Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Gorontalo diapit oleh laut Sulawesi di bagian utara dan teluk
tomini di bagian selatan, kedua perairan ini memiliki anomali suhu yang
positif yang menyebabkan pertumbuhan awan konvektif.Jika
dikombinasikan dengan potensi atau penyebab yang lain, akan menambah
peluang terjadinya curah hujan.
Provinsi Gorontalo mempunyai daerah dengan sumber daya alam yang
berlimpah, mempunyai penduduk sebesar 1.185.492 jiwa dan sebagian besar
mata pencaharian sebagai petani. Masyarakat Gorontalo memiliki rata-rata
luas panen padi sawah dan padi ladang besar adalah sebesar 51.765 ha
dengan total produksi sebesar 241.948 ton tahun 2018. Sehingga memiliki
peluang yang cukup dalam pengembangan sektor pertanian (Badan Pusat
Statistik Provinsi Gorontalo, 2019). Wilayah potensial penghasil padi di
Provinsi Gorontalo salah satunya yaitu Kabupaten Bone Bolango, kabupaten
ini mempunyai penduduk sebesar 159.194 jiwa, dengan mayoritas
penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian yaitu padi sawah.
Luas lahan padi sawah di Kabupaten Bone Bolango sebesar 2.207,25 ha.
Serta sebanyak 21.496 ton produksi padi sawah (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bone Bolango, 2017:106).
Permasalahan sektor pertanian dapat bersumber dari segala aspek, salah
satunya aspek klimatologi salah satunya adalah intensitas curah hujan yang
tinggi. Kondisi curah hujan ekstrim yang terjadi pada sektor pertanian dapat
mengakibatkan kegagalan panen serta gangguan dalam aktivitas petani
(Faradiba, 2018). Kegagalan panen yang terjadi secara global dapat
berdampak pada penurunan produktifitas maupun kualitas produksi di
sektor pertanian. Seperti di tahun 2015 sekitar 500 ha di Kabupaten Bone
Bolango mengalami gagal panen dan telah merugikan para petani. Hal ini
sangat berpengaruh juga terhadap produktivitas pera petani sawah yang ada
di Kabupaten Bone Bolango.
Menurut dinamika hidrologi, hujan menjadi salah satu dari sumber air
utama. Secara alami proses hujan dihasilkan dari sebuah proses kondensasi
uap air di udara yang nantinya akan menjadi awan. Pada suatu kondisi

1
tertentu, awan tersebut akan menghasilkan hujan. Hujan sangat bergantung
kepada kondisi cuaca yang terjadi (Mulyono, 2014).
Kondisi cuaca memiliki peran yang sangat penting di berbagai sektor
kehidupan. Salah satu sektor yang kebergantungannya cukup tinggi terhadap
kondisi cuaca adalah sektor pertanian. Perubahan kondisi cuaca yang
sekarang ini dirasakan cukup ekstrim, kondisi ini mengakibatkan
peningkatan intensitas curah hujan. Intensitas hujan menunjukkan lebat
tidaknya hujan. intensitas hujan yang besar, berarti air yang dicurahkan
jumlahnya banyak dalam waktu singkat, butiran airnya besar, dan akan
menyebabkan erosi lebih besar lagi, karena limpasan permukaan yang besar,
sementara resapan air akan terhambat (hanafi, 1988). curah hujan jangka
pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut intensitas curah
hujan (mm/jam).
Peningkatan intensitas curah hujan yang ekstrim dapat mengakibatkan
situasi yang cukup buruk diantaranya yang paling sering adalah banjir.
Tidak hanya banjir, beberapa kondisi yang berpeluang besar muncul adalah
badai angin, gelombang Tsunami dan banyak lagi dampak negatif yang
dapat ditimbulkan. Dari ilustrasi tersebut dapat dikatakan juga bahwa
dampak kondisi curah hujan ekstrim yang terjadi pada sektor pertanian
dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas petani dan kegagalan panen
(Faradiba, 2018). Sedangkan kita pahami bersama bahwa sektor pertanian
merupakan salah satu dari tiga sektor utama dalam peningkatan
pembangunan bangsa.
Dengan permasalahan diatas, peneliti perlu melakukan penelitian yang
dilakukan di Kab.Bone Bolango dengan mengidentifikasi pengaruh
intensitas curah hujan terhadap aktivitas petani sawah.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah pada
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana intensitas curah hujan yang ada di Kabupaten Bone
Bolango?
2. Bagaimana pengaruh curah hujan terhadap aktivitas petani sawah di
Kabupaten Bone Bolango?

2
1.3 Tujuan
Jika dilihat dari rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini
yaitu:
1. Untuk mengatahui intensitas curah hujan yang ada di Kabupaten Bone
Bolango.
2. Untuk mengatahui pengaruh curah hujan terhadap aktivitas petani sawah
di Kabupaten Bone Bolango.
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Petani


1. Memahami pola aktivitas petani sawah tergantung pola intensitas curah
hujan.
2. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi para petani sawah.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan para petani sawah.
1.4.2 Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan daya pengetahuan,keterampilan, dan pengalaman


dalam merancang dan meleksanakan penelitian, analisis data, dan
presentasi.
1.4.3 Bagi Institusi
1. Dapat menunjang kurikulum dalam bahan ajar geografi.
2. Menumbuhkan minat siswa pada penelitian ilmiah dan bermanfaat
bagi masyarakat nyata.
3. Menjalin kerjasama dengan instansi dalam melakukan penelitian
tersebut.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Intensitas Curah Hujan
2.1.1 Pengertian Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh pada periode tertentu.
Pengukurannya dilakukan dengan satuan tinggi diatas permukaan tanah
horizontal yang diasumsikan tidak terjadi penguapan atau infiltrasi, run off,
atau evaporasi.
Pengertian curah hujan juga sering disebut dengan presipitasi juga diartikan
sebagai jumlah air hujan yang turun pada wilayah tertentu dan pada kurun
waktu tertentu. Jumlah curah hujan adalah volume air yang terkumpul pada
permukaan bidang datar pada periode tertentu, seperti harian, mingguan,
bulanan serta tahunan.
Definisi lain curah hujan, yaitu jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah
datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm)
diatas permukaan horizontal. Secara lebih rinci, curah hujan memiliki
pengertian sebagai air hujan dengan ketinggian tertentu yang terkumpul
menjadi satu dalam penakar hujan, tidak meresap, tidak mengali dan tidak
menyerap (utuh dan tidak mengalami kebocoran).
2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Curah Hujan
Banyak sedikitnya hujan rata- rata yang ada di suatu tempat memang
berbeda- beda. Ada beberapa faktor yang mepengaruhi curah hujan yang ada
di suatu tempat. Faktor- faktor tersebut memiliki kontribusi terhadap turunnya
hujan. Beberapa faktor yang mempengaruhi curah hujan diantaranya sebagai
berikut:
1. Jarak dari sumber air
Sumber air atau laut merupakan sumber penguapan yang tentu saja
akan mempengaruhi curah hujan di suatu tempat. Semakin dekat suatu
tempat dengan laut maka curah hujan yang dimilikinya akan semakin
tinggi. Sebaliknya, tempat yang jauh dari sumber air maka curah

4
hujannya rendah. Hal ini karena kondensasi awan akan mencir sebelum
mencapai tempat tersebut.

2. Perbedaan Suhu tanah dan perairan


Perbedaan antara suhu daratan dan perairan juga menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi curah hujan. Apabila suhu tanah atau daratan
lebih tinggi daripada perairan maka hujan akan sering terjadi di perairan,
sebaliknya apabila suhu lebih tinggi di perairan daripada di daratan maka
hujan akan lebih sering terjadi di daratan.
3. Arah angin
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi curah hujan yang ada di
suatu tempat adalah faktor arah angin. Angin merupakan media yang
membawa awan menuju ke suatu tempat sebelum menurunkan hujan.
Dengan demikian daerah- daerah yang kurang memiliki angin banyak
maka, kemungkinan untuk turun hujan juga lebih kecil daripada daerah
yang dilalui oleh banyak angin. Sebagai contoh daerah- daerah yang
semacam ini adalah di padang pasir atau padang rumput yang biasa
terdapat di Nusa Tenggara Timur.
4. Tinggi tempat
Faktor ketinggian tempat adalah salah satu faktor yang sangat
berpengaruh. Hal ini karena ketinggian tersebut menentukan banyak
sedikitnya hujan yang turun. Apabila semakin tinggi suatu tempat, maka
tempat tersebut memiliki curah hujan yang rendah. Sebaliknya semakin
rendah suatu tempat maka curah hujannya semakin banyak. Hal ini
karena tinggi tempat berpegaruh juga terhadap suhu udara. Semakin
tinggi suatu tempat maka suhu udara yang yang dimiliki akan semakin
rendah.
5. Garis lintang
Faktor garis lintang adalah salah satu yang mempengaruhi curah
hujan. Daerah yang memiliki curah hujan terbanyak adalah yang berada
di lintang rendah atau mendekati garis khatulistiwa. Semakin jauh suatu
tempat dengan khatulistiwa maka curah hujannya semakin sedikit.

5
2.1.3 Alat Pengukuran Curah Hujan
Pengukuran curah hujan dapat dilakukan dengan bantuan alat bernama
ombrometer. Penakar hujan tersebut adalah alat pengukur jumlah curah hujan
yang turun dalam skala per satuan luas.
a) Ombrometer Manual

Gambar.1 Ombrometer Manual

Ombrometer manual adalah alat penakar hujan manual berupa


ember atau panampung yang telah diketahui ukuran atau
diameternya. Pengukuran curah hujan secara manual ini dilakukan
dengan mengukur volume air secara berkala dan jangka waktu
tertentu untuk memperoleh hasil curah hujan suatu wilayah.
b) Ombrometer Otomatis

Gambar.2 Ombrometer Otomatis

Penakar curah hujan ini telah beroperasi dengan mekanisme


otomatis dalam pencatatannya. Hasil perhitungan yang diperoleh
lebih akurat dibandingkan ombrometer manual. Selain itu, alat ini
juga sanggup mengukur kondisi curah hujan tinggi maupun rendah

6
dan melakukan pencatatan dalam waktu tertentu.

c) Automatic Weather Station

Gambar.3 Automatic Weather Station

Selain ombrometer, terdapat pula alat pengukur cuaca otomatis


yang jauh lebih efisien dan memiliki kemampuan lebih. Alat ini
mampu mengukur suhu, curah hujam kelembaban, lama penyianran
matahari, kecepatan dan arah angin, serta pengukuran lainnya.
Automatic Weather Station terdiri dari sensor-sensor yang bekerja
dalam sebuah sistem. Penggunaan alat ini biasanya diperuntukkan
ketika cuaca ekstrim seperti kemarau panjang dan badai.

2.1.4 Metode Pengukuran Curah Hujan


Untuk menganalisa jumlah curah hujan suatu wilayah, kita dapat
menggunakan metode sebagai berikut:
a) Metode Aritmatik

Ini adalah metode yang paling sederhana dan sangat mudah


diterapkan. Metode aritmatik memiliki beberaoa kelemahan, yaitu kurang
akurat karena bergantung pada distribusi hujan terhadap ruang dan ukuran
daerah aliran sungai (besar atau kecil).

b) Metode Poligon Thiessen

7
Merupakan metode penghitungan yang lebih baik daripada metode
aritmatik. Pada metode ini, dilakukan perhitungan pengaruh letak wilayah
persebaran curah hujan terhadap stasiun DAS yang sudah ditentukan dan
diukur luasnya. Meski lebih baik dari metode aritmatik, namun metode ini
lebih cocok digunakan untuk pada wilayah dengan curah hujan sedikit dan
tidak merata persebarannya.

c) Metode Isohyet

Perhitungan dengan metode ini jauh lebih kompleks dibandingkan 2


metode lainnya. Sehingga penggunaan metode isohyet harus menggunakan
komputer agar data yang diperoleh akurat dan hasil analisa dapat terjaga
konsistensinya. Cara perhitungan metode ini adalah dengan menentukan
dan membagi daerah-daerah sepanjang DAS yang memiliki intensitas
hujan yang sama. Besaran curah hujan antara stasiun pertama dan kedua
dijumlahkan dan dibagi dua, kemudian dikalikan dengan luas DAS stasiun
pertama yang dibagi dengan luas DAS total stasiun.

2.2 Aktivitas Petani Sawah


Tabel 2.1. Aktivitas petani pada sawah di Kab.Bone Bolango
Aktivitas Petani
Persemaian Persiapan Lahan Penanaman
Persemaian dilakukan Penyiapan lahan Penanaman padi disawah
dengan merupakan tempat yang umumnya ditanam dengan
menyebar benih padi baik untuk tanaman jarak teratur. Tanaman
secara merata pada sehingga pengolahan muda ditancapkan
bedengan dengan tanah sangat menentukan kedalam tanah yang
kandungan air jenuh keberlanjutan digenangi air sedalam 10
tetapi tidak pertumbuhan tanaman sampai 15 cm
menggenang. padi. hingga akarnya terbenam
dibawah permukaan tanah.
Pemupukan Pemeliharaan Panen
Pupuk Urea perlu Padi adalah jenis tanaman Tanda-tanda padi siap
diberikan sebanyak 3 yang memerlukan panen adalah 95 % gabah
kali, agar pemberian perawatan untuk sudah menguning dan daun
pupuk N menjadi lebih pertumbuhannya. bendera telah
efisien terserap oleh Perawatan dapat berupa mengering. Umur optimal
tanaman padi. pemupukan dan malai 30 – 35 hari terhitung
Sedangkan pemberian penanggulangan hama . sejak hari sesudah
pupuk KCl dilakukan 2 berbunga (HSB).
kali, agar proses

8
pengisian gabah menjadi
lebih baik.
2.3 Pengaruh Curah Hujan Terhadap Aktivitas Petani
Intensitas curah hujan dapat mempengaruhi aktivitas petani sawah di
Kabupaten Bone Bolango. Saat curah hujan tinggi, aktivitas petani dapat
terhambat karena sulit untuk melakukan kegiatan seperti penanaman,
pemeliharaan, dan panen padi. Selain itu, curah hujan yang tinggi juga dapat
menyebabkan banjir dan erosi tanah, yang dapat merusak tanaman dan lahan
pertanian.
Di sisi lain, saat curah hujan rendah, petani dapat mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan air tanaman dan memperoleh hasil panen yang
cukup. Mereka mungkin perlu mengandalkan sumber air alternatif seperti
sumur bor atau mengatur ulang jadwal penanaman dan panen. Sehingganya
dapat menimbulkan dampak bagi petani diantaranya:
1. Menurunnya produksi pertanian
Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan banjir dan erosi tanah yang
merusak tanaman dan lahan pertanian, sehingga produksi pertanian dapat
menurun.
2. Kesulitan memenuhi kebutuhan air tanaman
Curah hujan yang rendah dapat menyulitkan petani dalam memenuhi
kebutuhan air tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat
dan hasil panen dapat menurun.
3. Kesulitan dalam melakukan kegiatan pertanian
Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan pertanian seperti
penanaman, pemeliharaan, dan panen, sehingga petani harus menunda
kegiatan tersebut atau menyesuaikan jadwal dengan kondisi cuaca.
4. Kerusakan infrastruktur pertanian
Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
infrastruktur pertanian seperti irigasi, jalan, dan jembatan, sehingga petani
kesulitan dalam mengakses lahan pertanian.
5. Kenaikan biaya produksi
Dampak curah hujan yang tinggi dan rendah dapat menyebabkan
kenaikan biaya produksi karena petani perlu melakukan perbaikan dan

9
penyesuaian pada infrastruktur pertanian serta sistem irigasi yang
digunakan.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada areal pertanian yang terdapat Kec. Kabila dan
Kec.Tapa Kab Bone Bolango. Penelitian ini dilaksanakan ± selama 2 bulan yaitu
dari bulan Februari-Maret 2023.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam membantu proses penelitian
diantaranya:
1) Kuesioner
Digunakan untuk mengumpulkan data melalui wawancara atau survei
dengan petani yang terpilih.
2) Alat Ukur Curah Hujan
Digunakan untuk mengukur jumlah curah hujan di wilayah penelitian. Alat
ini berupa Ombrometer Manual.
3) Komputer dan Perangkat Lunak Statistik
Digunakan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dan
manghasilkan hasil yang dapat diinterpretasikan.
3.3 Variabel
Dalam penelitian ini memiliki variabel yang dapat menghubungkan sebab-akibat.
Sehingga dalam penelitian kali ini terdapat varibel :
1) Intensitas curah hujan:
Variabel ini diukur dengan menggunakan data curah hujan yang diperoleh
dari stasiun klimatologi di Kabupaten Bone Bolango.

10
2) Aktivitas petani sawah
Variabel ini diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan tentang jenis aktivitas yang dilakukan petani sawah, seperti
penanaman, pemeliharaan, dan panen padi.
3) Pengaruh curah hujan terhadap aktivitas petani sawah
Variabel ini diukur dengan wawancara langsung terhadap petani terkait
pengaruh curah hujan terhadap aktivitas petani sawah di Kabupaten Bone
Bolango.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Penelitian dilakukan di Kabupaten Bone Bolango dengan memilih dua Kecamatan
yaitu Kecamatan Tapa dan Kabila. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan
dasar pertimbangan bahwa kedua daerah tersebut merupakan daerah yang penghasil
padi tertinggi di Kabupaten Bone Bolango dan menjadi daerah dengan curah hujan
tertinggi. Pengumpulan data yang digunakan yaitu metode survei,angket, dan
wawancara.Pengumpulan data yang dilakukan terbagi atas 2 agenda yaitu
pengumpulan data melalui BMKG terkait intensitas curah hujan dan Responden
melalui kuesioner dan wawancara dari petani sawah. Jumlah sampel dalam penelitian
dilakukan perhitungan jumlah yang mengacu pada rumus Slovin (Umar, 2002) dengan
galat pendugaan 5%,dengan rumus sebagai berikut :
N
n = 1+ N (e)2
Keterangan: n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi (779 Petani)
e = Persen (5%)

Maka jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:


N
n = 1+ N (e)2
779
n= 1+ 779(0 , 05)
2

n = 270,69 dibulatkan menjadi 271


Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 271 petani dari jumlah populasi

11
petani sawah 779 yang terdiri dari 2 kecamatan yaitu Kecamatan Tapa dan
Kecamatan Kabila.
3.5 Metode Analisis Data
Pengaruh intensitas curah hujan terhadap aktivitas petani sawah dianalisis
secara deskriptif kuantitatif, dengan menguraikan data curah hujan yang terjadi
pada bulan januari sampai maret dan responden dari petani sawah yang telah kami
jadikan sampel, kemudian diuraikan pembanding pada pengaruh cuaca cerah dan
hujan terhadap aktivitas petani sawah yang ada di Kecamatan Tapa dan Kecamatan
Kabila.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Hasil Data Curah Hujan
Data curah hujan per bulan dikumpulkan untuk menganalisis pola curah
hujan dan mempelajari pengaruhnya terhadap aktivitas petani sawah di
Kecamatan Tapa dan Kecamatan Kabila. Data curah hujan tersebut kemudian
dideskriprikan dalam grafik berikuk :

Kecamatan Kabila
150 131
93
100
mm/bulan

50
7
0
Januari Februari Maret

Bulan

Frekuensi

Grafik 4.1 Data Curah Hujan Kecamatan Kabila

Grafik curah hujan tersebut menggambarkan pola curah hujan selama 3


bulan belakangan di wilayah Kecamatan Kabila. Dapat dilihat bahwa puncak
curah hujan terjadi pada bulan Januari dengan rata-rata curah hujan mencapai
131 mm. Selanjutnya, curah hujan mulai menurun pada bulan Februari

12
mencapai 93 mm dan terus menurun hingga bulan Maret,dari data dibulan
Maret tersebut hanya sampai pada rata-rata selama 16 dengan mencapai 7 mm.

Kecamatan Tapa
150 127
92
100
mm/bulan

50 24

0
Januari Februari Maret

Bulan

Frekuensi

Grafik 4.1 Data Curah Hujan Kecamatan Kabila

Grafik curah hujan tersebut menggambarkan pola curah hujan selama 3


bulan belakangan di wilayah Kecamatan Tapa. Dapat dilihat bahwa puncak
curah hujan terjadi pada bulan Februari dengan rata-rata curah hujan mencapai
127 mm. Selanjutnya, curah hujan mulai menurun pada bulan Maret mencapai
24 mm, dari data dibulan Maret tersebut hanya sampai pada rata-rata selama
16.
4.1.2 Hasil Responden Pengaruh Curah Hujan Terhadap Aktivitas
Petani Sawah
1. Karakteristik Responden Untuk Mengukur Pengaruh Curah Hujan
Terhadap Aktivitas Petani Sawah di Kecamatan Tapa dan
Kecamatan Kabila
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Untuk Mengukur Pengaruh Curah Hujan Terhadap
Aktivitas Petani Sawah di Kecamatan Tapa dan Kecamatan Kabila
Kecamata Kecamatan
No Indikator
n Kabila Tapa
Jenis Laki-Laki 145 117
1
Kelamin Perempuan 6 3
20-30 tahun - -
31-40 tahun 34 47
2 Usia
41-50 tahun 63 30
>50 54 43
3 Lama <5 tahun 32 29

13
5-10 tahun 30 21
Bertani
11-20 tahun 38 20
> 20 tahun 51 50
TOTAL 151 120
Hasil uji data kuesioner yang telah diisi oleh responden berdasarkan
jenis kelamin di Kecamatan Kabila diperoleh jenis kelamin laki-laki sebanyak
145 orang (96%) dan perempuan sebanyak 6 orang (4%).
Berdasarkan indikator umur terdapat 30-40 tahun 34 orang (23%), 41-50
tahun 63 orang (42%) dan >50 tahun sebanyak 54 orang (35%). Berdasarkan
indikator lama bertani untuk <5 tahun sebanyak 32 orang (21%), 5-10 tahun
sebanyak 40 orang (27%), 11-20 tahun sebanyak 41 orang (28%) dan untuk
tingkat > 20 tahun sebanyak 52 orang (34%). Responden berdasarkan jenis
kelamin di Kecamatan Tapa diperoleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 117
orang (97,5%) dan perempuan sebanyak 3 orang (2,5%). Berdasarkan
indikator umur terdapat 30-40 tahun 47 orang (40%), 41-50 tahun 30 orang
(25%) dan >50 tahun sebanyak 43 orang (35%). Berdasarkan indikator lama
bertani untuk <5 tahun sebanyak 29 orang (25%), 5-10 tahun sebanyak 21
orang (17%), 11-20 tahun sebanyak 20 orang (16%) dan untuk tingkat > 20
tahun sebanyak 50 orang (42%).
Pengaruh curah hujan adalah daya atau hal yang dapat menyebabkan
terhalangnya seluruh aktivitas para petani sawah. Dari karakteristik responden
tentu memiliki tingkat ukuran respon yang berbeda terkait aktivitas para
petani sawah di Kecamatan Kabila dan Kecamatan Tapa. Sehingganya
presepsi yang telah diukur dengan kuesioner tersaji dalam tabel 4.2 dibawah
ini.
Tabel 4.2 Mengukur Pengaruh Curah Hujan Terhadap Aktivitas Petani Sawah di
Kecamatan Tapa dan Kecamatan Kabila.

Kecamatan Kabila Kecamatan Tapa


Aktivitas
N Persentase Persentase
Petani
O ST Jml ST Jml
Sawah SS S CS TS SS S CS TS
S S
Menunda
aktivitas pada 54, 10 20, 9, 10
1 saat curah
40 5,4 0 0 40 30 0
6 0 5 5 0
hujan
2 Berdampak 40 35, 23, 1 0 10 45, 33, 20 1 0 10

14
pada
aktivitas
proses 3 7 0 8 2 0
persiapan
lahan
Berdampak
pada
54, 1, 10 10
3 aktivitas 40 3,6 0 45 50 5 0 0
proses 9 5 0 0
penanaman
Berdampak
pada
10 10
4 aktivitas 85 15 0 0 0 75 15 10 0 0
proses 0 0
pemeliharaan
Berdampak
pada 10 10
5 aktivitas
90 10 0 0 0 85 15 0 0 0
0 0
proses panen
Tergangguny
30, 10 54, 40, 1, 10
6 a kesehatan 65 4,7 0 0 3,5 0
petani 3 0 9 1 7 0
Kualitas
10 10
7 tanah akan 35 50 20 0 0 45 27 20 8 0
menurun 0 0
Produktivitas
19, 1, 10 10
8 mengalami 78 2 0 80 11 9 0 0
penurunan 5 5 0 0

Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
CS = Cukup Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Hasil uji data kuesioner yang telah diisi oleh responden berdasarkan
petani sawah di Kecamatan Kabila Tahun 2021 diperoleh pada kategori
sangat setuju bahwa curah hujan sangat berpengaruh pada aktivitas petani
sawah. Pada aktivitas petani yang akan tertunda saat curah hujan
dikategorikan sangat setuju dengan 54,6%, pengukuran aktivitas petani ini
diukur dari sejak awal penanaman padi disawah memang terlihat responden
sangat puas yang tertinggi. Dampak curah hujan juga sangat terlihat pada
produktivitas yang semakin menurun yang dikategorikan responden sangat
setuju dengan 78%.
Hasil uji data kuesioner yang telah diisi oleh responden berdasarkan
petani sawah di Kecamatan Tapa Tahun 2021 diperoleh pada kategori

15
sangat setuju bahwa curah hujan sangat berpengaruh pada aktivitas petani
sawah. Pada aktivitas petani yang akan tertunda saat curah hujan
dikategorikan sangat setuju dengan 40%, tetapi ada juga petani yang
memilih untuk bertahan karena mengingat nilai ekonomi yang didapatkan,
pengukuran aktivitas petani ini diukur dari sejak awal penanaman padi
disawah memang terlihat responden sangat puas yang tertinggi. Dampak
curah hujan juga sangat terlihat pada produktivitas yang semakin menurun
yang dikategorikan responden sangat setuju dengan 80%.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Intensitas Curah Hujan

Hasil penelitian pengukuran curah hujan pada kedua kecamatan tersebut


berdasarkan grafik 4.1 yang menunjukan data Kecamatan Kabila. Terlihat pada
bulan Januari tersebut dengan pencapaian 131 mm/bulan sehingganya dapat
dikategorikan pada curah hujan menengah dengan interval 101-300 mm/bulan.
Berdasarkan tabel 4.2 para petani sawah akan meninggalkan seluruh
aktivitasnya terhitung dengan jumlah persentasenya 54,6%, dalam observasi
selama bulan januari pada hari yang mengalami curah hujan terpantau bahwa
aktivitas petani memang tidak terlihat dan terdapat beberapa sawah yang
padinya terambang jatuh hal diakibatkan oleh curah hujan dan angin yang
sangat tinggi. Dalam hal ini petani dapat mengalami kesulitan dalam mengelola
lahan sawah akibat curah hujan yang tinggi. Air yang tergenang pada lahan
sawah di Kecamatan Kabila dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman dan
menghambat pertumbuhan padi.

Sedangkan pada grafik 4.1 bulan Maret yang memiliki pencapaian 7 mm


dalam rata-rata 16 hari dapat dikategorikan rendah dengan interval 0-100
mm/bulan. Pada bulan maret tersebut terlihat aktivitas petani di Kecamatan
Kabila yang aktif dalam melakukan proses penanaman benih padi dan
pembersihan lahan sawah, namun hal lain juga nampak pada irigari yang
kurang/penurunan sehingganya kurang dalam memenuhi kebutuhan air bagi
tanaman padi.

Terlihat hasil penelitian pengukuran curah hujan pada kecamatan Tapa


tersebut berdasarkan grafik 4.2. Berbeda dengan Kecamatan Kabila, Terlihat

16
pada bulan Februari curah hujan diKecamatan Tapa tersebut mencapai pada
127 mm/bulan sehingganya dapat dikategorikan pada curah hujan menengah
dengan interval 101-300 mm/bulan. Berdasarkan tabel 4.2 para petani sawah
akan meninggalkan seluruh aktivitasnya terhitung dengan jumlah
persentasenya 40%, dalam observasi selama bulan Februari pada hari yang
mengalami curah hujan terpantau bahwa masih terdapat beberapa petani yang
melakukan aktivitasnya seperti persiapan lahan, pembajakan lahan
menggunakan traktor dan terdapat beberapa sawah yang terendam oleh air
yang diakibatkan oleh curah hujan dan angin yang sangat tinggi.

Sedangkan pada grafik 4.2 bulan januari yang memiliki pencapaian 92


mm/bulan yang dikategorikan sebagai curah hujan rendah dengan interval 0-
100 mm/bulan. Pada bulan januari tersebut terlihat aktivitas petani yang masih
terbilang aktiv dalam melakukan panen padi,Tetapi hasil panen tersebut akan
jauh berbeda kualitasnya dengan waktu dimana padi tersebut tidak terendam
oleh curah hujan.

Curah hujan memiliki hubungan yang erat dengan aktivitas petani


sawah karena curah hujan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
panen tanaman padi yang merupakan salah satu tanaman utama yang ditanam
oleh petani sawah. Curah hujan yang cukup akan memungkinkan tanaman
untuk tumbuh dengan baik dan menghasilkan panen yang optimal, sementara
curah hujan yang kurang atau berlebihan dapat mengakibatkan gagal panen
atau rendahnya produktivitas tanaman.

4.2.2 Aktivitas Petani Sawah

Aktivitas petani sawah di Kecmatan Kabila dan Kecamatan Tapa


dimulai sejak awal musim tanam yang biasanya dimulai pada bulan
September hingga Oktober. Pada tahap ini, petani mulai melakukan persiapan
lahan dengan membersihkan gulma, menggemburkan tanah, dan membuat
saluran irigasi agar air dapat mengalir dengan baik ke seluruh lahan sawah.
Selain itu, petani juga menyiapkan bibit padi yang akan ditanam. Hasil
tersebut menunjukan kesamaan pada peneliti sebelumnya yang
menyimpulkan petani membersihkan lahan terlebih dahulu, dari rumput

17
ataupun tanaman lain. Pembajakan sawah dan pemberian pupuk dasar
dilakukan agar mendapatkan tanah yang gembur, kemudian dilakukan
perairan secara bertahap (Firdaus Widodo, Taufik. 2020).

Setelah tahap persiapan selesai, petani kemudian melakukan penanaman


bibit padi ke dalam lahan sawah. Proses penanaman ini dilakukan dengan
menancapkan bibit padi ke dalam tanah yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Gambar 4.1 Penanaman Padi

Selama proses penanaman, petani juga memperhatikan curah hujan dan


kondisi cuaca. Jika curah hujan terlalu sedikit, petani harus memastikan
bahwa air yang digunakan untuk mengairi lahan sawah cukup, sedangkan jika
curah hujan terlalu tinggi, petani harus memastikan bahwa air tidak
merendam lahan sawah dan mengakibatkan tanaman mati.

Setelah penanaman selesai, petani terus melakukan pemeliharaan


tanaman seperti penyiraman, pemupukan, dan pengendalian hama dan
penyakit tanaman. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman
tumbuh dengan baik dan menghasilkan panen yang optimal.

Gambar 4.2 Proses Panen

Setelah sekitar 4-5 bulan, tanaman padi sudah siap untuk dipanen.
Proses panen dilakukan dengan cara memotong tangkai padi dan
mengumpulkannya dalam gundukan. Selanjutnya, padi yang telah dipanen
akan dijemur dan dikeringkan sebelum dijual atau disimpan untuk konsumsi

18
sendiri.

4.2.3 Pengaruh Curah Hujan Terhadap Aktivitas Petani Sawah

Aktivitas para petani sawah yang ada di Kecamatan Kabila dan


Kecamatan Tapa pada saat curah hujan akan menyebabkan terganggunya
aktivitas tersebut, berdasarkan tabel 4.2 dimana seluruh aktivitas petani
sangat dipengaruhi oleh curah hujan dalam kategori sangat setuju tertinggi,
seperti halnya dikatakan bahwa pekerjaan akan tertunda dan menyita waktu
yang lama dalam menyelesaikan aktivitas disawah.

4.2.3.1 Persiapan Lahan Sawah

Hal pertama yang harus dilakukan para petani dalam


mempersiapkan lahan adalah menyemprotkan lahan agar tumbuhan-
tumbuhan disekitar tidak mengganggu proses pertumbuhan padi. Dalam
mempersiapkan lahan sawah para petani di Kecamatan Kabila dan
Kecamatan Tapa sudah menggunakan alat modern yaitu traktor.

Berdasarkan tabel 4.2 pada aktivitas persiapan lahan pada kategori


sangat setuju memiliki responden tertinggi mencapai jumlah 95,8%,
sehingganya pengaruh yang dapat dirasakan oleh para petani pada saat
mempersiapkan lahan, ketika lahan sawah tersebut dalam keadaan kurang
air hal ini dapat mengganggu atau mempersulit aktivitas petani, tetapi
ketika curah hujannya terbilang deras maka banyak petani yang berhenti
dalam melakukan aktivitasnya mengingat bahwa pada saat proses
pengerjaan yang dibasahi oleh hujan dapat menimbulkan penyakit.

Tetapi selama proses persiapan lahan ini terdapat pengaruh curah


hujan terhadap aktivitas petani :

1. Kualitas Tanah

Curah hujan yang terlalu lebat dapat menyebabkan tanah menjadi


terlalu basah dan lumpur. Berdasarkan hasil uji tabel 4.2 kualitas tanah
akan mengalami penurunan dengan responden setuju (95%), hal ini dapat
membuat sulit untuk memadati tanah dan dapat merusak struktur tanah
yang diolah.

2. Waktu Kerja

19
Curah hujan yang tinggi juga dapat memperpanjang waktu yang
dibutuhkan untuk persiapan lahan sawah. Pekerjaan yang biasanya bisa
selesai dalam waktu singkat bisa memakan waktu yang lebih lama karena
sulit untuk bekerja pada kondisi tanah yang terlalu basah.

3. Kesehatan

Aktivitas persiapan lahan sawah pada saat curah hujan dapat membuat
pekerja terkena penyakit yang berkaitan dengan kelembaban seperti flu,
pilek, dan demam. Kondisi ini dapat menghambat produktivitas kerja. Dari
hasil uji tabel 4.2 dampak bagi kesehatan petani mencapai pada kategori
sangat setuju (59,95%), banyak para petani yang sudah memiliki usia
lanjut sehingganya tidak bisa melakukan aktivitas di sawah karena akan
berakibat pada kesehatannya.

4.2.3.2 Penanaman Padi

Dari hasil responden wawancara sekitar 70% petani diKecamatan


Kabila dan Kecamatan Tapa melakukan penanaman padi pada
waktu/periode menjelang hujan. Hal ini dapat mengantisipasi agar padi
tersebut tidak kekurangan air pada saat masa pertumbuhan. Tetapi ketika
hujannya sudah pada kategori menengah (101-300 mm/hari) dapat
menyebabkan hancurnya tanaman padi yang diakibatkan oleh naiknya air
pada lahan sawah. Pengaruh curah hujan dalam proses penanaman padi
diantaranya:

1. Penundaan Waktu Tanam

Jika curah hujan terlalu tinggi, maka petani mungkin harus


menunda waktu penanaman karena tanah menjadi terlalu basah dan
sulit untuk ditanami. Sebaliknya, jika curah hujan terlalu rendah, petani
mungkin harus menunggu curah hujan mencukupi sebelum menanam
padi.

2. Penyemaian

Curah hujan yang ekstrem dapat mempengaruhi proses


penyemaian. Jika curah hujan terlalu tinggi, maka bibit padi dapat
terbawa air atau membusuk. Sebaliknya, jika curah hujan terlalu rendah,

20
bibit padi mungkin sulit tumbuh dan memerlukan waktu lebih lama
untuk berkecambah.

3. Penyebaran Benih

Curah hujan yang ekstrem dapat mempengaruhi penyebaran benih.


Jika curah hujan terlalu tinggi, maka benih dapat terbawa air dan tidak
tersebar merata pada lahan tanaman padi. Sebaliknya, jika curah hujan
terlalu rendah, benih mungkin tidak tercampur merata dengan tanah dan
tidak tumbuh secara optimal.

Pada dasarnya hujan sangat mempengaruhi aktivitas petani sawah


diKecamatan Kabila dan Kecamatan Tapa dalam proses penanaman. Hasil
ini sesuai dengan peneliti sebelumnya yang menjelaskan bahwa
perhitungan variabilitas curah hujan bulanan akan mempengaruhi aktivitas
hariannya para petani sawah (Aditya, Gusmawati. 2021). Dari hasil tabel
4.2 aktivitas petani sawah pada proses penanaman mencapai kategori
sangat setuju 99,9% dari jumlah kedua daerah, hal ini mengakibatka
penundaan atau perpanjangan waktu penanaman padi, banyak para petani
yang memilih untuk tidak melakukan aktivitas disawah pada saat hujan
mengingat hal ini akan mengakibatkan gangguan kesehatan.

Setelah dari proses penanaman lanjut, pada pemeliharaan padi.


Dalam proses pemeliharaan padi ini terlihat sangat berpengaruh bagi para
petani, ketika curah hujan yang turun dan kemudian tiba dengan cuaca
panas yang berulang akan menyebabkan peningkatan hama. Untuk
mengantisipasi peningkatan hama tersebut para petani melakukan
penyemprotan obat agar hama tersebut jauh dari tanaman padi, tetapi
setelah proses penyemprotan dan kemudian dibasahi oleh curah hujan
maka kerugian pada penggunaan obat penyemprot tersebut.

4.2.3.3 Proses Panen Padi

Dalam proses panen padi adalah akhir dari aktivitas petani disawah
dan akhir tersebut akan menghasilkan sebuah nilai ekonomi dari hasil padi
bagi para petani sawah. Tetapi dalam proses akan terhambat yang

21
diakibatkan oleh curah hujan pada lahan sawah di Kecamatan Kabila dan
Kecamatan Tapa. Dari hasil tabel 4.2 aktivitas petani dalam proses panen
padi mendapatkan responden sangat setuju (87,5%) bahwa proses panen
akan terhalang yang diakibatkan curah hujan. Curah hujan dapat
mengakibatkan kegagalan panen secara bersamaan, karena curah hujan
tersebut membuat seluruh padi dalam keadaan terambang jatuh atau
bahkan terkena penyakit. Ada beberapa aktivitas yang terhalang oleh curah
hujan diantaranya :

1. Pemanenan

Curah hujan yang tinggi dapat membuat lahan menjadi licin dan sulit
untuk dilalui oleh alat panen. Selain itu, jika hujan terus menerus,
tanaman padi akan menjadi basah dan berat, sehingga mempersulit
petani untuk memanennya atau bahkan hasil dari padi tersebut tidak
bagus diakibatkan terendam dengan curah hujan.

2. Pengangkutan

Setelah dipanen, tanaman padi harus diangkut ke tempat pengeringan


atau biasa disebut MASINA yang terdekat di masing-masing wilayah
Kecamatan Kabila dan Kecamatan Tapa. Namun, jika hujan terus
menerus, jalan yang dilalui oleh truk atau kendaraan pengangkut dapat
menjadi berlumpur dan sulit dilalui,sehingga memperlambat prosesnya.

3. Pengeringan

Setelah dipanen, tanaman padi harus dikeringkan sebelum


disimpan. Namun, jika curah hujan terlalu tinggi, maka pengeringan
padi akan menjadi lebih sulit dan memakan waktu lebih lama. Hal ini
dapat mempengaruhi kualitas dan kandungan air dalam butiran padi,
sehingga mempengaruhi kualitas gabah yang dihasilkan.

4.2.4 Cara Petani Sawah Menghadapi Dampak Curah Hujan


Terhadap Aktivitas

Petani sawah harus menghadapi dampak curah hujan yang dapat


mengganggu aktivitas mereka agar produksi pertanian tetap optimal.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan oleh petani sawah

22
untuk menghadapi dampak curah hujan terhadap aktivitas mereka:

1. Menunda aktivitas pertanian

Jika curah hujan terlalu tinggi, petani harus menunda aktivitas


pertanian seperti penanaman, pemupukan, dan pengairan. Ini
bertujuan agar tanah tidak terlalu lembab dan tidak menghambat
pertumbuhan tanaman.

2. Menyesuaikan jadwal aktivitas

Petani harus menyesuaikan jadwal aktivitas pertanian dengan


kondisi cuaca. Misalnya, jika diperkirakan akan turun hujan, petani
harus mengatur jadwal aktivitas pertanian yang sesuai agar dapat
memanfaatkan waktu yang optimal.

3. Menggunakan alat dan mesin yang sesuai

Petani harus menggunakan alat dan mesin yang sesuai dengan


kondisi cuaca. Misalnya, jika hujan terus menerus, petani harus
menggunakan alat yang tahan air agar tidak rusak dan dapat
digunakan kembali saat hujan berhenti.

4. Menjaga kualitas tanah

Petani harus menjaga kualitas tanah mereka agar tetap subur


meskipun terjadi curah hujan yang tinggi. Salah satu cara untuk
menjaga kualitas tanah adalah dengan melakukan pengolahan tanah
yang baik dan penggunaan pupuk organik yang tepat.

5. Mengantisipasi risiko bencana alam

Petani harus mengantisipasi risiko bencana alam seperti banjir,


longsor, dan tanah longsor. Misalnya, dengan membuat saluran air
yang baik dan menanam tanaman penahan longsor untuk
mengurangi risiko terjadinya bencana alam.

23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Intensitas Curah Hujan


Terhadap Aktivitas Petani Sawah diKabupaten Bone Bolango”, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1. Intensitas curah hujan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap


aktivitas petani sawah di Kecamatan Kabila dan Kecamatan Tapa. Hal ini
dikarenakan curah hujan yang tinggi dapat menghambat aktivitas petani
sawah seperti penanaman dan panen padi, sedangkan curah hujan yang

24
rendah dapat mempengaruhi irigasi dan kelembaban tanah yang dapat
mempengaruhi produktivitas tanaman padi.

2. Hasil uji data kuesioner yang telah diisi oleh responden untuk
pengukuran pengaruh curah hujan terhadap aktivitas petani sawah di
Kecamatan Kabila dan Kecamatan tahun 2021 diperoleh penundaan serta
pengaruh curah hujan terhadap aktivitas petani yang dikategorikan dalam
sangat setuju sebanyak 47,3%, setuju sebanyak 35%, cukup setuju
sebanyak 5,18%, tidak setuju sebanyak 4,75%. Mayoritas petani sawah
merespon uji pengukuran tersebut dengan kategori sangat setuju bahwa
aktivitas petani akan terganggu atau terhalang.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh ada beberapa saran yang
perlu dijadikan pertimbangan bagi peneliti dan penelitian antara lain:

1. Untuk mengantisipasi segala hal kerugian terhadap produktivitas dan


kesehatan petani, baiknya para petani melakukan pola atau jadwal periode
curah hujan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal kerugian dan
dampak yang dapat dirasakan oleh petani dalam melakukan aktivitas
disawah.

2. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan pengukuran variabel lain


yang mempengaruhi aktivitas petani sawah selain intensitas curah hujan,
seperti kelembaban udara, suhu, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Gusmayati. 2021. Pengaruh Perubahan Curah Hujan terhadap Produktivitas Padi
Sawah di Kalimantan Barat . Jurnal Ilmu Lingkungan. Jawa Tengah:
Universitas Diponegoro - 2 : Vol. 19.

Azizah, Suwarsito. 2021. Pengaruh Pola Curah Hujan Terhadap Produktivitas Padi di
Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga. Sainteks. Jawa Tengah:
Geografi Universitas Muhamadiyah Purwokerto. - 1 : Vol. 18.

Firdaus Widodo, Taufik. 2020. Studi Etnomatematika: Aktivitas Petani Padi Dusun
Panggang. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. DIY Yogyakarta:
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa . - 2 : Vol. 7.

Kurniawan. 2020. Evaluasi Pengukuran Curah Hujan Antara Hasil Pengukuran

25
Permukaan (AWS, HELLMAN, OBS) dan Hasil Estimasi (Citra Satelit
=GSMaP) Di Stasiun Klimatologi Mlati Tahun 2018. Jurnal Geografi,
Edukasi dan Lingkungan (JGEL). DIY Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA. - 1 : Vol. 4.

Klimatologi Stasiun. 2023. Data Curah Hujan Bulanan. Kabupaten Bone Bolango: BMKG.

Supu, Saleh. 2022. Peran Kelompok Tani Padi Sawah Di Desa Poowo Kecamatan Kabila
Kabupaten Bone Bolango. Petani Sawah di Bone Bolango. Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo. - 3 : Vol. 6.

26

Anda mungkin juga menyukai