Anda di halaman 1dari 9

PEMODELAN SPASIAL GENANGAN BANJIR ROB

DAN PENILAIAN POTENSI KERUGIAN PADA


LAHAN PERTANIAN SAWAH PADI STUDI KASUS
WILAYAH PESISIR KABUPATEN PEKALONGAN
JAWA TENGAH
Achmad Arief Kasbullah1) dan Muhammad Aris Marfai2)
1),2)
Jurusan Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
e-mail: 1achmadarief21@gmail.com; 2arismarfai@yahoo.com
ABSTRAK
Banjir rob di wilayah pesisir Kabupaten Pekalongan telah terjadi sejak lama dan
diperkirakan semakin luas. Banjir rob di Kabupaten Pekalongan mempengaruhi berbagai
aspek yang terdapat di wilayah pesisir dan salah satunya adalah terpengaruhnya
penggunaan lahan untuk sawah padi. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah
mengetahui wilayah yang tergenang lewat pemetaan genangan banjir rob dengan
menggunakan skenario tertentu di Kabupaten Pekalongan. Lewat pemetaan ini juga dapat
diketahui luasan lahan-lahan yang tergenang serta termasuk di dalamnya merupakan
lahan sawah padi dan akan dihitung estimasi kerugian secara ekonomi dari lahan sawah
padi yang tergenang. Pemodelan menggunakan dua skenario, pada skenario genangan 91
cm kerugian diperkirakan mencapai 19,33 miliar Rp/tahun dengan luasan 945,29 ha.
Skenario genangan 135 cm bertambah menjadi 24,10 miliar Rp/tahun yang menggenangi
lahan sawah padi seluas 1.339,31 ha.

Kata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian


Ekonomi

I. PENDAHULUAN pesisir Pulau Jawa dengan panjang sekitar


Fenomena pemanasan global yang 1.000 km dan lebar lebih dari 250 km dari
terjadi membuat salah satu dampaknya total sekitar lebih dari 80.000 km pesisir
berupa kenaikan muka air laut di bumi. Indonesia (Triatmodjo, 1999; Bird dan
Akibat lebih jauh dari kenaikan muka air Ongkosongo, 2005). Meningkatnya
laut ini salah satunya memunculkan pembangunan pada wilayah pesisir untuk
permasalahan yang cukup besar terutama tujuan ekonomi, pariwisata, kawasan
pada kota-kota yang berada di kawasan permukiman, dan industri serta
pesisir. Kenaikan muka air laut perdagangan merupakan bentuk-bentuk
menyebabkan beberapa kerugian, seperti tidak tepatnya penggunaan dan
terjadinya pengikisan wilayah peisir atau pengelolaan lahan di wilayah pesisir
abrasi dan banjir pasang air laut atau rob. (Marfai dan King, 2008). Wilayah pesisir
Banjir rob diperkirakan akan terus utara Pulau Jawa, terutama pada kota-kota
mengalami peningkatan baik pada yang berada pada area pesisir utara
frekuensi dan besar luasan di masa Provinsi Jawa Tengah, seperti Semarang,
mendatang (Marfai, 2013). Kendal, Demak, Jepara dan sebagainya
Banjir rob juga akan menjadi bencana merupakan kota-kota yang sering terkena
yang memiliki efek kian parah karena dampak dari banjir rob (Maulana, 2012)
adanya ketidak tepatan penggunaan dan Wilayah kepesisiran Kabupaten
manajemen lahan pada wilayah pesisir dan Pekalongan memiliki permasalahan banjir
hal tersebut akan mengancam wilayah pasang laut atau rob yang sudah mulai

Geoedukasi Volume III Nomor 2, Oktober 2014, Kasbullah, A.A. danM.A. Marfai, 83 91___ 83
parah. Maka, penanganan akan banjir rob lunak atau software ArcGIS 9.3, ILWIS
perlu dilakukan seperti yang telah 3.3 Academic, Ms. Office 2007, lembar
diinstruksikan peraturan Pemerintah kuesioner, dan dokumentasi ketika
Kabupaten Pekalongan mengenai kegiatan lapangan. Bahan yang digunakan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dalam Perda banyak berupa peta-peta yang berbentuk
Nomor 16 tahun 2009. Perda tersebut digital, seperti Peta RBI skala 1:25.000
merupakan perda yang dibuat untuk lembar Pekalongan tahun 2001, peta titik
kepentingan kepesisiran Kabupaten tinggi (height spot), peta kontur, data
Pekalongan terutama dalam pengelolaan pertanian dan peta penggunaan lahan.
tata ruang dalam tujuan kelestarian pesisir Data yang dipakai berupa data
di Kabupaten Pekalongan itu sendiri. sekunder yang didapat melalui instansi,
Banjir rob memunculkan beberapa berupa Badan Pembangunan Daerah
dampak yang merugikan bagi penduduk di (BAPPEDA) Kabupaten Pekalongan yang
sekitar wilayah pesisir. Beberapa dampak mengeluarkan Informasi Penggunaan
negatif dan salah satunya yang terjadi pada Lahan Kabupaten Pekalongan, data
sektor perekonomian akibat banjir rob, kependudukan dari Badan Pusat Statistik
yakni berupa gangguan yang berdampak (BPS), data produksi pertanian dari Dinas
secara langsung pada lahan pertanian Pertanian, dan juga informasi lain yang
sawah padi. Akibat tersebut adalah didapat melalui dinas atau instansi terkait
mengakibatkan terkurangnya intensivitas yang menangani permasalahan banjir rob
produksi lahan. Mileti dan Gottschlich di Kabupaten Pekalongan. Kegiatan
(2001) dalam Hardoyo, dkk (2014) lapangan juga dilakukan untuk
menyebutkan setidaknya terdapat tiga mengumpulkan data primer terkait
sistem utama yang tercancam akan informasi dan pengetahuan dari penduduk
kerugian saat adanya bencana. Ketiga pesisir akan dampak kejadian banjir rob.
sistem tersebut, yakni: Kegiatan pemodelan banjir rob
1. lingkungan fisik yang menjadi tidak diawali dengan pembuatan data DEM
pasti dan berdampak pada lingkungan (Marfai, 2013) yang dibuat mendekati
hidup; kondisi asli di lapangan. Software yang
2. sosial yang akan mempengaruhi digunakan dalam pembuatan DEM adalah
kuantitas dan kualitas penduduk; dan ArcGIS 9.3 dengan fitur utama adalah topo
3. lingkungan terbangun rusak, to raster. Penelitian-penelitian mengenai
sepertibangunan dan infrastruktur. banjir rob sebelumnya menggunakan
metode interpolasi dengan prinsip moving
Tujuan Penelitian average seperti contohnya yang dilakukan
Tujuan dari penelitian ini disebutkan oleh Darumaya (2010) dan Hermawan
dalam tiga poin berikut. (2011). Keduanya memiliki prinsip yang
1. Mengetahui dan memetakan daerah sama, yakni mengetahui nilai yang tidak
yang terkena dampak banjir rob pada diketahui dengan memanfaatkan nilai-nilai
lokasi yang dikaji. sekitarnya yang sudah ada untuk menjadi
2. Mengetahui luasan penggunaan lahan data DEM yang menggambarkan elevasi
pertanian sawah padi yang terkena daerah penelitian. Data DEM sebagai basis
dampak banjir rob. data menjadi penting untuk dibuat
3. Mengetahui besar kerugian ekonomi mendekati kondisi di lokasi asli, yakni
kegiatan pertanian sawah padi dari dengan menambahkan informasi tambahan
dampak banjir rob di daerah penelitian. berupa kontur daerah penelitian.
Tujuannya adalah untuk menghasilkan
II. METODE PENELITIAN pemodelan yang baik dan menghasilkan
Beberapa alat yang digunakan dalam nilai yang mendekati riil.
peneltian ini, antara lain berupa perangkat

Geoedukasi Volume III Nomor 2, Oktober 2014, Kasbullah, A.A. danM.A. Marfai, 83 91___ 84
Tahap pembuatan model genangan tertentu. Hasil perhitungan dari satu pixel
dilakukan dengan menggunakan sofware akan digunakan untuk menghitung piksel-
ILWIS, yakni dengan proses iterasi piksel berikutnya dan akan berhenti secara
(Gambar 1) yang merupakan metode otomatis ketika syarat atau kondisi
perhitungan pixel matematis secara perhitungan yang ditentukan telah
berulang dengan kondisi dan rumus terpenuhi.

Gambar 1. Skema proses iterasi pada Software ILWIS dengan


skenario genangan 0,25 meter (sumber: modifikasi Marfai dan King, 2008)

Pemodelan menggunakan skenario pengukuran trend kenaikan muka air laut


genangan dengan ketinggian 0,91 m atau dari beberapa stasiun pengukuran di Laut
91 cm merupakan ketinggian banjir rob Jawa. Skenario ini merupakan hasil dari
yang dihitung berdasarkan data perhitungan rerata timbang dari nilai

Geoedukasi Volume III Nomor 2, Oktober 2014, Kasbullah, A.A. danM.A. Marfai, 83 91___ 85
pengukuran muka air laut yang diukur dari Rumus perhitungan ini merupakan
dua satsiun pengukuran di Tanjung Priok, rumus yang juga telah digunakan oleh
Jakarta dan Semarang. Hal ini dilakukan Darumaya (2010) di Demak, Jawa Tengah.
dalam mengatasi kekurangan data karena Namun dalam penelitian tersebut
Kabupaten Pekalongan tidak memiliki digunakan dalam menghitung nilai
stasiun pengukuran sendiri serta masih kerugian untuk sektor tambak. Rumus
kurangnya data pendukung terkait banjir perhitungan ini merupakan yang tergolong
rob. rumus sederhana karena variabelnya yang
Skenario genangan berikutnya adalah tergolong umum. Asumsi juga diterapkan
dengan tinggi genangan 1,35 m atau 135 dalam perhitungan kerugian ini, yakni
cm yang diambil berdasarkan laporan persentase atas kerugian yang dialami
penelitian IPCC (2007) yang menyatakan petani sama dengan persentase dari luas
bahwa rata-rata kenaikan muka air laut genangan rob yang terjadi.
global adalah setinggi 6 mm per tahun.
Skenario ini sesungguhanya telah III. HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan dalam pemodelan banjir rob di Baik kota maupun kabupaten di
Kota Pekalongan oleh Marfai, dkk (2013). Pekalongan telah terjadi permasalahan
Kali ini peneltian dilakukan di Kabupaten banjir rob sejak lama dan telah berdampak
Pekalongan yang berlokasi tepat di sebelah pada banyak aspek yang ada pada kota
barat administrasi Kota Pekalongan. maupun kabupaten terutama pada wilayah
Perhitungan estimasi nilai kerugian pesisirnya (Gambar 2). Banjir rob ini juga
secara ekonomi pada sektor pertanian semakin lama semakin luas dampaknya
sawah padi dilakukan dengan dan di Pekalongan sendiri terjadi terutama
menggunakan data nilai produksi lahan karena adanya pengaruh dari kenaikan
pertanian dan harga beras. Nilai ini muka air laut. Banjir rob juga bahkan
dihasilkan dari lahan pertanian yang semakin masuk hingga ke daerah
tergenang dan perhitungan tersebut dapat pemukiman penduduk yang berjarak
dirumuskan secara sederhana dengan: sekitar kurang lebih 2 km pantai serta
menggenangi bentuk penggunaan lahan
lain yang ada di wilayah pesisir. Selain itu
juga menyebabkan kerusakan pada
insfrastruktur dan fasilitas umum.

Gambar 2. Kondisi banjir rob ketika terjadi di wilayah pesisir Kabupaten Pekalongan

Kabupaten Pekalongan wilayah Kabupaten Pekalongan meliputi


pesisirnya memiliki elevasi 0 hingga 4 Kecamatan Tirto, Wonokerto, dan Siwalan
meter di atas permukaan air laut (mdpl) yang ketiganya berbatasan langsung
(Gambar 3). Wilayah pesisir ini sendiri di dengan Laut Jawa di sebelah utara.

Geoedukasi Volume III Nomor 2, Oktober 2014, Kasbullah, A.A. danM.A. Marfai, 83 91___ 86
Gambar 3. Peta titik tinggi wilayah pesisir Kabupaten Pekalongan

Wilayah pesisir di Kabupaten luas merendam pada wilayah pesisir di


Pekalongan juga memiliki elevasi yang sebelah timur yang berbatasan dengan
tergolong rendah dan karena itulah terkena Kota Pekalongan.
dampak akan aktivitas pasang surut laut Skenario genangan penelitian kali ini
hingga bisa masuk ke daratan. Kabupaten menghasilkan pemodelan genangan yang
Pekalongan memiliki wilayah pesisir yang menggunakan asumsi, yakni tidak adanya
karakteristiknya hampir sama seperti di barrier di pantai atau wilayah pesisirnya,
Kota Pekalongan, namun elevasinya seperti tanggul, jetty, pintu air, dan lainnya.
memang sedikit lebih tinggi dibanding Maka hasil dari pemodelan ini ditunjukkan
pesisir Kota Pekalongan terutama yang pada Gambar 4 dengan kedua skenario
berada di sebelah barat. Hal ini membuat genangan yang terjadi pada wilayah pesisir
banjir rob di Kabupaten Pekalongan lebih Kabupaten Pekalongan.

Hasil wawancara (Gambar 5) dengan penghujan atau tidak terdapat hujan pada
penduduk banyak menunjukkan ketinggian hari tersebut. Tapi jika ada pada di musim
genangan banjir rob hanya mencapai hujan, maka ketinggian bisa mencapai
sebatas mata kaki orang dewasa atau maksimum hingga mencapai 150 cm
sekitar 10 cm jika bukan di musim seperti yang terjadi di awal tahun 2014

Geoedukasi Volume III Nomor 2, Oktober 2014, Kasbullah, A.A. danM.A. Marfai, 83 91___ 87
menurut pengakuan penduduk yang tinggal sejak lama penduduk di Jawa banyak yang
di wilayah pesisir Kabupaten Pekalongan. memiliki mata pencaharian sebagai petani.
Ketika itu banjir rob terjadi sekaligus juga Kabupaten Pekalongan termasuk daerah
dengan adanya pertambahan dari debit air yang memiliki jenis penggunaan lahan
yang berlebih saat musim hujan. untuk sawah yang tergolong luas dan
Lahan sawah padi merupakan sebuah besar. Luas wilayahnya yang besar hingga
jenis penggunaan lahan yang umum tahun 2012 tercatat memiliki luas lahan
terdapat di Pulau Jawa. Kondisi tanah dan sawah padi mencapai 24.751,24 ha.
geomorfologis yang mendukung membuat

Gambar 4. Peta genangan banjir rob

Geoedukasi Volume III Nomor 2, Oktober 2014, Kasbullah, A.A. danM.A. Marfai, 83 91___ 88
menunjukkan wilayah yang menggenangi
lahan sawah padi sebesar 388,11 ha dan
lahan sawah padi tersebut hanya
tergenang pada Kecamatan Tirto dan
Kecamatan Wonokerto. Kecamatan Tirto
lebih banyak tergenang lahan sawah
padinya dibanding dengan lahan sawah di
Kecamatan Wonokerto, yakni 245,36 ha
dibandingkan 142,75 ha. Dampak paling
parah akan terjadi di Kecamatan Tirto
dibanding dengan dua kecamatan lain di
wilayah pesisir sebagai akibat dari
kejadian banjir rob ini.
Banjir rob di Kabupaten Pekalongan
tidak hanya menyebabkan permasalahan
pada penggunaan lahan sawah padi,
namun juga beberapa aspek lain.
Infrastruktur dan kesehatan adalah aspek
yang juga sangat terpengaruh dari banjir
rob di wilayah pesisir. Perhitungan
kerugian dilakukan seperti yang terdapat
pada Tabel 1 untuk skenario genangan
91 cm. Kerugian tentu akan bertambah
jika perhitungan pada aspek lain juga
ditambahkan, seperti perikanan, industri,
jasa, dan aspek-aspek lain.
Skenario genangan banjir rob
dengan tinggi 135 cm (Gambar 7)
menunjukkan peningkatan luasan
genangan banjir rob dibanding dengan
skenario genangan 91 cm sebelumnya.
Pada skenario genangan 135 cm,
genangan banjir ini juga hanya
menggenangai penggunaan lahan sawah
padi pada dua kecamatan dengan total
luas mencapai 484,30, yakni Kecamatan
Tirto (290,86 ha) dan Kecamatan
Wonokerto (193,44 ha).Perhitungan
estimasi kerugian ekonomi (Tabel 2)
Gambar 5. Penduduk menunjukkan menunjukkan pertambahan nilai dari total
ketinggian rob yang pernah terjadi ketika kerugian yang dialami ketika skenario
masuk di rumah mereka geangan ini terjadi di wilayah pesisir
Kabupaten Pekalongan. Namun
Skenario genangan 0,91 m atau 91 pemerintah setempat juga telah
cm (Gambar 6) merupakan ketinggian memberikan bentuk pengurangan
banjir rob yang dihitung berdasarkan data dampak dengan memberikan bantuan-
pengukuran trend kenaikan muka air laut bantuan agar aktivitas pend uduk dapat
dari beberapa stasiun pengukuran di Laut terus berjalan, terutama di wilayah
Jawa. Skenario genangan 91 cm pesisir.

Geoedukasi Volume III Nomor 2, Oktober 2014, Kasbullah, A.A. danM.A. Marfai, 83 91___ 89
Gambar 6. Peta genangan banjir rob 91 cm Gambar 7. Peta genangan banjir rob 135 cm.
Banjir rob di wilayah pesisir dari kerusakan pintu air yang ada di muara
Kabupaten Pekalongan selain dikarenakan sungai. Sehingga ketika air dari laut masuk
dari faktor alam juga terjadi karena adanya pembendungan kurang maksimal yang
faktor yang bukan berasal dari alam. Hasil membuat genangan dari banjir rob meluas
lapangan diketahui bahwa terdapat hingga semakin jauh ke sisi daratan.
kekurangan pencegahan bencana akibat

Geoedukasi Volume III Nomor 2, Oktober 2014, Kasbullah, A.A. danM.A. Marfai, 83 91___ 90
IV. KESIMPULAN mencapai Rp 24.103.044.828,23 pada
Banjir rob di wilayah pesisir genangan banjir rob seluas 484,30 ha di
Kabupaten Pekalongan melanda hanya lahan sawah padi. Kedua skenario
pada tiga kecamatan, yakni Kecamatan genangan banjir rob ini hanya melanda
Tirto, Siwalan, dan Wonokerto, baik pada pada sawah padi di dua kecamatan saja,
skenario genangan 91 cm maupun skenario yakni Kecamatan Tirto dan Kecamatan
genangan 135 cm. Kecamatan yang paling Wonokerto.
parah mengalami genangan banjir rob
adalah Kecamatan Tirto yang memiliki UCAPAN TERIMA KASIH
elevasi lebih rendah dan semakin tinggi ke Sebagian data yang digunakan dalam
arah barat di Kecamatan Siwalan. Kejadian penelitian ini adalah juga bagian dari
banjir rob telah mengganggu berbagai Hibah Peneltian Unggulan Kerjasama
aspek kehidupan masyarakat di wilayah Institusi Universitas Gadlah Mada. Terima
pesisir, terutama pada aspek pertanian pada kasih kami sampaikan kepada Sekolah
penggunaan lahan sawah padi. Skenario 91 Pasca Sarjana UGM dan pimpinan dari
mengakibatkan kerugian mencapai Rp Fakultas Geografi UGM yang telah
19.333.957.771,99 dengan luas genangan memfasilitasi dan memberi kesempatan
sawah padi yang tergenang 388,11 ha. kepada penulis untuk melakukan dan
Sementara pada skenario genangan 135 cm menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA The Physical Science Basis.


Cambridge: Cambridge University
Bird, E.C.F. & Ongkosongo, O.S.R. Press.
(2005). Environmental Changes on Maulana, S. (2012). Pemodelan Spasial
The Coast of Indonesia. Jepang: The untuk Prediksi Luas Genangan Banjir
United Nations University. Pasng Laut di Wilayah Kepesisiran
BPS (Badan Pusat Statistik). (2013). Kota Jakarta (Studi Kasus:
Kabupaten Pekalongan dalam Angka Kecamatan Tanjungpriok, Jakarta
2012. Kabupaten Pekalongan: BPS. Utara). Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Darumaya. (2010). Pemodelan Genangan Geografi, UGM.
Banjir Rob untuk Menaksir Kerugian Marfai, MA. dan King, L. (2008). Tidal
Ekonomi Petani Tambak di Inundation Mapping under
Kecamatan Sayung, Kabupaten Enchanced Land Subsidence in
Demak, Jawa Tengah. Skripsi. Semarang Central Java Indonesia.
Yogyakarta: Fakultas Geografi, Environmental Geology.55,1507-
UGM. 1518.
Hardoyo, S. R., Sudrajat, dan Kurniawan, Marfai, MA. (2013). Bencana Banjir Rob,
A. (2014). Aspek Sosial Banjir Studi Pendahuluan Banjir Pesisir
Genangan (Rob) di Kawasan Pesisir. Jakarta. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yogyakarta: UGM. Press. Marfai, MA, Mardianto, D., Cahyadi,
Hermawan, A. (2011). Pemetaan Banjir A.,Nucifera, F.,dan Prihatno, H.
Rob dan Penilaian Potensi Kerugian (2013). Pemodelan Spasial Bahaya
Lahan Pertanian Padi Sawah Akibat Banjir Rob berdasarkan Skenario
Banjir Rob di Wilayah Pesisir Perubahan Iklim dan Dampaknya di
Kecamatan Bonang dan Wedung, Pesisir Pekalongan. Jurnal Bumi
Kabupaten Demak. Skripsi. Lestari, volume 13, No. 2, halaman
Yogyakarta: Fakultas Geografi, 244-256.
UGM. Triatmodjo, B. (1999). Teknik Pantai.
International Panel for Climate Change Yogyakarta: UGM. Press.
(IPCC). 2007. Climate Change 2007:

Geoedukasi Volume III Nomor 2, Oktober 2014, Kasbullah, A.A. danM.A. Marfai, 83 91___ 91

Anda mungkin juga menyukai