PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG (PERBAIKI HURUF KECIL YA NAS , LAPTOPKU EROR ).
Oseanografi adalah kombinasi dua kata yang berasal dari bahasa
Yunani :oceanus (samudera) dan graphos (deskripsi). Oseanografi memiliki arti
deskripsi mengenai samudera. Ruang lingkup oseanografi pada kenyataanya
lebih dari sekedar deskripsi mengenai samudera, karena samudera itu sendiri
akan melibarkan berbagai disiplin ilmu (Supangat dan Susanna, 2008 dalam
Lanuru dan Suwarni, 2011).
Menurut Monintja dan Roza (2001), perikanan tangkap adalah kegiatan
ekonomi yang mencakup penangkapan/pengumpulan hewan maupun tanaman
air yang hidup di laut atau perikanan umum secara bebas. Perikanan tangkap
merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa elemen atau subsistem yang
saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya.Perikanan
tangkap perlu dikelola karena perikanan tangkap berbasis sumberdaya hayati
yang
dapat
diperbaruhi
namun
dapat
mengalami
deplesi
atau
ini
perlu
adanya
pengelolaan
yang
berorientasi
pada
jangka
Adapun maksud dari laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi syarat
kelulusan mata kuliah Oceanografi Perikanan, dimana ada sks praktikum yang
menganjurkan agar mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini harus
melakukan praktikum Oceanografi Perikanan dan sebagai buktinya adalah
Laporan Praktikum ini.
Adapun tujuan dari laporan praktikum ini adalah untuk mengetahui data
hasil tangkap (catch), suhu permukaan laut (temperature), klorofil, ENSO yang
dibagi menjadi dua yaitu SOI dan Nino 3,4 , serta mengetahui IOD
dan
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
dilakukan oleh Nicholls yang menunjukkan bahwa hubungan antara laut dan
udara di Indonesia terkait dengan anomaly/keganjilan suhu permukaan laut dan
hal itu mempunyai hubungan seasonal yang kuat dengan Samudra Pasifik.
Penemuan terakhir menjelaskan bahwa anomaly/keganjilan suhu permukaan laut
di Samudera India juga ada hubungannnya dengan hujan di Indonesia.
Penjelasan tersebut di atas memberikan argument yang jelas bahwa Suhu
Permukaan Laut merupakan parameter kunci dalam hubungan antara atmosfer
dan samudera.
Sea Surface Temperatur (SST) atau Suhu Permukaan Laut (SPL) adalah
salah satu parameter penting yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas
suatu perairan. Data SPL dapat dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari
gejala-gejala fisika di dalam laut, tetapi juga dalam kaitannya dengan kehidupan
hewan atau tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian
meteorologi (Nontji,2007).
2.3 Klorofil
Klorofil atau pigmen utama tumbuhan banyak dimanfaatkan sebagai food
suplement
yang
dimanfaatkan
untuk
membantu
mengoptimalkan
fungsi
lama tahapan eksitasi singlet klorofil, semakin besar konversi energi elektronik
dari tingkatan dasar ke tingkatan tereksitasi triplet dapat terjadi. Kelebihan energi
pada tingkatan tereksitasi triplet memberi peluang klorofil untuk mentransfer
energinya ke molekul oksigen di sekitarnya. Reaksi ini memproduksi singlet
oksigen reaktif (reactive oxygen spesies/ROS) yang bersifat merusak (Limantara,
2006).
2.4 ENSO ( El Nino Southern Oscillation )
ENSO ( El Nino Southern Oscillation ) merupakan salah satu bentuk
penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu
permukaan laut (SPL) di daerah katulistiwa bagian tengah dan timur. Fenomena
tersebut memainkan peranan penting terhadap variasi iklim tahunan. Pengaruh
ENSO sangat terasa di beberapa wilayah Indonesia yang ditandai dengan jumlah
curah hujan lebih kecil dalam tahun ENSO dibandingkan dengan pra dan pasca
ENSO, sehingga dapat menyebabkan musim kemarau lebih panjang (Kailaku,
2009).
2.4.1 SOI (Southern Oscillation Index)
SOI (Southern Oscillation Index) adalah index ENSO dengan
melihat perubahan anomaly SLP (Sea Level Pressure). SOI ada dua yaitu
tradisional SOI yang merupakan perbedaan anomaly SLP dari keadaan
normalnya di antara SLP di Tahiti dan di Darwin. Sedangkan yang kedua
adalah equatorial SOI yaitu perbedaan anomaly SLP diantara Pasifik Timur
(50N-50S, 1300-800W) dan Pasifik Barat (50N-50S, 900-1400E). Keduanya
merupakan index SOI yang digunakan untuk memonitoring ENSO. SOI
positif (+) merupakan indicator terjadinya La Nina yang ditandai dengan
SLP di daerah Darwin berada lebih rendah dari pada normalnya,
sedangkan di Tahiti SLPnya lebih tinggi dibanding normalnya.SOI negative
(-) merupakan indicator terjadinya El Nino, dimana kondisi SLP di Darwin
lebih besar dibanding normalnya dan SLP di daerah Tahiti lebih rendah
dibanding normalnya, sementara kondisi SLP di Tahiti jauh lebih besar
dibanding SLP di daerah IDT (Hadi, 2011).
Southern Oscillation Index (SOI) merupakan salah satu ukuran
fluktuasi skala besar antara tekanan udara yang terjadi di barat Pasifik
dengandi timur Pasifik wilayah tropis selama episode El Nio dan La
Nia.Indeks ini telah dihitung berdasarkan perbedaan anomali tekanan
udara antara Tahiti dan Darwin, Australia. Salah satu metode untuk
menghitung nilai SOI dikenalkan oleh Bureau of Meteorology Australia
(BOM) menggunakan metode Troup yang menghitung perbedaan standar
anomali suhu muka laut rata-rata antara Tahiti dan Darwin (Syaifullah,
2010).
SOI digunakan oleh banyak ahli keikliman dan meteorologi untuk
mengukur
kekuatan
El
Nino
Southern
Oscillation
(ENSO),
yaitu
melemahnya angin pasat yang berkaitan dengan suhu muka laut di lautan
Pasifik.Dua keadaan musim yang ekstrim oleh para ahli disebut sebagai El
Nino dan La Nina. Kalau terjadi La Nina, maka Nilai SOI secara berturutan
selama tiga sampai lima bulan berada pada nilai positif dan di atas nilai +5,
sedangkan bila terjadi El Nino, nilai SOI secara berturutan negatif dan
kurang dari -5.Selain memiliki keterkaitan erat dengan fenomena musim
yang ekstrim, setiap musim pada deret waktu SOI memiliki sifat keterkaitan
dengan musim sebelumnya, yang ditunjukkan dengan pola deret waktu
yang berulang (seesaw) dan lag-correlation yang tinggi (Haryanto, 2002).
2.6 Korelasi
Menurut Sungkawa (2013), korelasi merupakan Sebagai alternatif yang
dapat digunakan dalam analisis ketergantungan antara dua faktor kualitatif
adalah sebaran khi-kuadrat dan tabel kontingensi. Bila koefisien arah garis
regresi atau koefisien korelasinya positif, dapat diartikan bahwa kedua faktor
tersebut mempunyai hubungan searah, sehingga jika salah satu faktor
meningkat, faktor lainnya juga meningkat. Berlaku sebaliknya jika koefisien
regresi dan korelasinya negatif. Untuk menelaah adanya ketergantungan antara
kedua factor kualitatif dilakukan uji keberartian koefisien korelasi dan regresi
dengan Statistik t atau sebaran t.
Menurut Setyawan., et, al (2013), kolelasi digunakan untuk menguji dan
mencari hubungan dua vareabel bahkan lebih.
digunakan untuk menganalisis data lebih dari 10. Metode ini juga dapat menguji
signifikan koefisen dalam kolerasi tersebut. Tabel korelasi yang dihasikan
menggambarkan mengenai bearnya koefisien korelasi variable persepsi
terhadap varabel yang diuji.
Korelasi ini merupakan salah satu metode matematika dan statistic yang
banyak digunakan untuk mengetahui hubungan dua variable secara kuantitatif.
Korelasi kolaborasi yang memiliki produktiviftas yang sagat kuat akan mencapai
nilai 0,88-0,97. Korelasi juga memiliki nilai yang searah dengan kata lain nilai ini
sma dengan nilai korelasi positf, yaitu apabila meningkatkan atau menurunkan
salah satu variable maka variable yang lain akan terpengaruh nilainyaa. (Sormi,
2009).
BAB 3
10
METODOLOGI
3.1 ALAT DAN BAHAN
3.1.1 ALAT DAN FUNGSI
Alat-alat yang digunakan pada saat pratikum Oseanografi Perikanan
adalah sebagai berikut :
TABEL 1. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
No. Alat
1.
Laptop
Fungsi
Sebagai perangkat keras untuk mengolah
data
2.
Microsoft Excel
3.
Charger Laptop
Fungsi
Data Catch, Suhu, Klorofil, Sebagai bahan data yang akan diolah
Ano Catch, Ano Suhu, Ano
Listrik
11
12
Pada sheet CpUE kita akan mencari rata-rata hasil tangkapan per bulan
dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2014. Pada cell pertama kolom rata-rata
ketik =AVERAGE(B2:B12) tekan enter.
13
14
GAMBAR 10. COPY HASIL CATCH TIAP TAHUN BULAN JANUARI SAMPAI
DESEMBER
Kemudian klik sheet Ano Catch,klik kanan pada kolom pertama Catch/bulan lalu
pilih Paste Special
15
16
17
18
19
21
22
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL ( DIEDIT JADI HURUF KECIL )
4.1.1 HASIL CATCH
TABEL 3. RATA-RATA HASIL TANGKAPAN PER BULAN
Jan
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
0.0
0
0.00
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
310
1.4
8
214
6.6
7
324
5.83
488
9.3
7
379
7.0
8
0.0
0
0.0
0
362
2.5
8
409
4.90
275
2.2
4
270
2.1
9
316
3.9
0
788
9.7
2
106
93.4
0
830
8.8
1
538
7.3
8
558
7.9
1
376
8.57
508
9.1
7
411
0.5
0
604
6.98
591
2.1
6
Ag
Sep
Okt
Nov
Des
383
2.9
7
396
5.4
7
0.0
0
419
0.4
4
290
2.8
6
0.0
0
375
7.0
9
468
5.2
6
480
5.1
2
379
5.6
8
336
8.8
9
248
0.0
0
305
4.6
3
484
2.4
4
342
1.8
2
579
1.0
1
671
5.4
2
840
6.3
9
707
8.3
8
416
0.3
4
514
4.5
8
542
4.3
0
327
4.9
4
485
9.7
0
850
9.9
0
747
3.3
6
407
2.8
2
454
7.0
2
332
0.5
0
383
4.2
9
521
0.1
3
695
5.9
7
578
2.1
3
675
0.9
4
640
1.7
7
538
7.6
9
512
9.1
5
426
8.0
1
408
9.5
2
396
4.2
4
660
1.9
1
472
0.0
9
543
6.4
2
538
1.2
1
409
3.0
6
435
0.25
662
1.3
7
421
1.8
3
465
5.3
5
0.0
0
356
8.0
0
282
1.6
2
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.00
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
377
3.3
3
341
2.4
2
372
7.1
6
287
6.3
6
332
7.8
7
234
4.18
125
0.0
0
139
0.0
0
700
0.0
0
468
0.0
0
0.0
0
0.0
0
382
4.4
4
256
0.0
0
0.0
0
224
6.6
7
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
507
0.3
261
0.0
243
2.9
264
7.1
0.0
0
0.00
23
20
14
260
4.3
3
158
0.00
212
1.6
0
346
4.0
0
269
1.1
4
640
.00
296
7.6
2
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
331
0.9
3
274
1.3
1
303
6.7
1
176
0.9
4
233
0.4
4
295
3.6
8
360
8.3
3
320
5.1
6
377
3.0
7
367
4.2
3
Ra
tarat
a
320
0.1
6
328
4.01
24
25
4.1.5 HASIL KORELASI DIPOLE MODE INDEX (DMI) DENGAN ANO CATCH
4.1.6 HASIL KORELASI SOUTHERN OSILLATION INDEX (SOI) DENGAN ANO CATCH
26
4.2 PEMBAHASAN
Pada Tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata tiap bulan dari tahun 2004
sampai dengan 2014. Nilai rata-rata tertinggi terdapat pada bulan November
yaitu sebesar 3773.07 dan nilai rata-rata terendah terdapat pada bulan Juni yaitu
sebesar 1760.94.
Pada Gambar 26 menunjukkan grafik korelasi antara Ano Catch dengan
Ano Temperatur. Garis yang berwarna jingga menunjukkan Ano Catch
sedangkan garis berwarna biru menunjukkan Ano Temperatur.Pada Tabel 4
menunjukkan nilai korelasi antara Ano Catch dengan Ano Temperatur dan
didapatkan nilai korelasi negatif dengan nilai -0.1136. Pada akhir tahun 2010
jumlah tangkapan menurun sedangkan suhu permukaan laut meningkat, hal
tersebut juga terjadi diawal tahun 2013.
Pada Gambar 27 menunjukkan grafik korelasi antara Ano Klorofil dengan
Ano Temperatur. Garis yang berwarna jingga menunjukkan Temperatur
sedangkan garis berwarna biru menunjukkan Klorofil. Pada Tabel 5 menunjukkan
nilai korelasi antara Ano Klorofil dengan Ano Temperatur dan didapatkan nilai
korelasi negatif dengan nilai -0.32489. Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa
suhu permukaan laut berbanding terbalik dengan jumlah klorofil.
27
sungai tadi membawa banyak nutrient dari perairan darat menuju ke dalam
perairan laut, maka banyak ikan-ikan yang memanfaatkan nutrient tersebut.
Sehingga jumlah tangkapan pun menjadi lebih banyak pada bulan-bulan itu.
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pratikum Oseanografi Perikanan ddidapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
Nilai tertingi dari rata-rata hasil penangkapan tiap bulan dari tahun 2004
sampai dengan 2014 yaitu terdapat pada bulan November dengan nilai
3773.07 dan nilai terendah terdapat pada bulan Juni dengan nilai
1760.94.
Pada Korelasi Ano Temperatur dengan Ano Catch menunjukkan korelasi
5.2 Saran
Saran untuk pratikum Oseanografi Perikanan sebaiknya sebelum
pratikum dipelajari terlebih dahulu tentang SOI, DMI dan Nino 3.4 serta
hubungannya dengan perikanan, agar pratikan lebih mengerti saat mengerjakan
pembahasannya.
DAFTAR PUSTAKA
30
Departemen
Kelautan
dan
Perikanan
(DKP).
2006.
Sumberdaya
Ikan
31
Limantara
L.
2006.
Mujarab
Bagi
DB
dan
Kanker.
(online).
http://impossible.blog.m3-access.com/posts/cat_1_Tanpa-Kategori.html.
Diakses pada 23 Mei 2015.
Mahie, Andi Galsan. 2013. Pemodelan Numerik Untuk Identifikasi Daerah
Upwelling Sebagai Kriteria Lokasi Penangkapan Ikan (Fishing Ground)
di
Selat
Makassar.
Jurusan
Matematika.
FMIPA.
Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Monintja, Daniel dan Roza, Yusfiandayani. 2001. Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir
Dalam
Bidang
Perikanan
Tangkap.
Prosiding
Pelatihan
32
33