PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Gorontalo diapit oleh laut Sulawesi di bagian utara dan teluk
tomini di bagian selatan, kedua perairan ini memiliki anomali suhu yang
positif yang menyebabkan pertumbuhan awan konvektif.Jika
dikombinasikan dengan potensi atau penyebab yang lain, akan menambah
peluang terjadinya curah hujan.
Provinsi Gorontalo mempunyai daerah dengan sumber daya alam yang
berlimpah, mempunyai penduduk sebesar 1.185.492 jiwa dan sebagian besar
mata pencaharian sebagai petani. Masyarakat Gorontalo memiliki rata-rata
luas panen padi sawah dan padi ladang besar adalah sebesar 51.765 ha
dengan total produksi sebesar 241.948 ton tahun 2018. Sehingga memiliki
peluang yang cukup dalam pengembangan sektor pertanian (Badan Pusat
Statistik Provinsi Gorontalo, 2019). Wilayah potensial penghasil padi di
Provinsi Gorontalo salah satunya yaitu Kabupaten Bone Bolango, kabupaten
ini mempunyai penduduk sebesar 159.194 jiwa, dengan mayoritas
penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian yaitu padi sawah.
Luas lahan padi sawah di Kabupaten Bone Bolango sebesar 2.207,25 ha.
Serta sebanyak 21.496 ton produksi padi sawah (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bone Bolango, 2017:106).
Permasalahan sektor pertanian dapat bersumber dari segala aspek, salah
satunya aspek klimatologi salah satunya adalah intensitas curah hujan yang
tinggi. Kondisi curah hujan ekstrim yang terjadi pada sektor pertanian dapat
mengakibatkan kegagalan panen serta gangguan dalam aktivitas petani
(Faradiba, 2018). Kegagalan panen yang terjadi secara global dapat
berdampak pada penurunan produktifitas maupun kualitas produksi di
sektor pertanian. Seperti di tahun 2015 sekitar 500 ha di Kabupaten Bone
Bolango mengalami gagal panen dan telah merugikan para petani. Hal ini
sangat berpengaruh juga terhadap produktivitas pera petani sawah yang ada
di Kabupaten Bone Bolango.
Menurut dinamika hidrologi, hujan menjadi salah satu dari sumber air
utama. Secara alami proses hujan dihasilkan dari sebuah proses kondensasi
uap air di udara yang nantinya akan menjadi awan. Pada suatu kondisi
1
tertentu, awan tersebut akan menghasilkan hujan. Hujan sangat bergantung
kepada kondisi cuaca yang terjadi (Mulyono, 2014).
Kondisi cuaca memiliki peran yang sangat penting di berbagai sektor
kehidupan. Salah satu sektor yang kebergantungannya cukup tinggi terhadap
kondisi cuaca adalah sektor pertanian. Perubahan kondisi cuaca yang
sekarang ini dirasakan cukup ekstrim, kondisi ini mengakibatkan
peningkatan intensitas curah hujan. Intensitas hujan menunjukkan lebat
tidaknya hujan. intensitas hujan yang besar, berarti air yang dicurahkan
jumlahnya banyak dalam waktu singkat, butiran airnya besar, dan akan
menyebabkan erosi lebih besar lagi, karena limpasan permukaan yang besar,
sementara resapan air akan terhambat (hanafi, 1988). curah hujan jangka
pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut intensitas curah
hujan (mm/jam).
Peningkatan intensitas curah hujan yang ekstrim dapat mengakibatkan
situasi yang cukup buruk diantaranya yang paling sering adalah banjir.
Tidak hanya banjir, beberapa kondisi yang berpeluang besar muncul adalah
badai angin, gelombang Tsunami dan banyak lagi dampak negatif yang
dapat ditimbulkan. Dari ilustrasi tersebut dapat dikatakan juga bahwa
dampak kondisi curah hujan ekstrim yang terjadi pada sektor pertanian
dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas petani dan kegagalan panen
(Faradiba, 2018). Sedangkan kita pahami bersama bahwa sektor pertanian
merupakan salah satu dari tiga sektor utama dalam peningkatan
pembangunan bangsa.
Dengan permasalahan diatas, peneliti perlu melakukan penelitian yang
dilakukan di Kab.Bone Bolango dengan mengidentifikasi pengaruh
intensitas curah hujan terhadap aktivitas petani sawah.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah pada
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana intensitas curah hujan yang ada di Kabupaten Bone
Bolango?
2. Bagaimana pengaruh curah hujan terhadap aktivitas petani sawah di
Kabupaten Bone Bolango?
2
1.3 Tujuan
Jika dilihat dari rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini
yaitu:
1. Untuk mengatahui intensitas curah hujan yang ada di Kabupaten Bone
Bolango.
2. Untuk mengatahui pengaruh curah hujan terhadap aktivitas petani sawah
di Kabupaten Bone Bolango.
1.4 Manfaat Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Intensitas Curah Hujan
2.1.1 Pengertian Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh pada periode tertentu.
Pengukurannya dilakukan dengan satuan tinggi diatas permukaan tanah
horizontal yang diasumsikan tidak terjadi penguapan atau infiltrasi, run off,
atau evaporasi.
Pengertian curah hujan juga sering disebut dengan presipitasi juga diartikan
sebagai jumlah air hujan yang turun pada wilayah tertentu dan pada kurun
waktu tertentu. Jumlah curah hujan adalah volume air yang terkumpul pada
permukaan bidang datar pada periode tertentu, seperti harian, mingguan,
bulanan serta tahunan.
Definisi lain curah hujan, yaitu jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah
datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm)
diatas permukaan horizontal. Secara lebih rinci, curah hujan memiliki
pengertian sebagai air hujan dengan ketinggian tertentu yang terkumpul
menjadi satu dalam penakar hujan, tidak meresap, tidak mengali dan tidak
menyerap (utuh dan tidak mengalami kebocoran).
2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Curah Hujan
Banyak sedikitnya hujan rata- rata yang ada di suatu tempat memang
berbeda- beda. Ada beberapa faktor yang mepengaruhi curah hujan yang ada
di suatu tempat. Faktor- faktor tersebut memiliki kontribusi terhadap turunnya
hujan. Beberapa faktor yang mempengaruhi curah hujan diantaranya sebagai
berikut:
1. Jarak dari sumber air
Sumber air atau laut merupakan sumber penguapan yang tentu saja
akan mempengaruhi curah hujan di suatu tempat. Semakin dekat suatu
tempat dengan laut maka curah hujan yang dimilikinya akan semakin
tinggi. Sebaliknya, tempat yang jauh dari sumber air maka curah
4
hujannya rendah. Hal ini karena kondensasi awan akan mencir sebelum
mencapai tempat tersebut.
5
2.1.3 Alat Pengukuran Curah Hujan
Pengukuran curah hujan dapat dilakukan dengan bantuan alat bernama
ombrometer. Penakar hujan tersebut adalah alat pengukur jumlah curah hujan
yang turun dalam skala per satuan luas.
a) Ombrometer Manual
6
dan melakukan pencatatan dalam waktu tertentu.
7
Merupakan metode penghitungan yang lebih baik daripada metode
aritmatik. Pada metode ini, dilakukan perhitungan pengaruh letak wilayah
persebaran curah hujan terhadap stasiun DAS yang sudah ditentukan dan
diukur luasnya. Meski lebih baik dari metode aritmatik, namun metode ini
lebih cocok digunakan untuk pada wilayah dengan curah hujan sedikit dan
tidak merata persebarannya.
c) Metode Isohyet
8
pengisian gabah menjadi
lebih baik.
2.3 Pengaruh Curah Hujan Terhadap Aktivitas Petani
Intensitas curah hujan dapat mempengaruhi aktivitas petani sawah di
Kabupaten Bone Bolango. Saat curah hujan tinggi, aktivitas petani dapat
terhambat karena sulit untuk melakukan kegiatan seperti penanaman,
pemeliharaan, dan panen padi. Selain itu, curah hujan yang tinggi juga dapat
menyebabkan banjir dan erosi tanah, yang dapat merusak tanaman dan lahan
pertanian.
Di sisi lain, saat curah hujan rendah, petani dapat mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan air tanaman dan memperoleh hasil panen yang
cukup. Mereka mungkin perlu mengandalkan sumber air alternatif seperti
sumur bor atau mengatur ulang jadwal penanaman dan panen. Sehingganya
dapat menimbulkan dampak bagi petani diantaranya:
1. Menurunnya produksi pertanian
Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan banjir dan erosi tanah yang
merusak tanaman dan lahan pertanian, sehingga produksi pertanian dapat
menurun.
2. Kesulitan memenuhi kebutuhan air tanaman
Curah hujan yang rendah dapat menyulitkan petani dalam memenuhi
kebutuhan air tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat
dan hasil panen dapat menurun.
3. Kesulitan dalam melakukan kegiatan pertanian
Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan pertanian seperti
penanaman, pemeliharaan, dan panen, sehingga petani harus menunda
kegiatan tersebut atau menyesuaikan jadwal dengan kondisi cuaca.
4. Kerusakan infrastruktur pertanian
Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
infrastruktur pertanian seperti irigasi, jalan, dan jembatan, sehingga petani
kesulitan dalam mengakses lahan pertanian.
5. Kenaikan biaya produksi
Dampak curah hujan yang tinggi dan rendah dapat menyebabkan
kenaikan biaya produksi karena petani perlu melakukan perbaikan dan
9
penyesuaian pada infrastruktur pertanian serta sistem irigasi yang
digunakan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada areal pertanian yang terdapat Kec. Kabila dan
Kec.Tapa Kab Bone Bolango. Penelitian ini dilaksanakan ± selama 2 bulan yaitu
dari bulan Februari-Maret 2023.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam membantu proses penelitian
diantaranya:
1) Kuesioner
Digunakan untuk mengumpulkan data melalui wawancara atau survei
dengan petani yang terpilih.
2) Alat Ukur Curah Hujan
Digunakan untuk mengukur jumlah curah hujan di wilayah penelitian. Alat
ini berupa Ombrometer Manual.
3) Komputer dan Perangkat Lunak Statistik
Digunakan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dan
manghasilkan hasil yang dapat diinterpretasikan.
3.3 Variabel
Dalam penelitian ini memiliki variabel yang dapat menghubungkan sebab-akibat.
Sehingga dalam penelitian kali ini terdapat varibel :
1) Intensitas curah hujan:
Variabel ini diukur dengan menggunakan data curah hujan yang diperoleh
dari stasiun klimatologi di Kabupaten Bone Bolango.
10
2) Aktivitas petani sawah
Variabel ini diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan tentang jenis aktivitas yang dilakukan petani sawah, seperti
penanaman, pemeliharaan, dan panen padi.
3) Pengaruh curah hujan terhadap aktivitas petani sawah
Variabel ini diukur dengan wawancara langsung terhadap petani terkait
pengaruh curah hujan terhadap aktivitas petani sawah di Kabupaten Bone
Bolango.
11
petani sawah 779 yang terdiri dari 2 kecamatan yaitu Kecamatan Tapa dan
Kecamatan Kabila.
3.5 Metode Analisis Data
Pengaruh intensitas curah hujan terhadap aktivitas petani sawah dianalisis
secara deskriptif kuantitatif, dengan menguraikan data curah hujan yang terjadi
pada bulan januari sampai maret dan responden dari petani sawah yang telah kami
jadikan sampel, kemudian diuraikan pembanding pada pengaruh cuaca cerah dan
hujan terhadap aktivitas petani sawah yang ada di Kecamatan Tapa dan Kecamatan
Kabila.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan Kabila
150 131
93
100
mm/bulan
50
7
0
Januari Februari Maret
Bulan
Frekuensi
12
mencapai 93 mm dan terus menurun hingga bulan Maret,dari data dibulan
Maret tersebut hanya sampai pada rata-rata selama 16 dengan mencapai 7 mm.
Kecamatan Tapa
150 127
92
100
mm/bulan
50 24
0
Januari Februari Maret
Bulan
Frekuensi
13
5-10 tahun 30 21
Bertani
11-20 tahun 38 20
> 20 tahun 51 50
TOTAL 151 120
Hasil uji data kuesioner yang telah diisi oleh responden berdasarkan
jenis kelamin di Kecamatan Kabila diperoleh jenis kelamin laki-laki sebanyak
145 orang (96%) dan perempuan sebanyak 6 orang (4%).
Berdasarkan indikator umur terdapat 30-40 tahun 34 orang (23%), 41-50
tahun 63 orang (42%) dan >50 tahun sebanyak 54 orang (35%). Berdasarkan
indikator lama bertani untuk <5 tahun sebanyak 32 orang (21%), 5-10 tahun
sebanyak 40 orang (27%), 11-20 tahun sebanyak 41 orang (28%) dan untuk
tingkat > 20 tahun sebanyak 52 orang (34%). Responden berdasarkan jenis
kelamin di Kecamatan Tapa diperoleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 117
orang (97,5%) dan perempuan sebanyak 3 orang (2,5%). Berdasarkan
indikator umur terdapat 30-40 tahun 47 orang (40%), 41-50 tahun 30 orang
(25%) dan >50 tahun sebanyak 43 orang (35%). Berdasarkan indikator lama
bertani untuk <5 tahun sebanyak 29 orang (25%), 5-10 tahun sebanyak 21
orang (17%), 11-20 tahun sebanyak 20 orang (16%) dan untuk tingkat > 20
tahun sebanyak 50 orang (42%).
Pengaruh curah hujan adalah daya atau hal yang dapat menyebabkan
terhalangnya seluruh aktivitas para petani sawah. Dari karakteristik responden
tentu memiliki tingkat ukuran respon yang berbeda terkait aktivitas para
petani sawah di Kecamatan Kabila dan Kecamatan Tapa. Sehingganya
presepsi yang telah diukur dengan kuesioner tersaji dalam tabel 4.2 dibawah
ini.
Tabel 4.2 Mengukur Pengaruh Curah Hujan Terhadap Aktivitas Petani Sawah di
Kecamatan Tapa dan Kecamatan Kabila.
14
pada
aktivitas
proses 3 7 0 8 2 0
persiapan
lahan
Berdampak
pada
54, 1, 10 10
3 aktivitas 40 3,6 0 45 50 5 0 0
proses 9 5 0 0
penanaman
Berdampak
pada
10 10
4 aktivitas 85 15 0 0 0 75 15 10 0 0
proses 0 0
pemeliharaan
Berdampak
pada 10 10
5 aktivitas
90 10 0 0 0 85 15 0 0 0
0 0
proses panen
Tergangguny
30, 10 54, 40, 1, 10
6 a kesehatan 65 4,7 0 0 3,5 0
petani 3 0 9 1 7 0
Kualitas
10 10
7 tanah akan 35 50 20 0 0 45 27 20 8 0
menurun 0 0
Produktivitas
19, 1, 10 10
8 mengalami 78 2 0 80 11 9 0 0
penurunan 5 5 0 0
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
CS = Cukup Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Hasil uji data kuesioner yang telah diisi oleh responden berdasarkan
petani sawah di Kecamatan Kabila Tahun 2021 diperoleh pada kategori
sangat setuju bahwa curah hujan sangat berpengaruh pada aktivitas petani
sawah. Pada aktivitas petani yang akan tertunda saat curah hujan
dikategorikan sangat setuju dengan 54,6%, pengukuran aktivitas petani ini
diukur dari sejak awal penanaman padi disawah memang terlihat responden
sangat puas yang tertinggi. Dampak curah hujan juga sangat terlihat pada
produktivitas yang semakin menurun yang dikategorikan responden sangat
setuju dengan 78%.
Hasil uji data kuesioner yang telah diisi oleh responden berdasarkan
petani sawah di Kecamatan Tapa Tahun 2021 diperoleh pada kategori
15
sangat setuju bahwa curah hujan sangat berpengaruh pada aktivitas petani
sawah. Pada aktivitas petani yang akan tertunda saat curah hujan
dikategorikan sangat setuju dengan 40%, tetapi ada juga petani yang
memilih untuk bertahan karena mengingat nilai ekonomi yang didapatkan,
pengukuran aktivitas petani ini diukur dari sejak awal penanaman padi
disawah memang terlihat responden sangat puas yang tertinggi. Dampak
curah hujan juga sangat terlihat pada produktivitas yang semakin menurun
yang dikategorikan responden sangat setuju dengan 80%.
16
pada bulan Februari curah hujan diKecamatan Tapa tersebut mencapai pada
127 mm/bulan sehingganya dapat dikategorikan pada curah hujan menengah
dengan interval 101-300 mm/bulan. Berdasarkan tabel 4.2 para petani sawah
akan meninggalkan seluruh aktivitasnya terhitung dengan jumlah
persentasenya 40%, dalam observasi selama bulan Februari pada hari yang
mengalami curah hujan terpantau bahwa masih terdapat beberapa petani yang
melakukan aktivitasnya seperti persiapan lahan, pembajakan lahan
menggunakan traktor dan terdapat beberapa sawah yang terendam oleh air
yang diakibatkan oleh curah hujan dan angin yang sangat tinggi.
17
ataupun tanaman lain. Pembajakan sawah dan pemberian pupuk dasar
dilakukan agar mendapatkan tanah yang gembur, kemudian dilakukan
perairan secara bertahap (Firdaus Widodo, Taufik. 2020).
Setelah sekitar 4-5 bulan, tanaman padi sudah siap untuk dipanen.
Proses panen dilakukan dengan cara memotong tangkai padi dan
mengumpulkannya dalam gundukan. Selanjutnya, padi yang telah dipanen
akan dijemur dan dikeringkan sebelum dijual atau disimpan untuk konsumsi
18
sendiri.
1. Kualitas Tanah
2. Waktu Kerja
19
Curah hujan yang tinggi juga dapat memperpanjang waktu yang
dibutuhkan untuk persiapan lahan sawah. Pekerjaan yang biasanya bisa
selesai dalam waktu singkat bisa memakan waktu yang lebih lama karena
sulit untuk bekerja pada kondisi tanah yang terlalu basah.
3. Kesehatan
Aktivitas persiapan lahan sawah pada saat curah hujan dapat membuat
pekerja terkena penyakit yang berkaitan dengan kelembaban seperti flu,
pilek, dan demam. Kondisi ini dapat menghambat produktivitas kerja. Dari
hasil uji tabel 4.2 dampak bagi kesehatan petani mencapai pada kategori
sangat setuju (59,95%), banyak para petani yang sudah memiliki usia
lanjut sehingganya tidak bisa melakukan aktivitas di sawah karena akan
berakibat pada kesehatannya.
2. Penyemaian
20
bibit padi mungkin sulit tumbuh dan memerlukan waktu lebih lama
untuk berkecambah.
3. Penyebaran Benih
Dalam proses panen padi adalah akhir dari aktivitas petani disawah
dan akhir tersebut akan menghasilkan sebuah nilai ekonomi dari hasil padi
bagi para petani sawah. Tetapi dalam proses akan terhambat yang
21
diakibatkan oleh curah hujan pada lahan sawah di Kecamatan Kabila dan
Kecamatan Tapa. Dari hasil tabel 4.2 aktivitas petani dalam proses panen
padi mendapatkan responden sangat setuju (87,5%) bahwa proses panen
akan terhalang yang diakibatkan curah hujan. Curah hujan dapat
mengakibatkan kegagalan panen secara bersamaan, karena curah hujan
tersebut membuat seluruh padi dalam keadaan terambang jatuh atau
bahkan terkena penyakit. Ada beberapa aktivitas yang terhalang oleh curah
hujan diantaranya :
1. Pemanenan
Curah hujan yang tinggi dapat membuat lahan menjadi licin dan sulit
untuk dilalui oleh alat panen. Selain itu, jika hujan terus menerus,
tanaman padi akan menjadi basah dan berat, sehingga mempersulit
petani untuk memanennya atau bahkan hasil dari padi tersebut tidak
bagus diakibatkan terendam dengan curah hujan.
2. Pengangkutan
3. Pengeringan
22
untuk menghadapi dampak curah hujan terhadap aktivitas mereka:
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
24
rendah dapat mempengaruhi irigasi dan kelembaban tanah yang dapat
mempengaruhi produktivitas tanaman padi.
2. Hasil uji data kuesioner yang telah diisi oleh responden untuk
pengukuran pengaruh curah hujan terhadap aktivitas petani sawah di
Kecamatan Kabila dan Kecamatan tahun 2021 diperoleh penundaan serta
pengaruh curah hujan terhadap aktivitas petani yang dikategorikan dalam
sangat setuju sebanyak 47,3%, setuju sebanyak 35%, cukup setuju
sebanyak 5,18%, tidak setuju sebanyak 4,75%. Mayoritas petani sawah
merespon uji pengukuran tersebut dengan kategori sangat setuju bahwa
aktivitas petani akan terganggu atau terhalang.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh ada beberapa saran yang
perlu dijadikan pertimbangan bagi peneliti dan penelitian antara lain:
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Gusmayati. 2021. Pengaruh Perubahan Curah Hujan terhadap Produktivitas Padi
Sawah di Kalimantan Barat . Jurnal Ilmu Lingkungan. Jawa Tengah:
Universitas Diponegoro - 2 : Vol. 19.
Azizah, Suwarsito. 2021. Pengaruh Pola Curah Hujan Terhadap Produktivitas Padi di
Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga. Sainteks. Jawa Tengah:
Geografi Universitas Muhamadiyah Purwokerto. - 1 : Vol. 18.
Firdaus Widodo, Taufik. 2020. Studi Etnomatematika: Aktivitas Petani Padi Dusun
Panggang. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. DIY Yogyakarta:
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa . - 2 : Vol. 7.
25
Permukaan (AWS, HELLMAN, OBS) dan Hasil Estimasi (Citra Satelit
=GSMaP) Di Stasiun Klimatologi Mlati Tahun 2018. Jurnal Geografi,
Edukasi dan Lingkungan (JGEL). DIY Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA. - 1 : Vol. 4.
Klimatologi Stasiun. 2023. Data Curah Hujan Bulanan. Kabupaten Bone Bolango: BMKG.
Supu, Saleh. 2022. Peran Kelompok Tani Padi Sawah Di Desa Poowo Kecamatan Kabila
Kabupaten Bone Bolango. Petani Sawah di Bone Bolango. Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo. - 3 : Vol. 6.
26