Anda di halaman 1dari 20

TEMPAT RUANG DAN SISTEM SOSIAL

Dosen pengampu : Andi, M.Pd.

Persebaran Gejala Alam

Kelompok : 1 (3C)

RAHMA WATI SAPUTRI 1701025083


RAFIDA AZIS KUSUMAWATI 1701025113
MARQURY PUTRI PERTIWI 1701025123
IZMI ADININGRUM 1701025143

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Tempat Ruang dan
Sistem Sosial ini yang berjudul “Persebaran Gejala Alam ”. Tugas makalah
Tempat Ruang dan Sistem Sosial ini kami susun untuk Tugas kami pada mata
kuliah semester ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan sebagai penulis kami menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah yang
lebih baik. Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta, September 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara geografis keadaan alam di muka bumi ini memiliki lempeng-
lempengan tanah yang berbeda. Negara Indonesia terdapat pada lempengan
Eurasia dan Indo-Australia. Secara geologis Negara Indonesia dilalui oleh
dua rangkaian pegunungan muda yaitu Sirkum Mediterania dan Sirkum
Pasifik, sehingga banyak gunung, pegunungan, daratan tinggi, daratan
rendah, lembah, ngarai, lautan yang luas, sungai, danau, rawa, tanjung, dan
teluk. Dari relief permukaan bumi tersebut di atas dapat menimbulkan
berbagai gejala alam.
Gejala alam yang timbul di Negara Indonesia dan negara tetangga sering
terjadi baik di musim penghujan maupun musim kemarau. Gejala alam ada
yang menguntungkan maupun merugikan. Gejala alam yang merugikan
disebut bencana alam.. Dengan demikian diharapkan para peserta didik dapat
menunjukkan kemampuan memecahkan masalah bencana alam yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari.
Gejala alam ini sangat penting di pelajari di sekolah, namun buku
referensi bagi siswa sangat kurang. Hal tersebut dapat menjadikan peserta
didik tidak mengetahui tentang gejala alam yang ada di Indonesia pada
khususnya. Sehingga, diharapkan pada sekolah-sekolah untuk menambah
referensinya mengenai gejala alam agar peserta didk dapat mempelajarinya.

B. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian gejala alam
2. Untuk mengetahui beberapa macam gejala alam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gejala Alam


Gejala alam merupakan peristiwa yang terjadi karena keadaan permukaan
bumi atau disebabkan oleh alam itu sendiri. Gejala alam sering disebut juga
peristiwa alam. Beberapa gejala alam yang terjadi dapat menyebabkan bencana
alam. Bagi rakyat Indonesia, ada beberapa gejala alam yang sangat
mempengaruhi kehidupannya. Karena Timbulnya gejala tersebut tidak bisa
diminta atupun ditolak.
Gejala atau peristiwa alam yang terjadi ada kalanya bermanfaat dan yang
menguntungkan bagi kehidupan manusia. Namun demikian ada juga yang
justru sangat merugikan dan membahayakan kehidupan manusia.

B. Beberapa Macam Gejala Alam dan Persebarannya


1. Iklim
Iklim adalah unsur geografis yang paling penting dalam mempengaruhi
perkehidupan manusia. Hal tersebut terjadi atas dasar kenyataan bahwa
manusia tidak bisa menghindarkan diri dari pengaruhnya dan tidak bisa
mengendalikannya. Tentu kita pernah melihat bahwa ada orang yang
berhasil “membuat hujan”. Namun untuk bisa menghasilkan hujan buatan
maka dibubutuhkan “bahan” hujan di udara harus cukup tersedia.
Seandainya saja manusia benar-benar bisa mengendalikan iklim, yaitu bisa
menghasilkan hujan tanpa syarat, tentu gurun sahara dan gurun lainnya
sudah berubah menjadi lahan hijau yang dapat digunakan sebagai lahan
pertanian.

Ada empat sifat dasar iklim di Indonesia yang ditentukan oleh faktor-
faktor letak dan sifat kepulauan, yaitu :
a. Suhu rata-rata tahunan tinggi, sebagai akibat dari letak “dekat”
khatulistiwa
b. Ada hembusan angin musim yang membawa musim hujan dan musim
kemarau, sebagai akibat dari perbedaan tekanan udara di daratan Asia
dan Australia. Letak Indonesia adalah di antar Benua Asia dan Benua
Australia.
c. Bebas dari hembusan Angin Taifun, karena kepulauan Indonesia sebagian
besar terletak tidak lebih dari 10˚ LU-10˚ LS.
d. Kadar kelembaban udara senantiasa tinggi, sebagai akibat dari sifat
kepualauan. Luasnya lautan dan selat-selat serta suhu yang selalu tinggi,
mengakibatkan jumlah penguapan selalu tinggi pula.
Pada musim kemaraupun dan di tempat yang terkenal paling kering juga
kadar kelembaban udara selalu 70-80 %. Karena kadar kelembaban udara
yang tinggi inilah iklim di Indonesia disebut juga iklim tropik basah. Di
samping kelembaban udara yang tinggi, sifat kepulauan juga mengakibatkan
tidak adanya perbedaan suhu yang besar (ektrim) antar suhu maksimum dan
suhu minimum. Karena keberadaan laut lah yang mencegah adanya suhu
yang ekstrim.
Unsur-unsur iklim yaitu terdiri dari angin, suhu, dan curah hujan. Setiap
unsur mempunyai sifatnya masing-masing, yaitu :
a. Gerakan angin
Gerakan umum angin di indonesia adalah berupa angin musim. Angin
dinamai sesuai dengan arah datangnya. Ada angin Barat (yang datang
dari Barat/angin Muson Barat) dan ada angin Timur (yang datang dari
Timur/angin Muson Timur). Angin Muson Barat terjadi dari bulan
Oktober-April yang mengandung banyak sekali uap air sehingga di
Indonesia terjadi musim penghujan. Angin Muson Timur bergerak
melewati gurun di utara benua Australia sehingga menyebabkan
Indonesia mengalami musim kemarau pada bulan April-Oktober.
Disamping ada gerakan umum angin, ada juga pergerakan angin
setempat yang berupa :
1) Angin darat, yang berhembus pada pagi hari dari darat ke laut,
sedangkan pada tengah hari berhembus angin dari laut ke darat. Laut
bersuhu lebih rendah daripada daratan pada tengah hari dan lebih
tinggi pada waktu shubuh. Angin inilah yang dimanfaatkan penangkap
ikan tradisional.
Pada musim apa pun gerakan angin setempat tetap ada, hanya
dengan intensitas yang berbeda.
2) Angin lembah – angin gunung. Di lembah-lembah pegunungan yang
tertutup (terisolir) ada gerakan angin yang arahnya ke atas pada siang
hari, karena pemanasan matahari, sedangkan pada malam hari angin
itu “mengendap” karena penurunan suhu sehingga nampak
mengakibatkan adanya kabut dan embun pada poagi hari (Inversi
Suhu) suhu lapisan udara yang dibawah lebih rendah dari lapisan di
atasnya.
Pada waktu langit cerah di musim kemarau angin yang mengendap
itu begitu rendah suhunya karena menyentuh muka bumi sehingga
sampai terjadi pembekuan air. Angin semacam ini sering
menimbulkan kerusakan pada perkebunan teh pada musim-musim
kemarau yang cerah.
3) Angin terjun. Angin yang telah melintasi pegunungan, kemudian
berhembus menuruni lereng. Angin yang bertiup ke arah puncak
pegunungan akan berkurang suhunya 0,5 ˚C, setiap naik 100 meter.
Sebaliknya angin itu meningkat suhunya, apabila bergerak turun
lereng sebesar 0,5 ˚C pula setiap 100 meter turun. (Proses adiabatik
yaitu perubahan suhu tanpa masukan dari luar).
Angin seperti ini terdapat sebenarnya di banyak tempat, tetapi yang
terkenal hanya beberapa tempat saja, sehubungan adanya pengamatan
dan dengan sifatnya yang merusak tanaman perkebunan.
4) Angin puyuh. Republik Indonesia terletak di luar wilayah hembusan
angin Taifun, yang rata-rata berhembus dar 10 ˚LU-10 ˚LS ke arah
menjauhi khatulistiwa. Tetapi kadang-kadang, bagian dari Republik
Indonesia yang terletak pada ujung utara seperti Kepulauan Sangir
Talaud atau ujung selatan seperti Pulau Timor-Rote bisa juga kena
“ekor” angin kencang itu. Tetapi kejadian ini jarang. Lebih sering di
jumpai angin kencang dan berpusing, (angin puting beliung di
beberapa daerah) yang sifatnya setempat, kerugian yang diakibatkan
oleh angin demikian itu cukup besar. Angin puting beliung ini
lazimnya berhembus pada bulan-bulan Pancaroba, yaitu bulan Maret-
April, atau September-Oktober. Pada saat itu pemanasan setempat
cukup tinggi, tetapi di daerah sekitarnya suhu masih di bawah suhu
tempat itu, sehingga angin hanya bisa bergerak ke atas dan berputar.
b. Gerakan Suhu
Suhu di Indonesia tidak berubah karena musim, seperti terjadi pada
daerah-daerah yang terletak di luar daerah tropik. Suhu di Indonesia
khususnya dan di daerah tropik umumnya, berubah :
1) Dalam waktu 24 jam, atau antara siang dan malam. Suhu tertinggi
biasaya terdapat antara pukul 14.00-15.00. Sedangkan suhu terendah
pada pukul 06.00-07.00
2) Menurut ketinggian tempat. Di depan sudah pernah disampaikan,
bahwa kalau kita naik 100 meter, suhu turun 0,5 ˚C. Bogor yang
letaknya hampir setinggi 300 meter di atas laut, mempunyai suhu rata-
rata tahunan kira-kira 1,5 ˚C lebih rendah dari Tanjungperiuk, yang
letaknya di pinggir laut dengan ketinggian rata-rata 0 m, dan suhu
rata-rata tahunan 26 ˚C.
Adanya perairan, seperti selat dan laut sangat besar pengaruhnya
terhadap pengendalian suhu, sehingga tidak ada terdapat perbedaan suhu
terendah dan suhu tertinggi yang sangat besar, seperti misalnya di Siberia
atau Mongolia yang letaknya jauh dari lautan.

c. Curah Hujan
Banyak sedikitnya jumlah hujan yang jatuh di sesuatu daerah di
Indonesia sangat bergantung pada hal-hal dibawah ini :
1) Letak Daerah Konpergensi Antar Tropik (DKAT)
DKAT adalah suatu zona atau wilayah yang memiliki suhu tertinggi
dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Oleh sebab itu, daerah ini
disebut juga Equator Thermal. Suhu yang tinggi mengakibatkan
penguapan yang banyak sehingga mengakibatkan daerah ini memiliki
kelembaban yang tinggi. Hal ini dapat menimbulkan hujan zenit atau
hujan konveksi.
Letaknya selalu bergerak setiap 14 hari, yaitu bergeser dari utara ke
selatan dan sebaliknya pada 23,5 ˚LU - 23,5 ˚LS.
DKAT dapat menunjukkan pula persebaran suhu rata-rata tiap
pertengahan bulan di wilayah Indonesia. Pada bulan Juni, Juli,
Agustus dan September equator thermal atau DKAT, yaitu jalur muka
bumi dengan suhu rata-rata tertinggi tidak terdapat di Indonesia. Baru
pada bulan Oktober DKAT itu nampak di ujung utara Kepulauan Riau,
Sumatera Utara, kemudian secara berangsur bergerak ke selatan sesuai
gerak sinar matahari.
Pada bulan November dan Desember, DKAT sepenuhnya berada di
pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bagian utara, dan pulau-pulau
lainnya yang terletak di antara khatulistiwa.
Pada bulan Januari, DKAT berada di pulau Jawa, sedangkan pada
bulan Februari di selatan kepulauan Indonesia. Setelah bulan April
DKAT ada lagi di sebelah utara kepulauan Indonesia.
Dengan demikian, pulau Sumatera dilintasi DKAT sebanyak (5
bulan); Jawa, Bali, NTB, NTT (2 bulan); Kalimantan (4 bulan);
Sulawesi (3 bulan), Irian Jaya, Maluku (2 bulan).
2) Bentuk Medan
Medan berbukit atau bergunung akan memaksa udara atau angin
bergerak naik untuk bisa melintasi punggung pegunungan. Inipun
mengakibatkan suhu udara turun dan bersama dengan turunnya suhu
itu pula kemampuhannya untuk mengandung uap air turun.
Tiap naik 100 m, suhu akan turun 0,5 ˚C. Sebagian dari uap air
akan jatuh pula sebagai hujan (hujan orografi).
3) Arah Lereng Medan (Exposure)
Lereng medan yang menghadap arah angin akan mendapat hujan
lebih banyak daripada lereng medan yang membelakangi arah angin
(bayangan hujan) seperti Kota Palu, Bandung. Kedua kota ini terletak
di “balik” bukit dari arah datangnya angin pembawa hujan.
4) Arah Angin Sejajar Arah Garis Pantai.
Kadang-kadang ada terdapat, arah angin itu sejajar dengan arah
garis pantai. Akibatnya, suhu udara tidak berubah, dan karena itu pula,
hujan tidak jatuh. Contoh: Pantai utara Jawa, Pulau Madura. Pantai
barat Pulau Bali .
5) Jarak Perjalanan Angin di atas Medan Datar
Angin yang membawa hujan, adalah angin yang berhembus dari
atas perairan ke arah daratan. Kalau medan datar yang dilalui angin itu
lebar, serta sifat permukaannya tidak berbuah, hujan mungkin turun
pada bagian medan dekat pantai, dan selanjutnya tidak lagi ada hujan.
Contoh gejala ini misalnya terdapat antara Tanjung periuk-Cibinong.
Karena itu, gejala ini disebut juga Gejala Cibinong.
Di jakarta bisa ada hujan lebat, dan beberapa saat kemudian juga di
Bogor hujan lebat. Tetapi diantara Jakarta dan Bogor, dimana medan
masih “datar”, tidak ada turun hujan. Kadang-kadang bisa terjadi
sebaliknya. Di Cibinong hujan lebat, tetapi di Jakarta dan Bogor,
kering. Contoh pertama terjadi pada bulan Januari-Februari,
sedangkan yang kedua terjadi pada bulan April-Mei. Pada waktu itu
Cibinong menjadi tidak mantap, dan hujan pun kadang-kadang turun.

Air di udara tidak hanya berupa hujan, air di udara bisa mempunyai
bentuk yang lain, yaitu:
1) Awan
Awan bisa menghalangi masuknya sinar matahari ke bumi,
misalnya pada musim penghujan. Kalau awan menghalangi sinar
matahari untuk beberapa hari lamanya misalnya, kita rasakan dingin.
Awan bisa juga menutupi muka bumi pada sore dan malam hari, dan
menghalangi radiasi bumi. Ini menyebabkan kita merasa panas sesak.
Suasana sesak banyak terjadi pada musim Pancaroba (Sumuk, bahasa
Jawanya).
Sebaliknya, apabila siang hari tidak ada awan penutup, kita
merasakan kerasnya sengatan matahari. Apabila udara cerah pada sore
dan malam hari, pada subuh pagi hari terasa udara dingin. Malahan di
pegunungan bisa air menjadi beku, sehingga sering mendatangkan
kerusakan pada tanaman.
2) Kabut
Kabut sebenernya adalah “awan” yang melayang rendah. Kabut
terbentuk diatas daerah rawa di dataran rendah sejak sinar matahari
mulai terasa panasnya, yaitu disekitar pukul 10.00 biasanya kabut juga
terdapat di daerah pegunungan, terutama sesudah jatuh hujan. Kabut
menutupi dataran rendah sejak pukul 09.00 sd 10.00 Pagi hari,
terutama dataran rendah yang masih banyak rawanya, seperti disekitar
Palembang, Jambi, Pontianak.
3) Embun
Terjadinya embun sama dengan kejadian hujan. Karena penurunan
suhu, kemampuan udara untuk mengandung uap air menurun pula.
Uap menjadi cair penurunan suhu udara ini disebabkan karena
sentuhan dengan benda dingin.

Pola umum curah hujan di kepulauan Indonesia dapat dikatakan


sebagai berikut:
1) Pantai barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih
banyak dari pantai timur.
2) Pulau jawa, bali, NTB dan merupakan barisan pulau-pulau yang
panjang dan berderet dari barat ketimur. Pulau-pulau ini hanya
diselingi oleh selat-selat yang sempit, sehingga untuk kepulauan ini
secara keseluruhan nampak seakan-akan satu pulau, sehingga berlaku
juga dalil, bahwa di sebelah timur curah hujan lebih kecil, kalau
dibandingkan dengan sebelah barat. Sebelah barat dari jejeran pulau
ini adalah pantai barat jawa barat.
3) Selain bertambah jumlahnya dari timur ke barat, hujan juga bertambah
jumlahnya dari daratan rendah ke pegunungan, dengan jumlah
terbesar pada ketinggian 600-900 m.
4) Di daerah pedalaman semua pulau, musim hujan jatuh pada musim
pancaroba. Demikian juga halnya di daeerah-daerah rawa yang besar-
besar.
5) Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.
6) Saat mulai turunnya hujan juga bergeser dari barat ke timur pantai
barat pulau sumatera sampai Bengkulu, mendapat hujan terbanyak
bulan November; lampung- Bangka, yang letaknya sedikit ke timur,
pada bulan desember. Sedangkan jawa (utara), bali, NTB, NTT pada
bulan januari-februari, yang letaknya lebih ke timur lagi.
7) Sulawesi selatan bagian timur, Sulawesi tenggara, Maluku tengah
mempunyai musim hujan yang berbeda, yaitu mei-juni, justru pada
waktu bagian lain dari kepulauan Indonesia ada musim kering. Batas
rezim hujan Indonesia barat dan rezim hujan Indonesia timur kira-kira
terdapat pada lintang 120˚ BT.
Untuk memudahkan kita mempelajari dan mengingat iklim di sesuatu
daerah, lazim diciptakan penggolongan-penggolongan iklim atau dasar
sesuatu persyaratan. Penggolongan itu memungkinkan kita untuk
memperoleh gambaran yang lebih terang, karena datanya disajikan dengan
cara yang lebih beaturan dan lebih disederhankan, serta dengan tujuan yang
jelas. Iklim Indonesia telah pula digolongkan oleh beberapa pakar.
Pakar yang pertama yang mencoba adalah Mohr. Mohr mendasarkan
penggolongannya atau persyaratan jumlah bulan kering dan jumlah bulan
basah dalam satu tahun. Yang dikatakan bulan kering oleh Mohr adalah
bulan yang di sesuatu tempat memperoleh curah hujan rata-rata sebulan
kurang dari 60 mm.
Dengan membandingkan jumlah bulan basah dan jumlah bulan kering di
sesuatu tempat Mohr akhirnya keluar dengan enam golongan iklim.
Dengan bertitik-tolak dari angka basah-kering yang sama dengan Mohr,
Schmidt dan Ferguson mencoba mempertajam penggolongan iklim oleh
mohr. Yang dipakai oleh Schmidt dan Ferguson itu bukan jumlah bulan
basah dan jumlah bulan kering, melainkan rationya, sehingga rumusnya
menjadi:

Persen yang kecil menunjukan bahwa tempat yang bersangkutan banyak


hujan, sedangkan kalau persenya besar, tempat itu kering. Dengan demikian
Schmidt dan Ferguson sampai kepada jenis iklim A sampai dengan H. iklim
H adalah iklim gurun, dan tidak ada di Indonesia.
Masih mempergunakan dasar yang sama, Oldemen mencoba untuk lebih
mempertajam penggolongan iklim Indonesia, dengan memperhatikan
kontinuitsa dari kering atau bulan basah.
Kalau ketiga cara penggolongan iklim untuk Indonesia itu kita
perhatikan, nampak :
a. Landasannya semuanya sama, yaitu angka bulan basah dan kering yang
ditetapkan pleh Mohr.
b. Tujuannya semuanya sama, yaitu untuk bisa memperoleh gambaran
tentang penyebaran daerah basah dan kering, yang bisa dimanfaatkan
untuk pertanian.
c. Caranya sedikit berbeda, satu sama lain. Mohr menekankan jumlah,
Schmidt dan Ferguson ratio dan Oldeman kontinuitas dari bulan basah-
kering.
d. Semuannya mengabaikan unsur suhu.
2. Volkanisme (Gunung Api)
Salah satu unsur alam yang tidak kalah pentingnya ikut mempengaruhi
kehidupan masyarakat Indonesia adalah Gunung Api. Istilah “gunung api”
dalam hubungan pengertian masalah yang sedang kita bahas ini sedikit
membingungkan. Salah satu hal yang membingungkan itu adalah terteranya
istilah “gunung”, yang memberikan gambaran adanya “benda” yang
menjulang ke langit. Untuk menghindari gambaran yang keliru itu,
selanjutnya istilah yang dipakai adalah “vulkanisme”, kalau yang ingin
ditekankan adalah gejalanya. Sedangkan istilah gunung api dipakai kalau
yang dimasudkan adalah “gunung”-nya, meskipun “gunung” itu ada
dibawah muka laut.
Begitu pentingnya kedudukan vulkanisme di masyarakat Indonesia,
sampai ada instansi yang khusus mengurusnya, yang bernaung di bawah
Departemen Pertambangan.
Gunung api di Indonesia lebih dari 100 buah, yang di kelompokkan
dalam tiga golongan, yaitu :
a. Yang padam ;
b. Yang istirahat ;
c. Yang masih giat ;
Gunung-gunung api di Indonesia kebetulan terdapat dalam satu
rangkaian yang mengikuti garis lengkung, dari pulau We sampai ke
Indonesia bagian Timur (Maluku) dan juga Sulawesi sampai Kepulauan
Sangir Talaud. Gunung api tidak selalu terletak di darat, di laut pun banyak.
Seperti halnya dengan setiap hal dalam kehidupan, vulkanisme ada
malapetakanya dan juga ada pahalanya. Sistem pegunungan di Indonesia
dibedakan menjadi tiga bagian diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Sistem Pegunungan Sirkum Mediterania


Sistem ini memanjang mulai dari Pegunungan Atlas (Afrika Utara)
yangbersambung dengan Pegunungan Alpen (Eropa Selatan) dan
Pegunungan Himalaya (Asia). Akhirnya, pegunungan tersebut berbelok
ke selatan dan berangkai dengan pegunungan-pegunungan
di kepulauan Indonesia. Di wilayah Indonesia, kelanjutan jalur
Pegunungan Sirkum Mediterania ini terbagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut :
1) Busur Luar. Jalur pegunungan yang termasuk busur luar ini bersifat
nonvulkanik,artinya tidak menampakkan sifat-sifat kegunungapian,
tetapi hanyamerupakan rangkaian pegunungan lipatan saja. Jalur
pegunungan busur luar ini sebagian berada di bawah laut. Busur luar
berpangkal di Pulau Simeulue, Pulau Nias, Kepulauan Mentawai,
Pulau Enggano, kemudian sebagian tenggelam (berada di bawah laut)
sepanjang bagian selatan Pulau Jawa dan muncul kembali ke atas
permukaan bumi sepanjang Pulau Sawu, Pulau Roti,Pulau Timor,
Pulau Babar, Kepulauan Kai, Pulau Seram, dan berakhir di Pulau Buru.
2) Busur Dalam. Jalur pegunungan yang termasuk busur dalam ini bersifat
vulkanik,artinya selain merupakan rangkaian pegunungan lipatan juga
merupakankenampakan kegunungapian. Busur dalam ini membujur
sepanjang Bukit Barisan di Pulau Sumatera, Pegunungan yang ada di seluruh
Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Lombok, Pulau Sumbawa, Pulau Flores,
Pulau Alor, Pulau Solor,Pulau Wetar, Kepulauan Banda, dan berakhir
di Pulau Saparua.
b. Sistem Pegunungan Sirkum Paifik
Sistem ini dimulai dari Pegunungan Andes (Amerika Selatan)
bersambungdengan Pegunungan Rocky ( Rocky Mountains) di Amerika
Utara, kemudian berbelok ke kepulauan Jepang dan bersambung dengan
pegunungan di kepulauan Filipina. Pada akhirnya, jalur pegunungan ini
bercabang dua di wilayah Indonesia yaitu sebagai berikut.
1) Cabang I : dimulai dari Pulau Luzon bersambung dengan pegunungan
diKalimantan melalui Pulau Palawan dan Pulau Sulu.
2) Cabang II : dimulai dari Pulau Luzon, Pulau Samar, Pulau Mindanao,
terus keKepulauan Sangihe, dan berakhir di Sulawesi.
c. Sistem Pegunungan Sirkum Australia
Sistem Pegunungan Sirkum Australia terbentang sepanjang sumbu
sentral Papua dan selanjutnya sepanjang gugusan kepulauan tersebut ke
Australia bagian timur terus ke Selandia Baru. Dari sini mungkin
membujur sepanjang jalur bawah laut di antara Australia dan Antartika ke
Kerguelen dan muncul di bagian selatan Samudra Hindia membentang ke
arah utara melalui Pulau Cocoske Pulau Christmas di sebelah selatan
Jawa. Ketiga sistem pegunungan tersebut betemu di sekitar Kepulauan
Sulur dan Banggai.
Waktu Gunung Galunggung di Jawa Barat meletus pada tahun 1982
ribuan hektar sawah dan pekarangan hancur tertutup pasir. Desa-desa yang
tadinya merupakan pemukiman yang tenteram dan makmur paling tidak
untuk sementara tandus seketika.
Pesawat terbang Boeing 747 Airways yang kebetulan terbang dekat
gunung Galunggung pada waktu letusan terjadi, hampir saja celaka, karena
keempat mesinnya tiba-tiba mati untuk beberapa lama karena tersumbat
debu.
Pada waktu yang tidak jauh berbeda, meletus juga Gunung Colo di pulau
Unauna Sulawesi Tengah dan Gunung Gamalama di Ternate. Meskipun
pada letusan-letusan itu tidak ada korban manusia, penderitaan yang
diakibatkan kepada penduduk yang kehilangan segalanya itu tentu tidak
sedikit. Mereka harus memulai hidupnya dari awal, tanpa modal
keterampilan yang berarti dan tanpa dana.
Kalau vulkanisme itu banyak mendatangkan penderitaan, di pihak lain
pahala yang dibawa tidak kecil. Yang paling penting adalah hal penyuburan
tanah karena peremajaan. Tetapi peremajaan itu meminta waktu. Sesudah
hampir 20 tahun meletus, kini dikatakan bahwa tanah yang tertutup oleh
hasil letusan Gunung Agung di Bali baru bisa ditanami lagi.
Di bagian-bagian muka bumi Indonesia yang terpengaruh oleh
vulkanisme tanahnya adalah yang paling subur. Dan karena sebagian
terbesar bangsa Indonesia adalah petani, bagian-bagian yang subur ini
merupakan pemusatan-pemusatan penduduk yang terbesar pula. Ini
bukanlah sesuatu yang harus kita banggakan, melainkan adalah masalah
yang pelik karena sudah pasti menimbulkan masalah kerugian dan
penderitaan.
Meskipun teknologi maju dan ilmiah sudah banyak mengungkap tabir
rahasia alam dan menambah pengetahuan kita tentang hal ihwal alam namun
letusan gunung api tetap belum bisa dicegah atau pun diramalkan. Satu-
satunya yang dapat dilakukan manusia apabila ada letusan gunung api
adalah menghindari tempat-tempat yang mungkin berbahaya secepat
mungkin dan selanjutnya berdoa supaya selamat.
3. Gempa
Gempa juga merupakan unsur alam yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat Indonesia. Gempa adalah hal bergetarnya muka bumi. Getaran
itu bisa karena tebing runtuh atau longsor, vulkanisme ataupun tektonik.
Getaran yang terjadi diukur dengan alat pengukur kekuatan gempa
dengan mempergunakan skala yang pernah diciptakan oleh Richter. Getaran
terkuat yang pernah dicatat adalah 8,5 di mana bangunan yang ada di muka
bumi runtuh luluh. Getaran yang terlemah dikatakan berkekuatan dibawah
satu. Getaran 8 adalah 10 kali lebih kuat dari getaran 7; getaran 7 adalah 10
kali lebih kuat dari getaran 6 dan seterusnya.
Berbeda dengan volkanisme, yang disamping malapetaka juga membawa
pahala, gempa hanyalah mengakibatkan kerusakan. Arsitektur kuno
Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia telah tahu
menyesuaikan bangunan-bangunannya dengan kemungkinan adanya gempa.
Wilayah Indonesia ada yang terletak di pusat gempa, tetapi juga tidak.
Kalimantan adalah daerah yang boleh dikatakan jauh dari pusat gempa
tektonik, sehingga kalaupun ada getaran muka bumi, dampaknya di
Kalimantan tidaklah begitu keras.
Lain hal nya dengan bagian Indonesia di luar Kalimantan. Pusat-pusat
atau epicentrum itu ada yang dangkal (tidak lebih dari 60 km) dan ada yang
dalam. Pendapat mutakhir mengatakan, bahwa gempa itu terjadi karena
sesuatu hal retak atau patah. Di bagian patahan itu kemudian ada
pergeseran-pergeseran karena desakan. Dalam keadaan desakan dan
pergeseran, akan ada pihak yang menekan, dan ada pihak yang menahan.
Apabila kemudian ada bagian yang karena tekanan lalu terlepas, akan terjadi
“lenturan”, yang di muka bumi akan di terjemahkan kedalam bentuk
gempa.
Mengingat gempa hanya menimbulkan kerusakan dan kesengsaraan,
tanpa ada imbalan pahalanya, manusia dengan segala cara sejak dahulu kala
mencoba untuk bisa meramalkan terjadinya gempa supaya bisa
menyelamatkan diri terlebih dahulu. Karena teknologi ssapai saat ini belum
mampu, manusia pun berpaling pada cara-cara diluar teknologi, seperti
misalnya dengan mengamati kelakuan binatang atau gejala alam lainnya,
seperti tiba-tiba naiknya air sumur yang sepintas lalu tidak nampak
berkaitan langsung dengan gempa.
Pada waktu akan terjadi gempa hebat di salah satu provinsi R.R.C., sesaat
sebelum bumi bergoncang, binatang-binatang seperti tikus, kelinci, ular,
anjing dan lainnya, diberitakan seperti berkelakuan aneh dan menunjukkan
rasa takut.
Karena itu tidak ada pilihan, selain bersiap selalu karena datangnya
gempa akan tiba-tiba tanpa permisi terlebih dahulu.
Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng (daerah subduksi)
sehingga daerah yang dekat dengan zona subduksi tersebut rawan gempa,
daerah-daerah tersebut antara lain adalah:
a. Sepanjang pantai barat Sumatera dan pantai selatan Jawa
b. Daerah sebelah barat Pulau Sumatera dan sebelah selatan Pulau Jawa
c. Daerah kepulauan Nusa Tenggara dan Pulau Bali
d. Pulau Sulawesi dan Maluku
e. Irian bagian utara
Untuk wilayah pembagian daerah aktifitas gempa berdasarkan sejarah
gempa yang pernah terjadi antara lain sebagai berikut :
a. Daerah sangat aktif. Magnitude lebih dari 8, meliputi Halmahera dan
pantai utara Papua
b. Daerah aktif. Magnitude 8 mungkin terjadi dan magnitude 7 sering
terjadi, meliputi lepas Pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Nusa
Tenggara dan Banda.
c. Daerah lipatan dan retakan. Magnitude kurang dari 7 mungkin terjadi,
meliputi pantai barat Sumatra, kepulauan Suna dan Sulteng.
d. Daerah lipatan dengan atau tanpa retakan. Magnitude kurang dari tujuh
bisa terjadi. Yaitu di Sumatra, Jawa bagian utara dan Kalimatan bagian
timur.
e. Daerah gempa kecil. Magnitude kurang dari 5 jarang terjadi. Yaitu di
daerah pantai timur Sumatera dan Kalimantan tengah.
f. Daerah stabil, tak ada catatan sejarah gempa. Yaitu daerah pantai selatan
Irian dan Kalimantan bagian barat.
Berikut ini dijabarkan mengenai jumlah pusat gempa (epicentrum)
berdasarkan Catatan Visser .
a. Jumlah pusat gempa yang terdapat di Sumatera antara tahun 1909-1932 :
Dengan pusat di darat : 204 buah
Dengan pusat di laut : 1.1.05 buah
Maka totalnya adalah 1.309 buah.
b. Jumlah pusat gempa di Jawa antara tahun 1909-1921 :
Dengan pusat di darat : 13 buah
Dengan pusat di laut : 846 buah
Maka totalnya adalah 859 buah.
Angka-angka tersebut hanya menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mau
tidak mau harus hidup dengan risiko gempa.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Gejala alam merupakan peristiwa yang terjadi karena keadaan permukaan
bumi atau disebabkan oleh alam itu sendiri. Gejala atau peristiwa alam yang
terjadi ada kalanya bermanfaat dan ada juga yang justru sangat merugikan
dan membahayakan kehidupan manusia.
Beberapa macam dari gejala alam yaitu iklim, vulkanisme (gunung api),
dan gempa.
Iklim adalah unsur geografis yang paling penting dalam mempengaruhi
perkehidupan manusia Ada empat sifat dasar iklim di Indonesia yang
ditentukan oleh faktor-faktor letak dan sifat kepulauan, yaitu suhu rata-rata
tahunan tinggi, ada hembusan agin musim, bebas dari hembusan angin
taifun, dan kadar kelembaban udara yang senantiasa tinggi. Sedangkan sifat
unsur-unsur iklim berupa gerakan angin, gerakan suhu, dan curah hujan.
Penggolongan iklim diungkapkan oleh beberapa pakar yaitu Mohr
(membandingkan jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah), Schmidt
dan Ferguson (ratio dari bulan basah dan bulan kering), dan Oldeman
(kontinuitas dari bulan kering atau bulan basah).
Vulkanisme (gunung api) di Indonesia lebih dari 100 buah yang
dikelomokkan menjadi gunung api yang padam, gunung api yang istirahat,
dan gunung api yang masih giat. Vulkanisme ini mendatangkan kerugian
namun juga memberikan keuntungan.
Gempa adalah hal bergetarnya bumi. Getaran tersebut bisa karena tebing
runtuh atau longsor, vulkanisme, ataupun tektonik. Berbeda dengan
vulkanisme, gempa tidak mendatangkan keuntungan bagi daerah yang
terkena gempa dan hanya membawa kerugian saja berupa kerusakan yang
terjadi di beberapa tempat.
B. Saran
Sebaiknya kita harus mempelajari tentang persebaran gejala alam yang
terjadi di Indonesia. Karena dengan itu kita bisa mengetahui persebaran gejala
alam yang ada di Indonesia, seperti iklim, vulkanisme, dan gempa. Dengan
hal tersebut diharapkan agar kita senantiasa berhati-hati agar bisa
mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi. Karena semua itu terjadi secara
tiba-tiba dan tidak bisa kita menolaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Sandy, I Made. 1996. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta : Jurusan


Geografi-FMIPA Universitas Indonesia PT. Indograph Bakti.
https://www.yukbelajar.id/inilah-bentuk-bentuk-gejala-alam/, diakses pada 26
September 2018 pukul 10.00 am.
http://aderohmiati.blogspot.com/, diakses pada 26 September 2018 pukul 11.00
am.
https://www.geografi.org/2016/11/daerah-konvergensi-antar-tropik-dkat.html,
diakses pada 26 September 2018 pukul 11.20 am.
https://ilmugeografi.com/fenomena-alam/angin-muson, diakses pada 26
September 2018 pukul 7.30 pm.
https://www.scribd.com/doc/233649667/Persebaran-Gunung-Api-di-Indonesia,
diakses pada 28 September 2018 pukul 10.00 am.
https://www.gurugeografi.id/2017/09/daerah-rawan-gempa-bumi-di-
indonesia.html, diakses pada 28 September 2018 pukul 10.30 am.

Anda mungkin juga menyukai