Anda di halaman 1dari 23

KARAKTERISTIK BANJIR PASANG SURUT SEBAGAI DASAR

PENENTUAN LEBAR JALUR HIJAU PESISIR CILACAP

Characteristic of tidal flood as the basic for determining the green belt of cilacap

Oleh:
Nur Banani Abdillah1*, Amron2, Endang Hilmi2
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Univeritas Jenderal Soedirman
Jalan dr. Suparno Komp. GOR Susilo Sudirman Karangwangkal Purwokerto
Email: bananabdillah@gmail.com

ABSTRAK

Pesisir Kabupaten Cilacap berpotensi terkena dampak kenaikan muka air laut.
Dampak utama yang diakibatkan oleh kenaikan muka air laut adalah terjadinya
banjir pasang surut. Banjir pasang surut berpotensi mengakibatkan penggenangan
air laut yang berdampak pada degradasi lahan, sehingga diperlukan suatu tindakan
untuk menanggulangi maupun mengurangi dampak yang ditimbukan oleh hal
tersebut dengan pembuatan jalur hijau. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui karakteristik pasang surut, pola kenaikan muka air laut, potensi
genangan banjir pasang surut serta lebar jalur hijau sebagai penyangga wilayah
Pesisir Cilacap. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah survei. Data
utama yang dibutuhkan adalah data pasang surut, Digital Elevation Model (DEM)
Cilacap tahun 2014, dan peta rupabumi Indonesia. Berdasarkan hasil dari penelitian
ini diketahui bahwa kenaikan muka air laut di Pesisir Cilacap antara 1,770 m hingga
1,883 m. Luas genangan banjir pasang surut yang terjadi adalah 244,99 ha. Nilai
HHWL tertinggi yang digunakan untuk membuat genangan banjir pasang surut
dalam penelitian ini sebesar 2.996 m. Karakteristik pasang surut perairan Pesisir
Cilacap adalah campuran condong harian ganda. Dengan nilai Formhzal sebesar
0,42 .Sedangkan luasan jalur hijau optimal Pesisir Cilacap sebesar 292,75 ha.

Kata Kunci : Banjir Pasang surut, Potensi genangan, Jalur Hijau


ABSTRACT

The coastal of Cilacap has been impacted potentially by sea level rise. The main
impact of sea level rises is tidal floods. The impact of tidal floods is sea water flooding
which give impacts land degradated which is reduced by developing of green belt. The
study is to know the tidal characteristics, sea level rise, potential of tidal flood and green
belt width as a buffer of coastal area of Cilacap. The method used the survey method.
The main data required is tidal data (2018) , the Digital Elevation Model (DEM) Cilacap
(2014), and RBI (2018). The results of this research, it is known that the sea level rise in
Cilacap between 1,770 m until 1,883. The tidal flood area reached 244,99 ha. The highest
of HHWL value to reached 2,996 m. The tidal characteristic of Cilacap is mixed tide
prevailing semidiurnal. With The Formhzal reached 0.42. The optimalled of green belt of
Cilacap is 292,75 ha.

Keywords: Tidal Floods, Potential Puddle, Green Belt

PENDAHULUAN Pesisir Cilacap dipengaruhi oleh

Wilayah pesisir merupakan interaksi dinamis antara air, angin, dan

pertemuan antara wilayah laut dan material penyusun wilayah pantainya,

wilayah darat, dimana daerah ini termasuk adanya pengaruh dari pasang

merupakan daerah interaksi antara surut air laut (Tawas et al, 2009).

ekosistem darat dan ekosistem laut yang Wilayah pesisir sangat rentan

sangat dinamis dan saling terhadap pengaruh perubahan iklim,

mempengaruhi. Kawasan pesisir juga perubahan iklim akan menyebabkan

merupakan kawasan yang sangat rawan perubahan yang berbeda baik terhadap

untuk terkena bencana (Marfai et al, dinamika pesisir maupun terhadap

2009). Dari beberapa wilayah pesisir di perubahan muka laut. Perubahan sifat

Indonesia khususnya di Jawa Tengah fisis perairan akan berlangsung secara

yaitu Pesisir Kabupaten Cilacap. Kondisi bertahap termasuk perubahan muka air
laut yang memberikan dampak kenaikan muka air laut adalah terjadinya

perubahan pada sistem pesisir, misalnya banjir pasang surut. Banjir pasang surut

banjir pasang, cuaca ekstrim dan berpotensi mengakibatkan

pengikisan lahan pesisir (Rositari, 2011). penggenangan air laut yang berdampak

Permasalahan yang sering terjadi pada degradasi lahan, sehingga

di wilayah pesisir salah satunya yaitu diperlukan suatu tindakan untuk

banjir yang diakibatkan oleh kenaikan menanggulangi maupun mengurangi

muka air laut. Banjir tersebut sering dampak yang ditimbukan oleh hal

dikenal dengan istilah banjir pasang tersebut. Untuk itu perlu upaya

surut (banjir rob). Banjir pasang surut konservasi mangrove, diantaranya dasar

terjadi ketika air laut pasang yang masuk penetapan jalur hijau Pesisir Cilacap.

ke daratan, sehingga menggenangi Jalur hijau pesisir termasuk

wilayah yang berada lebih rendah. mangrove sangat dibutuhkan pada

Pesisir merupakan wilayah yang wilayah pesisir karena mempunyai

berpotensi mengalami banjir pasang fungsi yang sangat penting bagi wilayah

surut akibat adanya aktivitas alami pesisir tersebut. Jalur hijau pesisir

dinamika pesisir termasuk pasang surut, adalah bagian hutan yang

angin , gelombang (Beatley, 2002), dipertahankan dan berbatasan dengan

penurunan permukaan tanah / land pantai atau tepi sungai yang dengan sifat

subsidense (Marfai et al , 2008) dan banjir alaminya untuk mengurangi dampak

pasang surut (Nicholls et al , 1998). banjir pasang surut. Fungsi jalur hijau

Dampak utama yang diakibatkan oleh tersebut difokuskan sebagai penyangga


atau buffer terhadap angin, gelombang, jalur hijau bertujuan untuk

arus serta polutan yang berasal dari meminimalisir dampak serta kerugian

daratan dan laut (Hilmi et al, 2012). dari bencana banjir pasang surut di

Ekosistem hutan pesisir Pesisir Kabupaten Cilacap.

mempunyai peranan penting dalam MATERI PENELITIAN

mendukung pembangunan wilayah Penelitian dilaksanakan pada

pesisir, sebagai ekosistem pesisir yang bulan Juli-Agustus 2019. Lokasi yang
menjadi obyek penelitian adalah
dinamis dan memiliki kemampuan daya
Kecamatan Nusawungu, Binangun,
adaptasi untuk merespon perubahan Adipala dan Kecamatan Cilacap

lingkungan. Salah satu bentuk adaptasi Selatan, Jawa Tengah. Analisis data
akan dilakukan di Fakultas Perikanan
mangrove adalah memiliki kemampuan
dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal
dalam mengikat sedimen (trapping Soedirman. Bahan dalam penelitian ini

sediment) (Rahmstorf ,2007). meliputi Digital Elevation Model (DEM),


Data Pasang surut 2018 didapatkan dari
Tidak adanya jalur hijau pesisir
BMKG Cilacap, Peta Rupa Bumi
sebagai penyangga atau buffer di Indonesia dan Laporan kejadian

wilayah pesisir, pada masa yang akan bencana banjir pasang surut 2018 dari
BPBD Cilacap. Metode yang digunakan
datang dampak banjir pasang surut
pada penelitian ini adalah metode
diprediksi akan semakin besar. Hal ini survey dimana daerah yang terbentuk

membuat pentingnya menyusun dalam peta dilakukan pengecekkan


secara langsung.
pemetaan resiko banjir pasang surut
Data pasang surut yang digunakan
sebagai dasar penentuan jalur hijau di
adalah data tahun 2018, didapatkan dari
Pesisir Kabupaten Cilacap. Pembuatan
BMKG Kabupaten Cilacap. Data diolah Data laju tinggi muka air laut

terlebih dahulu menggunakan software didapatkan dari mengolah data pasang

Microsoft Excel. Data tersebut diolah surut hasil pengamatan stasiun BMKG

menggunakan aplikasi “Pengolah Data Kabupaten Cilacap dengan

Pasang Surut Berbasis Web” oleh menggunakan data tahun 2018.

Syetiawan (2014) yang dapat diakses di Pengolahan menggunakan aplikasi

http://geodesi.undip.ac.id/ta/2013/L2 pengolah data pasang surut berbasis

M009053/, untuk mengetahui konstanta web. Pengolahan data pasang surut

harmonik pasang surut. Data konstanta untuk menghasilkan komponen-

harmonik pasang surut meliputi : komponen pasang surut. Hasil analisis

Amplitudo (A), M2, S2, K1, O1, N2, K2, komponen dari pasang surut didapatkan

P1, M4, MS4. nilai MSL (Mean sea level) bulanan untuk

setelah hasil akhir diperoleh untuk tahun 2018. Nilai MSL yang telah

setiap komponen pasang, maka didapatkan kemudian dilakukan analisis

ditentukan : regresi menggunakan regresi polinomial

a. Z0 = 1,2 A(M2+S2+K2) untuk melihat seberapa baik garis regresi

b. MSL = Z0+1,1 A(M2+S2) terhadap data. Jika nilai R2 sama dengan

c. LLWL = AS0 – 1, maka angka tersebut menunjukkan

A(M2+S2+K1+01+P1+K2) garis regresi yang sesuai dengan data

d. HHWL = AS0 + secara sempurna.

A(M2+S2+K1+01+P1+K2) DEM yang digunakan dalam


(𝐾1+01)
e. Karakteristik pasang , F = (𝑀2+𝑆2) penelitian adalah DEM 2014 yang
diperoleh dari website laut tertinggi (HHWL). Nilai ketinggian

https://earthexplorer.usgs.gov. Pada muka tanah yang berada di bawah nilai

data DEM tersebut nantinya akan HHWL merupakan wilayah yang

diterapkan formula skenario daerah tergenang oleh banjir pasang surut,

rawan genangan rob yang dipengaruhi sedangkan nilai ketinggian yang berada

oleh kenaikan muka air laut. Analisis di atas nilai HHWL merupakan wilayah

DEM dilakukan dengan bantuan yang tidak tergenang banjir pasang

ekstensi analisis spasial pada perangkat surut pada saat terjadi pasang tertinggi.

lunak ArcGIS 10.5. Pembuatan model Model genangan yang dihasilkan

pada DEM untuk menggambarkan kemudian dihitung luasan yang

kondisi topografi Pesisir Kabupaten terbentuk di tiap daerah pesisir Cilacap.

Cilacap karena model merupakan tiruan Peraturan yang berlaku sebagai

keadaan alam yang sebenarnya. DEM dasar konservasi mangrove antara lain

diproyeksikan ke dalam koordinat adalah Inmendagri No. 26 tahun 1997

geografi datum WGS 1984 dan UTM 49S. tentang jalur hijau mangrove dan

Proses pembentukan model spasial Keppres No. 32 tahun 1990 tentang

banjir rob dilakukan dengan Pengelolaan Kawasan Lindung. Dalam

menggunakan metode spatial analyst peraturan tersebut antara lain

dengan tools raster calculator yang disebutkan bahwa lebar jalur hijau

terdapat pada software ArcGis. Proses ditetapkan 130 kali nilai rata-rata pasang

pembuatannya menggunakan DEM surut.

Kabupaten Cilacap dan nilai muka air


Besarnya lebar jalur hijau mangrove 1 januari 2018 hingga 31 Desember 2018.

menurut Keppres tersebut adalah: Informasi pasang surut mengenai

B = 130 x P karakteristik pasang surut dapat

Dimana P adalah kisaran pasang diperoleh setelah melakukan analisis

surut, sedangkan angka 130 berasal dari harmonik pasang surut. Analisis

produksi organik hutan mangrove. harmonik pasang surut yang dilakukan

HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap data pasang surut dengan

Data pasang surut harian selama periode waktu 1 tahun. Hasil analisis

24 jam yang didapatkan dari BMKG data didapatkan konstanta pasang surut

Kabupaten Cilacap dalam kurun waktu di pesisir Cilacap (Tabel 1).

Tabel 1. Konstanta Pasang Surut


Konstanta Periode Amplitudo Fase
M2 12.4206 0.508421035 172.2263587
S2 12 0.253397142 27.33882522
N2 12.6582 0.101635431 164.7667117
K2 11.9673 0.054586616 172.2263587
K1 23.9346 0.18504779 175.2254668
O1 25.8194 0.107889823 180.1791542
P1 24.0658 0.051635336 194.756948
M4 6.2103 0.002409256 165.7836962
MS4 6.1033 0.009554675 255.9582303

Karakteristik pasang surut perairan pasang surut di pesisir Cilacap yaitu

dapat diketahui dengan menggunakan sebesar 0,42. Nilai formzahl (F) berada

bilangan formzahl (Mahatmawati et al., pada 0,25 < F < 1,50 menunjukkan

2009). Hasil perhitungan karakteristik karakteristik pasang surut di Perairan


Cilacap yaitu pasang surut campuran hari-hari lainnya (Triadmodjo, 2012).

condong harian ganda (mixed tide, Nilai perhitungan muka air tertinggi

prevailing semidiurnal). (HHWL) pada Perairan Kabupaten

Mean Sea Level (MSL) adalah muka Cilacap adalah 2.978 m. Sedangkan

air rerata antara muka air tertinggi rerata muka air terendah (LLWL) adalah muka

dan muka air terendah rerata. Elevasi ini air terendah pada saat pasang surut

digunakan sebagai referensi elevasi di purnama atau bulan mati (Triadmodjo,

daratan (Triadmodjo, 2012). Muka laut 2012). Nilai pehitungan muka air

rata-rata (MSL) dapat digunakan sebagai terendah (LLWL) pada Perairan

acuan referensi tinggi (Pariwono, 1989). Kabupaten Cilacap adalah 0,671 m.

Nilai perhitungan (MSL) pada Perairan Kenaikan muka air laut di Pesisir

Kabupaten Cilacap adalah 1,821 m. Cilacap pada tahun 2018 menggunakan

Muka air tinggi tertinggi (HHWL), data pasang surut dari BMKG

yaitu muka air tertinggi pada saat Kabupaten Cilacap mengalami fluktuasi

pasang surut purnama atau bulan mati. setiap bulannya (Gambar 1).

Pada saat bulan purnama atau bulan


y = 9E-05x4 - 0.0026x3 + 0.0234x2 - 0.0689x + 1.8627
1.9 R² = 0.6334
mati, posisi bumi-bulan-matahari berada
1.88
1.86
pada satu garis lurus, sehingga gaya
1.84
MSL

tarik bulan dan matahari terhadap bumi 1.82


1.8
saling memperkuat. Dalam keadaan ini 1.78
1.76
terjadi pasang besar, dimana tinggi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
pasang surut sangat besar dibanding
Berdasarkan (Gambar 1) kenaikan muka sebesar 0,6334, sehingga dapat

air laut di Pesisir Cilacap mengalami disimpulkan bahwa garis regresi berada

dinamika dengan nilai terendah pada pada tingkat lemah atau tidak sempurna.

bulan November sebesar 1.770 m dan Hal ini dapat dipengaruhi oleh

nilai terbesar yaitu pada bulan Agustus pengamatan yang terlalu singkat yaitu

sebesar 1.883 m. Hasil analisis regresi hanya menggunakan data pasang surut

polinomial terhadap data MSL di Pesisir selama 1 tahun.

Cilacap menggunakan data pasang surut


Fenomena kenaikan muka air laut
bulanan tahun 2018 menunjukkan
mengakibatkan genangan air pada
adanya fluktuasi pada setiap bulannya.
wilayah pesisir yang memiliki elevasi
Dari persamaan regresi tersebut
yang relatif rendah (Mubarak, 2014).
kemudian didapatkan nilai R2 sebagai
Artinya daerah pesisir Cilacap yang
pengukuran seberapa baik garis regresi
memiliki ketinggian dibawah atau sama
mendekati nilai data asli yang dibuat
dengan nilai HHWL yaitu 2,978 m
model. Jika R2 sama dengan 1, maka
berpotensi mengalami genangan air.
angka tersebut menunjukkan garis
Wilayah yang berpotensi tergenang oleh
regresi yang sesuai dengan data secara
banjir pasang surut berdasarkan nilai
sempurna (Cahyadi et al, 2016). Dari hasil
HHWL diperlihatkan pada (Gambar 2).
persamaan tersebut didapatkan nilai R2
Gambar 2. Peta Potensi Genangan Banjir Pasang Surut Pesisir Cilacap

Peta potensi genangan banjir menunjukkan potensi genangan banjir

pasang surut di Pesisir Cilacap disusun pasang surut menggunakan nilai HHWL

dengan menggunakan Digital Elevation di Pesisir Cilacap menunjukkan seluruh

Model (DEM) dan nilai muka air tertinggi wilayah kecamatan yang berbatasan

(HHWL) dengan metode spasial analisis langsung dengan laut terkena dampak

menggunakan tools raster. Dalam hal ini dari banjir pasang surut. Daerah yang

genangan yang terjadi akibat banjir memiliki potensi tergenang oleh banjir

pasang surut hanya berdasarkan nilai pasang surut meliputi Kecamatan

HHWL saja, tanpa adanya faktor Cilacap Selatan, Cilacap Utara,

lainnya. Berdasarkan (Gambar 2)


Kesugihan, Adipala, Binangun serta Berdasarkan (Tabel 2), potensi

Kecamatan Nusawungu. genangan yang disebabkan oleh banjir

Kenaikan muka air laut berpotensi pasang surut di Pesisir Cilacap yaitu

mengakibatkan adanya genangan akibat sebesar 244,99 ha dengan menggenangi 6

banjir pasang surut terutama pada Kecamatan meliputi Kecamatan Cilacap

daerah Pesisir Cilacap yang berbatasan Selatan dengan luas genangan sebesar

langsung dengan laut serta memiliki 23,28 ha, Cilacap Utara dengan luas

elevasi yang landai. Luas lahan yang genangan sebesar 3,22 ha, Kesugihan

memiliki potensi genangan akibat banjir dengan luas genangan sebesar 58,40 ha,

pasang surut dapat meluas seiring Adipala dengan luas genangan sebesar

dengan naiknya muka air laut (Tabel 2) 59,48 ha, Binangun dengan luas

Tabel 2. Luas Daerah Berpotensi genangan sebesar 41,58 ha dan


Tergenang Banjir Pasang Surut
N Kecam Luas Jangk Luas Kecamatan Nusawungu memiliki
o atan Kecam auan Gena
atan Genan ngan genangan sebesar 21,90 ha. Jangkauan
(ha) gan (ha)
(m) genangan banjir pasang surut pada
1 Cilacap 1721,0 18,5 - 23,28
Selatan 5 352,3 pesisir Cilacap tiap Kecamatan berbeda,
2 Cilacap 2968,9 31.3 – 3.22
Utara 6 126,1 dengan jangkauan terendah di
3 Kesugi 4192,7 28,6 – 59,48
han 8 823,2 Kecamatan Adipala sebesar 18,3 m dan
4 Adipal 7458,3 18,3 – 95,53
a 2 271,2 jangkauan terjauh di Kecamatan
5 Binang 5378,8 16,8 – 41,58
un 1 30,7 Kesugihan 823,2 m. Banjir pasang surut
6 Nusaw 6701,4 19,3 – 21,90
ungu 0 62,6 yang terjadi pada bulan Juni tahun 2018
Total 244,99
di pesisir Cilacap berdasarkan laporan
BPBD Kabupaten Cilacap luasannya Genangan yang terjadi akibat banjir

mencapai 550 ha. Sedangkan hasil pasang surut dapat menggenangi

penelitian didapatkan luasan potensi penggunaan lahan (land use) wilayah

genangan sebesar 244,99 ha. Hal ini di Pesisir Cilacap. Berdasarkan (Tabel 3),

indikasikan karena model genangan penggunaan lahan yang terdampak

banjir pasang surut dalam penelitian ini paling luas adalah sawah yaitu

hanya menggunakan nilai HHWL tanpa berpotensi terdampak sebesar 122,65 ha,

memperhatikan faktor lainnya. ladang berpotensi terdampak sebesar

Hasil overlay antara peta potensi 6,43 ha, kebun berpotensi terdampak

genangan banjir pasang surut dengan sebesar 0.19 ha dan jalan berpotensi

peta penggunaan lahan di Pesisir Cilacap terdampak sebesar 2,10 km.

digunakan untuk mengetahui luasan Dampak genangan banjir pasang

serta panjang penggunaan lahan yang surut di Pesisir Cilacap pada masa yang

berpotensi mengalami dampak dari akan datang akan lebih besar dengan

genangan banjir pasang surut (Tabel 3). asumsi adanya faktor kenaikan muka air

Tabel 3. Potensi Luas Lahan Terdampak laut meningkat secara konstan. Tingkat
Banjir Pasang Surut
No Jenis Potensi kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir
Penggunaan Terdampak
Lahan pasang surut di berbagai daerah
1 Sawah 122,65 ha
mungkin akan berbeda tergantung pada
2 Ladang 6,43 ha
3 Kebun 0.19 ha daya dukung kawasan atau kapasitas
4 Jalan 2,10 km
dari ekosistem pesisir serta adaptasi
terhadap banjir pasang surut (Mubarak, (protected area). Dalam kontek kawasan

2014). penyangga pantai, dimaksudkan sebagai

Dalam Kepres 32 tahun 1990, kawasan (jalur) yang berfungsi sebagai

tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, perlindungan terhadap keutuhan pantai

dijelaskan bahwa kawasan penyangga dan atau pesisir. Jalur penyangga ini

pada dasarnya merupakan buffer yang dapat berupa komunitas vegetasi pantai

berfungsi sebagai perlindungan dan mangrove. Peta Jalur hijau pesisir

terhadap kawasan yang dilindungi cilacap disajikan pada (Gambar 3).

Gambar 3. Peta Jalur Hijau Pesisir Cilacap

Potensi genangan banjir pasang surut digunakan sebagai dasar dalam

dan nilai kisaran pasang surut pembuatan peta jalur hijau Pesiir
Cilacap. Luasan jalur hijau Pesisir (mixed tide, prevailing semidiurnal)

Cilacap yaitu sebesar 292,75 ha. Lebar artinya dalam sehari terjadi dua

jalur hijau diperoleh dari perhitungan kali pasang dan dua kali air surut

konstanta 130 x kisaran pasang surut, dengan tinggi dan periode yang

dalam hal ini yaitu nilai HHWL dan berbeda. Kenaikan muka air laut

LLWL. Hasil dari perhitungan tersebut Cilacap mengalami fluktuasi

didapatkan lebar jalur hijau pesisir setiap bulan

sebesar 237,18 m yang merupakan nilai 2. Pesisir Kabupaten Cilacap

optimal dari jalur hijau di Pesisir Cilacap. berpotensi mengalami genangan

Penerapan jalur hijau tersebut banjir pasang surut pada wilayah

berdasarkan jauh jangkauan genangan Kecamatan yang berbatasan

banjir pasang surut pada wilayah Pesisir langsung dengan laut dan muara

Cilacap dengan mengikuti pola potensi sungai.

genangan banjir pasang surut. Wilayah 3. Lebar jalur hijau optimal di Pesisir

dengan jangkauan genangan banjir Cilacap sebesar 237,18 m Luasan

pasang surut lebih dari 237,18 m jalur hijau di Pesisir Kabupaten

diterapkan model lebar jalur hijau Cilacap sebesar 292,75 ha. Jenis

optimal. dan kebutuhan tanaman pada

KESIMPULAN jalur hijau ditentukan dengan

1. Pesisir Kabupaten Cilacap memperhatikan keberadaan

mempunyai karakteristik pasang tanaman tersebut di lokasi atau

surut condong harian ganda


tanaman yang adaftif dengan Bakti, I.M. 2010. Kajian Sebaran Potensi
Rob Kota Semarang Dan Usulan
lingkungan setempat. Penanganannya. Tesis. Universitas
Diponegoro. Semarang. 107 hal.
SARAN Beatley T, Browser DJ., and Schwab A.K.
2002. An Introduction To Coastal
Model genangan banjir pasang Zonemanagement Second Edition,
Chapter-1 pp.1-12. Island Press.
surut pada penelitian ini hanya
Bengen, D.G and I.M. Dutton. 2004.
berdasarkan nilai HHWL. Keakuratan Interaction Mangroves, Fisheris
And Forestry Management In
penelitian ini ditentukan oleh kualitas Indonesia. 632-653.

data dan jumlah data yang digunakan. Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis
Pengenalan Dan Pengelolaan
Oleh karena itu, data yang digunakan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir Dan Lautan.
harus menjadi perhatian utama dalam IPB. Bogor.
Cahyadi., M.J, Lalu., Aryasandah. 2016.
penelitian serupa. Studi Kenaikan Muka Air Laut
Menggunakan Data Satelit
Altimetry Jason-1 (Studi Kasus :
DAFTAR PUSTAKA
Perairan Semarang). Jurnal Geoid.
Vol. 11. No.2.
Asiseh, N dan Apriansyah. 2016.
Penentuan Chart Datum Diposaptono, S., Budiman, Dan Firdaus,
Berdasarkan Pergerakan Bumi, A. 2009. Menyiasati Perubahan
Bulan Dan Matahari Menggunakan Iklim Di Wilayah Pesisir Dan Pulau
Periode Satu Bulan, Satu Tahun, - Pulau Kecil. Penerbit Buku Ilmiah
8,85 Tahun dan 19 Tahun. Prisma Populer, Bogor.
Fisika, Vol. IV, No. 03. ISSN : 2337-
Ellison, J.C. 1993. Mangrove Retreat With
8204.
Rising Sea-Level, Bermuda.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Estuarine, Coastal And Shelf Science
Cilacap. 2018. Laporan Kejadian 37: 75–87.
Bencana Gelombang Pasang di
Environmental Justice Foundation . 2006.
Kecamatan Adipala, Binangun,
Mangroves: Natures Defence
Nusawungu dan Cilacap Selatan
Against Tsunamis-A Report On
Kabupaten Cilacap. Laporan
Kejadian bencana. BPBD The Impact Of Mangrove Loss and
kabupaten Cilacap. 3 Hal. Shrimp Farm Development On
Coastal Defences. Environmental Helmi, M., I, Febriansyah., A,A,D, S.
Justice Foundation, London, UK. 2012. Kajian Kerentanan Pantai Di
Pesisir Kabupaten Cilacap, Jawa
Gornitz., V.P dan Kanciruk. 1989. Tengah. Journal Of Oceanography. 1
Assement Of Global Hazards From (2): 139-148.
Sea Level Rise. Proceedings Of
Sixth Symponium On Coastal And Hilmi, E., A.S. Siregar, L., Febriani, R.
Ocean Management ASCE. Novaliani, S. A. Amir, dan A.D.
Charleton, SC. 14 Hal. Syakti. 2015. Struktur Komunitas,
Zonasi Dan Keanekaragaman
Grigg, R.W., and Epp, D. 1989. Critical Hayati Vegetasi Mangrove Di
Depth For The Survival Of Coral Segara Anakan Cilacap. Omni-
Islands: Effects On The Hawaiian Akuatika. 11 (2); 20-32.
Archipelago. Science. 243: 638-641.
Hilmi, E., dan Parengrengi. 2012. Strategi
Hamidah A.I., Subagyo W.H. 2017. Konservasi Mangrove Dalam
Pemodelan Bahaya Banjir Rob di Mengurangi Dampak Bencana Di
Kawasan Pesisir Surabaya. Spectra, Pesisir . Jurnal Pembangunan
Nomor 30 Volume XV : 45 – 56. Pedesaan. Volume 12 Nomor 2,
Desember 2012, hal 70-79.
Hariyanto, 2006. Inventarisasi Asset
Pemkot Surabaya Dengan Metode Ilahude, A.G. 1999. Pengantar
Sistem Informasi Geografis (Studi Oseanologi Fisika. P30 LIPI.
Kasus : Kelurahan Keputih Kecamatan Jakarta.
Sukolilo). Skripsi. Teknik
Geomatika, Institut Teknologi Intergovernment Panel On Climate
Sepuluh November. Surabaya. Chang (IPCC). 2001. Climate
Change 2001 : Summary For
Haryono., dan Sri Narni. 2004.
Policymakers. Wembley. IPCC
Karakteristik Pasang Surut Laut di
Plenary. XVII. United Kingdom.
Pulau Jawa. Forum Teknik. Jurusan
Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Irwansyah, E. 2013. Sistem Informasi
UGM. Yogyakarta. 28 (1) : 4. Geografis : Prinsip Dasar Dan
Hastho, W., Sorja, K., & Yunianto, M, Pengembangan Aplikasi. Digibook.
2012. Analisa Sea Level Rise Data Yogyakarta.
Satelit Altimetri Topex/Poseidon, Isdaharti., R. Suwandi., A. Afandi.,
Jason-1 dan Jason-2 Di Perairan Arsyad., A. Slolikhin. Pengelolaan
Laut Jawa Periode 2000 - 2010. Solo. Pesisir Berbasis Masyarakat Dalam
FMIPA. Universitas Sebelas Maret. Pengurangan Resiko Bencana
Hastuti, A.W. 2012. Analisis Kerentanan (Studi Kasus Kabupaten Lombok
Pesisir Terhadap Kenaikan Muka Air Barat). Working Paper PKSPL-IPB.
Laut Di Selatan Yogyakarta. Skripsi. ISSN: 2086-907.
Institut pertanian bogor. Bogor, 64
Hal.
Kariada T.M., N., dan A. Irsadi. 2014. sebuah catatan tentang payau
Peranan Mangrove Sebagai bakau dan pengelolaannya.
Biofilter Pencemaran Air Wilayah Prosiding III Diskusi Panel Daya
Tambak Bandeng Tapak, Guna dan Batas Lebar Jalur Hijau
Semarang. Jurnal Manusia Dan Mangrove. Panitia Nasional
Lingkungan 21 (2); 188-194. Program MAB Indonesia LIPI,
Jakarta.
Karminarsih E. 2007. Pemanfaatan
Ekosistem Mangrove Bagi Kumar, D.P.K. 2006. Potential
Minimasi Dampak Bencana Di Vulnerability Implications of Sea
Wilayah Pesisir. JMHT 8 (3): 182- Level Rise for The Coastal Zones of
187. Chocin, Southwest Coast of India.
Environmental Monitoring and
Kasbullah, A.A., dan Marfai, M.A. 2014. Assessment, 123, 333-344.
Pemodelan Spasial Genangan
Banjir Rob Dan Penilaian Potensi Kusmana C., Wilarso S., Hilwan I.,
Kerugian Pada Lahan Pertanian Pamoengkas P., Wibowo C.,
Tiryana T., Triswanto A., Yunasfi.,
Sawah Padi Studi Kasus Wilayah
Pesisir Kabupaten Pekalongan Hamzah. 2003. Teknik Rehabilitasi
Jawa Tengah. Jurnal Geoedukasi. Mangrove. Bogor: Fakultas
Volume III Nomor 2. 83-91. Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Keppres No. 32 Tahun 1990 Mengenai Mahatmawati, A.D., M, Efendy., A.D,
Pengelolaan Kawasan Lindung. Siswanto. 2009. Perbandingan
Khusuma, F.H. 2008. Analisis Harmonik Fluktuasi Muka Air Laut Rerata
Dengan Menggunakan Teknik (MLR) Perairan Pantai Utara Jawa
Kuadrat Terkecil Untuk Penentuan Timur Dengan Perairan Selatan
Komponen-Komponen Pasut Di Jawa Timur. 2 (1). Issn: 1907-9931.
Perairan Dangkal Dari Data
Topex/Poseidon. Program Studi Marfai MA., and King L., 2008. Potential
Teknik Geodesi Dan Geomatika vulnerability implication of coastal
Fakultas Ilmu Dan Teknologi inundation due to sea level rise for
Kebumian Institut Teknologi the coastal zone of Semarang City.
Bandung. Bandung. Indonesia Environmental Geology.
DOI 10.1007/s00254-007-0906-4. 11.
Kirana, R.C., Supriharjo, R.D. 2013.
Mitigasi Bencana Banjir Rob Di Marfai, M.A., Yulianto, F., Hizabron,
Jakarta Utara. Jurnal Teknik Pomits. D.R,; Ward, P. dan Aerts. 2009.
2(1): 25-30. Preliminary Assessment and
Modeling The Effects of Climate
Koeswadji H., Mukono J., Soegiyanto., Change on Potential Coastal Flood
Laksminiwati E. 1986. Batas Lebar Damage in Jakarta. Laporan
Jalur Hijau Hutan Mangrove : Kerjasama Penelitian. Vree
University Amsterdam dan Nicholls, R.J., Tol, R.S.J., dan Hall, J.W.,
Universitas Gadjah Mada. 2007, Assessing Impacts And
Responses To Global-Mean Sea-
Martinelli, L., B. Zanuttigh., and
Level Rise. In: Schlesinger, M.E.,
Corbau,C., 2010, Assessment Of
Kheshgi, H.S., Smith, J., de la
Coastal Flooding Hazard Along
Chesnaye, F.C., Reilly, J.M., Wilson,
The Emilia Romagna Littoral, IT:
T., Kolstad, C. (Eds.), Human-
Coastal Engineering, v. 57, p 1042–
induced climate change.
1058.
Cambridge University Press, p 119–
Molenaar, A., 2008, Rotterdam 134.
Waterplan Transition in Urban
Ongkosongo, O. S. R. 1989. Penerapan
Water Management. Rotterdam:
Pengetahuan dan Data Pasang-
Public Works, Water Management
Surut Dalam Pasang-Surut, Pusat
Dept., Dutch.
Penelitian dan Pengembangan
Mubarak. 2014. Analisis Kenaikan Muka Oseanologi-LIPI. Jakarta : 241-254.
Air Laut Dan Rawan Genangan Di Ongkosongo, O. S. R., dan Suyarso. 1989.
Wilayah Pesisir (Kasus Utara Pulau Pasang Surut. Lembaga ilmu
Bengkalis). Jurnal Kajian pengetahuan Indonesia (LIPI).
Lingkungan, 2 (1): 116-126. Pusat pengembangan osesanografi.
Jakarta. 257 Hal.
Musrifin. 2011. Analisis Pasang Surut
Perairan Muara Sungai Mesjid Pariwono, J.I. 1989. Kondisi Pasang Surut
Dumai. UNRI. Jurnal Perikanan dan Di Indonesia . Pus.Penel. Pengem.
Kelautan. 16 (1) : 48-55. Osean. Jakarta.

Mustono. 2016. Prediksi Model Perubahan Prahasta, E. 2001. Konsep-Konsep Dasar


Zonasi Spesies Lamun Berdasarkan System Informasi Geografis.
Variasi Kedalaman Sebagai Isu Informatika. Bandung. 57 Hal.
Kenaikan Muka Air Laut Di Pulau Prahasta, E. 2002. System Informasi
Barrang Lompo Kepulauan Spermonde
Geografis: Tutorial Arcview. CV
Kota Makassar. Skripsi. Sekolah Informatika. Bandung.
sarjana Ilmu Kelautan Fakultas
Ilmu Kelautan Dan Perikanan Prahasta, E. 2004. Konsep-konsep dasar
Universitas Hasanuddin, system informasi geografis.
Makassar. Penerbit Informatika. Bandung.
Nicholls and Maimura., 1998. Analysis of Prasetyo, A, A., Zakaria, A., Welly, M.
global impacts of sea level rise : a 2016. Analisa Kesalahan
case study of flooding. Phys Chem Pemodelan Data Pasang Surut
Earth A/B/C 27:1455-1466. DOI Stasiun Tanjung Priok. JRSDD.
10.1016/ S1474-7065(02)00090-6. Fakultas Teknik. Universitas
Lampung. 4 (3) : 423-434.
Pratiwi, D.R. 2011. Adaptasi Penataan Bitung Sulawesi Utara.. Jurnal
Ruang Terhadap Resiko Kenaikan Ilmiah Platax. 1(3): 118:124.
Muka Air Laut (Sea Level Rise) Di
Jakarta Utara. Jurnal Perencanaan Rawi, S., 1994, Pengolahan Data Pasang
Wilayah dan Kota. 22(2): 129-144. Surut, Kursus Intensif Oseanografi
Bagi
Pujiastuti, Ratih. 2015. Pengaruh Land Perwira TNI AL, Institut Teknologi
Subsidance terhadap Genangan Banjir Bandung, Bandung.
dan Rob di Semarang Timur. Rositari, Ricky., Wahyu, B.S., Indarto,
Semarang. Jurnal Media Komunikasi H.S., Hasanudin., Bayu. P. 2011.
Teknik Kajian dan prediksi kerentanan
Sipil. Volume 21, No.1. pesisir terhadap perubahan iklim:
Quartel S., A Kroon,, PGEF Augustinus., Studi kasus di pesisir Cirebon.
P Van Santen., NH Tri. 2007. Wave Jurnal ilmu dan teknologi kelautan
Atenuation In Coastal Mangroves tropis. 3 (1); 52-64.
In The Red River Delta, Rusdianti, K., dan S. Sunito. 2012.
Vietnam.Journal Of Asian Earth Konvensi Lahan Hutan Mangrove
Science 29 (4): 576-584. Serta Upaya Penduduk Lokal
Dalam Merehabilitasi Ekosistem
Rachmawati, D., I. Setyobudiandi., E. Mangrove. Jurnal Sosiologi Pedesaan.
Hilmi, 2014. Potensi estimasi 1-17.
karbon tersimpan pada vegetasi
mangrove wilayah pesisir muara Santoro, D., Yamin, M.,Mahrus, M. 2019.
Gembong Kabupaten Bekasi. Omni- Penyuluhan Tentang Mitigasi
Akuatika. 13 (19); 85-91. Bencana Tsunami Berbasis Hutan
Mangrove Di Desa Ketapang Raya
Radjawane, I.M., S Hadi., A Krishnasari. Kecamatan Keruak Lombok Timur.
2009. Identifikasi Kerentanan Jurnal Pengabdian Magister
Pesisir terhadap Kenaikan Muka Pendidikan IPA 2019, (1) 2 : 12-16.
Laut di Jakarta Utara. Kenaikan
Muka Laut Relatif dan Kerentanan Sarbidi, 2002. Pengaruh Rob pada
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Pemukiman Pantai (kasus
Kecil di Indonesia: Status Report Semarang). Prosiding Kerugian
Hasil-hasil Penelitian, BRKP, pada Bangunan dan Kawasan
Jakarta. Akibat Kenaikan Muka Air Laut
pada Kota-kota Pantai di Indonesia,
Rahmstorf, S. 2007. Sea-Level Rise: A Semi- Jakarta.
Empirical Approach to Projecting
Future. Science. 315: 368–370. Sarkawi, D. 2011. Pengaruh Pemanasan
Global Terhadap Perubahan Iklim.
Rampengan, R. 2013. Amplitudo Jurnal Cakrawala. Vol. Xi. No. 2.
Konstanta Pasang Surut M2, S2, K1,
dan O1 Di Perairan Sekitar Kota Setiawan, Ahmad Dwi, Ari Susilowati.,
Sutarno. 2002. Biodiversitas
Genetik, Spesies dan Ekosistem Susanta, G., dan Sutjahjo, H. 2007.
Mangrove di Jawa. Petunjuk Akankah Indonesia Tenggelam
Praktikum Biodiversitas: Studi Akibat Pemanasan Global?.
Kasus Mangrove. UNS Press. Penebar Plus, Jakarta. 26 Hal.
Semarang.
Syetiawan. 2014. Pengembangan
Setiyono, H. S, Sukmaningrum. D, Haryo
Aplikasi Pengolah Komponen
dan Tri W.W. 1994. Laporan
Harmonik Pasut Berbasis Web.
penelitian isu kenaikan muka air
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 20
laut global pada pesisir pulau jawa.
No.2: 95-102.
Studi kasus di tiga kota besar
(Jakarta, Semarang dan Surabaya). Tarhadi., Indrayanti. E., Anugroho. A. A.
Pusat Studi Lingkungan Hidup. 2014.Studi Pola dan Karakteristik
Lembaga Penelitian UNDIP. Arus Laut Di Perairan Kaliwungu
Semarang. Kendal Jawa Tengah Pada Musim
Setyawan, W.B. 2010. Prediksi Dampak Peralihan I. Jurnal Oseanografi.
Kenaikan Muka Laut Terhadap Jurusan Ilmu Kelautan. UNDIP. 3
Ekosistem Mangrove Di Kawasan (1) : 16-25.
Pesisir Utara Pulau Jawa. Makalah.
Tawas, H., Tangkudung. H., Mamoto. J.
Seminar Nasional Basic Science VII D. 2013. Analisis Karakteristik
"Eco-Friendly Technology and Gelombang Pecah Terhadap
Policy On Industrial And Regional Perubahan Garis Pantai Di Atep
Planning For Mitigation Of Climate Oki. Fakultas Teknik, Jurusan
Change", Malang. I : 338-346. Teknik Sipil. Universitas Sam
Ratulangi Manado. Jurnal Sipil
Soemarno. 1986. Peranan Jalur Hijau Statik. 1 (12) : 784-796.
Mangrove Terhadap Pelestarian
Sumberdaya Perikanan. Diskusi Tomlison, P.B. 1986. The Botany of
Panel Jalur Hijau, Ciloto. Mangrove. London : Cambridge
University Press.
Subardjo, P. 2014. Luas Area Genangan
Banjir Pasang Pada Kawasan Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai.
Pemukiman Di Kecamatan Sayung, Universitas gajah mada.
Kabupaten Demak Provinsi Jawa Yogyakarta. Hal 99-101.
Tengah. Jurnal Oseanografi. Volume Triatmodjo, B. 2012. Perencanaan
3. Nomor 4. Halaman 575. Bangunan Pantai. Beta Ofsett,
Supriharyono,. 2002. Pelestarian dan Yogyakarta. 327 Hal.
Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wibawa, E.A., Wahyudi. K. Sambodho.
Wilayah Pesisir Tropis. Cetakan ke- Studi Naiknya Muka Air Laut Di
2. PT Gramedia Pustaka Utama. Kawasan Pesisir Semarang.
Jakarta. Fakultas Teknik Kelautan. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Wyrtki, 1961. Physical Oceanography Of
Southeast Asian Waters. La Jolla
University Of California,
California: 195 Hal.

Yualelawati, E., dan Syihab, U.


(2008).Mencerdasi Bencana.
Jakarta: PT. Grasindo.
Yuvaraj, E., K. Dharanirajan, S.
Jayakumar, Saravanan, dan J.
Balasubramaniam. 2017.
Distribution and zonation pattern
of mangrove forestin shoal bay
creek, Andaman Islan. Indian
Journal of Geo Marine Sciences. 46 (3);
597-604.
Zawadzka, E.2008. Potential
Implications Of Sea-Level Rise For
Poland: Journal Of Coastal Research,
v. 24 (2), p 410–422.

Anda mungkin juga menyukai