Kelompok : 1 (3C)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Tempat Ruang dan
Sistem Sosial ini yang berjudul “Persebaran Gejala Alam ”. Tugas makalah
Tempat Ruang dan Sistem Sosial ini kami susun untuk Tugas kami pada mata
kuliah semester ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan sebagai penulis kami menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah yang
lebih baik. Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Ada empat sifat dasar iklim di Indonesia yang ditentukan oleh faktor-
faktor letak dan sifat kepulauan, yaitu :
a. Suhu rata-rata tahunan tinggi, sebagai akibat dari letak “dekat”
khatulistiwa
b. Ada hembusan angin musim yang membawa musim hujan dan musim
kemarau, sebagai akibat dari perbedaan tekanan udara di daratan Asia
dan Australia. Letak Indonesia adalah di antar Benua Asia dan Benua
Australia.
c. Bebas dari hembusan Angin Taifun, karena kepulauan Indonesia sebagian
besar terletak tidak lebih dari 10˚ LU-10˚ LS.
d. Kadar kelembaban udara senantiasa tinggi, sebagai akibat dari sifat
kepualauan. Luasnya lautan dan selat-selat serta suhu yang selalu tinggi,
mengakibatkan jumlah penguapan selalu tinggi pula.
Pada musim kemaraupun dan di tempat yang terkenal paling kering juga
kadar kelembaban udara selalu 70-80 %. Karena kadar kelembaban udara
yang tinggi inilah iklim di Indonesia disebut juga iklim tropik basah. Di
samping kelembaban udara yang tinggi, sifat kepulauan juga mengakibatkan
tidak adanya perbedaan suhu yang besar (ektrim) antar suhu maksimum dan
suhu minimum. Karena keberadaan laut lah yang mencegah adanya suhu
yang ekstrim.
Unsur-unsur iklim yaitu terdiri dari angin, suhu, dan curah hujan. Setiap
unsur mempunyai sifatnya masing-masing, yaitu :
a. Gerakan angin
Gerakan umum angin di indonesia adalah berupa angin musim. Angin
dinamai sesuai dengan arah datangnya. Ada angin Barat (yang datang
dari Barat/angin Muson Barat) dan ada angin Timur (yang datang dari
Timur/angin Muson Timur). Angin Muson Barat terjadi dari bulan
Oktober-April yang mengandung banyak sekali uap air sehingga di
Indonesia terjadi musim penghujan. Angin Muson Timur bergerak
melewati gurun di utara benua Australia sehingga menyebabkan
Indonesia mengalami musim kemarau pada bulan April-Oktober.
Disamping ada gerakan umum angin, ada juga pergerakan angin
setempat yang berupa :
1) Angin darat, yang berhembus pada pagi hari dari darat ke laut,
sedangkan pada tengah hari berhembus angin dari laut ke darat. Laut
bersuhu lebih rendah daripada daratan pada tengah hari dan lebih
tinggi pada waktu shubuh. Angin inilah yang dimanfaatkan penangkap
ikan tradisional.
Pada musim apa pun gerakan angin setempat tetap ada, hanya
dengan intensitas yang berbeda.
2) Angin lembah – angin gunung. Di lembah-lembah pegunungan yang
tertutup (terisolir) ada gerakan angin yang arahnya ke atas pada siang
hari, karena pemanasan matahari, sedangkan pada malam hari angin
itu “mengendap” karena penurunan suhu sehingga nampak
mengakibatkan adanya kabut dan embun pada poagi hari (Inversi
Suhu) suhu lapisan udara yang dibawah lebih rendah dari lapisan di
atasnya.
Pada waktu langit cerah di musim kemarau angin yang mengendap
itu begitu rendah suhunya karena menyentuh muka bumi sehingga
sampai terjadi pembekuan air. Angin semacam ini sering
menimbulkan kerusakan pada perkebunan teh pada musim-musim
kemarau yang cerah.
3) Angin terjun. Angin yang telah melintasi pegunungan, kemudian
berhembus menuruni lereng. Angin yang bertiup ke arah puncak
pegunungan akan berkurang suhunya 0,5 ˚C, setiap naik 100 meter.
Sebaliknya angin itu meningkat suhunya, apabila bergerak turun
lereng sebesar 0,5 ˚C pula setiap 100 meter turun. (Proses adiabatik
yaitu perubahan suhu tanpa masukan dari luar).
Angin seperti ini terdapat sebenarnya di banyak tempat, tetapi yang
terkenal hanya beberapa tempat saja, sehubungan adanya pengamatan
dan dengan sifatnya yang merusak tanaman perkebunan.
4) Angin puyuh. Republik Indonesia terletak di luar wilayah hembusan
angin Taifun, yang rata-rata berhembus dar 10 ˚LU-10 ˚LS ke arah
menjauhi khatulistiwa. Tetapi kadang-kadang, bagian dari Republik
Indonesia yang terletak pada ujung utara seperti Kepulauan Sangir
Talaud atau ujung selatan seperti Pulau Timor-Rote bisa juga kena
“ekor” angin kencang itu. Tetapi kejadian ini jarang. Lebih sering di
jumpai angin kencang dan berpusing, (angin puting beliung di
beberapa daerah) yang sifatnya setempat, kerugian yang diakibatkan
oleh angin demikian itu cukup besar. Angin puting beliung ini
lazimnya berhembus pada bulan-bulan Pancaroba, yaitu bulan Maret-
April, atau September-Oktober. Pada saat itu pemanasan setempat
cukup tinggi, tetapi di daerah sekitarnya suhu masih di bawah suhu
tempat itu, sehingga angin hanya bisa bergerak ke atas dan berputar.
b. Gerakan Suhu
Suhu di Indonesia tidak berubah karena musim, seperti terjadi pada
daerah-daerah yang terletak di luar daerah tropik. Suhu di Indonesia
khususnya dan di daerah tropik umumnya, berubah :
1) Dalam waktu 24 jam, atau antara siang dan malam. Suhu tertinggi
biasaya terdapat antara pukul 14.00-15.00. Sedangkan suhu terendah
pada pukul 06.00-07.00
2) Menurut ketinggian tempat. Di depan sudah pernah disampaikan,
bahwa kalau kita naik 100 meter, suhu turun 0,5 ˚C. Bogor yang
letaknya hampir setinggi 300 meter di atas laut, mempunyai suhu rata-
rata tahunan kira-kira 1,5 ˚C lebih rendah dari Tanjungperiuk, yang
letaknya di pinggir laut dengan ketinggian rata-rata 0 m, dan suhu
rata-rata tahunan 26 ˚C.
Adanya perairan, seperti selat dan laut sangat besar pengaruhnya
terhadap pengendalian suhu, sehingga tidak ada terdapat perbedaan suhu
terendah dan suhu tertinggi yang sangat besar, seperti misalnya di Siberia
atau Mongolia yang letaknya jauh dari lautan.
c. Curah Hujan
Banyak sedikitnya jumlah hujan yang jatuh di sesuatu daerah di
Indonesia sangat bergantung pada hal-hal dibawah ini :
1) Letak Daerah Konpergensi Antar Tropik (DKAT)
DKAT adalah suatu zona atau wilayah yang memiliki suhu tertinggi
dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Oleh sebab itu, daerah ini
disebut juga Equator Thermal. Suhu yang tinggi mengakibatkan
penguapan yang banyak sehingga mengakibatkan daerah ini memiliki
kelembaban yang tinggi. Hal ini dapat menimbulkan hujan zenit atau
hujan konveksi.
Letaknya selalu bergerak setiap 14 hari, yaitu bergeser dari utara ke
selatan dan sebaliknya pada 23,5 ˚LU - 23,5 ˚LS.
DKAT dapat menunjukkan pula persebaran suhu rata-rata tiap
pertengahan bulan di wilayah Indonesia. Pada bulan Juni, Juli,
Agustus dan September equator thermal atau DKAT, yaitu jalur muka
bumi dengan suhu rata-rata tertinggi tidak terdapat di Indonesia. Baru
pada bulan Oktober DKAT itu nampak di ujung utara Kepulauan Riau,
Sumatera Utara, kemudian secara berangsur bergerak ke selatan sesuai
gerak sinar matahari.
Pada bulan November dan Desember, DKAT sepenuhnya berada di
pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bagian utara, dan pulau-pulau
lainnya yang terletak di antara khatulistiwa.
Pada bulan Januari, DKAT berada di pulau Jawa, sedangkan pada
bulan Februari di selatan kepulauan Indonesia. Setelah bulan April
DKAT ada lagi di sebelah utara kepulauan Indonesia.
Dengan demikian, pulau Sumatera dilintasi DKAT sebanyak (5
bulan); Jawa, Bali, NTB, NTT (2 bulan); Kalimantan (4 bulan);
Sulawesi (3 bulan), Irian Jaya, Maluku (2 bulan).
2) Bentuk Medan
Medan berbukit atau bergunung akan memaksa udara atau angin
bergerak naik untuk bisa melintasi punggung pegunungan. Inipun
mengakibatkan suhu udara turun dan bersama dengan turunnya suhu
itu pula kemampuhannya untuk mengandung uap air turun.
Tiap naik 100 m, suhu akan turun 0,5 ˚C. Sebagian dari uap air
akan jatuh pula sebagai hujan (hujan orografi).
3) Arah Lereng Medan (Exposure)
Lereng medan yang menghadap arah angin akan mendapat hujan
lebih banyak daripada lereng medan yang membelakangi arah angin
(bayangan hujan) seperti Kota Palu, Bandung. Kedua kota ini terletak
di “balik” bukit dari arah datangnya angin pembawa hujan.
4) Arah Angin Sejajar Arah Garis Pantai.
Kadang-kadang ada terdapat, arah angin itu sejajar dengan arah
garis pantai. Akibatnya, suhu udara tidak berubah, dan karena itu pula,
hujan tidak jatuh. Contoh: Pantai utara Jawa, Pulau Madura. Pantai
barat Pulau Bali .
5) Jarak Perjalanan Angin di atas Medan Datar
Angin yang membawa hujan, adalah angin yang berhembus dari
atas perairan ke arah daratan. Kalau medan datar yang dilalui angin itu
lebar, serta sifat permukaannya tidak berbuah, hujan mungkin turun
pada bagian medan dekat pantai, dan selanjutnya tidak lagi ada hujan.
Contoh gejala ini misalnya terdapat antara Tanjung periuk-Cibinong.
Karena itu, gejala ini disebut juga Gejala Cibinong.
Di jakarta bisa ada hujan lebat, dan beberapa saat kemudian juga di
Bogor hujan lebat. Tetapi diantara Jakarta dan Bogor, dimana medan
masih “datar”, tidak ada turun hujan. Kadang-kadang bisa terjadi
sebaliknya. Di Cibinong hujan lebat, tetapi di Jakarta dan Bogor,
kering. Contoh pertama terjadi pada bulan Januari-Februari,
sedangkan yang kedua terjadi pada bulan April-Mei. Pada waktu itu
Cibinong menjadi tidak mantap, dan hujan pun kadang-kadang turun.
Air di udara tidak hanya berupa hujan, air di udara bisa mempunyai
bentuk yang lain, yaitu:
1) Awan
Awan bisa menghalangi masuknya sinar matahari ke bumi,
misalnya pada musim penghujan. Kalau awan menghalangi sinar
matahari untuk beberapa hari lamanya misalnya, kita rasakan dingin.
Awan bisa juga menutupi muka bumi pada sore dan malam hari, dan
menghalangi radiasi bumi. Ini menyebabkan kita merasa panas sesak.
Suasana sesak banyak terjadi pada musim Pancaroba (Sumuk, bahasa
Jawanya).
Sebaliknya, apabila siang hari tidak ada awan penutup, kita
merasakan kerasnya sengatan matahari. Apabila udara cerah pada sore
dan malam hari, pada subuh pagi hari terasa udara dingin. Malahan di
pegunungan bisa air menjadi beku, sehingga sering mendatangkan
kerusakan pada tanaman.
2) Kabut
Kabut sebenernya adalah “awan” yang melayang rendah. Kabut
terbentuk diatas daerah rawa di dataran rendah sejak sinar matahari
mulai terasa panasnya, yaitu disekitar pukul 10.00 biasanya kabut juga
terdapat di daerah pegunungan, terutama sesudah jatuh hujan. Kabut
menutupi dataran rendah sejak pukul 09.00 sd 10.00 Pagi hari,
terutama dataran rendah yang masih banyak rawanya, seperti disekitar
Palembang, Jambi, Pontianak.
3) Embun
Terjadinya embun sama dengan kejadian hujan. Karena penurunan
suhu, kemampuan udara untuk mengandung uap air menurun pula.
Uap menjadi cair penurunan suhu udara ini disebabkan karena
sentuhan dengan benda dingin.
A. Kesimpulan
Gejala alam merupakan peristiwa yang terjadi karena keadaan permukaan
bumi atau disebabkan oleh alam itu sendiri. Gejala atau peristiwa alam yang
terjadi ada kalanya bermanfaat dan ada juga yang justru sangat merugikan
dan membahayakan kehidupan manusia.
Beberapa macam dari gejala alam yaitu iklim, vulkanisme (gunung api),
dan gempa.
Iklim adalah unsur geografis yang paling penting dalam mempengaruhi
perkehidupan manusia Ada empat sifat dasar iklim di Indonesia yang
ditentukan oleh faktor-faktor letak dan sifat kepulauan, yaitu suhu rata-rata
tahunan tinggi, ada hembusan agin musim, bebas dari hembusan angin
taifun, dan kadar kelembaban udara yang senantiasa tinggi. Sedangkan sifat
unsur-unsur iklim berupa gerakan angin, gerakan suhu, dan curah hujan.
Penggolongan iklim diungkapkan oleh beberapa pakar yaitu Mohr
(membandingkan jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah), Schmidt
dan Ferguson (ratio dari bulan basah dan bulan kering), dan Oldeman
(kontinuitas dari bulan kering atau bulan basah).
Vulkanisme (gunung api) di Indonesia lebih dari 100 buah yang
dikelomokkan menjadi gunung api yang padam, gunung api yang istirahat,
dan gunung api yang masih giat. Vulkanisme ini mendatangkan kerugian
namun juga memberikan keuntungan.
Gempa adalah hal bergetarnya bumi. Getaran tersebut bisa karena tebing
runtuh atau longsor, vulkanisme, ataupun tektonik. Berbeda dengan
vulkanisme, gempa tidak mendatangkan keuntungan bagi daerah yang
terkena gempa dan hanya membawa kerugian saja berupa kerusakan yang
terjadi di beberapa tempat.
B. Saran
Sebaiknya kita harus mempelajari tentang persebaran gejala alam yang
terjadi di Indonesia. Karena dengan itu kita bisa mengetahui persebaran gejala
alam yang ada di Indonesia, seperti iklim, vulkanisme, dan gempa. Dengan
hal tersebut diharapkan agar kita senantiasa berhati-hati agar bisa
mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi. Karena semua itu terjadi secara
tiba-tiba dan tidak bisa kita menolaknya.
DAFTAR PUSTAKA