Disusun oleh :
Kelompok
Dosen Pengampu:
Dewi Fitria, Ph. D
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pengaruh Cuaca Global pada Curah Hujan di Indonesia” ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu,
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang kimia tanah ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Hujan merupakan salah satu sumber ketersedian air untuk kehidupan di permukaan
Bumi (Shauji dan Kitaura, 2006) dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penilaian,
perencanaan dan pengelolaan sumberdaya air (Haile et al., 2009). Hujan termasuk
unsur iklim yang paling dominan memengaruhi kegiatan pertanian (pola tanam dan
pemilihan jenis tanaman) yang menjadi sumber utama kehidupan masyarakat
Indonesia. Aktivitas pertanian umumnya dikontrol oleh variasi curah hujan terutama
wilayah tadah hujan. Selain itu, hujan dapat sebagai penyebab atau pemicu timbulnya
bencana alam. Curah hujan yang berlebihan akan menyebabkan potensi longsor dan
banjir lebih besar. Sebaliknya curah hujan rendah, ketersediaan air berkurang, potensi
kekeringan akan meningkat dan terjadi kebakaran hutan yang akhirnya juga
berdampak pada masyarakat. Berdasarkan hal tersebut sangat diperlukan untuk
mengetahui karakteristik hujan secara spasial dan temporal sehingga dapat dilakukan
estimasi bencana yang akan terjadi di suatu wilayah dan aktivitas dapat disesuaikan
mengikuti variasi curah hujan.
Dengan demikian dampak yang ditimbulkan oleh anomali curah hujan tidak
berpengaruh besar pada kehidupan masyarakat. Curah hujan sangat bervariasi
menurut tempat dan waktu (Handoko, 1994), volume dan intensitasnya dapat berubah
dengan cepat (Galvan et al., 2013). Penerimaan curah hujan dan waktu terjadinya
antara satu wilayah dapat berbeda dengan wilayah lain. Distribusi curah hujan di
suatu wilayah dalam rentang waktu tertentu bisa mengalami peningkatan dan
penurunan. Penyebaran dan keragamannya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
letak geografi, topografi dan aliran udara atas (Hilario et al., 2009). Selanjutnya,
Variasi curah hujan suatu wilayah khususnya Indonesia sebagai benua maritim
(Hendon, 2003; Qian, 2008) berkaitan erat dengan interaksi dan fluktuasi fenomena
yang disebabkan oleh dinamika Atmosfer-lautan (Ropelewski dan Halpert, 1987;
Giannini et al., 2007). Fenomena ini dapat berskala lokal, regional dan global.
Skala lokal berupa sirkulasi harian angin darat-angin laut dan angin gunung-angin
lembah. Skala regional adalah fenomena yang disebabkan oleh siklus tahunan utara
selatan Matahari yaitu monsun Asia-Australia dan ITCZ (Inter Tropical Convergence
Zona). Skala global diantaranya peristiwa ENSO (El Nino Southern Oscillation) dan
IOD (Indian Oceane Dipole). ENSO dan IOD merupakan fenomena iklim global
yang didasari pada kondisi suhu muka laut Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Antara satu faktor dengan faktor lain terdapat interaksi dan menimbulkan variasi
iklim berbeda-beda setiap wilayah.
Pada skala lokal, karakteristik topografi sangat menentukan variasi curah hujan suatu
wilayah. Umumnya curah hujan lebih besar dan sering terjadi di wilayah yang
menghadap arah angin dibandingkan wilayah yang menjadi bayangan hujan.
Berdasarkan variasi ketinggian, semakin tinggi tempat, curah hujannya relatif tinggi
(Handoko, 1994; Galvan et al., 2013 ). Hal ini disebabkan oleh pembentukan awan
orografik yang lebih intensif (Um et al., 2010) sehingga potensi kejadian hujan
semakin besar. Untuk mengetahui curah hujan di suatu tempat, Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) umumnya digunakan alat konvensional yakni
Observatorium dan Automatic Hellman. Peralatan ini ditempatkan di unit-unit
pelaksana teknis terutama Stasiun Meteorologi dan Stasiun Klimatologi serta
beberapa titik di daerah-daerah Kabupaten seluruh Indonesia, bekerjasama dengan
dinas pertanian daerah yang disebut dengan pos kerjasama. Selain itu di beberapa
lokasi hujan diukur secara telemetri dengan AWS (automatic weather system) dan
ARG (automatic rain gauge). Pengukuran curah hujan ini hanya berupa titik atau
mewakili wilayah yang sempit. Aturan WMO, luasan maksimum yang dapat diwakili
satu stasiun hujan di wilayah tropis adalah 900-3.000 km2 untuk dataran rendah dan
250-1.000 km2 untuk daerah pegunungan.
Keperluan yang lebih luas seperti bidang iklim dan hidrologi (Goovaert, 2000),
pertanian dibutuhkan hujan secara spasial (curah hujan wilayah), curah hujan titik
tidak bisa mewakilinya sehingga diperlukan titik-titik pengukuran yang cukup banyak
khususnya pada wilayah dengan topografi yang kompleks. Kenyataan di lapangan,
pengukuran curah hujan tidak merata di seluruh daerah. Untuk mengatasinya
diperlukan pendekatan atau teknik interpolasi yang lebih akurat dalam menentukan
curah hujan lokasi yang tidak ada stasiun hujan.
Tujuan dari penulisan makalah yang telah diseduaikan dengan rumusan masalah
adalah:
BAB II
PEMBAHASAN
Iklim adalah keadaan rata-rata peristiwa cuaca dalam periode yang lama (umumnya
sekitar 10- 30 tahun) dan meliputi di daerah yang luas. Sedangkan curah hujan adalah
jumlah hujan yang jatuh disuatu daerah dalam waktu tertentu. Iklim waktunya lama
dan luas. Faktor-faktor yang menentukan iklim ialah suhu, tekanan udara, angin,
keadaan lembab udara, dan pengendapan air di udara.
Temperature atau suhu rata-rata di dataran rendah kurang lebih 26 0C. temperature
tinggi tersebut disebabkan letak matahari yang tinggi. Di daerah tropis (antara garis
lintang 23 ½ 0LU dan 23 ½ 0 LS) mendapat panas yang paling banyak di daerah
tropis ini perbedaan temperature antara siang dan malam hari di daerah tropis kecil
saja. Perbedaan temperatus antara siang dan malam hari di sebut Amplitudo.
Temperature rata-rata di daerah pantai berkisar 26 0C. apabila kita naik keatas,
dipegunungan misalnya ternyata temperaturnya turun. Setiap kenaikan 100 m
temperature turun 0,60 C.Jadi,tempat – tempat yang tingginya 800m diatas
permukaan laut misalnya bandung,malang,bukit tinggi,dan tomohon,kurang lebih 40
C lebih sejuk dari pada didaerah pantai. Bahkan dipegunungan irian jaya yang
tingginya diatas 5000 m. Memiliki temperature dibawah 00 C. Didaerah ini terdapat
salju. Panas itu berpengaruh antaralain terhadap bentuk rumah,makanan,cara hidup
dan lain-lain yang menyesuaikan pada panas itu. Makanan dinegara kita misalnya
kurang mengandung lemak dibanding dengan didaerah dingin. Pakian kita tipis dan
didaerah dingin tebal.
Unsur – unsure yang mempengaruhi ilkim adalah keadaan suhu atau temperature
udara, tekanan udara angin,kelembaban udara,awan dan hujan.
Radiasi yang dipancarkan oleh matahari tersebut tidak seluruhnya diterima oleh bumi.
Dari 100% yang dipancarkan, radiasi yang diserap oleh bumi sekitar 47 %,
selebihnya mengalami proses pembaruan ( Scattering ) sekitar 7 %, pemantulan
kembali oleh awan ( refleksi ) sekitar 24 % dan oleh muka bumi sekitar 4 % yang
disebut Albedo, dan diserap oleh awan ( Absorbsi ) sekitar 3 % , serta oleh molekul
udara dan debu atmosfer sekitar 15 %.
Panas matahari yang diterima bumi bergantung pada factor – factor sebagai berikut:
3. Ketinggian tempat
4. Jarak ke laut
Tekanan Udara ( air Pressure) adalah beratnya masa udara diatas suatu satuan
wilayah yang diukur oleh alat yang disebut barometer. Standar tekanan udara adalah
tekanan massa udara pada setinggi permukaan laut yang dalam slake barometer
berdasarkan satuan metric adalah 760 mm yang sama dengan 1013 millibar atau
29,92 inci. Jika lebih dari standar itu disebut tekanan udara tinggi atau tekanan udara
maksimun dan jika lebih rendah disebut tekanan udara rendah atau tekanan udara
minimum.
Kekuatan tekanan udara dipengaruhi oleh kedaan suhu udara. Makin tinggi suhu
udara tekanan udara makin rendah.Sebaliknya,makin rendah suhu udara,tekanan
makin tinggi.
2.2.3 Angin
Angin adalah massa udara yang bergerak dari suatu wilayah bertekanan udara
maksimun ke wilayah lain yang memiliki tekanan udara minimum. Pergerakan massa
ini mengakibatkan terjadinya keseimbangan uadar dibumi.
Hubungan antara tekanan udara ( admosfer ) dan arah angin dinyatakan dalam
Hukum Buys Ballot sebagai berikut :
2. Di belahan buni utara arah angin dibelokkan kekanan sedangkan dibelahan bumi
selatan dibelokan ke kiri.
2. Angin Muson
3. Angin local
4. Angin Fon
Angin memiliki unsur utama, yaitu kecepatan dan arah angin. Keduanya diukur
dengan alat yang berbeda.
1. Kecepatan angin
Kecepatan angin diukur dengan anemometer. Alat ini terdiri dari atas 3 cangkir
( Cup ) yang dipasang pada ujung tangkai secara horizontal. Bila angin bertiup maka
cangkir akan berputar.
Perputaran cangkir menyebabkan bagian tengah juga berputar dan kecepatan anagin
dapat diketahui. Kecepatan angin diukur dalam satuan Knots atau kilometer / jam,
kadang – kadang ditunjukkan dengan skala Beaufort.
2. Arah angin
Angin selalu diukur sesuai arah tiupnya. Angin utara menunjukan bahwa angin
bertiup dari arah utara keselatan.Arah angin dapat diketahui dengan menggunkan
bendera angin ( Wind Vane ).
Angin dapat bertiup dari satu arah secara terus menerus.Angin ini disebut angin
dominan ( prefailinwind ). Pencatatan arah angin yang dominan bertiup seharian
dalam sebulan daaapat dilakukan dengan mawar angin. Pencatatan ini membentuk
segi delapan ( octagonal ) yang mewakili delapan arah mata angin. Setiap lengan
menunjukkan tanggal kemana arah angin bertiup. Angka ditengah- tengah
menunjukkan jumlah hari tanpa tejadi angin.
Angin barat adalah anginyang begerak dari daerah etesia, yaitu sekitar lintang 300 -
400 ke daerah lintang sedang (sekitar lintang 600) yang merupakan daerah bertekanan
rendah. Daerah etesia merupakan perbatasan antara daerah angina pasat dengan
dengan angin barat.
c) Angin Muson
Masa udara ini bergerak secara periodik dan bergantian dari arah lautan ke daratan
dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara yang
mencolok antara daratan dan lautan pada suatu lokasi akibat dua buah benua di
belahan Bumi utara dan belahan Bumi selatan yang mengapit samudera.
Angin Lokal
Angin local ini berhubungan dengan sifat daratan dn lautan dalam menerima dan
melepaskan panas. Daratan cepat menerima panas dan cepat pula melepaskan panas,
sedangkan lautan lambat menerima panas dan lambat pula melepaskan panas.
Angin Terjun adalah massa udara yang bergerak menaiki lereng dan mencapai
puncak gunung untuk kemudian turun ke lereng sebelahnya dengan cepat. Sebagian
besar suhu angin terjun tinggi dan disebut angin gunung.
d. kelembapan
Kelembapan atau kelengasan udara (humidity) adalah kandungan uap air (moisture)
yang terdapat di dalam massa udara. Kelembapan dapat dibedapak atas kelembapan
mutlak dan kelembapan relative.
e. Awan
Awan adalah kumpulan titik-titik air yang berupa Kristal-kristal es atmosfer. Awan
terbentuk oleh proses penguapan permukaan Bumi karena sinar Matahari sehingga
uap air mengisi massa udara. Proses penurunan suhu menyebabkan uap air beubah
menjadi titiki-titik air yang halus dengan diameter sekitar 0.02 – 0.06 mm. gumpalan
massa udara yang berisi titik-titik air itulah yang dinamakan awan.
f. Hujan (Presipitasi)
Huan adalah proses dicurahkan berbagai bentukan air (moisture) dari massa udara
(awan) yang telah mengalami kondensasi, seperti titik-titiik air , salju, atau batu es.
Hujan yaitu apabila curahan dalam bentuk titik-titik air yang umumnya berdiameter
0.3 – 3 mm, sedangkan jika diameternya antara 0.04 – 0.3 mm disebut hujan gerimis.
Iklim di Indonesia memiliki 3 macam iklim yaitu iklim musim (iklim muson), iklim
tropika (iklim panas), dan iklim laut. Namun di indonesia lebih dikenal dengan iklim
tropis yang bisa disebut biasanya dengan sebutan iklim panas. Iklim yang tidak
dimiliki oleh negara lain, tak heran jika orang dari mancanegara berdatangan ke
indonesia hanya untuk menikmati iklim yang tidak dimiliki dinegaranya sepeti
berjemur dibawah terik matahari, merasakan sensasi yang berbeda di musim panas.
Taukah anda dari ketiga iklim tersebut ?? mungkin ini sudah tidak asing lagi di
pendengaran anda. kita akan menjelaskan 3 iklim di indonesia diantaranya adalah :
iklim musonIklim musim terjadi karena angin musim yang bertiup berganti arah
setiap setengah tahun sekali, iklim musim ini memberikan dampak negatif ataupun
positif. Dengan adanya iklim musim di indonesia akan berganti musim dalam kurun
waktu yang ditentukan sekitar 6 bulan sekali . Angin musim terdiri dari angin musim
barat daya dan angin musim timur laut. Dengan adanya angin musim yang datang
dalam kurun waktu 6 bulan sekali, kita dapat merasakan setiap pergantian musim
yang terjadi di indonesia .
Berikut adalah penjelasan dari 2 macam bagian angin dari iklim musim :
Pada angin musim barat daya ini bisa dibilang sifatnya basah . Angin musim barat
daya adalah angin musim yang disebut dengan musim hujan, angin yang bertiup pada
bulan tertentu ini yaitu dari bulan oktober sampai dengan bulan april sehingga sudah
dipastikan bahwa indonesia akan mengalami musim hujan berkepanjangan. Angin
musim barat daya ini mempunyai banyak manfaat bagi seluruh makhluk hidup seperti
manusia, hewan, dan tumbuhan. Karena musim ini sangat dinanti-tunggu bagi seluruh
makhluk hidup .
menyuburkan panen
Begitu banyak manfaat yang bisa kita rasakan ketika musim hujan tiba, sangat
menguntungkan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Pada angin musim timur laut ini bisa dibilang sifatnya kering. Angin musim timur
laut ini disebut juga dengan musim kemarau (musim kering). Angin yang bertiup
pada bulan tertentu ini yaitu dari bulan april sampai dengan oktober sehingga sudah
bisa dipastikan akan ada musim kemarau yang berkepanjangan. Angin musim ini
sangat tidak diinginkan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan karena ini sangat
merugikan sekali bagi kelangsungan hidup maakhluk hidup.
3. Iklim Laut
iklim lautNegara Indonesia adalah negara yang kaya akan objek wisata alam terutama
indonesia merupakan negara yang memiliki laut, sungai atau samudera, sungai sangat
memberikan manfaat sungai bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu indonesia
memiliki iklim laut. Iklim laut adalah iklim yang banyak mendatangkan hujan yang
bersifat lembab sehingga indonesia bisa mengalami musim hujan yang
berkepanjangan. Dengan adanya iklim laut ini warga indonesia merasakan
kenyamanan karena lebih memiliki banyak keuntungan untuk membantu
kelangsungan hidupnya.
Iklim sub tropis adalah area daerah tinggi atau pegunungan yang terletak di daerah
tropis atau sub tropis, karena ketinggian berada didaerah pegunungan bisa
mengakibatkan kekeringan. Bisa di bilang identik dengan iklim samudera yang
iklimnya tersebut ada musim panas serta musim dingin stabil diantara kedua musim.
Dan biasanya di ketika musim tropis dan sub tropis datang suhu rata-rata tahunan
rendah sehingga sering terjadinya hujan yang di sertai badai sehingga sangat
membahayakan keberadaan warga indonesia jika tiba musim ini datang.
Daerah sedang
Sama hal nya dengan iklim tropis dan sub tropis. Daerah sedang memiliki ketinggian
yang sedang keadaannya pun menjadi stabil seperti banyaknya awan, banyak hujan di
musim dingin. Namun hujan yang turun tidak seperti di daerah tropis dan subtropis
yang lebih dominan ke hujan yang disertai badai. Di daerah sedang ini hujan yang
turun hanya rintik-rintik yang tidak terlalu membahayakan warga sekitar.
Dengan adanya perubahan iklim bisa menyebabkan dampak serius pada pertanian,
kesehatan, perekonomian dan lain sebagainya. Peningkatan temperatur harian ini
berpengaruh dalam curah hujan yang biasanya ditentukan oleh sirkulasi monsun asia
dan australia. Sirkulasi monsun mempunyai dua musim yang berubah dalam kurun
waktu 6 bulan sekali yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Perubahan iklim ini sangat berdampak pada :
Produksi bahan pangan terhambat seperti (ikan, jagung, padi, serta kebutuhan pokok
lainnya)
Resiko banjir seperti di daerah pantai, laut dan daerah yang datarannya rendah
Dari penjelasan tersebut sudah bisa sangat dipastikan bahwa indonesia memiliki
beberapa perubahan iklin yang ditentukan dalam kurun waktu tertentu oleh karena itu
warga indonesia harus selalu siap siaga untuk menghadapi datangnya perubahan
iklim pada waktu tertentu agar tidak terlalu memberikan dampak kerugian bagi warga
indonesia sendiri.
Indonesia yang terletak pada posisi yang strategis menyebabkan indonesia berada di
wilayah yang rentan akan perubahan iklim atau cuaca. Perubahan iklim yang terjadi
kurun waktu dalam 6 bulan sekali ini sudah dapat dipastikan sehingga perubahan
iklim di indonesia dengan beberapa fenomena yang mempengaruhi iklim di
indonesia.
Kebakaran hutan ini sangat membahayakan bagi beberapa ekosistem, dengan ini cara
yang akan melindungi dari kerusakan hutan :
Sedangkan La Nina adalah kebalikan dari El Nino yang bisa meyebabkan curah hujan
di sebagian besar indonesia mengalami penurunan suhu muka laut. La Nina tidak
dapat di prediksikan dan sehingga periodenya pun tidak tetap. La nina terjadi sekitar
tiga atau tujuh tahun sekali, dan dapat berlangsung 12 atau 36 bulan
2. Dipole Mode
Peristiwa Dipole Mode ditandai dengan adanya perbedaan anomali suhu permukaan
laut antara samudera hindia tropis bagian barat dengan samudera hindia baian timur.
Anomali ini memiliki kondisi yang sangat dingin lebih dingin dari cuaca normal.
Angin monsun adalah angin yang berhembus dan berganti arah dua kali atau polanya
berlawanan sepanjang tahun. Ada dua macam angin munson yaitu angin munson Asia
dan angin munson Australia.
4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ)
Daerah pertemuan angin antar tropis merupakan tempat daerah panas dan selalu naik
dan agak jarang ada angin. Di daerah ini terjadi pertemuan antara angin pasat timur
laut dan angin pasat tenggara yang menyebabkan udara terangkat dan bisa
menghasilkan badai konvektif.
Indonesia adalah negara yang berada di Benua Asia yang tepatnya di bagian Asia
Tenggara dan indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang memiliki
banyak keunggulan yang berbeda-beda diantara negara lain. Tak heran jika indonesia
sering didatangi orang yang berasal dari mancanegara hanya untuk menikmati
keindahan alam yang ada di indonesia.
Keunggulannya adalah :
Indonesia memiliki 3 musim yaitu iklim musim, iklim tropis, dan iklim laut
Indonesia memiliki musim kemarau dan musim hujan yang datang setiap setengah
tahun sekali
Indonesia memiliki cuaca yang tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin
Indonesia dengan hamparan tanah yang luas, subur dan mudah untuk ditanami
tumbuh-tumbuhan, padi, bunga dan lain sebagainya
Indonesia yang memiliki berbagai macam laut, pantai, dan pulau yang terbentang
luas.
Dan itulah keunggulan dari Indonesia yang mempunyai banyak keunggulan yang
tidak di miliki di negara lain. Oleh karena itu abadikan dan lestarikan akan keindahan
alam dan anekaragam kekayaan alam yang ada di indonesia.
Indonesia memiliki 3 iklim yang berganti dalam waktu tertentu, hal ini banyak
mempengaruhi bagi kehidupan manusia, terlebih jika sudah menjadi kebutuhan
pokok bagi manusia. dengan adanya pergantian iklim atau musim, memberikan
pengaruh yang menguntungkan atau merugikan bagi warga indonesia. Di Indonesia
iklim memiliki banyak pengaruh bagi dunia serta memiliki dampak positif dan
negatifnya
Endapan (presipitasi) didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh
ke permukaan bumi. Hujan adalah bentuk endapan yang sering dijumpai, dan di
Indonesia yang dimaksud dengan endapan adalah curah hujan. Hujan merupakan
unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik
menurut waktu maupun tempat, sehingga kajian tentang iklim lebih banyak diarahkan
pada hujan. Hujan adalah salah satu bentuk dari presipitasi, menurut Lakitan (2002)
presipitasi adalah proses jatuhnya butiran air atau kristal es ke permukaan bumi.
Tjasyono (2004) mendefinisikan presipitasi sebagai bentuk air cair dan padat (es)
yang jatuh ke permukaan bumi dimana kabut, embun dan embun beku bukan
merupakan bagian dari presipitasi (frost) walaupun berperan dalam alih kebasahan
(moisture). Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau milimeter (1 inci = 25,4 mm).
Jumlah curah hujan 1 mm, menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan
bumi 1 mm, jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer
(Tjasyono, 2004). Menurut Arsyad (1989) Tinggi curah hujan diasumsikan sama
disekitar tempat penakaran, luasan yang tercakup oleh sebuah penakar curah hujan
tergantung pada homogenitas daerahnya maupun kondisi cuaca lainnya. Curah hujan
mempunyai variabilitas yang besar dalam ruang dan waktu. Berdasarkan skala ruang,
variabilitasnya Sangat dipengaruhi oleh letak geografi (letak terhadap lautan dan
benua), topografi, ketinggian tempat, arah angin umum, dan letak lintang.
Keragaman curah hujan terjadi juga secara lokal di statu tempat, yang disebabkan
oleh adanya perbedaan kondisi topografi seperti adanya bukit, gunung atau
pegunungan yang menyebabkan penyebaran hujan yang tidak merata. Berdasarkan
skala waktu, keragaman/variasi curah hujan dibagi menjadi tipe harian, musiman
(bulanan), dan tahunan. Variasi curah hujan harian dipengaruhi oleh faktor lokal
(topografi, tipe vegetasi, drainase, kelembaban, warna tanah, albedo, dan lain-lain).
Variasi bulanan atau musiman dipengaruhi oleh angin darat dan angin laut, aktivitas
konveksi, arah aliran udara di atas permukaan bumi, variasi sebaran daratan dan
lautan. Sedangkan variasi tahunan dipengaruhi oleh perilaku sirkulasi atmosfer
global, kejadian badai, dan lain-lain (Ruminta(1989), dalam Erwin, M(2001)).
1. Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai
dengan angin berputar.
2. Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat
pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian
angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator
yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
3. Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air
yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara
menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar
pegunungan.
4. Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu
dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu
disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di
bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan
frontal.
5. Hujan muson, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson).
Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu
tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia,
secara teoritis hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di
kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus.
Secara umum curah hujan di wilayah Indonesia didominasi oleh adanya pengaruh
beberapa fenomena, antara lain sistem monsoon Asia-Australia, El-Nino, sirkulasi
Timur-Barat (Walker Circulation) dan Utara-Selatan (Hadley Circulation) serta
beberapa sirkulasi karena pnegaruh local (Mcbride, 2002). Variabilitas curah hujan di
Indonesia sangatlah kompleks dan merupakan suatu bagian “chaotic” dari variabilitas
monsoon (Ferranti (1997), dalam Aldrian (2003). Monsun dan pergerakan ITCZ
(Intertropical Convergence Zone) berkaitan dengan variasi curah hujan tahunan dan
semi-tahunan di Indonesia (Aldrian, 2003), sedangkan fenomena El-Nino dan Dipole
Mode berkaitan dengan variasi curah hujan antar-tahunan di Indonesia.
Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis.
Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut
( http://klastik.wordpress.com/2006/12/03/pola-umum-curah-hujan-di-indonesia/ ) :
Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak
daripada pantai sebelah timur.
Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur.
Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan
oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.
Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak
umumnya berada pada ketinggian antara 600 – 900 m di atas permukaan laut.
Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba.
Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.
a) Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada
bulan November.
c) Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari.
Rata-rata curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun masih
tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun. Begitu pula antara
tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak sama.
Tjasyono (1999) menyatakan Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi 3 pola
iklim utama dengan melihat pola curah hujan selama setahun. Hal ini didukung oleh
Aldrian dan Susanto (2003) yang telah mengklasifikasi Iklim Indonesia sebagai
berikut: Pola curah hujan di wilayah Indonesia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pola
Monsoon, pola ekuatorial dan pola lokal. Pola Moonson dicirikan oleh bentuk pola
hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu sekitar Desember).
Selama enam bulan curah hujan relatif tinggi (biasanya disebut musim hujan) dan
enam bulan berikutnya rendah (bisanya disebut musim kemarau).
Secara umum musim kemarau berlangsung dari April sampai September dan musim
hujan dari Oktober sampai Maret. Pola equatorial dicirikan oleh pola hujan dengan
bentuk bimodal, yaitu dua puncak hujan yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret
dan Oktober saat matahari berada dekat equator. Pola lokal dicirikan oleh bentuk
pola hujan unimodal (satu puncak hujan) tapi bentuknya berlawanan dengan pola
hujan pada tipe moonson. Wilayah Indonesia disepanjang garis khatulistiwa sebagian
besar mempunyai pola hujan equatorial, sedangkan pola hujan moonson terdapat di
pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, dan sebagian Sumatera. Sedangkan salah satu wilayah
mempunyai pola hujan lokal adalah Ambon (Maluku).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Perlu ada kesadaran dari dalam diri sendiri untuk melakukan penghematan air agar
ketersediaan air terjaga hingga masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Samadi, S.Pd., M.Si.2002. Geografi. Jakarta Timur: Yudistira
http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2009/05/proses-terjadinya-hujan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan
http://rangrangbuana.blogspot.com/2011/03/makalah-iklim-dunia.html