggunakan notasi ilmiah. Misal jarak bumi ke
matahari, kira-kira 150.000.000.000 m, ditulis 1,5 x 10II m. Bilangan II pada
10II dinamakan eksponen. Untuk bilangan-bilangan yang lebih kecil dari 1,
eksponennya adalah negatif. Sebagai contoh, 0,1 = 10 -1 dan 0,0001 = 10-4.
Dalam perkalian, eksponen dijumlahkan; dalam pembagian, eksponen
dikurangkan.
 Dengan menggunakan notasi ilmiah, Hitunglah 3.000.000/0,00015.
3 x 106 10
−4
=2 x 10
1,5 x 10
“Kita perlu berhati-hati untuk menjumlahkan atau mengurangkan bilangan
yang ditulis dalam notasi ilmiah tetapi eksponennya tidak sama. Jika
eksponennya jauh berbeda, maka salah satu bilangan sangatlah kecil
dibandingkan lainnya dan seringkali dapat diabaikan dalam penjumlahan
maupun pengurangan”.
Contoh :
(2 x 106) + (9 x 10-3) = 2.000.000 + 0,009
= 2.000.000,009 ≈ 2 x 106
Dengan simbol ≈berarti “mendekati sama dengan”.

 Angka Signifikan dan Orde Magnitudo


Dijit yang diketahui yang dapat dipastikan (selain angka nol yang dipakai
untuk menetapkan letak koma) disebut angka signifikan. Bilangan 2,50
mempunyai tiga angka signifikan. Bilangan 0,00103 mempunyai tiga angka
signifikan (Tiga angka nol yang pertama bukanlah angka signifikan tetapi
hanyalah untuk menempatkan koma). Aturan-aturan umum :

Jumlah angka signifikan pada hasil perkalian atau pembagian tidaklah


lebih besar daripada jumlah terkecil angka signifikan dalam masing-
masing bilangan yang terlibat dalam perkalian atau pembagian.

Hasil dari penjumlahan atau pengurangan dua bilangan tidak mempunyai


angka signifikan di luar tempat decimal terakhir dimana kedua bilangan
asal mempunyai angka signifikan.
Contoh :
Gunakan aturan yang sesuai untuk menentukan banyaknya angka signifikan
di dalam perhitungan : (2,34 x 10)2 + 4,93
(2,34 x 10)2 + 4,93 = 234 + 4,93
= 238,93 = 239 = 2,39 x 102
Dalam melakukan perhitungan kasar atau perbandingan, kadang-kadang kita
melakukan pembulatan suatu bilangan ke pangkat terdekat dari bilangan 10.
Bilangan semacam itu adalah orde magnitudo. Contoh : Tinggi seekor
serangga, misalnya semut, mungkin 8 x 10 -4 m ≈10-3 m. Kita katakana bahwa
orde magnitudo seekor semut adalah 10-3 m.

Tabel 1-2 Orde magnitudo panjang beberapa benda


Ukuran Panjang meter
Jari-jari proton 10-15
Jari-jari atom 10-10
Jari-jari virus 10-7
Jari-jari amoba raksasa 10-4
Jari-jari biji kenari 10-2
Jari-jari manusia 10-0
Jari-jari gunung-gunung tertinggi 10-4
Jari-jari bumi 10-7
Jari-jari tata surya 10-9
Jari-jari bumu – matahari 10-11
Jari-jari tata surya 10-11
Jarak ke bintang terdekat 10-16
Jari-jari galaksi Bimasakti (Milky Way) 10-23
Jari-jari alam semesta yang tampak 10-26

Tabel 1-3 Orde magnitudo massa beberapa benda


Massa kg
Elektron 10-30
Proton 10-27
Asam amino 10-23
Hemoglobin 10-22
(darah merah)
Virus flu 10-19
Amuba raksasa 10-8
Titik hujan 10-6
Semut 10-2
Manusia 102
Roket saturnus – S 106
Piramida 1010
Bumi 1024
Matahari 1030
Galaksi Bimasakti 1041
Alam semesta 1052
Tabel 1-4 Orde magnitudo beberapa selang waktu
Selang waktu Sekon
Waktu untuk cahaya 10-23
Menembus inti
Periode radiasi 10-15
Cahaya tampak
Periode gelombang mikro 10-10
Waktu – paro moun 10-6
Periode bunyi tertinggi 10-4
yang masih dapat didengar
Periode denyut jantung 100
Manusia
Waktu – paro neutron 103
Bebas
Periode rotasi bumi (1 hari) 105
Periode revolusi bumi (1 bulan) 107
Umur manusia 109
Waktu – paro platinum 239 1012
Umur jajaran gunung 1015
Umur bumi 1017
Umur alam semesta 1018
BAB II
GERAKAN SATU DIMENSI

2.1. Kelajuan, Perpindahan, dan Kecepatan


Kelajuan rata-rata partikel didefinisikan sebagai perbandingan jarak total
yang ditempuh terhadap waktu total yang dibutuhkan.

Jarak total
Kelajuan rata-rata =
Waktu total

Satuan SI kelajuan rata-rata adalah meter per sekon (m/s), dan satuan yang lazim
di Amerika adalah feet per sekon (Ft/s). Satuan kelajuan yang sehari-hari lebih
dikenal Amerika Serikat adalah mil per jam (mil/jam). Secara Internasional satuan
yang lebih umum adalah kilometer per jam (km/j).
Misalkan = Kita menempuh 200 km dalam 5 jam, kelajuan rata-rata kita adalah
(200 km)/(5 jam) = 40 km/j. Kelajuan rata-rata tidak menceriterakan apa-apa
tentang perjalanan itu.
Konsep kecepatan serupa dengan konsep kelajuan tetapi berbeda karena
kecepatan mencakup arah gerakan. Agar mengerti konsep ini, terlebih dahulu
akan diperkenalkan konsep perpindahan.
Perubahan posisi partikel, X2 – X1, dinamakan perpindahan partikel,
dilambangkan dengan huruf Yunani ∆ (huruf besar delta) untuk menyatakan
perubahan kuantitas. Jadi, perubahan X ditulis ∆X :

∆X = X2 – X1 atau ∆X = Vrata-rata . ∆t

Notasi ∆X (baca “delta x”) menyatakan satu kuantitas tunggal, yaitu perubahan X.
Notasi itu bukan hasil kali ∆ dengan X, seperti cos θ yang bukan merupakan hasil
kali antara cos dan θ.
Kecepatan adalah laju perubahan posisi. Kecepatan rata-rata partikel
didefinisikan sebagai perbandingan antara perpindahan ∆X dan selang waktu ∆t =
t2 – t1.
∆ X X 2− X
Vrata-rata =
1
=
∆ t t 2−t 1

Perpindahan dan kecepatan rata-rata dapat bernilai positif dan negatif, bergantung
pada apakah X2 lebih besar atau lebih kecil daripada X 1. Nilai posistif menyatakan
gerakan ke kanan dan nilai negatif menyatakan gerakan ke kiri.
Contoh :
Seekor siput berada di X1 = 18 mm pada t1 = 25 dan belakangan ditemukan di X2
= 14 mm pada t2 = 7s. Cari perpindahan dan kecepatan rata-rata siput itu untuk
selang waktu tersebut.
Dari definisi, perpindahan siput adalah :
∆X = X2 – X1 = 14 mm – 18 mm = - 4 mm
dan kecepatan rata-ratanya adalah :
∆ X X 2− X 14 mm−18mm −4 mm
Vrata-rata = = 1
= 7 s−2 s
=
5s
= 8,8 mm/s
∆ t t 2−t 1
Perpindahan dan kecepatan rata-rata bernilai negatif, yang menunjukkan bahwa
siput bergerak ke kiri.

Kecepatan rata-rata adalah kemiringan garis lurus


yang menghubungkan titik-titik (X1, t1) dan (X2, t2)

2.2. Kecepatan Sesaat


Kecepatan sesaat pada saat tertentu adalah kemiringan garis yang
menyinggung kurva X terhadap t pada saat itu.
Perpindahan ∆X bergantung pada selang waktu ∆t, ketika ∆t mendekati nol,
demikian juga ∆X. Rasio ∆X/∆t mendekati kemiringan garis yang menyinggung
pada kurva. Karena kemiringan garis singgung adalah limit rasio ∆X/∆t jika t
mendekati nol, kita dapat menyatakan kembali definisi kita sebagai berikut :

Kecepatan sesaat adalah limit rasio ∆X/∆t jika t mendekati nol


∆X
lim kemiringan garis yang menyinggung kurva X terhadap t
∆ t →0 ∆t

Limit ini dinamakan turunan X terhadap t, dalam notasi kalkulus turunan biasa
diulis dx/dt =

∆ X dx
lim =
∆ t dt
∆ t →0

Kemiringan ini dapat positif (X bertambah) / negatif (X berkurang); dengan


demikian, dalam gerakan satu dimensi, kecapatan sesaat mungkin bernilai positif
maupun negatif. Besarnya kecepatan sesaat dinamakan kelajuan sesaat.
Contoh :
Posisi batu yang dijatuhkan dari keadaan diam di sebuah jurang dinyatakan dalam
persamaan X = St2, dengan X dalam meter diukur ke bawah dari posisi asal pada t
= 0, dan t dalm sekon. Carilah kecepatan setiap saat. (Kita menghilangkan
penulisan satuan secara eksplisit untuk menyederhanakan notasinya).
Pada saat t, posisinya adalah :
X (t) = St2
Pada saat berikutnya, t + ∆t, posisinya adalah X (t +∆t) yang dinyatakan oleh =
X (t +∆t) = S (t +∆t)2 = S [t2 + 2t ∆t + (∆t)2]
= St2 + 10t ∆t + S (∆t)2
Jadi perpindahan untuk selang waktu ini adalah :
∆X = X (t + ∆t) – X (t) = [St2 + 10t ∆t + S (∆t)2] – St2
= 10t ∆t + S (∆t)2
Kecepatan rata-rata untuk selang waktu ini adalah :
∆ X 10t ∆ t+ S ( ∆ t )2
Vrata-rata = = =10 t+ S ∆t
∆t ∆t
Karena kita menuju selang waktu yang makin lama makin singkat, ∆t mendekati
nol, sehingga suku kedua, St, mendekati nol sementara suku pertama, 10t, tetap
tak berubah. Jadi kecepatan sesaat pada t adalah :
∆X
V = lim = 10t
∆ t →0 ∆t

Grafik

Untuk contoh ini, kecepatan sesaat sebanding dengan waktu. Perhatikan bahwa
bila kita tetapkan ∆t langsung sama dengan 0, maka ∆X juga akan 0 dan rasio
∆X/∆t tidak dapat ditetapkan. Namun, bila memulai dengan persamaan yang
menyatakan bagaimana X berubah terhadap t, kita telah menghitung secara tepat
limit ∆tX/∆t ketika ∆t mendekati nol.

Proses limit harus diperiksa secara numerik dengan menghitung kecepatan rata-
rata untuk selang waktu yang makin lama makin kecil. Beda antara ∆X/∆t dan
lim ¿ (∆X/∆t) dapat dibuat sangat kecil dengan memilih ∆t yang cukup kecil.
∆ t →0

2.3. Percepatan
Percepatan rata-rata untuk suatu selang waktu tertentu ∆t = t 2 – t1,
didefinisikan sebagai rasio ∆v/∆t, dengan ∆v = ∆v 2 - ∆v, adalah perubahan
kecepatan sesaat untuk selang waktu tersebut.

∆v
α rata−rata=
∆t

Dimensi percepatan adalah panjang dibagi (waktu)2, ditulis lebih ringkas m/s2.
Sebagian contoh jika kita mengatakan bahwa sebuah partikel dipercepat dengan
percepatan 5 m/s2 artinya jika partikel itu mulai dari keadaan diam, setelah 1 s
partikel itu bergera dengan kecepatan 5 m/s2.
Percepatan sesaat adalah limit rasio ∆v/∆t dengan ∆t mendekati nol. Jika
kita gambar grafik kecepatan versus waktu, percepatan sesaat pada saat t
didefinisikan sebagai kemiringan garis yang menyinggung kurva pada saat itu :

∆v
α = lim kemiringan garis yang menyinggung kurva v terhadap t
∆ t →0 ∆t

Jadi, percepatan adalah turunan kecepatan terhadap waktu. Notasi kalkulus untuk
turunan ini adalah dv/dt. Karena kecepatan adalah turunan posisi X terhadap t,
percepatan adalah turunan kedua X terhadap t, yang biasanya ditulis d2x/dt2. Kita
dapat melihat alasan notasi semacam ini, dengan menuliskan percepatan sebagai
dv/dt dan mengganti v dengan dx/dt :

dv d( dx /dt ) d 2 x
α= = = 2
dt dt dt

Jika kecepatan konstan, percepatan akan bernilai nol karena ∆v = 0 untuk seluruh
selang waktu.
Contoh :
Sebuah mobil balap dapat dipercepat dari 0 sampai 90 km/j dalam 5 s. Berapakah
percepatan rata-rata selama periode ini ?
∆ v 90 km/s
α rata−rata= = = 18 km/j-s
∆t 5s
Untuk membandingkan nilai ini dengan percepatan karena gravitasi, kita ubar
meter per sekon kuadrat dengan menggunakan 1j = 3600s = 3,6 ks, maka :
18 km 1j
x =5 m/ s2
j−s 3,6 ks
Jika X adalah fungsi pangkat sederhana dari t, seperti :
X = Ctn
Dengan C dan n adalah konstanta sembarang, turunan X terhadap t diberikan oleh

dx d
= ( Ct n )=Cnt n −1
dt dt
Contoh :
Posisi sebuah partikel diberikan oleh persamaan X = Ct3, dengan C adalah
konstanta bersatuan m/s2. Carilah kecepatan dan percepatan sebagai fungsi waktu.
Jawab :
Kita dapat menghilang kecepatan dengan menghitung turunan dx/dt langsung dari

definisinya lim ¿ (∆X/∆t). Pada saat t posisinya adalah X(t) = Ct3. Pada saat
∆ t →0

berikutnya t + ∆t, posisinya adalah =


X (t + ∆t) = C (t + ∆t)3 = (t3 + 3 Ct2 + 3Ct (∆t)2 + C(∆t)3
Jadi perpindahannya adalah =
∆X = C (t + ∆t) – X (t) = C (t + ∆t)3 – Ct3
= Ct3 + 3 Ct2 + 3 Ct (∆t)2 + (∆t3) – Ct3
= 3 Ct2 ∆t + 3 Ct (∆t2) + C (∆t)3
Kecepatan rata-rata untuk selang waktu ini adalah =
∆v
V rata−rata = =¿ Ct2 + 3Ct (∆t) + C (∆t)2
∆t

Jika ∆t → 0, kedua suku yang mengandung ∆t mendekati nol dan suku 3 Ct 2 tetap
tak berubah. Jadi, kecepatan sesaat pada saat t adalah =

V = ∆lim ¿ ∆ X = 3 Ct2
t →0 ∆t

Note = Kita dapat mencari percepatan dengan mengulang proses tersebut

Perubahan kecepatan untuk seang waktu dari t ke t + ∆t adalah =


∆v = 3 C (t + ∆t)2 – 3 Ct2 = 6 Ct ∆t + 3 C (∆t)2
Kita bagi persamaan ini dengan ∆t untuk mendapatkan percepatan rata-rata untuk
selang ini =
∆v
α rata−rata= =¿ 6 Ct + 3Ct ∆t
∆t

Jadi, percepatan sesaatnya adalah = α = ∆lim ¿ ∆ X = 6 Ct


t →0 ∆t

“Percepatan tidak konstan tetapi bertambah sering dengan bertambahnya waktu”.


Jika X adalah fungsi pangkat sederhana dari t, seperti

X = Ctn

Dengan C dan n adalah konstanta sembarang, turunan X terhadap t diberikan oleh

dx d
= ( C t n ) =Cnt n−1
dt dt

2.4. Gerakan dengan Percepatan Konstan


Percepatan karena gravitasi dinyatakan oleh g dan mempunyai nilai
hamparan. (g =9,81 m/s2 = 32,2 Ft/s2)
Percepatan konstan berarti bahwa kemiringan kurva v terhadap t adalah konstan;
Artinya, kecepatan berubah secara linear terhadap waktu. Jika nilai kecepatan
adalah V0 pada saat t = 0, nilai v pada saat t berikutnya diberikan oleh :

V = V0 + αt

Jika partikel memulai gerakan di X0 pada saat t = 0 dan posisinya adalah X pada
saat t, perpindahan ∆X = X – X0 diberikan oleh :
∆X = Vrata-rata . t
Jika V0 adalah kecepatan awal dan V kecepatan akhir, kecepatan rata-ratanya :

Vrata-rata = ½ (V0 + V)

Jadi, perpindahannya adalah =


∆X = Vrata-rata . t = ½ (V0 + V) t
Fungsi posisinya adalah = X = X0 + V0 t + ½ αt2
V2 = V02 + 2 α . ∆X Berguna, misalnya, jika kita ingin mendapatkan
kecepatan akhir sebuah bola yang dijatuhkan dari keadaan diam dari suatu
ketinggian X dan kita dapat menaruh perhatian pada lamanya bola itu jatuh.

Contoh :
Sebuah bola dilemparkan ke atas dengan kecepatan awal 30 m/s. Jika
percepatannya adalah 10 m/s2 ke bawah. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai titik tertingginya, dan berapakah jarak ke titik tertinggi itu ?
V = V0 + αt
0 = 30 m/s + (-10 m/s2) t
30 m/s
t= = 3,0 s
10 m/s

∆X = Vrata-rata . t = (15 m/s) (3,0 s) = 45 m


Contoh :
Sebuah mobil yang bergerak dengan kecepatan 30 m/s (sekitar 100 km/j)
mengerem sampai berhenti. Jika percepatannya – 5 m/s2. Berapa jarak yang
ditempuh mobil sebelum berhenti ? Jarak ini disebut jarak penghentian.
Diket : V0 = 30 m/s α =−s m/ s 2
Vakhir = 0
Ditanya : ∆X = …. ?
Jawab : V2 = V02 + 2α ∆X = 0
1 = (30 m/s2)2 + 2 (-s m/s2) ∆X
∆X = 90 m
Contoh :
Sebuah mobil bergerak dengan kelajuan 80 km/j di kawasan sekolah. Sebuah
mobil polisi bergerak dari keadaan diam tepat setelah pengebut melewatinya dan
dipercepat dengan percepatan konstan 8 km/j-s. a) Bilamana mobil polisi
menangkap mobil yang mengebut itu ? b) Berapa kecepatan mobil polisi ketika
menangkap pengebut ?
a) Xc = V0 t = (80 km/j).t
Xp = ½α.t2 = ½ (8 km/j-s).t2
Xc = Xp

(80 km/j) t = ½ (8 km/j-s).t2


80
t = =20 s
4s
b) Vp = α.t = (8 km/j.s) t
Vp = (8 km/j.s) (20 s)
= 160 km/j

2.5. Integrasi
Secara matematika, kita menuliskannya sebagai :

∆X = ∑ v i . ∆ t i
i

dengan huruf Yunani ∑ (huruf besar sigma) berarti “jumlah”. Untuk limit selang
waktu yang makin lama makin kecil, jumlah ini sama dengan luas di bawah
kurva, yang sama dengan perpindahannya. Limit ini dinamakan Integral dan
ditulis :
t2

∆X = ∆lim ¿ ∑ v i . ∆ t i = V dt
t →0 i

t1

Adalah menolong untuk menganggap tanda Integral ∫ sebagai huruf ∫ yang


direnggangkan yang menyatakan sum (jumlah). Batas t1 dan t2 menunjukkan nilai-
nilai awal dan akhir variabel t.
Perubahan kecepatan untuk suatu selang waktu dapat diinterprestasikan
dengan cara sama sebagai luas di bawah kurva α terhadap t untuk selang tersebut.
Pernyataan ini ditulis sebagai :
t2

∆V = ∆lim
t →0
∑ α i . ∆ ti = ∫ α dt
1 i
t1
Dengan cara sama, perubahan kecepatan selama beberapa waktu ditampilkan
secara grafik sebagai luas di bawah kurva α versus t.
Contoh :
Sebuah partikel bergerak dari keadaan alam dengan percepatan konstan α.
Tunjukkan dengan menghitung luas di bawah kurva v terhadap t bahwa kecepatan
rata-rata untuk suatu selang waktu mulai pada t = 0 sama dengan separo kecepatan
akhir !
 ) Perpindahan dari t = 0 sampai suatu saat akhir t ditunjukkan oleh luas yang
diarsir. Luas segitiga ini adalah ½ Vf ∆t dengan Vf adalah kecepatan akhir.
Perpindahannya adalah :

∆X = ½ V f ∆t = V rata−rata ∆t

Jadi, kecepatan rata-rata adalah separo kecepatan akhir untuk selang waktu ini.
BAB III
Gerakan dalam Dua dan Tiga Dimensi

Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai arah dan besar dalam
ruang. Contoh : Perpindahan, Kecepatan, dan Percepatan. Besaran skalar adalah
besaran yang mempunyai besar dan tidak mempunyai arah. Contoh : Jarak,
Kelajuan, Massa, dan Temperatur.
3 – 1. Vektor Perpindahan dan Penjumlahan Vektor
Vektor perpindahan adalah besaran yang menyatakan jarak garis lurus dan
arah dari satu titik dalam ruang ke titik lain adalah segmen berarah. Definisi
vektor adalah besaran dengan besar dan arah yang dapat dijumlahkan dan
dikurangkan seperti perpindahan. Resultan vektor perpindahan C adalah jumlah
dua perpindahan berturut-turut A dan B =
Contoh : C=A+B
Seorang pria berjalan 3 km ke timur dan kemudian berjalan 4 km ke utara.
Berapakah resultan perpindahannya ?
Grafik

C2 = A2 + B2 = (3 km)2 + (4 km)2 = 25 km2


C = √ 25 km2 = 5 km
4 km
tan θ = = 1,33
3 km
θ = tan-1 1,33 = 53,10
Gambar
3 – 2. Penjumlahan Vektor Berdasarkan Komponen
Komponen sebuah vektor adalah proyeksi vektor itu pada garis dalam
ruang yang didapatkan dengan menarik garis lurus dari kepala vektor tersebut ke
garis tadi.

Grafik
Ay Ax
Jika θ = cos θ =
Ax A
Ay
Sin θ =
A
dengan A adalah besar A. Kita dapat menentukan komponen-komponen A secara
analitis dari besar A dan sudut θ, dengan :

Ax = A cos θ
Ay = A sin θ

Serta besar A dari teorema Phythagoras :

Ax = √ Ax 2 + Ay 2

Contoh :
1) Sebuah mobil menempuh 20 km dengan arah 300 ke utara terhadap arah barat.
Dengan menganggap sumbu x menunjuk timur dan sumbu y menunjuk ke
utara, Carilah komponen x dan y dari perpindahan mobil itu.

Grafik Ax = 20. cos 150 Ay = 20.sin 30 °


= 20.-½ √ 3 = 20. ½
= - 17,3 km = + 10 km
cos 150 = cos (180−30)
= - cos 30
= - ½ √3
2) Seorang pria mula-mula berjalan 3 km ke timur. Jika A menyatakan
perpindahannya & sumbu x diambil dalam arah timur, maka komponen-
komponen A adalah =
Ax = 3 km dan Ay = 0
Pria tersebut kemudian berjalan pada arah 4 km, 60° ke utara terhadap arah
timur. Vektor B yang mewakili perpindahan ini mempunyai komponen.
Bx = (4 km) cos 60 ° = (4 km) (0,5) = 2 km
By = (4 km) sin 60 = (4 km) (0,866) = 3,46 km
Jadi, komponen resultan perpindahan adalah
Cx = Ax + Bx = 3 km + 2 km = 5 km
Cy = Ay + By = 0 +3,46 km = 3,46 km
Besar resultan perpindahan C dari teorema Phytagoras :
C2 = Cx2 + Cy2
= (5 km)2 + (3,46 km)2 = 37,0 km2
4 km
Jadi, C = = 6,1 km
3 km
Cy 3,46 km
Sudut antara C dan sumbu x didapatkan dari = tanθ = = = 0,692
Cx 5 km
Sudut θ adalah = θ= tan−1 0,692 = 34,7°

3 – 3. Vektor Satuan dan Perkalian Vektor dengan Skalar


Sebuah vektor A dapat ditulis sebagai jumlahan tiga vektor, yang masing-
masing sejajar terhadap suatu koordinat : A = Ax i + Ay j + Az k
Penjumlahan dua vektor A dan B dapat ditulis dalam bentuk vektor satuan
sebagai:
A + B = (Ax i + Ay j + Az k) + (Bx i + By j + Bz k)
= (Ax + Bx) i + (Ay + By) j + (Az + Bz) k
Contoh :
Diketahui dua vektor A = (4 m) i + (3 m) j dan vektor B = (2 m) i – (3 m) j.
Carilah a) A? b) B? c) A + B d) A – B
a) A = √ 4 2+ 32 c) A + B = (4 m + 2 m)i = (6 m)i
= √ 25 = 5 m
b) B = √ 22+(3¿¿ 2¿)¿ ¿ d) A – B = (4 m – 2 m)i + (3 m – (-3
m)j
= √ 4 +9 = √ 13 = (2 m)i + (6 m)j
= 3,61 m

Sifat-sifat Vektor
Sifat Penjelasan Gambar Tampilan komponen
Kesamaan A = B jika │A│ = Ax = Bx
│B│dan arahnya Ay = By
sama Az = Bz

Penjumlahan C=A+B Cx = Ax + Bx
Cy = Ay + By
Cz = Az + Bz

Negatif suatu A = -B jika│B│= Ax = -Bx


vektor │A│dan arahnya Ay = -By
berlawanan Az = -Bz

Pengurangan C=A–B Cx = Ax – Bx
Cy = Ay – By
Cz = Az – Bz

Perkalian B = s A jika│B│= Bx = s Ax
dengan skalar s│A│dan arah B By = s Ay
sama dengan arah A Bz = s Az
3 – 4. Vektor Kecepatan
Vektor kecepatan sesaat adalah vektor yang menunjukkan arah gerakan
dan mempunyai besar yang sama dengan kelajuan mobil. Vektor ini sama dengan
laju perubahan vektor perpindahan. Vektor perpindahan adalah perubahan vektor
posisi:
∆r = r2 – r1
Rasio vektor perpindahan terhadap selang waktu t = t2 – t1, adalah vektor
kecepatan rata-rata.

∆r
Vrata-rata =
∆t
Vektor kecepatan sesaat sebagai limit vektor kecepatan rata-rata untuk selang
waktu ∆t mendekati nol :

V = ∆lim ¿ ∆r =
t →0 ∆t
Contoh :
Sebuah kapal layar mempunyai koordinat awal (x 1, y1) = (100 m, 200 m). dua
menit kemudian kapal itu mempunyai koordinat (x2, y2) = (120 m, 210 m).
Berapakah komponen-komponennya, besar, dan arah kecepatan rata-ratanya untuk
selang 2,00 menit ini?
X 2− X 1 120−100 m
Vx,rata-rata = = = 10,0 m/menit
∆t 2,00 menit
y 2− y 1 210−200 m
Vy,rata-rata = = = 5,0 m/menit
∆t 2,00 menit
Vrata-rata = √¿ ¿
= √ 10,02 +5,02 = √ 125 = 11,2 m/menit
Vy ,rata −rata 5,0 m/menit
tanθ = = = 0,500
Vx ,rata−rata 10,0 m/menit
θ = tan−1 0,500=26,6 °
3 – 5. Vektor Percepatan
Vektor percepatan rata-rata didefinisikan sebagai rasio (perbandingan)
perubahan vektor kecepatan sesaat ∆v terhadap selang waktu ∆t :

∆v
Vrata-rata =
∆t
Vektor percepatan sesaat adalah limit rasio ini ketika selang waktu mendekati nol.
Artinya, vektor percepatan sesaat adalah turunan vektor kecepatan terhadap
waktu:

a = ∆lim ¿ ∆ v = dv
t →0 ∆t dt

Contoh :
Sebuah mobil bergerak ke timur dengan kelajuan 60 km/j. mobil ini mengelilingi
kurua, dan 5 s kemudian mobil bergerak ke utara dengan kelajuan 60 km/j.
Carilah percepatan rata-rata mobil ini.
Perubahan kecepatan = ∆v = V2 – V1 = 60 km/j j – 60 km/j i Grafik
Percepatan rata-rata diberikan oleh :
km km
∆ v 60 j−60 i
αrata-rata = = j j
∆t
5s
= 12 km/j.sj – 12 km/j.si
Besar percepatan rata-rata adalah :
2 2
α = √ α x 2+ α y2 = (−12 km . s) +( 12 km . s)
√ j j
= 17,0 km/j.s

3 – 6. Kecepatan Relatif
Jika sebuah partikel bergerak dengan kecepatan V p A relatif terhadap
sistem koordinat A, yang selanjutnya bergerak dengan kecepatan VAB relatif
terhadap sistem koordinat B lain, kecepatan partikel relatif terhadap B adalah

VpB = VpA + VAB


Contoh :
Sebuah sungai mengalir dari barat ke timur dengan kelajuan 3 m/s. Seorang anak
berenang ke utara menyeberangi sungai dengan kelajuan 2 m/s relatif terhadap air.
Berapakah kecepatan anak relatif terhadap pinggir sungai?
Keterangan : Kecepatan anak relatif terhadap pinggir sungai adalah jumlah vektor
kecepatan anak relatif terhadap air Vbw dan kecepatan air relatif terhadap pinggir
sungai Vws.
Besarnya kecepatan adalah =
V = √ V 2bw +V 2ws = √ (2 m/s)2 +(3 m/s)2 = √ 13 m2 / s2 = 3,61 m/s
Arahnya adalah pada sudut θ terhadap pantai :
V bw 2 m/ s
tanθ = = = 0,667
V ws 3 m/s
θ = tan−1 0,667=33,7 ° Grafik

3 – 7. Gerak Proyektil
Terapan yang menarik dari gerakan dalam dua dimensi adalah gerakan
proyektil, yaitu sebuah benda yang diluncurkan ke udara dan kemudian dibiarkan
bergerak secara bebas. Pada gerak prioyektil, gerakan horizontal dan vertikal
adalah saling bebas. Gerakan horizontal mempunyai kecepatan konstan yang
bernilai sama dengan komponen horizontal kecepatan awal :

V0x = V0 cos θ

V0y = V0 sin θ

Karena tidak ada percepatan horizontal, komponen x kecepatan adalah konstan :


Vy = V0x
Komponen y berubah dengan waktu sesuai dengan :
Vy = V0y - ġt
Komponen perpindahan proyektil adalah :
∆X = V0x t

∆y = V0y t - ½ ġt2
Contoh :
Sebuah bola dilemparkan ke udara dengan kecepatan awal 50 m/s pada 37°
terhadap horizontal. Cari waktu total bola berada di udara dan jarak horizontal
yang ditempuhnya dengan menggunakan pendekatan ġ = 10 m/s2.
Komponen-komponen vektor kecepatan awal adalah
V0x = (50 m/s) cos 37 ° = 40 m/s
V0y = (50 m/s) sin 37 ° = 30 m/s
Waktu total bola → ∆y = V0y t - ½ ġt2 = t (V0y - ½ ġt) = 0
2V 0 y 2(30 m/s)
berada di utara t= = =6s
ġ 10 m/s
Vy = V0y - ġt1 = 0
V 0 y 30 m/s
t1 = = =3s
ġ 10 m/s
Karena bola bergerak secara horizontal dengan kecepatan konstan 40 m/s, jarak
total horizontal yang ditempuh adalah =
∆x = V0x t = 40 m/s x 6 s = 240 m (Jangkauan Proyektil)
Jarak total yang ditempuh oleh proyektil, dinamakan jangkauan R, didapatkan
dengan mula-mula mencari waktu total proyektil berada di udara dan kemudian
mengalihkan waktu ini dengan komponen kecepatan horizontal yang bernilai
konstan. Untuk kasus istimewa dimana ketinggian awal dan akhir adalah sama.
Jangkauan dihubungkan dengan sudut lemparan θ oleh persamaan =
V 20
R= sin 2θ
ġ

dan bernilai maksimum pada θ = 45°


3 – 8. Gerakan Melingkar
Bila sebuah benda bergerak dalam sebuah lingkaran dengan kelajuan
konstan, benda dipercepat karena kecepatannya berubah arah. Percepatan ini
dinamakan percepatan sentripetal, dan mengarah ke pusat lingkaran. Besar
percepatan sentripetal adalah :

V2
α=
r , dengan V = Kelajuan
r = jari-jari lingkaran
Seringkali lebih mudah untuk menggambarkan gerak melingkar sebuah partikel
dengan kelajuan konstan dalam waktu yang dibutuhkan untuk satu putaran
lengkap, yang dinamakan periode T. Jika jari-jari lingkaran adalah r, partikel
menempuh 2πr selama satu periode, sehingga kelajuannya dihubungkan dengan
jari-jari dan periode oleh =
2 πr
V=
T

Contoh :
1) Sebuah bola yang terikat bergerak dalam lingkaran horizontal yang berjari-
jari 2 m. Bola membuat satu putaran dalam 3 s. Cari percepatannya!
2 πr 2 π (2 m)
V= = = 4,19 m/s
T 3s
2
V 2 (4,19m/ s)
Jadi, besar percepatan bola adalah = α = = = 8,87 m/s
r 2m

2) Sebuah mobil mengelilingi sebuah kurva berjari-jari 30 m. Jika percepatan


sentripetal maksimum yang dapat diberikan oleh gesekan adalah 5 m/s2,
berapakah kelajuan mobil ini dalam kilometer per jam?
V2

r
Vmaks = √ r , α maks
= √ ( 30 m )( 5 m/ s2 ) = 12,2 m/s
Untuk mengubah kelajuan ini menjadi kilometer per jam, kita gunakan
1 jam = 3.600 s dan 1 km = 1000 m :
m 3.600 s 1 km
12,2 x x = 44 km/j
s j 1000 m
3) Sebuah mobil mengelilingi sebuah kurva berjari-jari 40 m pada 48 km/j.
Berapakah percepatan sentripetalnya?
km 1000 m 1 jam
V = 48 x x = 13,3 m/s
jam 1 km 3.600 s
V2
α =
r
(13,3 m/s)2 177,7 m/s 2
= = =¿ 4,44 m/s2
40 m 40 m
4) Sebuah satelit dekat permukaan bumi bergerak dengan kelajuan konstan
dalam orbit melingkar mengelilingi pusat bumi. Jika percepatannya 9,81 m/s2,
berapakah kelajuannya, dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk membuat
satu putaran lengkap?
Diket = rbumi = 6370 km
g = 9,81 m/s2
Ditanya = V = … ?
T2 = ….?
Jawab = V2 = rg = (6370 km) (9,81 m/s2)
V = 7,91 km/s
2 πr 2 π (6370 km)
T= = = 5060 s = 84,3 menit
V 7,91 km/s
BAB IV
HUKUM 1 NEWTON

Semoga gejala dalam mekanika klasik dapat digambarkan dengan


menggunakan hanya tiga hukum sederhana yang dinamakan hukum Newton
tentang gerak. Hukum Newton menghubungkan percepatan sebuah benda dengan
massanya dan gaya-gaya yang bekerja padanya. Versi modern hukum Newton
adalah sebagai berikut :

Hukum 1. Sebuah benda tetap pada keadaan awalnya yang diam atau
bergerak dengan kecepatan sama kecuali ia dipengaruhi oleh suatu gaya
tidak seimbang, atau gaya eksternal neto. (Gaya neto yang bekerja pada
sebuah benda, juga dinamakan gaya resultan, adalah jumlah vektor
semua gaya yang bekerja padanya : Fneto = ∑ F)

Hukum 2. Percepatan sebuah benda berbanding terbalik dengan


massanya dan sebanding dengan gaya eksternal neto yang bekerja
F
padanya : a = neto atau Fneto = m.a
m

Hukum 3. Gaya-gaya selalu terjadi berpasangan. Jika benda A


memberikan gaya pada benda B, gaya yang besarnya sama tetapi
arahnya berlawanan diberikan oleh benda B pada benda A.

4 – 1. Hukum Pertama Newton : Hukum Kelembaman


Hukum 1 Newton disebut hukum kelembaman, yaitu sifat suatu benda
yang cenderung mempertahankan keadaan diamnya/keadaan gerak lurus
beraturannya disebut Inersia / Kelembaman (Kemalasan).
Sebuah kerangka acuan dimana hukum-hukum Newton berlaku dinamakan
kerangka acuan Inersia. Setiap kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan
konstan relatif terhadap kerangka acuan inersia merupakan sebuah kerangka acuan
inersia juga. Sebuah kerangka acuan yang dipercepat relatif terhadap kerangka
inersia bukan kerangka acuan inersia. Sebuah kerangka acuan yang dikaitkan ke
bumi hampir berperilaku sebagai kerangka acuan inersia.

4 – 2. Gaya, Massa, dan Hukum Kedua Newton


Gaya adalah suatu pengaruh pada sebuah benda yang menyebabkan benda
mengubah kecepatannya, artinya, dipercepat. Massa adalah sifat intrinsik sebuah
benda yang mengukur resistansinya terhadap percepatan. Jika gaya F dikerjakan
pada benda bermassa m, dan menghasilkan percepatan α1, maka :
F = m1.α1
Jika gaya yang sama dikerjakan pada benda kedua yang massanya m2, dan
menghasilkan percepatan α1, maka :
F = m2.α2
Dengan menggabungkan persamaan-persamaan ini, kita dapatkan
F = m1.α1 = m2.α2 atau m2 α 1
=
m1 α 2

Gaya yang diperlukan untuk menghasilkan percepatan 1 m/s 2 pada benda standar
didefinisikan sebagai 1 Newton (N).
Contoh :
Sebuah gaya tertentu menghasilkan percepatan 5 m/s2 pada benda standar. Jika
gaya yang sama dikenakan pada benda kedua, gaya itu menghasilkan percepatan
15 m/s2. Berapakah massa benda kedua dan berapakah besarnya gaya itu?
Karena percepatan benda kedua adalah 3 kali, massa benda kedua adalah ⅓ massa
benda standar atau 0,33 kg. Besarnya gaya adalah F = (1 kg) (5 m/s2) = 5 N.

Definisi konsep gaya dan massa sehingga hukum kedua Newton Fneto = mα
Hukum kedua Newton menetapkan hubungan antara besaran dinamika gaya
dan massa dan besaran kinematika percepatan , kecepatan , dan perpindahan.

Contoh :
Sebuah balok 4 kg diam pada saat t = 0. Sebuah gaya tunggal konstan yang
horizontal Fx bekerja pada balok. Pada t = 3 s balok telah berpindah 2,25 m.
Hitunglah gaya Fx !
1 2
∆x = αt
2
2 ∆ x 2(2,25 m)
α= = = 0,500 m/s2
t2 (3 s)2
Fx = mα = (4 kg) (0,500 m/s2) = 2,00 N
4 – 3. Gaya Karena Adanya Gravitasi : Berat
Dari hukum kedua Newton, kita dapat menulis gaya gravitasi Fg pada
benda bermassa m sebagai :
Fġ = mα
Dengan menggunakan a = ġ dan menulis W untuk gaya gravitasi, kita dapatkan
W = mġ . Berat W sebuah benda adalah gaya tarikan gravitasi antara benda
dan bumi. Gaya ini sebanding dengan massa m benda itu dan medan gravitasi g =
percepatan gravitasi. Gaya persatuan massa yang dilakukan bumi pada setiap
benda dinamakan medan gravitasi bumi. Di dekat permukaan bumi, ġ mempunyai
nilai ġ = 9,81 N/kg = 9,81 m/s2
Gaya yang mengimbangi berat kita dinamakan berat semu.

Satuan Gaya dan Massa


Satuan SI untuk massa adalah kilogram. 1 N menghasilkan percepatan 1
m/s2 jika gaya itu bekerja pada benda 1 kg dari F = m.α kita dapatkan 1 N = 1 kg . m/s2
Pound semula didefinisikan sebagai berat sebuah benda standar tertentu di lokasi
tertentu. 1 lb = 4,45 N
1 lb
Karena 1 kg beratnya 9,81 N, beratnya dalam pound adalah 9,81 N x = 2,20
4,45 N
Contoh :
Gaya neto yang bekerja pada benda 10,0 lb adalah 3,00 lb. Berapakah
percepatannya?
Percepatan adalah gaya dibagi massa :
F F 3,00lb
α = m = w /g = = 9,66 Ft/s2
( 10,0 lb ) /(32,2 Ft /s 2)
4 – 4. Hukum Ketiga Newton
Hukum ketiga Newton kadang-kadang dinamakan hukum interaksi/hukum
aksi reaksi. “Untuk setiap aksi, ada suatu reaksi sama yang sama besar tetapi
berlawanan arah”.
Secara matematis dinyatakan =
F aksi = − F reaksi

4 – 5. Gaya-gaya di Alam
Semua gaya yang diamati di alam dapat dijelaskan lewat empat interaksi
dasar :
1. Gaya gravitasi
2. Gaya elektromagnetik
3. Gaya nuklir kuat/gaya hadronik
4. Gaya nuklir lemah
Gaya sehari-hari yang kita amati di antara benda-benda makroskopik, seperti gaya
kontak penopang dan gesekan dan gaya kontak yang dikerjakan oleh pegas dan
tali, disebabkan oleh gaya-gaya molekuler yang muncul dari gaya elektromagnetik
dasar.

4 – 6. Terapan untuk Pemecahan Soal


Metode pemecahan persoalan umum untuk memecahkan soal dengan
menggunakan hukum-hukum Newton mencakup langkah-langkah berikut ini :
1. Gambarlah diagram yang rapi.
2. Isolasi benda (partikel) yang dinyatakan, dan gambarlah diagram benda
bebas, dengan menunjukkan tiap gaya eksternal yang bekerja pada benda.
Jika ada lebih dari satu benda yang ditanyakan dalam soal itu, gambarlah
diagram benda bebas terpisah untuk masing-masing benda.
3. Plihlah sistem koordinat yang sesuai untuk tiap benda, dan terapkan
hukum kedua Newton = Fneto = mα dalam bentuk komponen.
4. Pecahkan persamaan yang dihasilkan untuk besaran yang tak diketahui
dengan menggunakan informasi tambahan apapun yang dapat diperoleh.
Besaran yang tak diketahui dapat termasuk massa, komponen percepatan,
atau komponen beberapa gaya.
5. Akhirnya, periksa hasil Anda secara teliti, cocokkan untuk melihat apakah
mereka cocok dengan perkiraan yang masuk akal. Yang terutama berharga
adalah penentuan dugaan pemecahan Anda jika variabel-variabel diberi
nilai-nilai yang ekstrim. Dengan cara ini Anda dapat mencari kesalahan
pada pekerjaan Anda.
Contoh :
1) Carilah percepatan balok bermassa m yang meluncur menuruni suatu
permukaan tetap yang licin yang miring dengan sudut θ terhadap bidang
horizontal.

Grafik

Wx = W sin θ=mgsin θ
Wy = -W cos θ=−mg cos θ
∑Fy = Fn – mg cos θ=mα y=0
Fn = mg cos θ
∑Fn = mg sin θ=mα x
αx = g sin θ

2) Sebuah bola bertali yang massanya m digantungkan pada tali yang


panjangnya L dan bergerak dengan kelajuan konstan V dalam lingkaran
horizontal berjari-jari r. Tali membentuk sudut θ yang diberikan oleh
hubungan sin θ=r / L. Cari tegangan dalam tali dan kelajuan bola.
Grafik

T cos θ−mg=0 atau


T cos θ=mg
mV 2
T sin θ=mα=
r
T sin θ mv 2 /r
=
T cos θ mg
sin θ V2 V = √ rg . tan θ
=tanθ= sehingga
cos θ rg
BAB V
HUKUM II NEWTON

Gesekan adalah gaya yang timbul akibat gesekan dua benda.


Fx = gaya searah perpindahan (menyebabkan geser)
Grafik fgesek = gaya gesek
μs = koefisien gesek statis
μk = koefisien gesek kinetis
 Koefisien gesekan statis = gaya gesekan statis maksimum f s maks , sebanding
dengan gaya normal antara permukaan – permukaan dengan μs .
 Koefisien gesekan kinetik = rasio besarnya gaya gesekan kinetik f k dan gaya
normal Fn.
Benda dari keadaan diam, maka
i) Jika Fx ≤ μs F n=> benda diam => fgesek = Fx
ii) Jika Fx > μs F n=> benda bergerak dengan percepatan α => fgesek = μs F n

Grafik
Fx = mgsin θ−μ k F n=mα x
α = ġ(sin θ−μ k cos θ ¿ ¿

Contoh :
Sebuah kotak meluncur sepanjang sebuah lantai horizontal dengan kelajuan awal
2,5 m/s. Kotak berhenti setelah meluncur 1,4 m. Carilah koefisien gesekan
kinetik!
f = −μk F n=−μk mġ
f
α= =−μ k ġ
m
V2 = V 20 + 2α ∆x = 0
−V 20 −(25 m/s)2
α= =
2 ∆x 2(1,4 m)
−α −2,23 m/s2
μk = = =¿ 0,228
ġ 9,81 m¿ s2
Contoh :
Dua anak yang berada di atas kereta luncur ditarik melewati tanah yang diselimuti
salju. Kereta luncur ditarik dengan tali yang membuat sudut 40° dengan
horizontal. Anak-anak itu mempunyai massa gabungan 45 kg dan kereta luncur
mempunyai massa 5 kg. Koefisien gesekan statik dan kinetik adalah μs = 0,2 dan
μk = 0,15. Carilah gaya gesekan yang dikerjakan tanah pada kereta dan percepatan
anak-anak serta kereta jika tegangan tali adalah (α) 100 N dan (b) 140 N.

Grafik

a) Ty = T sin 40 °= (100 N ) ( 0,643 )=64,3


Tx = T cos 40 °=( 100 N )( 0,766 )=76 , 6
∑Fy = Fα + Ty – mġ = 0
Fα = mg – Ty = (50 kg) (9,81 m/s2) – 64,3 N
= 490 N – 64,3 N = 426 N
fs maks = μs F n=0,2 ( 426 N )=85,2 N
b) Ty = (140 N) (sin 40 ° ¿=9 0,0 N ¿
Tx = (140 N) (cos 40 ° ¿=107 N
∑Fx = Tx + Ty – mġ =
Fn = mġ – fx = 107 N – 60,0 N = 47,0 N

αx =
∑ f x = 47,0 N =0,940 m/s2
m 50 kg
fs maks = μs F n=0,2 ( 400 N )=80,0 N

Contoh :
Sebuah mobil bergerak dengan kelajuan 30 m/s sepanjang jalan horizontal.
Koefisien gesekan antara jalan dan ban adalah μs = 0,5 dan μk = 0,3. Berapa jauh
mobil bergerak sebelum berhenti jika (a) mobil direm secara hati-hati sehingga
roda-roda hampir selip dan (b) mobil direm keras agar roda terkunci?

Gambar mobil

a) ∑Fy = Fn – mg = 0
Fn = mg
∑Fx = - μs F n=m α x
μ s F n −μs mġ
αx = - = =μs ġ
m m
= - (0,5) (9,81 m/s2) = -4,90 m/s2
V2 = V 20 + 2α ∆x
0 = (30 m/s)2 + 2(-4,90 m/s2)∆x
∆x = 91,8 m

b) αx = - μk . g
= - (0,3) (9,81 m/s2)
= - 2,94 m/s2
−V 20
2
∆x = =−¿ ¿

= 153 m

Contoh :
Sebuah mobil bergerak di atas jalan horizontal pada suatu lingkaran berjari-jari 30
m. Jika koefisien gesekan statik adalah μs = 0,6, seberapa cepat mobil dapat
bergerak tanpa selip ?
V 2maks
fs.maks = μs . m ġ=m
r
atau Vmaks = √ μs . ġr = √ ( 0,6 ) (9,81m/ s 2)( 30 m) = 13,3 m/s
Contoh :
Sebuah lengkungan berjari-jari 30 m dimiringkan dengan sudut θ. Carilah θ agar
mobil dapat mengelilingi lengkungan itu dengan kelajuan 40 km/jam walaupun
jalan licin!
Fy = Fncos θ=mġ
mV2
Fx = Fn sin θ= Grafik
r
Fn sin θ V2
=tan θ=
F n cos θ rg
(11,1 m/s 2)
tanθ= = 0,419
( 30 m ) (9,81m/s 2)
θ = 22,7

5 – 2. Gaya-gaya Hambat
Jika sebuah benda bergerak dalam fluida seperti udara atau air, benda
mengalami gaya hambat yang melawan gerakannya. Gaya hambat bertambah
dengan bertambahnya kelajuan. Jika benda dijatuhkan dari keadaan diam,
kelajuannya bertambah sampai gaya hambat sama dengan gaya gravitasi, setelah
itu benda bergerak dengan kelajuan konstan yang dinamakan kelajuan terminal.
Kelajuan terminal bergantung pada bentuk benda dan medium yang dilewatinya.
1 /n
Fneto = mġ – bvn = mα bv1n = mġ mġ
V1 = [ ]
b
Contoh :
Seorang penerjun bebas dengan massa 64 kg mencapai kelajuan terminal 180 km/j
dengan lengan dan kakinya terbentang.
(a) Berapakah besarnya gaya hambat ke atas pada penerjun bebas?
(b) Jika gaya hambat sama dengan bV2, berapakah nilai b?
Jawaban :
1 N = 1 kg.m/s2
(a) Fd = mġ (b) bV2 = 628 N
628 N
= (6,4 kg) (9,81 m/s2) b= = 0,251 kg/m
¿¿
= 628 N
5 – 3. Soal-soal dengan Dua atau Lebih Benda

Sebuah balok tergantung pada tali yang tak bermassa yang melewati paku yang
licin dan dihubungkan ke balok lain pada meja yang licin. Carilah percepatan tiap
balok dan tegangan tali!

Sebuah balok bermassa m, berada di atas balok kedua yang massanya m2 yang
selanjutnya berada di atas meja horizontal yang licin. Sebuah gaya F dikerjakan
pada balok bawah seperti ditunjukkan dalam gambar. Koefisien gesekan statik dan
kinetik antara balok-balok adalah μs dan μk .
(a) Carilah nilai maksimum F yang menyebabkan balok tidak saling bergeser
satu sama lain.
(b) Carilah percepatan tiap balok jika F lebih besar daripada nilai ini.

Grafik

∑Fy = Fn21 – m1 – ġ = 0 dan ∑Fx = fs1 = m1α1


∑Fy = Fn – Fn21 – m2ġ = 0 dan ∑Fx = F – fs2 = m2.α2
F = (m1 + m2) α
f s 1 μs . F n 21
α1 = ≤
m1 m1
μs m g
α1 ≤ 1
atau
m1
α ≤ μs . ġ

Fmaks = (m1 + m2) μs . ġ

∫k = m α 1 1

fk = μk Fn 21=μ k m 1 ġ
μk m1 ġ=m1 . α 1 atau
α 1=μk . g
F – fk = m2.α2
F – mkm1 ġ = m2.α2
F−μ k m1 g
α2 =
m2

5 – 4. Gaya-gaya Pseudo
Gaya-gaya pseudo adalah Gaya kayal tidak dikerjakan oleh komponen
apapun tetapi dimasukkan hanya untuk membuat Fneto = mα berlaku jika
percepatan a diukur relatif terhadap kerangka noninersial. Gaya sentrifugal adalah
gaya Pseudo yang ada hanya dalam kerangka acuan yang berputar. Gaya Coriolis
adalah gaya tegak lurus dengan kecepatan partikel (relatif terhadap kerangka yang
berputar) dan menyebabkan pembelokan ke samping.

5 – 5. Metode Numerik
Jika percepatan sebuah partikel sebagai Fungsi posisi atau kecepatan
diketahui dan jika posisi dan kecepatan awal diketahui, posisi dan kecepatan
partikel disaat berikutnya dapat ditemukan lewat integrasi numerik. Dalam
prosedur ini, selang waktu total dibagi menjadi sejumlah besar selang waktu yang
kecil Δt, dan percepatan rata-rata αrata-rata dan kecepatan rata-rata Vrata-rata diganti
oleh nilai-nilai tertentu yang terjadi pada suatu saat dalam selang itu. Dalam
metode Euler, percepatan dan kecepatan ditemukan pada awal selang waktu dan
diasumsi konstan selama selang
Vi + tersebut.
1 = Vi + αKecepatan
t Δt dan posisi pada akhir suatu
selang didapatkan dari Xi + 1 = Xi + Vi Δt
dengan Xi, Vi dan αi adalah nilai posisi, kecepatan, dan percepatan pada awal
selang ketelitian hasil yang didapat lewat integrasi numerik dapat ditaksir dengan
mengulang perhitungan itu dengan menggunakn selang waktu yang lebih kecil.
Persamaan yang menggambarkan gerakan sebuah benda bermassa m yang
dijatuhkan dari keadaan diam adalah n = 2
Fneto = mg – bv2 = m.α

Jadi percepatannya adalah α = ġ – ( mb )V2

b
0 = ġ – ( )V
2
t
m
b ġ
=
m V 2t

V2
[ ]
α = ġ 1−
V 2t

V2
V t =60 m/s
[
α = 9,81 1−
3600 ]
ġ = 9,81 m/s2
BAB VI
KERJA DAN ENERGI

6.1 Kerja dan Energi Kinetik : Gerak dalam Suatu Dimensi dengan Gaya
Konstan
Usaha yang dilakukan adalah hasil kali komponen gaya dalam arah
gerakan dan perpindahan titik tangkap gaya tersebut :

W = F cos θ Δx = Fx Δt

Contoh :
Sebuah gaya 12 N dikerjakan pada sebuah kotak pada sudut θ = 200. Berapakah
kerja yang dilakukan gaya itu jika kotak bergerak sepanjang meja sebuah 3 m?
W = F cos θ Δx
= (12 n) (cos 200) (3 m) = 33,8 Joule
Energi kinetik α adalah energi yang dihubungkan dengan gerakan sebuah benda
dan dihubungkan dengan massa dan kelajuannya lewat

K = ½ mv2

Usaha total yang dilakukan pada sebuah partikel sama dengan perubahan energi
kinetik partikel. Ini disebut teorema usaha energi =

Wtotal = ΔK = ½ mv 2F −mv 2i

Satuan S1 Kerja dan energi adalah Joule (J) = 1 J = 1N.m


Contoh :
Sebuah kotak 4 kg dinaikkan dari keadaan diam sejauh 3 moleh gaya luar ke atas
sebuah 60N. Carilah :
a. Kerja yang dilakukan oleh gaya luar tersebut.
b. Kerja yang dilakukan oleh gravitasi,c dan
c. Kelajuan akhir kotak.
a) Wluar = Fluar cos 0 ° ∆ y= ( 60 N )( 1 ) ( 3 m ) =180 J
b) Wġ = mġ.cos 180 ° . ∆ y
= (4 kg) (9,81 m/s2) (-1) (3 m) = - 118 J
Wtotal = 180 J – 118 J = 62 J
Vi =0
1 1 1
Wtotal = 62 J = m v 2F − m v 2i = m v 2F
2 2 2
2 W total 2(62 J )
c) Vf =
√ m √=
4 kg
=5,57 m/s

Contoh :
Jika massa kereta luncur adalah 5 kg dan anak laki-laki mengerjakan 12 N pada
300, carilah kerja yang dilakukan oleh anak laki-laki itu dan kelajuan akhir kereta
setelah bergerak 3 m, dengan mengasumsi bahwa kereta mulai dari keadaan diam
dan tidak ada gesekan.
W = mg
= (5kg) (9,81 N/kg) = 49,0 N
Fy = (12N) sin 30 = 60 N Fx2 (12N) cos 300 = 10,4 N
Fn = mg – Fy
= 49,0 N – 6N = 43,0 N
Wtotal = Fx Δx = (10,4 N) (3m) = 31,2 J
Wtotal = ΔK = 1/2mvf2 – ½ mvi2 = ½ mvf2 = 0
½ mvf2 = K = 31,2 J
2(31,2 J )
Vf = 2 K =
√ √
m 5 kg
=3,53 m/s

6.2 Kerja yang dilakukan oleh Gaya yang Berubah


Usaha yang dilakukan gaya yang berubah-ubah sama dengan luas daerah
dibawah kurva gaya terhadap jarak :
Contoh :

Grafik

Sebuah balok 4 kg di atas meja yang licin dikkaitkan pada pegas horizontal yang
mengikuti hokum Hooke yang mengerjakan gaya Fx = -kx, dengan x diukur dari
posisi keseimbangan balok dengan konstanta gaya k = 400N/m, pegas ditekan x 1 =
-5 cm. Carilah :
a. Kerja yang dilakukan pegas pada balok jika balok bergerak dari X1 = -5
cm sampai ke posisi keseimbangan X2 = 0
b. Carilah kelajuan balok di X2 = 0.t
Jawaban :

6.3 Kerja dan Energi dalam Tiga Dimensi dan Perkalian Titik
Perkalian titik atau perkalian scalar dua vector didefinisikan oleh :

A.B = AB cos θ dengan θ adalah sudut antara vector-vektor tersebut. Bila

dinyatakan dalam komponen vector, perkalian titik adalah :


A.B = AxBx + AyBy + Az - Bz

Usaha yang dilakukan pada sebuah partikel oleh gaya F untuk perpindahan ds
yang kecil ditulis sebagai “

dW = F. ds = (F . cos θ) ds

dan usaha yang dilakukan pada partikel yang bergerak dari titik 1 ke titik 2
adalah:
s2

W = ∫ F .ds
s1
Contoh :
Sebuah partikel diberi perpindahan ΔS = 2mi – Smj sepanjang garis lurus. Selama
perpindahan itu, sebuah gaya konstan F = 3Ni + 4Nj bekerja pada partikel. Carilah
kerja yang dilakukan oleh gaya dan komponen gaya dalam arah perpindahan.
W = F.Δs = (3 Ni + 4 Nj) (2 mi – 5 mj)
= 6 N.m – 20 N.m = -14 N.m
W = F.Δs = Fcos θ ∆ s
Δs.Δs = (Δs)2 = (2 mi – 5 mj) – (2 mi – 5 mj)
= 4 m2 + 25 m2 = 29 m2
W −14 N .m
F cos θ= = =−2,60 N
∆s √ 29 m
Carilah sudut antara vektor A = 3mi + 2mj dan B = 4mi – 3mj.
A.B = ABcos θ
AB
cos θ=
AB
A.B = AxBx + Ay.By = (3m) (4m) + (2m) (-3m)
= 12 m2 – 6 m2 = 6 m2
A.A = A2 = Ax2 + Ay2
= (2m)2 + (3m)2 = 13 m2
A = √ 13 m
B.B = B2 = BX2 + By2
= (4 m)2 + (-3 m)2 = 25 m2
B=5m
A .B 6 m2
cos θ = = =0,333
A . B ( √13 m ) ( 5 m)
θ = 70°

6.4 Kerja dan Energi untuk Sistem Partikel = Energi Potensial


Sebuah gaya disebut konservatif jika usaha total yang dilakukannya pada
sebuah partikel nol ketika partikel bergerak sepanjang lintasan tertutup, yang
mengembalikan partikel ke posisi awalnya. Usaha yang dilakukan oleh gaya
konservatif pada sebuah partikel tak bergantung pada bagaimana partikel itu
bergerak dari satu titik ke titik lain.
Energi potensial sebuah sistem adalah energi yang berhubungan dengan
konfigurasi sistem. Perubahan energi potensial sistem didefinisikan sebagai
negatif usaha yang dilakukan oleh gaya konservatif yang bekerja pada sistem :
dU = - F.ds
s2

ΔU = U2 – U1 = -W = −∫ F . ds
s1

Usaha yang dilakukan pada sebuah sistem oleh gaya konservatif sama dengan
berkurangnya energi potensial sistem. Nilai absolut energi potensial tidak penting.
Hanya perubahan energi potensial yang penting.
Energi potensial gravitasi sebuah benda bermassa m pada ketinggian y di atas
suatu titik acuan adalah : U = mġy atau U = U0 + mġy
Contoh :
Sebuah botol bermassa 0,3050 kg jatuh dari keadaan diam dari sebuah rak yang
berada 1,75 m di atas lantai. Carilah energi potensial awal sistem botol – bumi
relatif terhadap lantai dan energi kinetiknya tepat sebelum mengenai lantai.
U = mġy
= (0,3050 kg) (9,81 N/kg) (1,75 m) = 6,01 J
Energi potensial pegas dengan konstanta gaya k ketika pegas
direnggangkan/dikompresi sejauh x dari titik kesetimbangan diberikan oleh
\ 1 2
U= kx
2

6.5 Dalam satu dimensi, sebuah gaya konservatif sama dengan negatif
turunan fungsi energi potensial yang terkait :
dU
Fx = -
dx

Pada nilai minimum kurva energi potensial sebagai fungsi perpindahan, gaya
sama dengan nol dan sistem ada dalam keseimbangan stabil pada maksimum,
gaya sama dengan nol.
dan sistem ada dalam keseimbangan tak stabil. Sebuah gaya konservatif selalu
cenderung mempercepat partikel kea rah posisi dengan energi potensial lebih
rendah.
Contoh :
Gaya antara dua atom dalam molekul atomik secara pendekatan dapat
dinyatakan oleh fungsi energi potensial
12 6
α α
U = U0 + [( ) ( ) ]
x
−2
x
dengan U0 dan α konstanta (a) Pada nilai x berapa energi potensial bernilai
nol? (b) Cari gaya Fx (c) Pada nilai x berapa energi potensial bernilai
minimum? Berapakah nilai energi potensial minimum ini?
12 6
α α
a) U0 [( ) ( ) ]
x
−2
x
=0

12 6
α α
() ()
x
=2
x
6

( αx ) =2
α
X =
21/ 6
12 6
α α
b) U = U0 [( ) ( ) ]
x
−2
x
= U0 (α12x-12-2α6x-6
−dU
Fx = =−U 0 [ α 12 (−12 x−13 )−2 α 6 (−6 x−7 ) ]
dx
12U 0 α 13
α 7
=
α [( ) ( ) ]
x

x

Grafik

6.6 Kekekalan Energi Mekanik


Jika hanya gaya konservatif yang melakukan usaha pada sebuah benda, jumlah
energi kinetik dan energi potensial benda tetap konstan :
1 2
E=K+U= mv +U =Konstan
2
Ini adalah hukum kekekalan enrgi mekanik.

TERAPAN KEKEKALAN ENERGI MEKANIK


1 2
Dengan menulis mv untuk energi kinetik dan U (x) untuk energi potensial =
2
1 2
mv +U (x)=E
2
Kelajuan V =
2 [ E−U ( x ) ]
V=
√ m

Jika kelajuan v pada setiap ketinggian y diberikan oleh kekekalan energi mekanik:
1 2
mv +mġy=E=mġh
2
V = √ 2 ġ (h− y)
Contoh :
Sebuah balok 2 kg didorong pada sebuah pegas yang mempunyai konstanta pegas
500 N/m, sehingga tertekan 20 cm. Kemudian balok dilepas dan pegas
melemparnya sepanjang permukaan datar yang licin dan kemudian naik sebuah
bidang miring licin bersudut 45°. Sejauh mana balok itu dapat menaiki bidang
miring ?

Grafik
1 2 1
Ei = kx = ( 500 N /m )( 0,20 m )2=10 J
2 2
EF = mġh
mġh = 10 J
10 J 10 J
h = = =0,51m
mġ ( 2 kg ) ( 9,81 N /kg )
h
=sin 45 °=0,707
s
h 0,51 m
s= = =0,721 m
sin 45 ° 0,707

Contoh :
Dua balok mermassa m1 dan m2 yang mula-mula diam dikaitkan pada tali ringan
yang lewat sebelah atas suatu pasak yang licin. Carilah kelajuan kedua balok jika
balok yang lebih berat jatuh sejauh h.

Gambar

Ei = 0
1 1
EF = m 1 v 2+ m 2 v 2 +m 1 gh−m2 gh
2 2
1
( m 1+ m 2) v 2=( m 2−m 1 ) gh
2

2
2 ( m2−m 1 )
v= gh
( m1 +m 2 )
( m2−m1 )
α = g
( m 1+ m 2)
( m 2+ m 1)
g = α
( m2−m1 )

Contoh :
Berapakah besarnya percepatan tiap balok pada contoh di atas jika m1 = 3 kg & m2
= 5 kg ?
( m2−m1 )
α = g
( m 1+ m 2)

= ( 28 ) 9,8 ms =2,45 m/ s
2
2

6.7 Teorema Kerja – Energi yang Umum


Usaha yang dilakukan oleh gaya tak konservatif yang bekerja pada sebuah
partikel sama dengan perubahan energi mekanik total sistem:
Wnc = Δ (U + K) = ΔE
Ini adalah teorema usaha – energi umum kekekalan energi mekanik dan
teorema usaha – energi umum dapat digunakan sebagai pilihan selain hukum
Newton untuk memecahkan soal-soal mekanika yang membutuhkan
penentuan kelajuan partikel sebagai fungsi posisinya.
Contoh :
Sebuah kereta luncur bermassa 5 kg bergerak dengan kelajuan awal 0,4 m/s.
Jika koefisien gesekan antara kereta luncur dan salju adalah 0,14, berapa jauh
kereta akan meluncur sebelum berhenti ?
1
Ei =K i= ( 5 kg ) ( 4 m/s 2) =40 J
2
∆ E=E F −Ei=−E i=−40 J
F n=m . g=( 5 kg ) ( 9,81 N /kg ) =49,0 N
f = μk F n= ( 0,14 ) ( 49,0 N )=6,86 N
W nc =f x ∆ x=(−6,86 N ) ∆ x
W nc =¿ ΔE = -40 J
(−6,86 N ) Δx =−40 J
−40 J
Δx = =5,83 m
−6,86 N

Contoh :
Sebuah gaya horizontal 25 N dikerjakan pada kotak 4 kg yang semula diam di
meja horizontal yang kasar. Koefisien gesekan kinetik antara kotak dan meja
adalah 0,35. Carilah kelajuan kotak setelah didorong sejauh 3 m.
Wluar = Fluar Δx = (25 N) (3 m) = 75 J

∫ ¿ μ k F n=μk mġ=( 0,35 )( 4 kg )( 9,81 N /kg )=13,7 N


WF = - f Δx = - (13,7 N) (3 m) = - 41,1 J
Wnc = Wluar + WF
= 75 J – 41,1 J = 33,9 J
1 2
Wnc = ΔE = Δk = mv =33,9 J
2
2( 33,9 J ) 2(33,9 J )
V=
√ m √=
4 kg
=4,12 m/s

Contoh :
Seorang anak bermssa 40kg meluncur menuruni papan luncur kasar yang
miring dengan 300. Koefisien gesekan kinetik antara anak dan papan luncur
adalah Mk = 0,2. Jika anak mulai dari kedan diam di puncak tempat peluncur,
pada ketinggian 4m dari dasar, berapa kelajuannya ketika ia mencapai dasar?
WF = - fs = - ( μk mġ cos 30 ° ) s
= - (0,2) (40 kg) (9,81 N/kg) (0,866) (8 m) = - 544 J
Ei = Ui = mġh = (40 kg) (9,81 N/kg) (8 m) = 1570 J
Wnc = ΔE = Ef – Ei = Ef – 1570 J = - 544 J
Ef = 1570 J – 544 J = 1026 J
2 Kf 2 ( 1026 J )
V=
√ √m
=
40 kg
=7,16 m/ s

Contoh :
Sebuah balok 4kg bergantung pada sebuah tali ringan yang lewat di atas pasak
yang halus dan dihubungkan dengan balok 6 kg yang diam di atas meja yang
kasar. Koefisien gesekan kinetik adalah MK = 0,2. Balok 6kg didorong
menekan sebuah pegas, yang mempunyai konstanta pegas 180N/m sehingga
tertekan sejauh 30cm, kemudian dilepas. Carilah kelajuan balok ketika balok
yang bermassa 4kg telah jatuh sejauh 40cm!
1 1
Ei = kx 2= ( 180 N /m ) ( 0,30 m )2=8,1 J
2 2
W nc =−μ k ġ . m 1
= −( 0,2 ) ( 6 kg )( 9,81 N /kg )( 0,40 m )
= −4,7 J
W nc =E f −E i=−4,7 J
E f =E i−4,7 J =8,1 J −4,7 J =3,4 J
1
E f = ( m 1 +m 2 ) v 2−m 2 ġy
2
1
Et = ( 6 kg+ 4 kg ) v 2−( 4 kg )( 9,81 N /kg )( 0,4 m )
2
= ( 5 kg ) v 2−15,7 J
E f =( 5 kg ) v 2−15,7 J
3,4 J =( 5 kg ) v 2−15,7 J
19,1 J
V=
√ 5 kg
=1,95 m/s

6.8 Kekekalan Energi


Energi total suatu sistem dapat mencakup energi jenis lain seperti panas/energi
kimia internal, selain energi mekanik. Energi suatu sistem dapat diubah lewat
berbagai cara seperti emisi/absorpsi, radiasi, usaha yang dikerjakan pada
sistem/panas yang dipindahkan. Kenaikan atau penurunan energi sistem dapat
selalu dijelaskan lewat munculnya/hilangnya suatu jenis energi disesuatu tempat,
suatu hasil eksperimen yang dikenal sebagai hulum kekekalan energi :
Ein – Eout = ΔEsis
Daya adalah laju alih energi dari satu sistem ke sistem lain. Jika sebuah gaya F
bekerja pada suatu partikel yang bergerak dengan kecepatan V, daya masukan
gaya itu adalah : dw
P= =F . V
dt
Satuan SI untuk daya, satu joule per sekon dinamakan satu watt (W):
2 J/s = 1 W
Satu kilowatt jam energi adalah :
1 kW.h = (103 W) x (3600 s)
= 3,6 x 106 W.J = 3,6 MJ
Satu daya kuda/horsepower (hp) :
1 hp = 550 ft. 1b/s = 746 W

Contoh :
Sebuah motor yang kecil digunakan untuk memberi daya pada sebuah lift yang
menaikkan beban batu yang beratnya 800N sampai ketinggian 10 m dalam 20s.
Berapakah daya minimum yang harus disediakan motor tersebut ?
s 10 m
V= = =0,5 m/s
t 20 s
P = Fv (800N) (0,5m/s) = 400N m/s
= 400J/s = 400W
BAB VII
SISTEM PARTIKEL DAN KEKEKALAN MOMENTUM

1. Pusat massa
Posisi pusat massa sistem partikel didefinisikan oleh :
3

∑ mn . X n
n =1

MRcm = m1 + m2 r2 + ….. =
∑ mi r i
i

Dengan M adalah massa total sistem dan Rcm adalah vektor posisi dari titik
asal yang dipilih ke pusat massa Integral = MRcm = ∫r dm
Contoh :
1. Sebuah massa 4 kg berada di titik asal dan massa 2 kg berada di x = 6cm.
carilah Xcm!
m2 2kg
X cm= d , X cm= .6 cm
m 1+ m2 4 kg+2 kg
2 kg
¿ .6 cm=2 cm
6 kg
2. Carilah pusat massa sistem yang terdiri dari tiga partikel : m 1 = 2 kg di
titik asal, m2 = 4 kg pada sumbu y di y = 3, dan m 3 = 6kg pada sumbu x di
x=4m
MX cm=∑ mi xi =¿ m1 . x1 +m 2 . x 2 +m 3 x 3 ¿
i
M =m 1 +m 2+ m3 =12 cm
∑ mi x i
 MX cm= i
=( 2 kg ) ( 0 ) + ( 4 kg )( 0 ) + ( 6 kg ) ( 4 m )
M
24 kg . m
= =2 m
12kg
∑ mi x i ( 2 kg )( 0 )+ ( 4 kg )( 3 m ) + ( 6 kg )( 0 )
 Y cm = i
=
M 12 kg
= 1m

2. Gerakan Pusat Massa Suatu Sistem


Pusat massa sistem bergerak seperti sebuah partikel yang mempunyai massa
sama dengan massa total sistem yang dipengaruhi oleh gaya eksternal yang
bekerja pada sistem

Fneto.eks = MAcm

3. Kekekalam Momentum
Momentum sebuah partikel didefinisikan sebagai massanya dikalikan
kecepatannya :
Ρ = mv
Hukum kedua Newton menyatakan bahwa gaya neto yang bekerja pada
partikel sama dengan laju perubahan momentum terhadap waktu :
dp
Fneto =
dt

Energi kinetik sebuah partikel dapat dinyatakan dalam momentumnya sebagai

P2
K=
2m
Massa total sistem dikalikan kecepatan pusat massanya sama dengan
momentum total sistem :

P = ∑ mi v t =¿ ¿
i

mvcm
“Jika gaya eksternal neto yang bekerja pada sebuah sistem adalah nol, maka
momentum total sistem kekal. Ini adalah hukum kekekalan momentum”

Contoh : (1)
Seorang pria yang massanya 70 kg dan seseorang anak laki-laki yang
massanya 35 kg berdiri bersama-sama di atas permukaan es yang licin yang
gesekannya dapat diabaikan. Jika mereka saling mendorong dan si pria
bergerak menjauh dengan kelajuan 0,3 m/r relatif terhadap es. Berapa jarak
pisah mereka setelah 5 s?

Gambar

Jawab : Pm = mmvm = (70 kg) (0,3 m/s)


= 21 kg.m/s
Pb = mb.vb = (35 kg) Vb
m
ρm + ρb=21 kg . + ( 35 kg ) V b=0
s
m
−21 kg .
s
V b= =−0,6 m/ s
35 kg

Contoh : (2)
Sebuah peluru bermassa 0,01 kg bergerak secara horizontal dengan kelajuan
400 m/s dan tertanam dalam sebuah balok bermassa 0,39 kg yang mula-mula
diam pada sebuah meja yang licin. Carilah :
a. Kecepatan akhir peluru dan balok.
b. Energi mekanik awal dan akhir sistem peluru balok.
Jawaban :
a. P1=m 1 .V 1= ( 0,01 kg ) ( 400 m/s )=4 kg . m/s
Pf =( m1 +m2 ) V F =( 0,4 kg ) V F
( 0,4 kg ) V F =4 kg m/s
m
V F=10
s
P=mvcm =m1 v 1+ m2 v 2
= ( 0,01 kg )( 400 m/ s ) + ( 0,39 kg )( 0 )
= 4 kg.m/s
4 kg . m/s
v cm = =10 m/ s
0,01 kg+0,39 kg

1 2 1 2
b. Ei =K i m 1 V 1 = ( 0,4 kg ) ( 10 m/s ) =20 J
2 2

4. Kerangka Acuan Pusat Massa


Kerangka acuan pusat massa adalah kerangka yang bergerak dengan pusat
massanya. Dalam kerangka ini, momentum total adalah nol.
U1 = V 1−V cm U2 = V 2−V cm

m1 V 1 +m 2 v 1
Vcm =
m1 +m 2
Contoh (1)
Sebuah kotak 2,5 kg bergerak dengan kecepatan V1 = 10 m/s I dan sebuah
kotak 3,5 kg bergerak dengan kecepatan V2 = -2 m/s I. carilah
a. Momentum total
b. Kecepatan pusat massa
c. Kecepatan masing-masing kotak dalam kerangka acuan pusat massa ?
Jawaban :
a. P = m1 v1 + m2 v2
= (2,5 kg) (10 m/s i) + (3,5 kg) (-2 m/s i)
= (25 kg m/s i – 7 kg m/s i)
= 18 kg m/s i
P m 1 v 1+ m2 v 2 18 kg . m/s i
b. V cm = = =
M m 1+ m2 ( 2,5 kg+3,5 kg )
= 3 m/s i
c. U1 = V 1−V cm=10 m/s i−3 m/s i=7 m/s i
m
U1 = V 2−V cm=−2 i−3 m/s i=−5 m/ s i
s
Pcm =m1 U 1 +m 2 U 2
= ( 2,5 kg )( 7 m/s i ) + ( 3,5 kg )(−5 m/ s i )
= 17,5 kg m/s i−17,5 kg m/s I = 0

Contoh (2)
Analisislah tumbukan pada contoh 2 dalam kerangka pusat massa.
(Vcm = 10 m/s)
U 1=V 1−V cm =400 m/s−10 m/s=390 m/s
U 2=V 2−V cm =0−10 m/ s=−10 m/ s
Pi=m1 U 1+ m 2 U 2
= ( 0,01 kg )( 390 m/s )+ ( 0,39 kg ) (−10 m/s )2
= 3,90 kg.m/s – 3,90 kg.m/s = 0

1 1
K i= m 1 U 12+ m 2 U 22
2 2
1 1
= ( 0,01 kg ) ( 390 m/s )2 + ( 0,39 kg )(−10 m/s )2
2 2
= 760,5 J + 19,5 J = 780 J

5. Energi Kinetik Sistem Partikel


Energi kinetik sistem partikel dapat ditulis akan sebagai jumlah energi kinetik
yang dihubungkan dengan gerakan pusat massa, ½ MV 2 cm, dan energi
gerakan relatif terhadap pusat massa, Krel = ∑ ½ mi.ui2, yang merupakan energi
kinetik seperti yang diamati dalam kerangka pusat massa :
1
K= MV 2 + K rel
2

6. Tumbukan Dalam Satu Dimensi


Tumbukan elastis adalah tumbukan yang energi kinetik total kedua bendanya
sama sebelum dan sesudah tumbukan. Tumbukan yang tak elastik adalah
tumbukan yang energi kinetiknya total berubah karena tumbukan.
Kekekalan momentum =

m 1 v 1 F + m2 v 2 F =m 1 v 1 i+ m 2 v 2 i

Grafik

Kecepatan relatif
V2F + V2i = V1i + V1F
V2F - V1F = - (V2i - V1i)

Kecepatan relatif V2 – V1 adalak kecepatan benda dan bila dilihat oleh benda
1.
Contoh : 1
Sebuah balok 4 kg yang bergerak ke kanan dengan kelajuan 6 m/s mengalami
tumbukan elastis dengan balok 2 kg yang bergerak ke kanan dengan kelajuan
3 m/s. carilah kecepatan V1f dan V2f ?
( 4 kg ) V 1 F + ( 2 kg ) V 2 F =( 4 kg ) ( 6 m/s )+ ( 2kg ) (3 m/ s )
Atau 4 V 1 F +2 V 2 IF =30 m/ s
V 2 i−V 1 i=3 m/s−6 m/ s=−3 m/s
V 2 F −V 1 F=− (−3 m/ s ) =+3 m/s
4 V 1 F −2V 2 F =30 m/s jadi, V 2 F =7 m/ s
V 1 F =4 m/s
1 1
K i= ( 4 kg )( 6 m/ s )2 + ( 2 kg ) ( 3 m/ s )2=72 J +9 J =81 J
2 2
1 1
K F= ( 4 kg ) ( 4 m/s 2 ) + ( 2 kg ) ( 7 m/s )2 =32 J + 49 J =81 J
2 2

Rumus :
P1F = - P1i dan P2F = - P2i
U1F = - U1i dan U2F = - U2i

Contoh : 2
Carilah kecepatan akhir tumbukan elastis pada contoh 1 dengan mengubah
kerangka acuan pusat massa.
MV cm=m 1 v 1 i+ m2 v 2 i
( 6 kg ) V cm=( 4 kg )( 6 m/ s ) + ( 2 kg ) ( 3 m/s )=30 kg . m/s
V cm =¿ 5 m/s

U 1 i=−U 1i −V cm=6 m/s−5 m/s=1 m/s


m 5m
U 2 i=−U 2i −V cm =3 − =−2 m/s
s s

Kecepatan akhir :
U 1 F =−U 1i =−( 1 m/ s ) =−1m/ s

U 2 F=−U 2i =− ( −2s m )=+2 m/s


V 1 F =V 1 F +V cm =−1 m/s+5 m/ s=4 m/s
V 2 F =V 2 F +V cm =2 m/s+5 m/ s=7 m/ s

“Untuk sebuah tumbukan elastis, kelajuan menjauh relatif dan benda-benda


setelah tumbukan sama dengan kelajuan mendekat relatif sebelum tumbukan”

Tumbukan Tak Elastis


Dalam tumbukan tak elastis sempurna, benda-benda melekat dan bergerak
dengan kecepatan pusat massa.
Rumus Rasio antara Energi Kinetik Akhir dan Energi Kinetik Awal
KF m1
=
K i m1 +m2
Hasil ini hanya berlaku jika tumbukan bersifat tak elastis sempurna dan benda
dengan massa m2 semula diam.
Pengukuran ketinggian h dapat digunakan untuk menentukan kelajuan awal

m 1+ m 2
peluru= V 2 i= [ m1 ]√ 2 gh

Koefisien restistusi e adalah ukuran elastisitas sebuah tumbukan dan didefinisikan


sebagai rasio kelajuan menjauh relatif terhadap kelajuan mendekat relatif. Untuk
tumbukan elastis e = 1, untuk tumbukan tak elastis sempurna e = 0.
Contoh (1) :
Koefisien restitusi untuk baja pada baja diukur dengan menjatuhkan sebuah bola
baja pada pelat baja yang ditempelkan secara erat dengan bumi. Jika bola
dijatuhkan dari ketinggian 3 m dan memantul sampai ketinggian 2,5 m. berapakah
koefisien restitusinya?

Contoh (2) :
Sebuah kotak 2 kg yang bergerak ke kanan dengan kelajuan 5m/s bertumbukan
dengan kotak 3 kg yang bergerak dalam arah sama dengan kelajuan 2 m/s. Setelah
tumbukan, kotak 3 kg bergerak dengan kelajuan 4,2 m/s. carilah
a. Kecepatan kotak 2 kg setelah tumbukan.
b. Koefisien restitusi untuk tumbukan ini.
Jawaban :
a. Pi = (2kg) (5 m/s) + (3kg) (2m/s)
= 16 kg m/s
Pf = (2kg) v11 + (3kg) (4,2 m/s)
(2kg)V 11 + (3kg) (4,2 m/s) = 16kg m/s
m
2 V 11+12,6 =16 m/s
s
16 m/s−12,6 m/s
V 11 = =1,7 m/s
2
2,5 m/s 4,2 m/s−1,7 m/s
b. e =
3,0 m/s 5 m/s−2 m/s

7. Tumbukan Dalam Tiga Dimensi


Dalam tiga dimensi, sifat vektor kekekalan momentum linear adalah penting.
Momentum total awal didapatkan dengan menjumlahkan vektor momentum awal
kedua benda. Karena benda-benda itu melekat menjadi satu dan momentum
akhirnya sama dengan momentum awal, keduanya bergerak dalam arah
momentum total resultan dengan kecepatan Vcm yang diberikan oleh :
P
Vcm =
m1 +m2
Dengan P adalah momentum total sistem
Contoh (1) :
Sebuah mobil kecil bermassa 1,2 Mg (1,2 x 103 kg) yang bergerak ke timur
dengan 60 km/j bertumbukan dipersimpangan dengan sebuah truk yang massanya
3 Mg yang bergerak ke utara dengan kelajuan 40 km/j. Mobil dan truk melekat
menjadi satu. Carilah kecepatan rongsokan tepat setelah tumbukan.

Momentum awal mobil :


Pm = (1,2 Mg) (60 km/j) I = 72 Mg.km/j i
Momentum awal truk :
Pt = (3 Mg) (40 km/j)j = 120 Mg.km/I j
P = Pm + Pt
P 72 Mg . km/ ji+120 Mg. km/ j i j
Vcm = =
M 4,2 Mg
= 17,1 km/j i + 28,6 km/j i
V 2cm =( 17,1 km/ j )2+ ( 28,6 km/ j )2
= 1,11 x 103 (km/j)
Vcm = 33,3 km/j
P y 120 Mg. km/ j
Sudut θ = tanθ= = 1,67
Px 72 Mg . km/i
θ = 59°

8. Impuls dan Rata-rata Waktu Sebah Gaya


Impuls suatu gaya didefinisikan sebagai integral gaya terhadap selang waktu
selama gaya itu bwekerja. Impuls gaya neto sama dengan berubahan
momentum total sebuah partikel :
tf

│= ∫ F dt =∆ P
ti

Rata-rata waktu sebuah gaya waktu selang ∆t = tf – ti adalah


tf
1 1
Frata-rata = =∫ F dt =
∆t t i
∆t
Contoh (1)
Sebuah telur bermassa 50 g menggelinang dari sebuah meja yang tingginya
1m pecah di lantai
a) Carilah impuls yang dikerjakan lantai pada telur
b) Dengan mengasumsikan bahwa telur menempuh 2 cm (sekitar setengah
diameter bagian yang kecil dari telur pada umunya), setelah pertama kali
menyentuh lantai, perkirakan waktu tumbukan dan gaya rata-rata yang
dikerjakan lantai pada telur!
a) Untuk y = 1 m
V2 = 2gy = 2 (9,81 m/s2) (1 m) = 19,6 m2/s2
V = √ 19,6 m/s = 4,4 m/s
Pi = mv = (0,05 kg) (4,4 m/s)
= 0,22 kg.m/s
∆y 0,02m
b) ∆t = = =0,0095=9 ms
V rata−rata 2,2m/ s
∆ ( mv ) ( 0,05 kg )( 4,4 m/s )
Frtaa-rata = = =24 N
∆t 0,009 s
Nilai ini kira-kira 50 kali berat telur.

Contoh (2) :
Perkirakan gaya yang dikerjakan oleh sabuk pengaman pada pengemudi mobil
80kg ketika mobil yang semula bergerak dengan kelajuan 25 m/s (sekitar 56 mi/j),
menabrak benda yang diam!
1m
∆t = = 0,08 s
12,5 m/ s
∆ v 25 m/s
αrata-rata = = =312m/ s2
∆ t 0,08 s
Frata-rata = m.αrata-rata
= (80 kg) (312 m/s2) = 25.000 N

Contoh (3) :
Berapakah nilai yang masuk akal untuk impuls I, gaya rata-rata F rata-rata, dan waktu
tumbukan ∆t untuk pemukul golf yang memukul bola golf ? Sebuah bola golf
besarnya mempunyai massa m = 4,5 g dan jari-jari r = 2 cm. untuk ayunan pada
umunya, jangkauan yang masuk akal adalah R = 160 m (sekitar 175 yard)
V 20
R= sin 2θ 0
ǵ

2 Rǵ (160 m ) ( 9,81 m/s 2)


V =
0 =
sin 2 θ0 1

V 0= √1600 m 2 /s 2=40 m/ s

1 = ∫ F dt =∆ p=mv 0= ( 0,045 kg ) ( 40 m/s )


= 1,8 kg.m/s = 1,8 N.s
∆t 0,02 m
∆t = = =0,001 s
v rata−rata 20 m/ s
1 1,8 N . s
Frata-rata = = =1800 N
∆ t 0,001 s

9. Dorongan Jet
Sebuah roket mendapatkan dorongan dengan membakar bahan bakarnya dan
membuang gas yang dihasilkannya. Gaya yang dikerjakan oleh gas pada roket
mendorong roket ke depan.
Persamaan untuk gerakan sebuah roket yang didapatkan dari hukum Newton
adalah :
dv dm
m
dt | |
=U keluar
dt
+ Fkeluar

Dalam persamaan ini, U keluar adalah kelajuan gas buang relatif terhadap
roket. Jika gaya eksternal gravitasi konstan, kecepatan akhir roket
dihubungkan dengan kelajuan pembuangan gas dan massa awal dan akhir
roket :
mi
Vf = + U keluar ∈|| mf
− ǵ Fb

Dengan tb adalah waktu pembakaran.


Contoh :
Roket Saturnus V yang digunakan dalam program Apollo untuk pendaratan di
bulan mempunyai massa awal ini, sebesar 2,85 x 10 6 kg, berat kosong 27
persen, laju pembakaran 1 dm/atl 30 x 106 N. Carilah :
a. Kelajuan pembuangan
b. Waktu pembakaran tb
c. Percepatan awal pada peluncuran
d. Percepatan pada saat bahan bakar habis tb
e. Kelajuan akhir roket
Jawaban :
F dorong 34 x 10 N
6
a. Ukeluar = = =2,46 km/s
|dm/dt | 13,84 x 103 kg /s
b. Karena berat kosong adalah 27 persen, massa bahan bakar yang terbakar
adalah 73 dari massa awal/mbahan bakar = (0,73)(2,85 x 106 kg) = 2,08 x 106
kg. Waktu yang diperlukan untuk membakar bahan bakar sebanyak ini
dengan laju 13,84 x 106 kg/s adalah :
2,08 x 106 kg
t b= =¿ 150 s
13,84 x 103 kg /s
c. Percepatan awal :
dv m keluar dm
dt
=−g+
mi dt [ ]
2,46 km/s
= -9,81 m/s2 + 6
( 13,84 x 103 kg /s )
2,85 x 10 kg
= -9,81 m/s + 11,95 m/s2 = 2,14 m/s2
2

= 0,21 ǵ

d. Pada saat bahan bakar habis, massa akhirnya adalah m f = (0,27)(2,85 x 106
kg) = 7,70 x 106 kg sehingga percepatannya adalah
dv U keluar dm
dt
=−ǵ +
mi dt | |
2,46 km/s
= -9,81 m/s2 + 6
( 13,84 x 103 kg /s )
7,70 x 10 kg
= -9,81 m/s + 44,26 m/s2
2

= 34,4 m/s2 = 3,5 ǵ


e. Kelajuan akhir roket
mi
V t =+U keluar ∈ −( 9,81m/ s2 ) ( 150 s )
0,27 mi
= 3,22 km/s – 1,47 km/s = 1,75 km/s

Anda mungkin juga menyukai