Anda di halaman 1dari 3

1 BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya air di planet bumi ini tidak dapat dilepaskan dari siklus
hidrologi global. Isu perubahan iklim global telah menjadi bahan pembicaraan
yang mendunia. Meskipun demikian masih terasa kurangnya data dan informasi
mengenai dampak perubahan iklim tersebut terutama terhadap sumber daya air,
sehingga dapat dilakukan antisipasi terhadap bencana yang mungkin akan terjadi.
(Adidarma Wanny dkk. 2010). Dampak perubahan iklim yang terkait dengan
sumber daya air bisa di tandai dengan perubahan suhu dan curah hujan
(Christopher dkk. 2012). Penurunan kualitas air, kerusakan property, dan potensi
banjir yang disebabkan oleh curah hujan yang ekstrim. Kerusakan akibat erosi
dapat mempengaruhi daerah ladang pertanian hingga tepi sungai yang berdekatan
dengan insfrastruktur yang penting (Wright et al. 2010).
Secara statistik perubahan iklim adalah perubahan unsur-unsurnya yang
berkecenderungan naik atau turun secara nyata disertai dengan keragaman harian,
musiman maupun siklus (Adidarma Wanny dkk. 2010). Peristiwa hidrologi yang
ekstrim biasanya berupa banjir dan kekeringan. Banjir sering dikaitkan dengan
curah hujan yang ekstrim ( dari badai tropis, badai petir, dll.), sementara
kekeringan sering dikaitkan dengan kurangnya curah hujan dan suhu yang tinggi
sehingga mengalami pengeringan (Trenberth Kevin. 2005). Sejarah statistik curah
hujan (dalam hal intensitas, durasi, dan periode pengembalian) digunakan untuk
merancang fasilitas pengelolaan air hujan, struktur pengendali erosi, dan sedimen,
struktur penahan banjir, dan banyak struktur lainnya yang melibatkan aliran
hidrologi (McCuen 1998).
Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu wilayah yang rutin
mengalami kekeringan atau banjir. Badan Penganggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Lombok Tengah terdata Desa Mertak dusun bumbang,
Kecamatan Pujut terendam banjir. Akibat dari banjir ini masyarakat kesulitan
mengakses jalur transportasi baik pejalan kaki ataupun pengguna kendaraan
(Suara NTB. 2021). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kabupaten
Lombok Tengah terdata 81 desa di sembilan kecamatan terdampak kekeringan.
Dalam hal ini, Kecamatan Batukliang, Batu kliang Utara dan Kecamatan
Pringgarata bisa dikatan cukup aman dari ancaman dampak kekeringan.
Sedangkan tiga kecamatan lainnya yakni Kecamatan Pujut, Kecamatan Praya
Barat dan Praya Barat Daya menjadi daerah wilayah yang apling berpotensi paling
parah terdampak kekeringan. (Suara NTB. 2020).
Dari uraian latar belakang di atas maka penulis perlu melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Karakteristik Hujan Di
Pulau Lombok” dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
dalam menanggulangi atau meminimalisir bencana yang dapat di akibatkan oleh
perubahan iklim di kemudian hari, khususnya di Pulau Lombok.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat disimpulkan permasalahan
yang menjadi dasar dalam penulisan tugas akhir ini, yaitu :
1. Bagaimana kedalaman hujan di Lombok
2. Bagaimana frekuensi hujan di Lombok
3. Bagaimana intensitas hujan di Lombok

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui kedalaman hujan di Lombok
2. Untuk mengetahui frekuensi hujan di Lombok
3. Untuk mengetahui intensitas hujan di Lombok

1.4 Manfaat Penelitian


Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan
mengenai perubahan iklim, serta menjadi salah satu referensi/acuan untuk
menghindari atau sebagai peringatan dini terhadap bencana yang dapat di
timbulkan oleh perubahan iklim
1.5 Batasan Masalah
Agar penelitian berjalan dengan sistematis dan tidak menyimpang dari
rumusan masalah, maka diperlukan batasan masalah. Adapun lingkup bahasan
yang akan digunakan dalam tugas akhir ini yaitu :
1. Lokasi penelitian pengaruh perubahan iklim meliputi Pulau Lombok
2. Data curah hujan yang digunakan dari Pulau Lombok
3. Tidak melakukan validasi ke lapangan.

Anda mungkin juga menyukai