Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS DATA HUJAN

DAVIDSON KONORALMA

Nim : 2222201003

PRODI TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap dosen mata kuliah; Rekayasa Hidrologi
yang telah memberikan tugas terhadap saya. Saya
juga mengucapkan terimahkasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan saya. Untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... ii

BAB I TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... iii

BAB II PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

• LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

PENGERTIAN ANALISIS DATA HUJAN ...................................................................... 2

VALIDASI DATA HUJAN ................................................................................................. 2

PENGUKURAN DAN VALIDASI PRIMER DATA HUJAN ......................................... 3

• INSTRUMEN DAN OBSERVASI PENGUKURAN HUJAN ............................ 3

VALIDASI DATA HUJAN SEKUNDER .......................................................................... 3

• PENYARING DATA SERI ..................................................................................... 4

KOREKSI DAN PERLENGKAPAN DATA HUJAN ...................................................... 4

KOMPILASI DATA HUJAN ............................................................................................. 5

1. AGRESI DATA HUJAN ......................................................................................... 6


2. METODE KRINGKING ........................................................................................ 6

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................. 8

KESIMPULAN ................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 9

ii
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. presipitasi sendiri
dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut).
Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan
sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan
jenis ini disebut sebagai vigra. Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi.
lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu
turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk
mengulangi daur ulang itu semula.

Adapun jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG)


diantaranya yaitu:

1. Hujan kecil, 0 – 21 mm per hari


2. Hujan sedang, 21 – 50 peer hari
3. Hujan besar atau lebat, diatas 50 mm peer hari
Adapun hujan berdasarkan intensitas curahan, terdiri atas:
1. Hujan sedang
Merupakan hujan dengan intensitas curahan, 20 -50 per hari
2. Hujan lebat
Merupakan hujan dengan intensitas curahan 50 -100 mm per hari
3. Hujan sangat lebat
Merupakan hujan dengan intensitas curahan, diatas 100 mm per hari

Curah hujan adalah uap yang mengkondensasi, jatuh ke tanah dalam rangkaian proses
hidrologi. Jumlah curah hujan dinyatakan dalam satuan mm. Sedangkan intensitas hujan adalah
jumlah curah hujan per satuan waktu.

Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat
berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap
tanaman. Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu

iii
maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan
pertanian secara umum. alam pengertian umum hidrologi curah hujan efektif adalah curah
hujan yang mengakibatkan limpasan. "inggi curah hujan yang mengakibatkan limpasan adalah
relatif, karena tergantung dan kondisi daerah bersangkutan seperti kelembaban tanah, simpanan
permukaan, dan lain-lain. Dalam pengertian irigasi curah hujan efektif adalah bagian dan curah
hujan yang terjadi selama musim tanam dan ditahan tanah, sehingga dapat digunakan oleh
tanaman. Ditinjau dan sudut pandangan irigasi, bagian dan curah hujan yang menjadi limpasan
adalah bagian yang hilang.

Faktor yang mempengharui curah hujan

Sebagai salah satu kawasan tropis yang unik dinamika atmosfernya dimana banyak
dipengaruhi oleh kehadiran angin pasat, angin monsunal, iklim maritim dan pengaruh berbagai
kondisi lokal, maka cuaca dan iklim di Indonesia diduga memiliki karakteristik khusus yang
hingga kini mekanisme proses pembentukannya belum diketahui banyak orang. Secara umum
curah hujan di wilayah $ndonesia didominasi oleh adanya pengaruh beberapa fenomena, antara
lain sistem Monsun Asia Australia, EL-Nino, sirkulaasi timur-barat (walker circulation) dan
sitkulasi utara-selatan (Hadley Circulation) serta beberapa sirkulasi karena pengaruh
local.Variabilitas curah hujan di Indonesia sangatlah kompleks dan merupakan suatu bagian
chaotic dari Variabilitas monsun. Monsun dan pergerakan ITCZ (Intertropical Convergence
Zone) berkaitan dengan variasi curah hujan tahunan dan semi tahunan di Indonesia, sedangkan
fenomena EL-Nino dan Dipole Mode, berkaitan dengan variasi curah hujan antar-tahunan di
Indonesia. Indonesia dikenal sebagai satu kawasan benua maritim karena sebagian besar
wilayahnya didominasi oleh lautan dan diapit oleh dua samudera yaitu Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik. Oleh karena itu elemen (unsur) iklimnya terutama curah hujan
memungkinkan dipengaruhi oleh keadaan suhu permukaan laut (SPL)di sekitarnya. Salah satu
fenomena yang dicirikan oleh adanya suatu perubahan SPL yang kemudian mempengaruhi
curah hujan di $ndonesia adalah fenomena yang terjadi di Samudera Hindia yang dikenal
dengan istilah Dipole Mode (DM)yang tidak lain merupakan fenomena Couple antara atmosfer
dan laut yang ditandai dengan perbedaan anomali dua kutub Suhu Permukaan Laut (SPL) di
Samudera Hindia tropis bagian timur (perairan Indonesia di sekitar Sumatera dan Jawa) dan
Samudera Hindia tropis bagian tengah sampai barat (perairan pantai timur Benua Afrika)

iv
BAB II

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengandiameter


0.5 mm atau lebih. Jika jatuhnya sampai ketanah maka disebut hujan, akan tetapi apabila
jatuhannya tidak dapat mencapai tanah karena menguap lagi maka jatuhan tersebut disebut
Virga. Hujan juga dapat didefinisikan dengan uap yang mengkondensasi dan jatuh ketanah
dalam rangkaian proses hidrologi.Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang
berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es.
Untuk dapat terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan asam
belerang. Titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat dapat mengambil uap air dari udara.
Satuan curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan millimeter atau inchi namun untuk di
Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan millimeter (mm).

Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar,
tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (mm) milimeter artinya
dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter
atau tertampung air sebanyak satu liter. Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan
persatuan jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan
kondisi ini sangat berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek
negatif terhadap tanaman.

Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu
maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan
pertanian secara umum. Oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia
Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai
kriteria utama (Lakita 2002). Boyong (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan
sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru
tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau
presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam
pengklasifikasian iklim

1
BAB III

PEMBAHASAN

• Pengartian Data Hujan

Data hujan merupakan bagian dari data hidrologi yang penting untuk analisis-analisis dalam
berbagai macam perencanaan. Dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) juga diperlukan
data hujan yang jatuh di suatu DAS sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan.

A. VALIDASI DAN PERAN DATA HUJAN

Statistik data hidro-meteorologi mendukung kebijakan pengelolaan air dan praktik inisiatif
Sumber Daya Air suatu negara. Namun, pengamatan hidrometeorologi syarat pada kesalahan
yang timbul di berbagai tingkatan dari pengukuran lapangan, data entri, komputasi data,
transfer atau koreksi. Validasi data merupakan proses untuk memastikan bahwa nilai yang
disimpan dapat diandalkan dan representasi terbaik dari nilai variable sebenarnya di lokasi
pengukuran pada waktu tertentu atau dalam interval waktu tertentu. Pemanfaatan data hujan
membutuhkan proses validasi multi- level dan memahami karakteristi parameter, secara luas
tercakup dalam serangkaian fungsi.

Validasi data dilakukan terutama karena tiga alasan:

1) Untuk mengoreksi kesalahan dalam data yang telah direkam,


2) Untuk menilai keandalan catatan yang kesalahannya tidak mungkin diperbaiki,
3) Untuk mengidentifikasi sumber kesalahan dan memastikan bahwa kesalahan tersebut
tidak terulang di masa depan

B. PENGUKURAN DAN VALIDASI PRIMER DATA HUJAN

Peningkatan jumlah fasilitas komputasi kini memungkinkan validasi data hujan dilakukan di
tingkat primer. Sedangkan di masa lalu, validasi secara manual dan komprehensif sangat berat
dilakukan dengan pertimbangan volume data dan waktu yang diperlukan untuk melakukannya

2
menjadi hambatan. Validasi primer data curah hujan dapat dilakukan sesuai keberadaan alat
pengukurannya di suatu stasiun tersebut, jika:

• Terdapat satu alat ukur, maka validasi pengamatan individu dibandingkan dengan data
yang telah disusun sebelumnya.
• Terdapat dua alat pengukuran di satu stasiun, maka membandingkan data curah hujan
harian dari pengukur hujan standar dan akumulasi curah hujan jam-jaman secara
otomatis.

Sebelum melakukan validasi primer, pemeriksaan data sebelum entri untuk memastikan tidak
terjadi kesalahan transkripsi dari lembar lapangan ke database. Beberapa nilai yang meragukan
mungkin telah ditandai oleh juru lapangan

Instrumen dan Metode Observasi Pengukuran Hujan

Pengukuran atau observasi curah hujan merupakan salah satu cara untuk menyediakan data
hujan. Metode pengukuran atau observasi mempengaruhi keakurasian data hujan yang
didapatkan. Oleh karena itu, dilakukan pemahaman metode pengukuran atau observasi di
lapangan serta kesalahan dari instrumen itu sendiri.

Bermacam-macam jenis alat ukur hujan yang ada, `pada dasarnya hanya terdiri atas 2 jenis saja
yaitu alat ukur hujan manual dan alat ukur hujan otomatis. Alat ukur tersebut digunakan untuk
mengukur curah hujan harian dan durasi pendek.

a. Alat ukur hujan harian manual


b. Alat ukur siphon dengan perekam grafik
c. Alat Tipping bucket dengan perekam digital

Pada dasarnya alat ukur hujan baik manual maupun otomatis, terdiri dari tiga komponen, yaitu
corong, bejana pengumpul dan alat ukur.

C. VALIDASI DATA HUJAN SEKUNDER

Validasi Sekunder terdiri dari serangkaian fungsi yang bertujuan untuk mengidentifikasi nilai-
nilai yang dicurigai dengan membandingkan terhadap stasiun tetangga.

3
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan berorientasi pada jenis kesalahan tertentu
yang diketahui dilakukan oleh pencatatan dilapangan, dan lainya secara umum mengarah pada
identifikasi inkonsistensi spasial pada data hujan. Validasi data hujan sekunder meliputi:

1) Penyaringan data dalam format khusus


a. Pemeriksaan data
b. Pemeriksaan pada grafik deret waktu
2) Tabulasi data curah hujan dari beberapa stasiun
3) Pemeriksaan batas total data pada durasi yang lebih lama
4) Korelasi spasial
5) Uji Heterogenitas Spasial
6) Pemeriksaan pergeseran sistematis

1. Penyaringan Data seri

Persiapan memformat data hujan dalam bentuk khusus dari berbagai stasiun hujan merupakan
langkah yang harus dilakukan dalam rangka memvalidasi data hujan. Bentuk format meliputi
data curah hujan harian, menandai semua nilai yang berada di luar batas data maksimum atau
Tingkat batas atas. Ini juga menyiapkan data dalam bentuk matriks yang tersusun dengan baik
di mana berbagai bulan dalam setahun diberikan sebagai kolom terpisah dan berbagai hari
dalam sebulan diberikan sebagai baris.

D. KOREKSI DAN PERLENGKAPAN DATA HUJAN

Data hujan sangat penting dalam analisis hidrologi, oleh karena itu sebelum data hujan di
gunakan sebagai input model harus di hindarkan dari kesalahan sekecil mungkin. beberapa
kemungkinan kesalahan data hujan seperti data hilang (kosong), perekaman data tidak akurat.
Kesalahan atau kekosongan data ini dapat disebabkan oleh adanya beberapa kemungkinan
secara umum seperti kerusakan alat, lupa mencatat, pemindahan alat, data hujan tidak terekam,
atau catatan sementara hilang / alat rusak, sehingga data hujan pada hari tertentu tidak
diketahui. Untuk memperbaiki hal tersebut maka di perlukan pengujian konsistesi data hujan
dan mengisi data hujan yang kosong.

4
Beberapa catatan mungkin juga hilang karena tidak dilakukan pengamatan selama
perekaman. Ini mengidentifikasi kebutuhan untuk mengisi kesenjangan data dan koreksi
kesalahan. Proses pengisian data yang hilang dengan nilai perkiraan berdasarkan pengamatan
lain disebut sebagai “Pelengkapan Data”.

Metodologi pengisian data tergantung pada jenis kesalahan, Panjang data dan
ketersediaan catatan sumber yang sesuai untuk estimasi. Setelah validasi primer dan sekunder,
sejumlah nilai akan ditandai sebagai salah atau meragukan. Beberapa catatan mungkin hilang
karena tanpa pengamatan atau kehilangan rekaman. Nilai yang salah dan hilang akan diganti
jika memungkinkan dengan nilai perkiraan berdasarkan pengamatan lain di stasiun yang sama
atau di stasiun tetangga. Harus diakui bahwa nilai yang diperkirakan dari alat pengukur lain
secara inheren kurang dapat diandalkan daripada nilai yang diukur dengan benar. Oleh karena
itu, nilai asli yang diragukan biasanya akan diberikan manfaat dari keraguan dan akan disimpan
dalam catatan dengan tanda. Jika tidak ada pengamatan atau stasiun tetangga yang sesuai, nilai
yang hilang akan dibiarkan sebagai 'hilang' dan nilai yang salah akan ditetapkan ke 'hilang'.
Prosedur untuk koreksi dan pelengkapan dimana bergantung pada jenis kesalahan dan
ketersediaan catatan sumber yang sesuai yang digunakan sebagai dasar untuk menghasilkan
perkiraan data.

E. KOMPILASI DATA HUJAN

Hujan memiliki karakteristik temporal dan spasial dengan pola tertentu. Karakteristik ini dapat
dipengaruhi oleh variasi topografi dan klimatologi suatu wilayah. Karakteristik hujan
diantaranya adalah intensitas, durasi, kedalaman dan frekuensi. Variabilitas resolusi intensitas
temporal hujan memiliki kegunaan yang berbeda beda. Intensitas hujan resolusi tinggi seperti
jam-jaman digunakan untuk memprediksi banjir, atau transportasi sedimen. Resolusi intesitas
harian, sepuluh harian dapat digunakan untuk prediksi debit andalan irigasi, PLTA, Air minum
dll. Kompilasi adalah suatu proses dimana data pengamatan / mencatat selang waktu dan unit
yang ditransformasikan ke selang waktu lain atau satuan untuk memfasilitasi analisis, validasi
atau pelaporan. Dalam kompilasi hujan, pengamatan curah hujan sesuai dengan intervalnya
yaitu:

1) dari satu interval waktu ke waktu lainnya


2) dari salah satu satuan dari pengukuran untuk yang lain
3) dari titik ke nilai-nilai rata rata

5
4) dari deret yang tidak sama jaraknya ke deret yang berjarak sama

1. Agregasi data hujan

Curah hujan dari sumber yang berbeda diamati pada interval waktu yang berbeda, tetapi ini
umumnya satu hari atau lebih pendek. Untuk stasiun hujan standar, pengukuran dilakukan
sekali atau dua kali dalam sehari.

Untuk autographic pencatatan dilakukan secara berkelanjutan per jam

dengan mengekstrak data curah hujan. Untuk perekam curah hujan digital, curah hujan dicatat
pada interval variabel dengan masing-masing ujung tipping bucket. Data per jam biasanya
digabungkan ke harian; data harian biasanya dikumpulkan ke mingguan, sepuluh harian, 15
harian, bulanan, musiman atau tahunan.

Agregasi ke interval waktu yang lebih lama diperlukan untuk validasi dan analisis, serta
masukan ke dalam pemodelan. Untuk validasi, kesalahan jumlah kecil mungkin tidak terdeteksi
di waktu interval pendek, tetapi mungkin akan terdeteksi pada waktu interval yang.

Di mana 𝑑i adalah jawak euclidean anatara titik 𝑠o dan 𝑠i. Sedangkan p adalah kekuatan
dari nilai invers jarak. Parameter 𝑝 mengontrol efek dari titik yang dikeahui pada interpolasi
berdasarkan jarak dari titik output. Parameter p merupakan bilangan real positif antar 0.5
sampai 3 (Yang and Xing, 2021)

2. Metode Kringking

Metode Kriging mengasumsikan bahwa nilai tengah (mean) pada populasi sampel adalah
konstan, tetapi tidak diketahui. Metode ini memiliki parameter hubungan spasial yang
membantu menginterpolasi antar data. Kriging salah satu metode interpolasi pendekatan
stokastik yang sering digunakan dalam berbagai pemodelan dengan mengasumsikan jarak antar
titik sampel yang dapat menghubungkan korelasi spasial.

6
Metode Kriging menggunakan kombinasi linier dari bobot dalam memperkirakan nilai
antar lokasi. Bobot pada kriging tidak hanya didasarkan oleh jarak antar titik dan lokasi prediksi
tetapi juga pengaturan spasial secara keseluruhan dari titik yang diukur. Metode ini dapat
memprediksi variasi di permukaan sehingga sesuai untuk menentukan nilai output untuk setiap
lokasi dengan radius tertentu (Childs, 2004). Secara khusus, selain menerapkasn pembobotan
spasial melalui jarak, autokorelasi spasial juga dapat direpresentasikan oleh fungsi semivarian
yang dapat digunakan untuk prediksi.

Dengan mengasumsikan nilai rata-rata curah hujan diketahui, maka nilai estimasi 𝑧̂ (𝑥0)
pada lokasi yang tidak diketahui 𝑥0 sesuai dengan persamaan 7.

𝑧̂ (𝑥0) − 𝑚(𝑥0) = ∑ 𝑤𝑖[𝑧̂ (𝑥𝑖) − 𝑚(𝑥𝑖)]𝑛 𝑖=1

Dengan 𝑚(𝑥0) dan 𝑚(𝑥𝑖) adalah nilai harapan dari 𝑧̂ (𝑥0) dan 𝑧̂ (𝑥𝑖), 𝑤𝑖 merupakan
notasi dari bobot kriging yang didapatkan melalui titik sampel 𝑥𝑖. Sedangkan 𝑚(𝑥𝑖) merupakan
diestimasi dengan meminimumkan ragam galat dari metode pendugaan kriging (Yang and
Xing, 2021).

7
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam pengertian irigasi curah hujan efektif adalah bagian dan curah hujan yang terjadi selama
musim tanam dan ditahan tanah, sehingga dapat digunakan oleh tanaman. Ditinjau dan sudut
pandangan irigasi, bagian dan curah hujan yang menjadi limpasan adalah bagian yang hilang.

Adapun jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG)


diantaranya yaitu:

4. Hujan kecil, 0 – 21 mm per hari


5. Hujan sedang, 21 – 50 peer hari
6. Hujan besar atau lebat, diatas 50 mm peer hari
Adapun hujan berdasarkan intensitas curahan, terdiri atas:
4. Hujan sedang
Merupakan hujan dengan intensitas curahan, 20 -50 per hari
5. Hujan lebat
Merupakan hujan dengan intensitas curahan 50 -100 mm per hari
6. Hujan sangat lebat
Merupakan hujan dengan intensitas curahan, diatas 100 mm per hari

8
DAFTAR PUSTAKA

https://ura.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/74039/F%20TEKNIK_ENTIN%20H_BU
KU_HIDROLOGI_removed.pdf?sequence=1

https://www.academia.edu/23472997/Analisis_Data_Hujan_Kertas_Pias_

https://konservasidas.fkt.ugm.ac.id/2020/12/14/analisi-hujan-rencana-tahunan-metode-
gumbel/

Anda mungkin juga menyukai