Oleh
Latar Belakang
Kijing taiwan merupakan kerang air tawar yang dapat ditemukan di perairan Dramaga,
Bogor karena jumlahnya yang melimpah. Kijing taiwan pertama kali ditemukan di Indonesia
pada tahun 1971 di Balai Penelitian Perikanan Darat Cibalagung, Bogor (Tampa et al. 2014).
Kijing taiwan dapat dijumpai pada perairan tawar yang memiliki jenis substrat lempung
(kandungan lumpur dan pasir seimbang) dan substrat lempung pasir (dominan kandungan
pasir dibandingkan lumpur). Menurut Lesmana et al. (2013) kijing taiwan memiliki ciri-ciri
berbentuk simetris bilateral, memiliki 2 cangkang cembung, cangkang cembung tersebut
terbentuk dari zat kapur yang terkandung di perairan tempat kijing taiwan hidup. Kijing
taiwan memiliki dua tahap dalam siklus hidupnya, yaitu fase parasit (periode singkat) dan
fase yang panjang pada habitat alaminya (substrat di dasar perairan). Tingkat kelangsungan
hidup dari kijing taiwan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, ikan inang,
ketersediaan pakan dan kondisi lingkungan atau perairan. Selain itu, anakan kerang muda
(yang baru lepas dari inang) sangat sensitif terhadap tekanan lingkungan (Sahusilawane et
al. 2015).
Kijing taiwan memiliki potensi ekonomis dan ekologis yang tinggi. Secara ekonomi,
kijing taiwan dapat dijadikan sebagai sumber konsumsi karena mengandung protein hewani
yang dimana menurut penelitian daging kijing taiwan memiliki kandungan protein sebesar
5,67-7,37% per 100 gram serta kandungan bezi sebesar 31,2-35,85% setiap 100 gramnya.
Selain dapat dikonsumsi, kijing taiwan juga dijadikan sebagai bahan pakan ternak, industri
kancing, dan penghasil mutiara air tawar serta untuk keperluan pengobatan. Kijing taiwan
juga memiliki nilai ekologis yaitu dapat berperan untuk mengurangi pencemaran lingkungan
karena dapat mengurangi kandungan logam berat yang terdapat pada suatu perairan
(Hamidah 2013). Menurut Tampa et al. (2014) kijing taiwan memiliki peran penting dalam
suatu ekosistem karena kijing taiwan dapat mengurangi material - material pada perairan
seperti sedimen bahan organik, bakteri, dan fitoplankton karena kerang merupakan filter
feeders. Pada saat kijing taiwan menyaring makanan, mereka memberikan hubungan integral
antara habitat pelagik dan bentik. Kepadatan kumpulan kijing taiwan dapat menjaga
kestabilan substrat. Kijing taiwan juga merupakan makanan bagi predator terestrial maupun
akuatik seperti burung, ikan, dan berang-berang, cangkang kijing taiwan yang telah lapuk
dan tererosi dapat menjadi cadangan kalsium karbonat jangka panjang. Dibalik dari memiliki
kandungan gizi yang tinggi, terdapat kerugian dalam mengkonsumsi kijing taiwan yaitu
adanya kandungan logam berat. Hal ini disebabkan karena kijing taiwan merupakan filter
feeder yang dapat menyerap kandungan logam berat perairan ke dalam tubuhnya (Rahayu
dan Rustiani 2013).
Tujuan Penelitian
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur anatomi dan morfologi kijing
taiwan beserta mengetahui nilai soft tissue index (STI), body condition index (BCI), dan meat
yield (MY) dari kijing taiwan.
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kijing taiwan atau organisme yang memiliki nama latin Anodonta woodiana ini
merupakan spesies invasif yang berasal dari Taiwan lalu menyebar karena dibawa oleh
spesies Cyprinidae. Kijing taiwan memiliki peran yang penting baik terhadap lingkungan
maupun manusia karena kijing taiwan dapat berperan sebagai biofiltrasi, sumber makanan
untuk manusia, perhiasan, dan juga seni (Kalesaran dan Lumenta 2020). Kijing taiwan
memiliki bagian-bagian tubuh yang meliputi insang, mantel, kaki, kelenjar pencernaan, dan
massa visceral (Li et al. 2014).
METODE
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Maret 2023 pukul 07.00-10.00 WIB
bertempat di Laboratorium Biologi Makro, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan bahan yang digunakan yaitu penggaris, jangka sorong, timbangan digital, alat
bedah, lap/tissue, trashbag, sarung tangan latex, dan kijing.
Prosedur Kerja
Langkah pertama yang perlu dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan, setelah itu
lakukan pengukuran panjang, lebar, dan tebal pada kijing taiwan menggunakan penggaris
(untuk panjang dan lebar) dan jangka sorong (untuk tebal). Langkah selanjutnya timbang
bobot total kijing taiwan menggunakan timbangan digital. Selanjutnya gambar secara manual
bentuk kijing dari posisi secara lateral, anterior, dan posterior. Setelah gambar selesai, buka
kijing taiwan lalu buat gambar dengan posisi cangkang kijing taiwan yang sedang terbuka.
Setelah selesai menggambar, lakukan pembedahan terhadap kijing taiwan, pisahkan antara
bagian mantel, otot gerak, insang, dan dagingnya lalu timbang daging dan mantel kijing
taiwan tersebut lalu catat hasilnya. Berdasarkan data yang sudah terkumpul, hitung nilai STI,
BCI, dan MY kijing taiwan.
Analisis Data
Dalam menganalisis struktur anatomi dan morfologi pada suatu biota, dibutuhkan
kajian analisis data untuk mendukung hasil tersebut. Beberapa perhitungan yang dibutuhkan
yaitu soft tissue index (STI), body condition index (BCI), dan meat yield (MY). Berikut
merupakan rumus soft tissue index atau STI:
Kategori nilai:
• <50% (daya tahan rentan)
• >50% (daya tahan tidak rentan)
Selanjutnya yaitu terdapat rumus body condition index atau BCI yang digunakan untuk
menghitung seberapa besar kegemukan atau kemontokan pada kijing taiwan:
Total weight
BCI = × 100%
Total length3
Kategori nilai:
• < 25% (kurus)
• 25-45% (sedang)
• >45% (gemuk)
Selanjutnya yaitu terdapat rumus meat yield atau MY yang digunakan untuk menghitung
seberapa besar tingkat stress pada kijing taiwan:
Kategori nilai:
• <50% (stress)
• >50% (tidak stress)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan analisis struktur anatomi dan morfologi yang telah dilakukan pada kijing
taiwan, didapatkan hasil berupa grafik soft tissue index, body condition index, dan meat yield
pada kijing taiwan berukuran besar, sedang, dan kecil. Berikut merupakan grafik soft tissue
index dari kijing taiwan.
61
60
59
Soft Tissue Index
58
57
56
55
54
53
Besar Sedang Kecil
Ukuran Kijing
30
25
Body Conditioning Index
20
15
10
0
Besar Sedang Kecil
Ukuran Kijing
40
35
30
Meat Yield
25
20
15
10
5
0
Besar Sedang Kecil
Ukuran Kijing
Pembahasan
Setiap biota memiliki tingkat ketahanan, kemontokan, dan stress yang berbeda-beda.
STI atau soft tissue index merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menganalisis tingkat kualitas suatu perairan serta menduga biokonsentrasi bahan organik
yang terdapat di perairan (Yep et al. 2021). Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kijing
taiwan berukuran besar dan kecil memperoleh nilai STI (soft tissue index) tertinggi yaitu
sebesar 60 yang dimana nilai ini >50 yang artinya kijing taiwan berukuran besar dan kecil
ini memiliki daya tahan akan kerentanan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kijing
taiwan berukuran sedang yang memiliki nilai STI sebesar 55,56, tetapi kijing taiwan
berukuran sedang juga memiliki daya tahan akan kerentanan yang tinggi walau tidak setinggi
kijing taiwan berukuran besar dan kecil. Menurut Lira et al. (2020) jika nilai STI semakin
besar maka akan semakin tinggi juga tingkat resistensi hidup suatu organisme atau daya tahan
hidup suatu organisme. Soft tissue index ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
suhu, pH, dan oksigen terlarut (DO) (Pramesti et al. 2014).
Tingkat kemontokan suatu biota dapat dianalisis menggunakan metode BCI atau body
condition index. Menurut Yaqin dan Fachruddin (2018) BCI merupakan suatu metode untuk
mengukur morfometrik berupa panjang, lebar, tinggi, dan bobot untuk mengetahui kondisi
tubuh suatu biota. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kijing taiwan berukuran kecil
memperoleh nilai tertinggi yaitu sebesar 28,17, lalu dilanjutkan oleh kijing taiwan berukuran
sedang dengan nilai sebesar 24,30, dan terakhir kijing taiwan berukuran besar memperoleh
nilai paling kecil yaitu sebesar 17,25. Hasil ini menunjukan bahwa kijing taiwan berukuran
kecil termasuk kategori sedang karena memiliki nilai BCI di dalam rentang nilai 25-45,
sedangkan kijing taiwan berukuran sedang dan besar termasuk kategori kurus karena
memiliki nilai BCI <25. Dapat dilihat bahwa kijing taiwan berukuran kecil memiliki
kegemukan yang lebih baik jika dibandingkan dengan kijing taiwan berukuran sedang dan
besar. BCI berkaitan erat dengan pertumbuhan, yang dimana pertumbuhan suatu biota dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti makanan, suhu lingkungan, umur, serta nutrisi yang
terkandung di dalam suatu ekosistem perairan (Padwa et al. 2015).
Perlu adanya analisis terkait tingkat stress suatu biota. MY atau meat yield merupakan
metode yang dapat digunakan untuk menganalisis atau mengukur tingkat stress kijing. Hasil
yang diperoleh menunjukan bahwa kijing taiwan berukuran kecil memiliki nilai MY tertinggi
yaitu sebesar 37,50, lalu dilanjutkan oleh kijing taiwan berukuran sedang dengan nilai MY
sebesar 33,33, lalu kijing taiwan berukuran besar memiliki nilai MY terendah yaitu sebesar
29,03. Hasil ini menunjukan bahwa kijing taiwan berukuran besar, sedang, dan kecil
mengalami stress karena memiliki nilai MY yang dibawah 50, sesuai dengan kutipan dari
Prihatin (2013) yang menyatakan bahwa suatu organisme yang memiliki nilai MY dibawah
50% dapat dikatakan memiliki tingkat stress atau tekanan yang tinggi. Faktor yang dapat
menyebabkan tingkat stress ini diantaranya yaitu ketersedian makanan, pertumbuhan, dan
protein yang terdapat di lingkungan (Celik et al. 2012).
SIMPULAN
Hasil analisis menunjukan bahwa kijing taiwan berukuran kecil merupakan kijing
taiwan yang paling baik jika dibandingkan dengan kijing taiwan berukuran sedang dan besar
karena memiliki nilai STI, BCI, dan MY tertinggi. Kijing taiwan berukuran kecil merupakan
kijing taiwan yang terburuk karena memiliki nilai BCI dan MY terendah, sedangkan kijing
taiwan berukura sedang hanya memiliki nilai yang baik pada kategori STI.
SARAN
Perlu adanya kajian lebih lanjut terkait kijing taiwan agar dapat dilakukannya
pengelolaan yang tepat sehingga kijing taiwan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Astari FD, Solichin A, Widyorini N. 2018. Analisis kelimpahan, pola distribusi, dan nisbah
kelamin kerang kijing (Anodonta woodiana) di inlet dan outlet Danau Rawapening
Jawa Tengah. Journal of Maquares. 7(2): 227-236.
Bogan AE, Al-Fanharawi AA, Lima ML. 2021. First record of Sinanodonta woodiana and
report for freshwater bivalves from Iraq (Mollusca: Bivalvia: Unionidae). Ecologica
Montenegrina. 45(1): 52-60.
Celik MY, Karayucel S, Karayucel I, Ozturk R, Eyuboglu B. 2012. Meat yield, condition
index, and biochemical composition of mussels (Mytilus galloprovincialis lamarck,
1819) in Sinop, south of the black sea. Journal of Aquatic Food Product Technology.
21: 198-205.
Hamidah A. 2014. Pengaruh beberapa ukuran dan jenis ikan sebagai inang terhadap densitas
penempelan glokidia kijing taiwan (Anodonta woodiana Lea). Biospecies. 6(2): 46-50.
Kalesaran OJ, Lumenta C. 2020. Analysis of scanning electron microscopy on Sinanodonta
(Anodonta) woodiana Nacre (Lea, 1834). Journal of Aquaculture and Fish Health.
10(1): 75-84.
Li Y, Yang H, Liu N, Luo J, Wang Q, Wang L. 2014. Cadmun accumulation and
metallothionein biosynthesis in cadmium-treated freshwater mussel Anodonta
woodiana. Plos One. 10(2): 1-15.
Lira LVG, Ariede RB, Freitas MV, Mastrochirico-filho VA, Aqudelo JFG, Barria A, Yanez
JM, Hashimoto. 2020. Quantitative genetic variation for resistance to the parasite
Ichthyophthirius multifiliis in the Neotropical fish tambaqui (Colossoma
macropomum). Aquaculture reports. 17(1): 1-7.
Marwoto RM, Isnaningsih NR. 2014. Tinjauan keanekaragaman moluska air tawar di
beberapa situ di das Ciliwung-Cisadane. Berita Biologi. 13(2): 181-189.
Padwa M, Kalesaran OJ, Lumenta C. 2015. Pertumbuhan kijing taiwan (Anodonta woodiana)
dengan perbedaan substrat. Jurnal Budidaya Perairan. 3(1): 119- 123.
Pramesti DT, Haeruddin, Rudyanti S. 2014. Biokonsentrasi bahan organik pada berbagai
ukuran cangkang kijing (Anodonta woodiana) di balai benih ikan Siwarak Ungaran,
Semarang. Diponegoro Journal of Maquares. 3(4): 250- 256.
Prihatini W. 2013. Ekobiologi kerang bulu Anadara antiquate di perairan tercemr logam
berat. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah. 16: 1-10.
Purwanto R, Sulaeman A, Wattimena GA. 2012. Sejarah dan Perkembangan Revolusi Hijau,
Revolusi Bioteknologi, dan Revolusi Hijau Lestari. Bogor: IPB Press.
Rahayu SYS, Rustiani E. 2013. Reduksi kadar logam berat dalam kijing taiwan Anodonta
woodiana agar menjadi bahan pangan konsumsi yang aman. Jurnal Ilmiah Farmasi.
3(1): 1-10.
Sahusilwane HA, Carman O, Affandi R. 2015. Pengaruh substrat yang berbeda terhadap
tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan anakan kijing taiwan (Anodonta
woodiana, Lea). Prosiding Seminar Nasional Pangan, Energi, dan Lingkungan. 215-
224.
Tampa AI, Lumenta C, Kalesaran OJ. 2014. Morfometrik kijing taiwan (Anodonta
woodiana) di beberapa lokasi di Kabupaten Minahasa dan Minahasa Utara. Jurnal
Ilmiah Platax. 2(2): 48-54.
Yaqin K, Fachruddin L. 2018. Kandungan logam timbel (Pb) pada kerang simping (Placuna
placenta) dan potensi indeks kondisi (IK) sebagai biomarker morofologi untuk
mendeteksi logam pencemar. Torani: JFMarSci. 1(2): 1-13.
Yep CK, Sharifinia M, Cheng WH, Al-Shami SA, Wong KW, Al-Mutairi KA. 2021. A
commentary on the use of bivalve mollusks in monitoring metal pollution levels.
International Journal of Enviromental Research and Publiv Health. 18(1): 1-24.
LAMPIRAN