Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

Analisis Karakteristik Arus dan Suhu Permukaan Laut Berdasarkan


Pengaruh Monsun, ENSO dan IOD di WPPNRI 573

Analysis of Sea Surface Current Characteristics Based on Monsoons, ENSO


dan IOD Effect on the WPPNRI 573

Argo Galih Suhadha1*), Devica Natalia Br Ginting1, dan Wikanti Asriningrum1


1
Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh - LAPAN
*)
E-mail: agsuhadha@gmail.com

ABSTRAK – Sebagai akibat dari letak geografisnya yang berada di antara dua benua, sirkulasi massa air laut Indonesia
sangat dipengaruhi oleh angin monsun. Arus laut adalah proses pergerakan massa air laut yang menyebabkan
perpindahan massa air laut secara terus-menerus. Arus memiliki peranan penting terhadap suhu perairan di sekitar zona
potensi penangkapan ikan, karena membawa serta massa air dengan suhu tertentu dari tempat terbentuknya. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik arus permukaan laut di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia 573 (WPPNRI 573) dalam variasi tahunan berdasarkan pengaruh Monsun dan fenomena iklim global. Data
yang digunakan berupa arus dan suhu permukaan laut dari Hycom NCODA, dan indeks iklim global selama tahun
2014-2018. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis komparasi arus dan suhu permukaan terhadap pengaruh
fenomena iklim global yaitu Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino-Southern Oscillation (ENSO). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa arus dan suhu permukaan laut di daerah penelitian sangat dipengaruhi oleh fenomena Monsun,
pada musim barat arus cenderung memiliki suhu dan kecepatan yang lebih rendah. Sedangkan baik pada musim timur,
peralihan I dan II, suhu muka laut di WPPNRI 573 tersebar secara seragam dengan arus dominan bergerak dari timur ke
barat. IOD positif yang terjadi sebanyak tiga kali dan IOD negatif sebanyak satu kali. Selain IOD, kedua parameter
tersebut dipengaruhi oleh kejadian El Nino kuat pada tahun 2015. IOD kuat pada parameter arus dan suhu memiliki
pengaruh yang kuat ketika tidak terjadi bersamaan dengan EL Nino kuat namun ketika terjadi bersama dengan El Nino
kuat kecepatan arus dan suhu permukaan laut cenderung normal.

Kata kunci: WPPNRI 573, arus permukaan laut, monsun, ENSO, IOD

ABSTRACT – As a result of its geographical location between two continents, the circulation of Indonesia's seawater
mass is strongly influenced by the monsoon. Sea currents are the process of seawater mass moving which causes
continuous displacement of sea water masses. Currents have an important role in waters temperature around the
potential fishing zone because it brings water mass with a certain temperature from the former place. This study was
conducted to determine the characteristics of sea surface currents in the Republic of Indonesia Fisheries Management
Region 573 in annual variations based on Monsoon and global climate phenomena influences. This study uses sea
surface currents and temperatures data from Hycom NCODA and global climates index in 2014-2018.The results
showed that sea surface currents and sea surface temperatures in the study area are affected by the phenomenon of
Monsoon, in the west monsoon currents tended to have lower temperatures and speeds. Whereas in the east, transition I
and II, sea surface temperatures in the WPPNRI 573 are spread uniformly with the dominant currents moving from east
to west. Positive IOD occurs three times and negative IODs once. In addition to IOD, the two parameters were
influenced by the strong El Nino event in 2015. The effect of positive IOD is strong when it does not occur together
with the weak EL Nino, but when it occurs with strong El Nino current velocity and sea surface temperature tends to be
normal.

Keywords: WPPNRI 573, sea surface current, monsoon , ENSO, IOD

462
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

1. PENDAHULUAN

Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia 573 (WPPNRI 573) mencakup Samudera
Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian barat.
WPPNRI 573 memiliki kepadatan stok ikan yang tinggi karena memiliki banyak makanan dan suhu
lingkungan yang sesuai dengan kondisi ikan (Ma’mun dkk., 2017). Kelimpahan sumber makanan di
beberapa lokasi pada WPPNRI 573 ini disebabkan karena kenaikan massa air dari dasar perairan (upwelling)
yang dipengaruhi oleh angin muson (Purba, 1995). Selain angin muson, perairan ini juga dipengaruhi oleh El
Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole Mode (IOD) dan sistem arus permukaan.
Arus permukaan laut merupakan pergerakan massa air laut yang disebabkan oleh angin yang
berhembus di permukaan laut dengan kedalaman kurang dari 200 m dan memiliki pengaruh yang dominan di
lapisan atas (Gross, 1970; Aken, 2007). Angin permukaan memiliki pengaruh terhadap kecepatan arus
permukaan dan juga suhu permukaan. Ketika intensitas kecepatan angin meningkat maka kecepatan arus pun
meningkat sehingga distribusi suhu permukaan laut meluas searah dengan arah angin (Sarawasta dkk., 2013).
Penelitian mengenai arus dan suhu permukaan laut di beberapa perairan di WPPNRI 573 telah
dilakukan mulai dari Wyrtki (1961) dengan report-nya yang berjudul physical oceanography of the
Southeast Asian Waters, Kunarso dkk (2011) yang meneliti mengenai variabilitas suhu dan klorofil-a di
daerah upwelling pada variasi kejadian ENSO dan IOD di perairan Selatan Jawa sampai Timor hingga
Saraswata dkk (2013) mengenai pengaruh monsun terhadap distribusi suhu permukaan laut dan klorofil-a di
perairan selatan Bali.
Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) merupakan salah satu produksi informasi yang dihasilkan oleh
Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN. Informasi ZPPI yang dihasilkan secara rutin harian dan
bulanan yang berasal dari ekstraksi data suhu permukaan laut (SPL) dari citra satelit penginderaan jauh
Aqua/Terra MODIS dan NOAA ini memiliki kendala dengan liputan awan. Penggunaan data model arus dan
suhu permukaan laut Hycom diharapkan dapat mendukung sebagai alternatif dalam mengatasi kendala
liputan awan tersebut.
Dalam bidang dukungan produksi informasi ZPPI, analisis karakteristik arus permukaan laut diperlukan
karena memiliki pengaruh terhadap suhu permukaan laut sebagai sarana pendugaan titik ZPPI dan membawa
serta massa air dengan suhu tertentu dari tempat terbentuknya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik arus dan juga suhu permukaan laut baik secara
spasial maupun temporal di perairan WPPNRI 573 pada variasi kejadian monsun, ENSO dan IOD. Analisa
tahunan dilakukan selama periode tahun 2014-2018 yang mengalami IOD positif tiga kali, IOD negatif sekali
dan juga ENSO kuat sekali.

2. METODE

Dalam analisis ini digunakan metode kuantitatif untuk mengetahui hubungan antara variabel yang
diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas mengenai objek yang diteliti (Sugiyono,
2010). Penelitian ini dilakukan pengumpulan data secara kuantitatif meliputi data arus dan suhu permukaan
laut. Data-data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk gambar, grafik, tabel atau diagram untuk
memperloah gambaran arus dan suhu permukaan laut yang ditampilkan secara spasial maupun temporal.
2.1 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam analisa merupakan data arus dan suhu permukaan laut dari Hycom.org
yang menyediakan akses data model near real time global HYCOM + NCODA dengan resolusi 1/120 x 1/120
(~9.25 km x 9.25 km). Data harian yang tersedia dapat diakses dalam waktu 48 jam sejak runtime awal.
Data Dipole Mode Index (DMI) yang merupakan anomali SPL di Samudera Hindia selama 5 tahun
diperoleh melalui website JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology)
http://www.jamstec.go.jp/frcgc/research/d1/iod/DATA/dmi.monthly.txt. Sedangkan data iklim El Nino-
Southern Oscillation (ENSO) merupakan nilai indeks anomali SPL di NINO3,4 yang merupakan perbedaan
anomali SPL di Samudera Pasifik yang berupa data bulanan dan dapat diakses pada website NOAA
(National Oceanic and Atmospheric Administration) http://www.cpc.ncep.noaa.gov/data/indices/sstoi.indices.
Wilayah kajian terletak pada WPPNRI 573 yang mencakup Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa
hingga sebelah selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian barat. Pemilihan lokasi penelitian
didasarkan pada analisis yang ingin dilakukan, yakni untuk mengetahui pengaruh limpasan air dari Samudera

463
Analisis Karakteristik Arus dan Suhu Permukaan Laut Berdasarkan Pengaruh Monsun, ENSO dan IOD di WPPNRI 573 (Suhadha,
A.G., dkk)

Hindia dan Samudera Pasifik yang melalui Arus Lintas Indonesia (Arlindo) ke WPPNRI 573 sehingga dapat
diketahui kerakteristik wilayah perairannya.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

2.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Data arus dan suhu permukaan laut yang diperoleh dari Hycom NCODA memiliki format data Net
Common Data File (NetCdf) berupa data harian selama 5 tahun mulai dari 2014 sampai 2018. Data arus
permukaan laut terlebih dahulu diekstrak menggunakan software SeaDas untuk mendapatkan dua komponen
utama arus yakni u dan v. Untuk melakukan menentukan kecepatan dan arah arus digunakan rumus sebagai
berikut:
1) Kecepatan arus
𝑉 = 𝑢2 + 𝑣2 ………………………………………………………………………..(1)
2) Arah arus
𝑢
𝜃 = 90 − 𝑡𝑎𝑛−1 𝑣 ; 𝑢 > 0,𝑣 > 0 …………………………………………………….(2)
𝑢
𝜃 = 90 + 𝑡𝑎𝑛−1 ; 𝑢 > 0,𝑣 < 0
𝑣
𝑢
𝜃 = 270 − 𝑡𝑎𝑛−1 ; 𝑢 < 0,𝑣 < 0
𝑣
−1
𝑢
𝜃 = 270 + 𝑡𝑎𝑛 ; 𝑢 < 0,𝑣 > 0
𝑣
dimana:
u = komponen arus/angin zonal (timur-barat) (m/s)
v = komponen arus/angin meridional (utara-selatan) (m/s)
V = kecepatan (m/s)
𝜃 = arah (0)
Data suhu permukaan laut harian global yang diunduh dari Hycom NCODA diolah menggunakan
software SeaDas untuk kalkulasi rata-rata bulanan, tahunan dan musiman. Cropping citra dilakukan sesuai
dengan daerah kajian, hasil cropping lalu dieksport menjadi format image agar dapat dibaca dan ditampilkan
di software ArcGIS.
Identifikasi fenomena iklim global IOD dan ENSO dilakukan berdasarkan indeks pada masing-masing
variabel. Indeks IOD yang berasal dari data Dipole Mode Index (DMI) memiliki dua fase yaitu fase positif
yang merupakan fase kuatnya dan fase negatif yang merupakan fase lemah. Sedangkan pada ENSO memiliki
dua nilai pula yakni positif untuk menyatakan nilai El Nino dan negatif untuk menyatakan La Nina.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Variasi Arus dan Suhu Permukaan Laut Pada Setiap Musim
Untuk melihat variasi suhu permukaan laut dan arus di WPPNRI 573 dilakukan pengolahan data suhu
muka laut dan arus selama lima tahun. Pada Gambar 2 dapat dilihat hasil pengolahan rata-rata musiman
selama lima tahun yaitu pada periode tahun 2014 hingga 2018 di WPPNRI 573. Pada musim barat (DJF),
suhu muka laut menunjukkan perbedaan antara sisi barat dan timur dengan suhu muka laut rendah di sebelah
barat dan tinggi di sebelah timur. Hal sebaliknya ditunjukan oleh arus, dimana arus memiliki kecepatan lebih

464
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

rendah dibandingkan musim-musim lainnya. Arus pada musim barat menunjukkan arus bergerak dari barat
ke timur.
Pada musim timur (JJA), suhu muka laut di WPPNRI 573 tersebar secara seragam dengan arus
bergerak dari timur ke barat. Hal ini juga ditunjukkan pada musim peralihan I (MAM) dan II (SON).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gordon dkk., (2003), perairan selatan jawa hingga laut Timor
bagian barat dipengaruhi oleh aliran massa air yang masuk dari samudera pasifik melalui perairan Indonesia
yang dikenal dengan Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Arus ini membawa serta massa air hangat ke
perairan di WPPNRI 573. Pada Musim timur, WPPNRI 573 dipengaruhi oleh muson tenggara sehingga
massa air panas terdistribusi merata pada daerah kajian.

Gambar 2. Pola arus dan SPL musiman pada periode tahun 2014-2018

Tabel 1 menunjukan nilai minimum, maksimum, dan rata-rata suhu muka laut di WPPNRI 573. Pada
tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata suhu muka laut di musim timur dan peralihan II memiliki nilai
lebih rendah dibandingkan musim barat dan peralihan I yang disebabkan oleh posisi matahari.

Tabel 1. Nilai variasi suhu antar musim


Musim Minimum (0C) Maksimum (0C) Rata-Rata (0C)
Desember Januari Februari 27.1944 30.8301 29.0123
Maret April Mei 27.399 31.056 29.2275
Juni Juli Agustus 23.1939 30.914 27.0540
September Oktober November 25.233 30.389 27.8110

3.2 Variasi Arus dan Suhu Permukaan Laut Pada ENSO dan IOD

Pada rentang tahun 2014 – 2018, terjadi fenomena iklim global interanual yaitu ENSO dan IOD. Garis
batas menunjukkan batas bawah dari ENSO (hitam) dan DMI (putus-putus). Pada Gambar 4 dapat dilihat
bahwa IOD positif terjadi sebanyak tiga kali dan satu kali IOD negatif. Sementara itu, fenomena El-nino
terjadi satu kali. Berdasarkan fenomena tersebut maka akan dianalisis pengaruhnya terhadap arus dan suhu
muka laut di WPPNRI 573. Grafik variasi indeks ENSO dan IOD pada rentang waktu analisis ditampilkan
dalam Gambar 3.

465
Analisis Karakteristik Arus dan Suhu Permukaan Laut Berdasarkan Pengaruh Monsun, ENSO dan IOD di WPPNRI 573 (Suhadha,
A.G., dkk)

batas

Gambar 3. Grafik variasi ENSO dan IOD selama tahun 2014-2018

Berdasarkan fenomena iklim global interanual yang terjadi tersebut diatas, dicari hubungannya
terhadap arus dan suhu muka laut di wilayah kajian sehingga didapatkanlah Gambar 4. Dari tiga fenomena
IOD positif kuat yang terjadi, pada kejadian yang dibarengi dengan fenomena ENSO kuat menyebabkan
kedua fenomena tersebut saling menghilangkan dan banyak membentuk gyre atau pusaran di wilayah kajian.
Pada kejadian ini kecepatan arus dan suhu permukaan laut cenderung normal dengan nilai anomali sebesar -
0.0138 m/detik dan 0.0705 oC. Adapun anomali arus dan suhu ketika IOD positif bersamaan dengan El Nino
lemah sebesar 0,0566 m/detik dan penurunan suhu sebesar 0.4943 oC.
Pada fenomena ENSO yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun tersebut terlihat bahwa El Nino (baik
kuat maupun lemah) akan membuat penguatan arus yang menuju ke Samudera Hindia sebelah barat sehingga
menyebabkan arus dari Samudera Hindia tidak mencapai ke timur dan membentuk gyre di perairan selatan
Jawa sehingga suhu di wilayah kajian dominan menjadi hangat. Berbeda halnya ketika fenomena La Nina
yang terjadi bersama dengan IOD positif masih menyebabkan terbentuk dua arus dominan yang memiliki
arah berbeda dimana pengaruh DMI kuat terlihat di pesisir perairan yang membawa suhu dingin dan La Nina
di lepas pantai dengan suhu hangat.

Gambar 4. Pola arus dan SPL pada fenomena ENSO dan IOD

466
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

4. KESIMPULAN
Arus yang diambil dari data global dan diekstrak untuk wilayah WPPNRI ini memiliki karakteristik
yang sama dengan suhu permukaan laut dimana sangat dipengaruhi oleh monsun dan juga fenomena iklim
global interanual ENSO dan IOD. Pada musim barat arus cenderung memiliki suhu dan kecepatan yang lebih
rendah. Sedangkan pada musim lain, suhu muka laut di WPPNRI 573 tersebar secara seragam dengan arus
dominan bergerak dari timur ke barat. Selama periode lima tahun ini terjadi fenomena IOD positif sebanyak
tiga kali dan IOD negatif satu kali. Selain IOD, pada periode tersebut juga dipengaruhi oleh kejadian El Nino
dan La Nina yang menyebabkan terbentuk dua arus dominan di pesisir perairan dan di lepas pantai. Hasil ini
mengindikasikan bahwa arus permukaan memiliki pengaruh yang kuat terhadap persebaran suhu permukaan
laut sehingga arus diharapkan dapat digunakan untuk mendukung produksi informasi Zona Potensi
Penangkapan Ikan kaitannya dengan persebaran suhu permukaan laut.

5. DAFTAR PUSTAKA
Aken, H. M. Van. (2007). The Oceanic Thermohaline Circulation: An Introduction. Springer Science & Business Media.
Royal Netherlands Institute for Sea Research, Department of Physical Oceanography, Texel, the Netherlands.
Gordon, A., K. Vranes, A. L. Gordon, R. D. Susanto, and S. L. Garzoli. (2000). Temperature Variability within
Makassar Strait. Geophys. Res. Lett., 27: 237-240.
Gross, M.G. (1990). Oceanograhpy: A View of Earth. Prentice Hall. Englewood Cliff. New Jersey.
Kunarso, S. Hadi., N. S. Ningsih., M. S. Baskoro. (2011). Variabilitas Suhu dan Klorofil-a di Daerah Upwelling pada
Variasi Kejadian ENSO dan IOD di Perairan Selatan Jawa sampai Timor. Ilmu Kelautan, 16(3), 171-180.
Ma’mun, A., A. Priatna., T. Hidayat., dan Nurulludin. (2017). Distribusi dan Potensi Sumber Daya Ikan Pelagis di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia 573 (WPPNRI 573) Samudera Hindia. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia, 23(1), 47-56.
Purba, M. (1995). Evidence of Upwelling and its Generation Stage off Southern West Java during Southeast Monsoon.
Bul. ITK. Maritek, 5(1), 21-39.
Sarawasta A. G., P. Subardjo., Muslim. (2013). Pengaruh Monsun Terhadap Distribusi Suhu Permukaan Laut dan
Klorofil-a di Perairan Selatan Bali. Jurnal Oseanografi, 2(1), 79-87.
Seprianto A., Kunarso, A. Wirasatriya. (2016). Studi Pengaruh El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean
Dipole (IOD) Terhadap Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a di Perairan Karimunjawa. Jurnal
Oseanografi, 5(4), 452-461.
Wyrtki. (1961). Physical Oceanography of the Southeast Asian Waters. The University of California, California. 195p.
http://www.jamstec.go.jp/frcgs/research/d1/iod/DATA/dmi_HadISST.txt (diakses Juni 2019).
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/data/indices/sstoi.indices (diakses Juni 2019).

467

Anda mungkin juga menyukai