Anda di halaman 1dari 12

1

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

CURAH HUJAN DI KABUPATEN LOMBOK UTARA PADA TAHUN 2022

OLEH:

Zulfikri Hakim

C1M022028

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN 2023
2

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang:

Salah satu komponen lingkungan yang merupakan faktor penentu keberhasilan suatu
usaha budidaya tanaman adalah iklim/cuaca. Interaksi antara iklim/cuaca sebagai faktor
lingkungan dengan faktor genetik tanaman akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kualitas
tanaman. Faktor genetik berkaitan dengan karakteristik yang biasanya bersifat khas pada
tanaman, seperti kondisi batang, bentuk bunga, bentuk daun dan sebagainya. Iklim perlu
mendapat perhatian yang lebih serius mengingat pengaruhnya terhadap hampir semua aspek
pertanian,sehingga sangat berperan terhadap perencanaan Jangka pendek maupun jangka
panjang, terlebih lagi pada kondisi terjadinya perubahan iklim atau kejadian iklim ekstrim.
Kejadian perubahan iklim sebagaimana diproyeksikan oleh model-model iklim abad 21
mempunyai potensi secara signifikan mengubah kondisi produksi. IPCC (2007) menjelaskan
bahwa curah hujan rata-rata global meningkat 2% dalam 100 tahun terakhir. Hal ini menegaskan
bahwa perubahan iklim mungkin terjadi. Terjadinya iklim ekstrim berdampak cukup besar
terhadap tanaman semusim, terutama tanaman pangan.

Salah satu unsur iklim yang dapat digunakan sebagai indikator dalam kaitannya dengan
tanaman adalah curah hujan.Curah hujan merupakan komponen iklim yang memiliki faktor
perubahan atau fluktuasi yang tinggi dan memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap
produksi tanaman. Dalam menentukan hasil produksi tanaman penting untuk diketahui jumlah
curah hujan secara keseluruhan (Anwar et al. 2015), terlebih apabila ditambah dengan
peningkatan suhu, karena peningkatan suhu akan mempengaruhi produksi tanaman dan
menurunkan hasil panen. Curah hujan dalam mempengaruhi produksi tanaman memiliki dampak
negatif dalam dua keadaan yaitu jika mengalami peningkatan intensitas curah hujan di suatu
daerah maka akan berpotrensi menimbulkan banjir ,sebaliknya jika mengalami penurunan dari
kondisi normal akan berpotensi terjadi kekeringan.Akibatnya dua keadaan tersebut akan
berdampak buruk terhadap metabolisme tubuh tanaman dan berpotensi menurunkan produksi,
hingga kegagalan panen. Menurut Latiri et al (2010), curah hujan berkorelasi tinggi terhadap
komponen hasil produksi tanaman. Studi Latiri et al (2010) di Tunisia, menunjukkan bahwa
komponen hasil sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan pada saat musim gugur karena
menunjukkan pentingnya tahap pertumbuhan awal.Air merupakan faktor pembatas utama di
wilayah semi arid, hal itu ditunjukkan tidak saja dari produksi per hektarnya, tetapi juga dari
total luas panen.

Air merupakan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman. Ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, jumlah irigasi
yang diberikan dan kapasitas tanah dalam menahan air. Air yang sangat sedikit ataupun
berlebihan dapat berakibat buruk bagi tanaman (Ismantika, 1998). Kekurangan air dapat
mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibakan terhentinya
3

pertumbuhan. Defisiensi air yang terus menerus akan menyebabkan perubahan irreversible dan
pada gilirannya tanaman akan mati. Oleh karena itu, untuk terjadinya pertumbuhan optimal,
maka ketersediaan air dalam jumlah yang cukup (kapasitas lapang) dalam tanah merupakan hal
sangat menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. (Danapriatna, 2010). Curah
hujan yang rendah dan tidak merata sering menyebabkan terjadinya kondisi defisit air yang
berdampak negatif terhadap tanaman. Suplai air yang kurang dalam jangka waktu lama,
menyebabkan meningkatnya kerusakan vegetatif tanaman, yaitu terhambatnya daun-daun
membuka, terjadinya pengeringan daun muda, rusaknya hijau daun, dan juga dapat berakibat
seluruh kanopi mengalami kerusakan bahkan bila kondisi sangat ekstrim dapat menyebabkan
kematian (Priyo dan Istianto, 2006)

Kabupaten Lombok Utara merupakan kabupaten termuda di Provinsi Nusa Tenggara


Barat. Secara geografis, Kabupaten Lombok Utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa di
sebelah Utara, sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Lombok Barat. Sebelah Timur
berbatasan dengan Lombok Tengah, Lombok Timur dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat
Lombok. Sungai merupakan salah satu sumber air yang penting bagi penduduk Kabupaten
Lombok Utara. Jumlah sungai yang mengalir di Kabupaten Lombok Utara sebanyak 29, yang
sebagian besar mengalir di Kecamatan Bayan yaitu sebanyak 13 sungai. Luas wilayah
Kabupaten Lombok Utara mencapai 80.953 hektar. Sebagian besar lahan yang ada di Kabupaten
Lombok Utara merupakan lahan bukan sawah terutama untuk lahan kebun dan hutan. Lahan
yang digunakan sebagai lahan sawah berkisar 7.540 hektar.Kabupaten Lombok Utara memiliki
lima kecamatan yang terdiri dari kecamatan Tanjung, kecamatan Gangga, kecamatan
bayan,kecamatan pemenang dan kecamatan kayangan.Ibu kota kabupaten Lombok Utara adalah
Kecamatan tanjung dengan kecamatan bayan sebagai kecamatan yang paling luas daerahnya.

Bulan basah adalah suatu bulan yang curah hujan rerata lebih besar dari pada 200 mm
dan bulan kering adalah bulan yang curah hujannya sama atau lebih kecil dari pada 100 mm .
Angka 200mm dipergunakan dengan alasan kebutuhan air tanaman padi sawah termasuk
perkolasinya mendekati angka 200 mm. Sedangkan angka 100 mm dipergunakan dengan alasan
karena untuk tanaman palawija akan kekurangan air jika curah hujan lebih kecil dari pada 100
mm. Pada sistem klasifikasi Schmid dan Ferguson bulan kering adalah suatu bulan yang jumlah
hujannya kurang dari 60 mm,artinya curah hujan lebih kecil daripada evaporasi.Pada bulan
kering ini status lengas tanahnya akan mengalami pengeringan. Adapun bulan basah adalah
bulan yang curah hujannya lebih besar dari 100 mm. Pada bulan basah ini status tanahnya akan
bertambah basah karena curah hujan lebih besar daripada evaporasi. Bulan dengan curah hujan
antara 60±100 mm, dianggap bulan lembab yaitu bulan yang curah hujannya seimbang dengan
evaporasi.

Data curah hujan di Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2021 menunjukkan banyak
perbedaan pada setiap kecamatan.Pada kecamatan tanjung rerata curah hujan yaitu 161 mm dan
terjadi dua puncak hujan yaitu bulan basah pada bulan februari,Maret dan
4

November,Desember.Kondisi curah hujan ini serupa terjadi pada kecamatan gangga dengan
rerata curah hujan 159 mm, kecamatan Pemenang dengan rerata curah hujan 177 mm dan
kecamatan kayangan dengan rerata curah hujan 210 mm namun bulan basah terjadi pada bulan
januari sampai maret.Berbeda halnya di kecamatan Bayan hanya terjadi satu puncak hujan yaitu
bulan basah di bulan januari februari maret saja dengan rerata curah hujan 106 mm.Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi curah hujan di Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2021 dapat
dikatakan didominasi pola curah hujan hujan binomial(dua puncak hujan) sehingga tipe curah
hujannya adalah tipe Ekuatorial.Oleh karena itu zone iklim di kabupaten Lombok Utara
termasuk zone
C dan memilikin tipe iklim C4.

1.2. Tujuan praktikum:

1) Mengetahui bulan-bulan basah dan bulan – bulan kering di Lombok Utara pada tahun
2022
2) Mengetahui tipe curah hujan di kabupaten Lombok Utara pada tahun 2022
3) Mengetahui tipe iklim sesuai zone oleh Oldemen di kabupaten Lombok Utara tahun
2022

1.3. Manfaat praktikum:

1) Melatih mahasiswa utuk melakukan analisis atas dasar data curah hujan setiap bulan
selama satu tahun
2) Melatih mahasiswa untuk melakukan kajian dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil
analisis yang telah dilakukan.
3) Memperoleh informasi berkaitan dengan curah hujan di kabupaten Lombok Utara .

II. TINJAUAN PSTAKA

2.1. Iklim dan unsur-unsurnya


Iklim adalah keadaan rata – rata cuaca disuatu daerah dalam jangka lama dan tetap.
Definisi lain, iklim merupakan karakter kecuacaan suatu tempat atau daerah, dan bukan hanya
merupakan cuaca rata – rata (Wirjomiharjo dan Swarinoto, 2007).Sedangkan Menurut
Kartasapoetra (2004), cuaca adalah keadaan atau kelakuan atmosfir pada waktu tertentu yang
sifatnya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Iklim merupakan peluang statistik berbagai keadaan
atmosfer antara lain suhu, tekanan, angin, kelembaban yang terjadi di suatu daerah selama kurun
waktu yang panjang dengan penyelidikan dalam waktu yang lama minimalnya 30 tahun dan
meliputi wilayah yang luas.
Iklim adalah kelanjutan dari hasil pencatatan unsur cuaca dari hari ke hari dalam waktu
yang lama, sehingga disebut sebagai rata-rata dari unsur cuaca secara umum. Iklim bersifat stabil
5

bila dibandingkan dengan cuaca. Perubahan iklim berlangsung dalam periode yang lama dan
meliputi area yang sangat luas. Matahari merupakan kendali utama sistem iklim. Iklim yaitu
rata-rata cuaca dalam waktu yang lama (dalam kurun waktu 25-30 tahun) dan dalam tempat yang
relatif luas. Sedangkan cuaca merupakan segala fenomena yang terjadi di lapisan troposfer dalam
waktu singkat dan tempat yang sempit. Ilmu yang mempeajari tentang iklim disebut klimatologi
dan cuaca disebut meteorology. Badan resmi yang mengurus informasi iklim dan cuaca adalah
BMKG (Badan Metorologi Klimatologi dan Geofisika).Karakteristik iklim secara umum yang
membedakannya dengan cuaca yaitu iklim berlaku untuk waktu yang lama,meliputi daerah yang
luas, hasil rata-rata cuaca, bukan pencatatan baru,iklim disuatu daerah berhubungan satu sama
lainnya.
Iklim disuatu tempat dipengaruhi oleh letak lintang, lereng, ketinggian, serta seberapa
jauh jarak tempat tersebut dari perairan dan juga keadaan arus lautanya. Contoh sederhana jika
kita merujuk pada dunia, maka wilayah yang berada didekat garis ekuator bumi (derajat
berlintang rendah atau nol) disebut wilayah beriklim tropis, sementara itu, wilayah dilintang
menengah dan tinggi dikenal sebagai daerah beriklim subtropis dan iklim kutub.Setiap daerah
memiliki iklim yang berbeda, perbedaan iklim tersebut karena bumi berbentuk bundar sehingga
sinar matahari tidak dapat diterima serba sama oleh setiap permukaan bumi. Selain itu,
permukaan bumi yang beraneka ragam baik jenis maupun bentuk topografinya, tidak sama dalam
merespon radiasi matahari yang diterimanya.Adapun unsur unsur iklim adalah sebagai berikut:
 Curah Hujan
Curah hujan merupakan komponen iklim yang memiliki faktor perubahan atau fluktuasi
yang tinggi. Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam
waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge. Curah
hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di wilayah
Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1) Bentuk medan atau topografi;
2) Arah lereng medan; 3) Arah angin yang sejajar dengan garis pantai; dan 4) Jarak
perjalanan angin di atas medan datar.

 Intensitas matahari
Aktivitas matahari berpengaruh pada perubahan iklim. Aktivitas matahari mempengaruhi
radiasi matahari, jumlah energi matahari yang sampai ke bumi, medan magnetik sekitar
bumi, dan jumlah partikel bermuatan yang dipancarkan matahari sehingga mengubah
intensitas sinar kosmik yang sampai ke bumi.
 Tekanan Udara
Tekanan udara merupakan unsur-unsur cuaca dan iklim. Adanya tekanan udara
dipengaruhi akibat keberadaan berat lapisan udara. Tekanan udara yang menjadi unsur-
unsur cuaca dan iklim ini disebut juga dengan kerapatan massa udara dalam suatu
wilayah tertentu, dan bisa berubah. Tekanan udara diukur menggunakan barometer.
Tekanan adalah berat udara di permukaan bumi. Angin bergerak dari wilayah bertekanan
tinggi ke wilayah bertekanan rendah. Baca juga: Cuaca dan Iklim: Persamaan serta
6

Perbedaan Tekanan yang mendadak rendah biasanya menandakan badai atau angin
kencang akan tiba dari wilayah bertekanan tinggi. Sementara tekanan yang naik
menandakan cuaca yang sedang.
 Angin
Angin adalah pergerakan udara di permukaan bumi. Udara bergerak karena adanya
perbedaan tekanan. Angin yang memengaruhi cuaca dan iklim adalah angin musim,
angin pasat, dan angin lokal.
 Suhu/Temperatur
Suhu adalah keadaan udara. Yaitu dingin atau panasnya keadaan di bumi. Suhu
ditentukan oleh paparan atau radiasi matahari. Daerah dengan banyak matahari akan
terasa panas. Contohnya Indonesia yang rata-rata suhu udaranya tinggi. Ini karena
Indonesia terletak di garis ekuator atau khatulistiwa. Daerah yang dilewati garis ekuator
mendapat sinar matahari sepanjang tahun. Sudut datangnya sinar matahari besar atau
tegak lurus. Sementara daerah dengan sedikit matahari akan terasa dingin. Contohnya di
kutub yang sudut datangnya sinar matahari kecil sehingga matahari tak terlalu terasa.
 Kelembaban
Awan, kabut, hujan, dan salju, terbentuk dari uap air di udara. Kelembaban adalah
banyaknya air di udara. Semakin banyak air, berarti semakin lembab. Udara yang hangat
biasanya bisa mempertahankan kelembaban lebih tinggi dibanding udara dingin.
Kelembaban rata-rata adalah banyaknya uap air di udara dalam suhu tertentu dibanding
jumlah kelembaban maksimal yang bisa dipertahankan udara di suhu tersebut.
2.2. Kaitan iklim dengan pertumbuhan dan hasil tanaman
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
berbagai proses fisiologis, pertumbuhan, dan produktivitas dari tanaman (Mahubessy, 2014).
Kesesuaian iklim dengan tanaman akan menentukan tercapainya produksi pertanian yang
optimal (Dewi, 2005; Jufri dkk., 2018). Oleh karena itu, informasi iklim terutama klasifikasi
iklim sangat diperlukan dalam membantu sektor pertanian khususnya pada setiap wilayah dari
negara agraris yang luas seperti Indonesia (Paski dkk., 2017).Salah satu jenis klasifikasi iklim
yang cocok digunakan untuk sektor pertanian adalah Metode Oldeman. Klasifikasi iklim
Oldeman dapat membantu sektor pertanian dalam menentukan masa tanam (Nasution & Nuh,
2018). Klasifikasi iklim tersebut didasarkan pada kebutuhan tanaman pertanian yaitu padi dan
palawija untuk mampu tumbuh dengan mengandalkan curah hujan sebagai faktor yang sangat
memengaruhinya (Wredaningrum & Sudibyakto, 2014).
Salah satu unsur iklim yang dapat digunakan sebagai indikator dalam kaitannya dengan
tanaman adalah curah hujan.Curah hujan merupakan komponen iklim yang memiliki faktor
perubahan atau fluktuasi yang tinggi dan memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap
produksi tanaman. Dalam menentukan hasil produksi tanaman penting untuk diketahui jumlah
curah hujan secara keseluruhan (Anwar et al. 2015), terlebih apabila ditambah dengan
peningkatan suhu, karena peningkatan suhu akan mempengaruhi produksi tanaman dan
7

menurunkan hasil panenCurah hujan dalam mempengaruhi produksi tanaman memiliki dampak
negatif dalam dua keadaan yaitu jika mengalami peningkatan intensitas curah hujan di suatu
daerah maka akan berpotrensi menimbulkan banjir ,sebaliknya jika mengalami penurunan dari
kondisi normal akan berpotensi terjadi kekeringan.Akibatnya dua keadaan tersebut akan
berdampak buruk terhadap metabolisme tubuh tanaman dan berpotensi menurunkan produksi,
hingga kegagalan panen. Menurut Latiri et al (2010), curah hujan berkorelasi tinggi terhadap
komponen hasil produksi tanaman. Studi Latiri et al (2010) di Tunisia, menunjukkan bahwa
komponen hasil sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan pada saat musim gugur karena
menunjukkan pentingnya tahap pertumbuhan awal.Air merupakan faktor pembatas utama di
wilayah semi arid, hal itu ditunjukkan tidak saja dari produksi per hektarnya, tetapi juga dari
total luas panen.

Air merupakan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman. Ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, jumlah irigasi
yang diberikan dan kapasitas tanah dalam menahan air. Air yang sangat sedikit ataupun
berlebihan dapat berakibat buruk bagi tanaman (Ismantika, 1998). Kekurangan air dapat
mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibakan terhentinya
pertumbuhan. Defisiensi air yang terus menerus akan menyebabkan perubahan irreversible dan
pada gilirannya tanaman akan mati. Oleh karena itu, untuk terjadinya pertumbuhan optimal,
maka ketersediaan air dalam jumlah yang cukup (kapasitas lapang) dalam tanah merupakan hal
sangat menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. (Danapriatna, 2010). Curah
hujan yang rendah dan tidak merata sering menyebabkan terjadinya kondisi defisit air yang
berdampak negatif terhadap tanaman. Suplai air yang kurang dalam jangka waktu lama,
menyebabkan meningkatnya kerusakan vegetatif tanaman, yaitu terhambatnya daun-daun
membuka, terjadinya pengeringan daun muda, rusaknya hijau daun, dan juga dapat berakibat
seluruh kanopi mengalami kerusakan bahkan bila kondisi sangat ekstrim dapat menyebabkan
kematian (Priyo dan Istianto, 2006)

2.3. Curah hujan


Secara umum ada dua tipe sistem klasifikasi curah hujan yaitu sistem klasifikasi oldemen
dan klasifikasi Schmid dan Ferguson.Sistem oldeman diarahkan untuk tanaman pangan padi dan
palawija,sedangkan sistem Schmid dan Ferguson untuk tanaman yang akarnya keras seperti
tanaman perkebunan.Pada sistem Oldeman Bulan basah adalah suatu bulan yang curah hujan
rerata lebih besar dari pada 200 mm dan bulan kering adalah bulan yang curah hujannya sama
atau lebih kecil dari pada 100 mm . Angka 200mm dipergunakan dengan alasan kebutuhan air
tanaman padi sawah termasuk perkolasinya mendekati angka 200 mm. Sedangkan angka 100
mm dipergunakan dengan alasan karena untuk tanaman palawija akan kekurangan air jika curah
hujan lebih kecil dari pada 100 mm. Pada sistem klasifikasi Schmid dan Ferguson bulan kering
adalah suatu bulan yang jumlah hujannya kurang dari 60 mm. Ini berarti curah hujan lebih kecil
daripada evaporasi. Atau jika dilihat status lengas tanahnya akan mengalami pengeringan.
8

Adapun bulan basah adalah bulan yang curah hujannya lebih besar dari 100 mm. Kalau dilihat
status tanahnya akan bertambah basah karena curah hujan lebih besar daripada evaporasi. Bulan
dengan curah hujan antara 60±100 mm, dianggap bulan lembab yaitu bulan yang curah hujannya
seimbang dengan evaporasi.

Pola curah hujan di Indonesia (Menurut Tjasyono6),secara umum dapat dibagi menjadi 3
pola iklim utama dengan melihat pola curah hujan selama setahun. Hal ini didukung oleh
AldriandanSusanto4) yang telah mengklasifikasi iklim Indonesia yaitu tiga wilayah iklim
Indonesia terdiri dari wilayah A (monsun) Wilayah B (ekuatorial), WIlayah C (lokal) garis
putus-putus.(Aldrian dan Susanto4).Curah Hujan Pola Monsunal dicirikan oleh tipe curah hujan
yang bersifat unimodial (satu puncak musim hujan) dimana pada bulan Juni, Juli dan Agustus
terjadi musim kering, sedangkan untuk bulan Desember, Januari dan Februari merupakan bulan
basah. Sedangkan enam bulan sisanya merupakan periode peralihan atau pancaroba (tiga bulan
peralihan musim kemarau ke musim hujan dan tiga bulan peralihan musim hujan ke musim
kemarau). Daerah yang didominasi oleh pola monsun ini berada didaerah Sumatra bagian
Selatan, Kalimantan Tengah dan Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan sebagian
Papua.Sedangkan pada curah hujan pola ekuatorial dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk
bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada
saat terjadi ekinoks. Daerahnya meliputi pulau Sumatra bagian tengah dan Utara serta pulau
Kalimantan bagian Utara dan pada curah hujan pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan
unimodial (satu puncak hujan), tetapi bentuknya berlawanan dengan tipe hujan monsun.
Daerahnya hanya meliputi daerah Maluku, Sulawesi dan sebagian Papua.

III. Metodologi
3.1. Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah data hasil pengamatan selama
setahun pada tahun 2022 di kabupaten Lombok Utara. Alat yang digunakan adalah alat tulis
menulis.
3.2. Analisis data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis statistik sederhana, yakni dengan
menjumlahkan data curah hujan setiap hulan. Hasil penjumlahan tersebut kemudian dibuat
katagori menurut Oldemen, yakni bulan basah, bulan lembab atau bulan kering. Atas dasar
bulan basah dan bulan kering tersebut ditetapkan tipe curh hujan dan tipe iklim untuk tahun
2022 di kabupaten Lombok Utara.

3.3.Penyajian hasil anaisis


Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel (Tabel 1, 2 dan Tabel 3). Setiap tabel diberi
penjelasan sesuai data yang ada pada tabel tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


9

4.1. Hasil

Tabel 1. Besarnya curah hujan setiap bulan dan katagorinya di Lombok Utara tahun 2022

No. Bulan Besarnya curah Katagori menurut


hujan Oldemen (basah/
lembab/ kering
1 Januari 382 mm Bulan Basah
2 Februari 292mm Bulan Basah
3 Maret 274 mm Bulan Basah
4 April 70 mm Bulan Kering
5 Mei 126 mm Bulan Kering
6 Juni 93 mm Bulan Kering
7 Juli 29 mm Bulan Kering
8 Agustus 133 mm Bulan Kering
9 September 12 mm Bulan Kering
10 Oktober 59 mm Bulan Kering
11 November 74 mm Bulan Kering
12 Desember 170 mm Bulan Kering

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap curah hujan yang terjadi di Kabupaten
Lombok Utara selama setahun diperoleh bahwa curah hujan tinggi pada bulan Januari- Maret
dengan jumlah curah hujan >200mm sehingga termasuk kategori Bulan Basah sedangkan curah
hujan menengah sampai rendah terjadi pada bulan April- Desember dengan jumlah curah hujan
<200m sehingga termasuk kategori Bulan kering
Tabel 2. Tipe curah hujan di kabupaten Lombok Utara tahun 2022

No. Bulan Basah Bulan Kering Tipe Curah Hujan(


Ekuatorial/Monsu
n/Lokal

1. Januari,Februa AprilMei,Juni,Juli,Agustus,September,Oktober,Nov Tipe Monsun


ri, dan Maret ember,D,esember

Berdasarkan data analisis terhadap tipe curah hujan di kabupaten Lombok Utara selama setahun
karena terdapat pola unimodial (3 kali dalam satu tahun bulan basah secara berturut-turut) yaitu
satu puncak hujan pada bulan Januari, Februari,dan Maret sehingga diperoleh hasil bahwa tipe
curah hujan di kabupaten Lombok Utara adalah tipe Monsun
10

Tabel 3. Tipe iklim sesuai zone klasifikasi Oldemen di kabupaten Lombok Utara tahun 2022

Zone Bulan basah Bulan kering Tipe


iklim
D 3 bulan : 9 bulan : D4
Januari,Februari, dan
Maret AprilMei,Juni,Juli,Agustus,September,Oktober,November,
D,esember

Berdasarkan data analisis terhadap tipe iklim sesuai zona klasifikasi oldemen di Kabupaten
Lombok Utara tahun 2022 diperoleh hasil bahwa pada tiga bulan awal termasuk bulan basah dan
9 bulan lainnya termasuk bulan kering sehingga Zone klasifikasi oldemen di Kabupaten Lombok
Utara adalah Zone D dan memiliki tipe iklim D4

4.2. Pembahasan

Pada praktikum Agroklimatologi yang bertujuan untuk menentukan dan mengetahui bulan-bulan
basah dan bulan – bulan kering,tipe curah hujan, tipe iklim sesuai zone oleh Oldemen di
kabupaten Lombok Utara tahun 2022 diperoleh hasil bahwa bulan basah di Kabupaten Lombok
Utara terjadi pada awal tahun selama tiga bulan berturut-turut yaitu bulan Januari, Februari, dan
Maret.Sedangkan pada sembilan bulan lainnya yaitu bulan April, Mei, Juni,
Juli,Agustus,September,Oktober,November, dan Desember termasuk ke dalam bulan
kering.Indikator yang digunakan untuk memasukkan bulan basah atau bulan kering yaitu jika
besarnya curah hujan >200m maka termasuk bulan basah dan jika besarnya curah hujan <200m
maka termasuk bulan kering.,Hal ini menunjukkan bahwa pola curah hujan di Kabupaten
Lombok Utara berpola unimodial yaitu hanya satu puncak hujan tepatnya bulan Januari, Februari
Maret terjadi Bulan Basah dan Juni,Juli,Agustus terjadi Bulan Kering sisanya merupakan
peralihan antara musim penghujan ke musim kemarau atau musim kemarau ke musim
penghujan.Dengan Demikian tipe curah hujan di Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2022
adalah tipe curah hujan Monsun. Kemudian dalam penelitian dan analisis terhadap tipe iklim
sesuai zona oleh Oldemen di Kabupaten Lombok Utara tahun 2022 diperoleh hasil bahwa pada
tiga bulan awal termasuk bulan basah dan 9 bulan lainnya termasuk bulan kering sehingga Zone
klasifikasi oldemen di Kabupaten Lombok Utara adalah Zone D dan memiliki tipe iklim
D4.Maka dapat dikatakan bahwa di Kabupaten Lombok Utara termasuk Zone D dan Tipe Iklim
D4 karena mengalami bulan basah selama 3 bulan berturut-turut dan 9 bulan lainnya adalah
bulan kering.
11

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap curah hujan di kabupaten Lombok Utara dapat
disimpulkan bahwa di Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2022 bulan-bulan basah terjadi pada
bulan Januari, Februari, dan Maret.Sedangkan bulan – bulan kering di Lombok Utara pada tahun
2022 terjadi pada bulan April,Mei,Juni,Juli,Agustus, September, Oktober, November dan
Desember.Maka,dapat disimpulkan bahwa tipe curah hujan di kabupaten Lombok Utara pada
tahun 2022 adalah tipe curah hujan monsunal.Kemudian Tipe iklim sesuai zone oleh Oldemen
di kabupaten Lombok Utara tahun 2022 adalah Zone D dengan tipe Iklim D4.
5.2. Saran

Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Lombok Utara memiliki tipe curah
hujan monsunal dan Tipe Iklim D4,maka tanaman yang dapat dibudidayakan adalah tanaman
padi yang digunakan hanya satu kali tanam dan satu kali tanam palawija seperti jagung, ubi
jalar,ubi kayu, kentang,wortel, kacang hijau dan lain sebagainya.Hal ini juga bergantung dari
kestabilan irigasi yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Suciantini.Interaksi Iklim(Curah Hujan terhadap Produksi tanaman pangan di Kabupaten


Pacitan.Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Balitbang. Volume 1, Nomor 2,ISSN:
2407-8050.Bogor

Hermawan Eddi.2010.Pengelompokan pola curah hujan yang terjadi di beberapa kawasan


P.Sumatera Berbasis Hasil Analisis Spektral.Jurnal Meteorologi dan Geofisika.
Vol.11.No.2.Hal 75-85.Sumatera.

Winarno Gunardi Djoko,dkk.2019.Klimatologi Pertanian.Pustaka Media Design.Bandar


Lampung

Sinaga Dewi Merantika dkk.2015.Pengaruh Curah Hujan Dan Hari Hujan Terhadap Produksi
Karet Berumur 7,10 dan 13 tahun di Kebun Sei Baleh Estate PT.Bakrie Sumatera
PlantationsTbk.Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU.
Vol.5.No.1.Hal 93-102.Medan
12

https://pendidikanmu.com/2020/cuaca-dan-iklim.immsada.kemdikbud.Jakarta

Dewi Nur Kusuma.2005. Kesesuaian Iklim terhadap Pertumbuhan Tanaman.Jurusan Biologi


FMipa Universitas Negeri Semarang. Vol.1.No 2.Hal1-15.Semarang

Dinas Kominfo Kabupaten Lombok Utara.2021.Kabupaten Lombok Utara Dalam Data 2021.
Nomer publikasi 52080.210.Lombok Utara.

Miftahuddin.2016.Analisis unsur-unsur Cuaca dan Iklim melalui UI Mann-Kendall


Multivarial.Jurnal Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam,Universitas Syiah Kuala. Vol 13,No 1,hal 26-38.Banda Aceh

Anda mungkin juga menyukai