Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS GENANGAN BANJIR AKIBAT LUAPAN

BENGAWAN SOLO UNTUK MENDUKUNG PETA RISIKO


BENCANA BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO

Asep Sulaeman1, Ery Suhartanto2, Sumiadi2


1
Balai Litbang Sungai, Puslitbang Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya
Email: mangasepsule@yahoo.co.id, erysuhartanto@yahoo.com

ABSTRAK: Jumlah kejadian banjir di kabupaten Bojonegoro sebanyak 105 kejadian dari
kurun waktu 1815 sampai dengan 2016 (BNPB, 2016). Kejadian banjir di Bojonegoro
umumnya diakibatkan oleh luapan Bengawan Solo. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisi
genangan banjir di Kabupaten Bojonegoro akibat terjadinya luapan air dari Bengawan Solo.
Simulasi model genangan banjir dilakukan dengan model 1D/2D menggunakan software HEC
RAS versi 5.03. Sedangkan untuk anali-sa daerah terdampak menggunakan ARC GIS 10. Hasil
dari studi didapatkan bahwa luas genangan ha-sil simulasi pada masing-masing kala ulang di
Kabupaten Bojonegoro adalah 250,33 km2, untuk debit dengan kala ulang 100 tahun. Berturut-
turut luas genangan simulasi di Kabupaten Bojonegoro untuk debit kala ulang 50, 20, 10, 5, 2
tahun adalah 246,37 km2, 240,62 km2, 225,69 km2, 169,23 km2, dan 126,48 km2. Tingkat
ancaman banjir banjir di Kecamatan Kanor, Malo dan Trucuk memiliki tingkat ancaman tinggi
dengan nilai lebih dari 0,7 pada debit kala ulang 2 tahun sampai 10 tahun. Tingkat ancaman
pada daerah permukiman yang paling luas adalah di Kecamatan Bojonegoro.

Kata Kunci: Banjir, Genangan, HEC RAS 5, Tingkat ancaman banjir

ABSTRACT: The number of flood occurrences in Bojonegoro were 105 of the period 1815 to
2016 (BNPB, 2016). Flood in Bojonegoro is generally caused by the overflowing of Bengawan
Solo River. This study was conducted to analyze the inundation in Bojonegoro due to the
overflow of Bengawan Solo. Flood inundation model simulation performed by 1D / 2D model
using HEC RAS ver. 5.03 software. Then for the analysis of affected areas using ARC GIS 10
software. The results of the study found that the vast inundation of simulation results for each
return period in Bojonegoro is 250.33 km2, for return period of 100 years discharge. Extensive
inundation simulation in Bojonegoro for each return period of 50, 20, 10, 5, 2 years
discharges are 246,37 km2 240,68 km2, 22,69 km2, 16,23 km2, and 12,48 km2. The flood hazard
level in Kanor, Malo and Trucuk District have a high hazard with a value more than 0,7 on 2
years to 10 years discharges return period. The area which has the most extensive high hazard
level is in Bojonegoro District.

Keywords: Flood, inundation, HEC RAS 5, Flood hazard

Bencana banjir di Indonesia merupakan serta sekitar 3.441.075 orang mengungsi. Pada
bencana yang terus terjadi setiap tahun. rentang Januari-November 2016 terjadi
Menurut catatan BNPB (2016) kejadian banjir kejadian 713 banjir yang mengakibatkan
dari tahun 1825 Sampai dengan November 2.555.750 orang mengungsi dan menderita
2016 sebanyak 6915 kejadian yang merupakan serta 270.474 rumah teren-dam. Bencana
31,3 % kejadian bencana di Indonesia. banjir di provinsi Jawa Timur selama kurun
Bencana banjir selama kurun waktu itu waktu yang sama terjadi 929 kejadian, dengan
mengakibatkan sekitar 2.798 orang meninggal

146
Sulaiman dkk, Analisis Genangan Banjir Akibat Luapan Bengawan Solo 147

jumlah kejadian banjir di kabupaten dimensi dan kombinasi 1 dimensi dan 2


Bojonegoro sebanyak 105 kejadian. dimensi. Dalam program Hec Ras dapat
Didalam EXIMAP (2007) pengelola- dilakukan aliran dengan aliran tetap (steady
an bencana banjir yang efektif dan efisien flow) dan aliran tidak tetap (unsteady flow).
memerlukan pengetahuan tentang bahaya dan Tujuan tulisan ini adalah untuk
risiko yang ada di daerah aliran sungai. mengetahui luas dan kedalaman genangan
Informasi bahaya dan risiko banjir yang banjir di Kabupaten Bojonegoro akibat lua-pan
dibutuhkan antara lain tipe banjir, kemung- Bengawan Solo pada kejadian banjir dengan
kinan kejadian banjir, luas genangan banjir, kala ulang 2, 5, 10, 20, 50 dan 100 tahunan dan
kedalaman dan kecepatan banjir, serta tingkat mengetahui tingkat ancaman banjir di
kerusakan (kehidupan, properti dan aktivitas Kabupaten Bojonegoro yang terkena genangan
ekonomi). banjir.
Salah satu metode untuk membantu
pengelolaan banjir dilakukan dengan simulasi BAHAN DAN METODE
numerik. Simulasi numerik perkiraan banjir Bahan dan alat yang digunakan pada
tidak dapat langsung mendapatkan hasil yang penelitian ini adalah Personal komputer,
bagus karena genangan tergantung dari topo- Software HEC-RAS 5.03, Software Arc GIS
grafi dan itu berubah seiring waktu (Dina- 10, Software Microsoft office Words dan
mik). Hal ini membuat prediksi banjir men-jadi Excell.
lebih rumit dan memerlukan proses yang lama. Pengumpulan data dilakukan secara
Informasi banjir dengan tampilan visu-al sekunder yang meliputi data geometri sungai
membantu perencanaan lebih baik. Geo- Bengawan Solo dari Karangnongko sampai
graphic Information System (GIS) dapat Babat, yang bersumber dari BBWS Benga-wan
digunakan untuk menampilkan daerah banjir, Solo. Data topografi berupa Digital Elevation
dan juga digunakan untuk analisa peta Model (DEM) dengan grid 30 x 30 m,
genangan banjir untuk menghasilkan peta berumber data dari NASA SRTM. Data debit,
perkiraan kerusakan akibat banjir dan peta sumber data dari BBWS Bengawan Solo dan
risiko banjir (Hausmann dan Webber, 1998; Perum Jasa Tirta 1, Peta administrasi
Clark, 1998 dalam Goel, dkk. 2005). Untuk Kabupaten Bojonegoro, sumber data dari BIG
memperkirkan genangan banjir dengan debit (Badan Informasi Geografis).
kala ulang, penggunaan GIS harus dikombi- Pembuatan peta genangan banjir
nasikan dengan metode hidrologi/ hidraulika dilakukan dengan pendekatan hidraulika
(Goel, dkk. 2005). digabungkan dengan DEM untuk membatasi
Bates (2004) didalam Alho (2009) daerah yang terdampak banjir. Perhitungan
menyebutkan bahwa model hidraulik yang hidraulika dilakukan dengan menggunakan
dapat digunakan untuk pemetaan genangan data debit yang tercatat pada pos duga muka
banjir memerlukan empat tipe data masukan: air di Pos Karangnongko, Bojonegoro dan
(1) data topografi untuk membuat model Babat. Pembuaatan peta ancaman banjir
geometri; (2) data debit aliran baik untuk dilakukan dengan melakukan simulasi numerik
memberi kondisi batas masukan atau kelu- banjir 1 dimensi/2 dimensi (1D/2D) dengan
aran; (2) estimasi parameter kekasaran efektif bantuan software HEC-RAS versi 5.03.
pada grid; (4) data untuk validasi. Sanders Untuk memprediksi besaran luasan
(2007) masih didalam Alho mengemukakan genangan banjir dilakukan pada debit kala
bahwa DEM dari sumber online di Amerika ulang 2, 5, 10, 20, 50 dan 100 tahunan.
Serikat dan dites menggunakan model hi- Penentuan debit rancangan pada boundary
draulika 2D dengan jenis aliran steady dan hulu dilakukan dengan menggunakan data
unsteady dan menggunakan tinggi muka air, debit di stasiun pengamatan muka air
semakin data elevasi digital semakin kecil Karangnongko, yang dihitung dengan
presisinya maka normalnya luas genangan menggunakan analisa frekuensi distribusi
yang dihasilkan semakin besar dan hasil Gumbel, dengan analisis kesesuaian Chi
terbaik dapat diperoleh dengan menggunakan kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov. Debit
LiDAR-DTM. rancangan yang didapatkan kemudian
HEC-RAS versi 5.03 dapat diguna-kan dikonversi menjadi hidrograf dengan
untuk perhitungan hidraulik satu dimen-si, dua
148 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 8, Nomor 2, Nopember 2017, hlm 146 - 157

pendekatan distribusi hidrograf hasil dengan perangkat lunak Arc GIS 10. Kategori
pengamatan debit jam-jaman pada kejadian tingkat ancaman berdasarkan Peraturan Kepala
banjir 25 Desember 2007 sampai dengan 3 Badan Nasional Penanggu-langan Bencana
Januari 2008. (BNPB) No.2 Tahun 2012 tentang Pedoman
Hasil dari peta genangan diubah Umum Pengkajian Risiko Bencana, seperti
menjadi tingkat ancaman banjir secara spasial terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Indeks ancaman bencana banjir Tabel 2. Tingkat kinerja NSE


Kedalaman Kelas Nilai Bobot Skor Nash Sutcliffe Tingkat kinerja
(%) 0,75 < NSE < 1.00 Sangat Bagus
<0.76 Rendah 1 0,333 0,65 < NSE < 0,75 Bagus
0,76 – 1,5 Sedang 2 100 0,667 0,50 < NSE < 0,65 Memuaskan
>1,5 Tinggi 3 1,000 <0,50 Tidak memuaskan
Sumber: BNPB (2012) Sumber: SJRWMD

Kalibrasi hasil simulasi genangan Qsim i : nilai simulasi ke-i


dilakukan dengan membandingkan tinggi 𝑄 : rata-rata nilai pengukuran
muka air hasil pengaliran dengan tinggi muka
air di lapangan pada pos-pos pencatat tinggi Nilai NSE 1 mengindikasikan kese-
muka air seperti Pos Karangnongko, Pos suaian yang sempurna dan nilai 0
Bojonegoro dan Pos Babat seperti terlihat pada mengindikasikan bahwa model tidak
Gambar 1. menggambarkan bagian apapun dari varians
Untuk kalibrasi fenomena keluar awal (Mathevet dkk, 2006).
masuk aliran dianalisis juga kesamaan model Dari SJRWMD (2016) disebutkan
dalam mengalirkan debit di boundary hilir tingkat kinerja untuk koefesien efesiensi Nash-
yaitu dipos Babat. Sutcliffe ditampilkan pada tabel 2.
Dilakukan juga pembandingan Untuk menununjukan seberapa besar
pembandingan antara daerah genangan hasil varian antara dua variabel digambarkan dengan
simulasi dengan daerah genangan hasil kesesuaian linear.
pencatatan genangan banjir yang terjadi. kesesuaian linear ini digunakan
Kalibrasi dan evaluasi model hidro- koefesien korelasi Pearson kuadrat (r2) yang
logi dengan data hasil pengukuran dilakukan biasa disebut juga koefesien determinasi.
dengan menggunaka Nash-Sutcliffe efficiency Koefesien korelasi Perason kuadrat antara
(NSE). Indeks relatif Nash Sutcliffe dapat model dan pengukuran digunkana dengan
digunakan sebagai perbandingan kinerja model persamaan 4.
antara periode atau DAS. NSE didefinisikan
sebagai proporsi varians awal dengan membagi 2
 
ni1 ( x i  x )  ( y i  y )
r 2   
jumlah kuadrat errors (F) oleh varian awal
(Fo) yang dapat dilihat pada persamaan 1, 2
 n ( x  x ) 2  n ( y  y ) 2  (1)
dan 3.  i 1 i i 1 i 
𝑛
𝐹= 𝑖=1(𝑄𝑜𝑏𝑠 𝑖 − 𝑄𝑠𝑖𝑚 𝑖 )2 (1) Korelasi +1 terjadi pada hubungan
sempurna linear meningkat, dan -1 terjadi pada
hubungan linear menurun, serta nilai
𝑛
𝐹𝑜 = 𝑖=1(𝑄𝑜𝑏𝑠 𝑖 − 𝑄𝑜𝑏𝑠 )2 (2) diantaranya mengindikasikan tingkat hubungan
linear antara hasil model dengan pengukuran.
koefesien korelasi 0 berarti tidak ada hubungan
𝐹
𝐸 = 1− (3) linear antara variabel.
𝐹𝑜
Nilai kesesuaian perbandingan antara
dengan: area genangan hasil simulasi dengan hasil
E : nilai NSE pengukuran menurut beberapa peneliti seperti
Qobs i : nilai pengukuran ke-i Bates dan De Roo (2000), Aronica, dkk
(2002), Horritt (2006) dan Nadalal (2011)
Sulaiman dkk, Analisis Genangan Banjir Akibat Luapan Bengawan Solo 149

dalam Silva (2012), Sarhadi dkk (2012), Ali HASIL DAN PEMBAHASAN
dkk (2015), dan Silva (2016) menggunakan
persamaan 5. Pemodelan genangan banjir Bengawan
Solo dibangun dengan memasukan unsur
𝑆𝑜𝑏𝑠 ∩𝑆𝑚𝑜𝑑 geometri sungai, Digital Elevation Model
𝐹 % = × 100 (5)
𝑆𝑜𝑏𝑠 U 𝑆𝑚𝑜𝑑 (DEM) dataran banjir dan input data debit.
Pada simulasi banjir tahun 2007 geometri
sungai menggunakan geometri hasil
Dimana Sobs dan Smod adalah luasan pengukuran tahun 2007 sebelum kejadian
genangan hasil pengukuran lapangan dan luas banjir untuk segmen Cepu-Babat,
genangan hasil simulasi model serta F adalah disambungkan dengan geometri hasil
nilai kesesuaian model. pengukuran tahun 2010 dari Balai Sungai
Apabila overlay area genangan hasil sepanjang 153,164 km.
simulasi sama persis dengan area genangan DEM yang digunakan adalah DEM
hasil pengukuran, maka nilai kesesuiannya 100 SRTM grid 30 m yang didownload dari USGS
% (Silva, 2016) di website https://earthexplorer.usgs.-gov/.
Sebagai pambanding dilakukan juga Input debit merupakan debit pengukuran di
penilaian kesesuaian genangan hasil simulasi Pos Karangnongko dan Bojonegoro.
dan pengukuran lapangan dengan metode dari Elevasi dasar sungai di Karang-
Di Baldassarre (2009), yang dilakukan dengan nongko berada pada +22,461 m dan elevasi
menggunakan persamaan 6. dasar sungai di Babat pada elevasi -4,72 m.
𝐴−𝐵 Kemiringan rata-rata apabila ditinjau menjadi
𝐹= 𝐴+𝐵+𝐶
(6) dua segmen kemiringan dengan pembagian
berdasarkan letak pos duga muka air maka
A menunjukan luas area genangan didapatkan kemiringan dasar sungai Karang-
yang benar, antara model dan pengukuran nongko – Bojonegoro sebesar 0,0002 dan
sama-sama tergenang. B menunjukan kemiringan dasar sungai segmen Bojonegoro –
kesalahan model yang mengakibatkan Babat sebesar 0,0001. Potongan melintang
prediksinya berlebihan, hasil model sungai yang digunakan mempunyai lebar
sungai bervariasi dengan lebar rerata sekitar
menyatakan terg-nang tetapi hasil pengukuran
200 m.
lapangan tidak tergenang. C menunjukan ada
Debit sungai untuk kalibrasi model
daerah gena-ngan yang tidak ditunjukan oleh
genangan banjir digunakan hidrograf debit di
model sehingga prediksinya kurang, dengan
lokasi pos duga muka air Karangnongko,
hasil model menyatakan tidak tergenang tetapi
Bojonegoro dan Babat pada tanggal 25
hasil pengukuran menyatakan tergenang.
Desember 2007 – 03 Januari 2008. Masing-
Nilai kesesuaian berkisar antara 0
masing hidrograf dapat dilihat pada gambar 2.
sampai 1. Nilai kesesuaian mendekati 0 men-
Debit maksimum di pos
gindikasikan hasil overlay yang jelek antara 3
Karangnongko sebesar 2091 m /dt, debit
simulasi dan pengukuran.
maksimum di pos Bojonegoro sebesar 2508
Lokasi kajian berada di Wilayah Sub
m3/dt dan debit maksimum di pos Babat
DAS Bengawan Solo Hilir dengan luas 6.273
sebesar 1886 m3/dt. Debit yang terjadi di
km2, dengan analisa genangan banjir dila-
Bojonegoro apabila kala ulangnya dihitung
kukan pada segmen Karangnongko – Babat
berdasarkan distribusi Gumbel adalah debit
seperti terlihat pada Gambar 1.
kala ulang 8,4 tahun
Panjang sungai antara Karangnongko-
Debit input di Boundary hulu Pos
Babat 153,164 km dan analisa dampak
Karangnongko dan di Pos Bojonegoro
genangan dikhususkan di Kabupaten
digunakan hasil analisis distribusi Gumbel
Bojonegoro, Jawa Timur.
yang dapat dilihat pada Tabel 3.
150 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 8, Nomor 2, Nopember 2017, hlm 146 - 157

Pos Bojonegoro

Segmen simulasi
Genangan banjir
(Karangnongko-
Pos Babat

Pos Karangnongko

Daera analisa peta


ancaman banjir (Kab.
Bojonegoro)

Gambar 1. Lokasi kajian peta resiko bencana banjir


Sumber: Kepres No 12 Tahun 2012. Tentang Penetapan Wilayah Sungai

Distribusi yang menampilkan hidrograf di Pos DEM SRTM Bengawan Solo hilir
Karang-nongko untuk tiap kala ulang banjir yang digunakan mepunyai perbedaan elevasi
dan Gambar 5 yang menampilkan hidrogaf di yang signifikan dengan elevasi hasil
Pos Bojonegoro tiap kala ulang banjir. pengukuran geometri sungai. Perbandingan
beberapa titik menunjukan rata-rata elevasi
DEM lebih tinggi 5,06 m dibanding hasil
pengukuran. Untuk menggabungkan antara
DEM SRTM bantaran banjir dan DEM alur
sungai hasil pengukuran dilakukan penurun
elevasi DEM secara seragam terlebih dahulu.
Hal ini dilakukan juga sebagai
pendekatan untuk mengakomodir proses aliran
genangan model simulasi. Peta daerah
Gambar 2. Hidrograf banjir Bengawan Solo genangan banjir yang digunakan sebagai dasar
kejadian Desember 2007 perbandingan model adalah peta genangan
Sumber: BBWS Bengawan Solo banjir pada 28 Desember 2007 dari Balai Besar
River: BENGAWAN SOLO Reach: CEPU_BABAT RS: 82.4
Wilayah Sungai Bengawan Solo.
10 Legend

Stage (m)
Peta tersebut dilengkapi dengan
informasi daerah genangan dari BPBD
8
Bojonegoro dan juga wawancara dengan warga
lokal. Daerah Kabupaten Bojonegoro yang
6
tekena dampak banjir terdiri dari 15 kecamatan
Stage (m) (m3/s)

yang meliputi 127 Desa di sekitar Bengawan


4
Solo dengan luas genangan sesuai batas model
adalah 414,71 km2.
2

0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
Flow (m3/s)

Gambar 3. Rating curve pos Babat


Sumber: BBWS Bengawan Solo
Sulaiman dkk, Analisis Genangan Banjir Akibat Luapan Bengawan Solo 151

Tabel 3. Distribusi Gumbel debit tahunan 2. Hasil perhitungan nilai koefesien korelasi
maksimum Pearson kuadrat (r2) menunjukan juga
Debit di Debit di hubungan yang sangat bagus antara model dan
No. Periode Ulang Karangnongko Bojonegoro pengukuran dengan didapatkan nilai 0,95.
Tr (tahun) Qt (m3/dt) Qt (m3/dt) Perbedaan nilai antara simulasi dan model
1 2 1333 1883 dapat dilihat pada Gambar 7.a Pada gambar 7.a
2 5 1642 2316 tampak bahwa debit kecil perbedaannya cukup
besar, sedangkan pada debit besar nilai hasil
3 10 1847 2602
simulasi dan pengkuran dekat kepada garis
4 20 2050 2877 45o.
5 50 2299 3237 Dari Gambar 7.b dapat dilihat bahwa
6 100 2488 3502 trend hidrografnya tidak terlalu sama. Tren
Sumber: Hasil Perhitungan (2016) naik setelah debit mencapai 1400 m3/dt
menjadi melandai dan setelah mencapai debit
1500 m3/dt grafik naik dengan cepat mendekat
ke garis hasil pengamatan di lapangan.
Hasil Kalibrasi tinggi muka air (TMA)
di pos Karangnongko dengan nilai efisiensi
Nash-Sutcliffe didapatkan nilai 0,96. Nilai ini
masuk dalam kategori sangat bagus menurut
Tabel 2 dari SJRWMD.
Perhitungan korelasi Pearson kuadrat
didapat nilai 0,98. Hal ini berarti 98% TMA
nilai simulasi mampu menjelaskan TMA hasil
Gambar 4. Hidrogaf Banjir Rencana di pengukuran. Kesesuaian antara model dan
Stasiun Karangnongko pengukuran yang sangat bagus terjadi pada
Sumber: Hasil Perhitungan (2016)
TMA yang tinggi diatas 28 m.
Mengingat banjir terjadi pada kondisi
debit besar maka kesesuaian yang sangat bagus
pada TMA elevasi yang tinggi sangat cocok
untuk model. Nilai perbedaan antara hasil
simulasi dengan pengukuran dapat dilihat pada
gambar 8.a, tampak bahwa nilai yang berimpit
dengan garis 45o berada pada TMA besar
diatas 28 m.
Perbandingan tren TMA dapat dilihat
pada Gambar 8.b Dari perbandingan TMA
Gambar 5. Hidrogaf Banjir Rencana di tersebut tampak bahwa baik tren maupun nilai
Stasiun Bojonegoro TMA mempunyai kemiripan yang tinggi.
Sumber: Hasil Perhitungan (2016) TMA maksimum hasil pengukuran 31,80 m
Genangan banjir hasil simulasi akibat sedangkan TMA hasil simulasi sebesar 31,89
debit di hulu 2091 m3/dt dan adanya tambahan m.
debit di Bojonegoro sehingga debit yang Untuk perbandingan genangan banjir
tercatat di pos pengamatan sebesar 2535 m3/dt didasarkan pada luas dan sebarannya. Luas
mengakibatkan genangan banjir seluas 369,10 genangan banjir hasil simulasi adalah 369,104
km2 pada luasan yang dimodelkan dan km2. Sedangkan luas genangan hasil
kedalaman genangan bervariasi sampai dengan pengukuran sebesar 414,706 km2. Luas
4 m yang dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil genangan yang sama antara hasil model dan
kalibrasi debit di pos Babat dengan pengukuran Smod ∩ Sobs sebesar 320,654 km2
menggunakan Efisiensi Nash Sutchliffe atau sebesar 77,32 % .
didapat nilai E = 0,92. Daerah dengan luas 48,754 km2
Nilai tersebut termasuk kriteria sang-at dinyatakan simulasi sebagai area tergenang
bagus menurut kriteria SJRWMD pada Ta-bel padahal berdasarakan catatan pengukuran
merupakan daerah yang kering. Daerah hasil
152 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 8, Nomor 2, Nopember 2017, hlm 146 - 157

simulasi dinyatakan kering padahal hasil dan pengukuran lapangan F = 70,72 %. Nilai
pengukuran merupakan daerah yang tergenang kesesuaian luas genangan hasil simulasi model
seluas 98,349 km2. Luas gabungan antara sebesar 70,72 % termasuk dalam kriteria
model dan pengukuran (Smod U Sobs) adalah bagus. Nilai ini juga tidak jauh berbeda apabila
453,434 km2. dibandingkan dengan hasil penelitian yang
Dengan menggunakan persamaan 5 dilakukan sebelumnya yang meng-gunakan
dari Bates, didapatkan nilai kesesuaian model DEM dengan akurasi yang lebih baik.

Gambar 6. Nilai kedalaman maksimum genangan banjir Desember 2007 hasil simulasi.
Sumber: Hasil Analisis (2016)

2000
2.500

2.000
Debit Pengukuran (m3/s)

1500
Debit (m3/dt)

1.500

1000
1.000
450
500
500 TMA OBS
TMA SIM
0
06.00
06.00
06.00
24.00
21.00
15.00
09.00
03.00
21.00
15.00
09.00
03.00
21.00

0
0 500 1000 1500 2000

Debit Simulasi (m3/s) Waktu (jam)

(a) (b)
Gambar 7. a. Grafik kesesuaian debit hasil simulasi dan pengukuran di pos Babat
b. Hidrograf debit hasil simulasi dan pengukuran di pos Babat
Sumber: Hasil Perhitungan (2016)
Sulaiman dkk, Analisis Genangan Banjir Akibat Luapan Bengawan Solo 153

30
30
25

TMA Pengukuran (m)


20

TMA (m)
20
15
10 TMA Pengukuran
10
5 TMA Simulasi
450 0

24.00
06.00
09.00
12.00
09.00
06.00
03.00

21.00
18.00
15.00
15.00
0
0 10 20 30

TMA Simulasi (m)


Waktu (jam)

(a) (b)
Gambar 8. a. Grafik kesesuaian TMA hasil simulasi dan pengukuran di pos Karangnongko
b. Hydrograf TMA hasil simulasi dan pengukuran di pos Karangnongko
Sumber: Hasil Perhitungan (2016)
Dari penelitian De Silva, dkk (2012) dengan dengan debit kala ulang 100 tahun sebesar
menggunakan persaamaan yang sama 82,8%.
didapatkan nilai kesesuaian model F 79 % dan Nilai kesesuaian tersebut dipeng-aruhi
73%. Sedangkan Bates dan De Roo (2000) oleh luasan model genangan yang berlebih
dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa (over estimate) dan luasan model yang
nilai kesesuaian dan persentase kebenaran luas diangggap kering (under estimate), dan pada
genengan model untuk DEM 25 m, 50 m dan metode Di Baldassarre nilai over-estimate
100 m adalah 80% dan 83 %, 64% dan 69%, digunakan sebagai pengurang nilai luasan yang
63% dan 69%, 63% dan 69%. Nilai kesesuaian dianggap benar. Selain itu model simulasi ini
dipengaruhi oleh luas genangan yang dibangun dengan meng-gunakan DEM yang
dimodelkan, serta peta yang menjadi acuan cukup kasar akurasi vertikalnya. Selain itu
pembanding model. luasan genangan hasil pengukuran yang
Hasil simulasi genangan pada masing- digunakan sebagai dasar perbandingan tidak
masing debit rencana dapat dilihat pada Tabel cukup akurat yang didapatkan dari hasil
4. Setiap kenaikan debit kala ulang menjadikan penggabungan beberapa data. Peta genangan
luasan terdampak genangan banjir semakin hasil pengukuran juga diturunkan dari data
besar. Luas genangan dengan kala ulang 100 batas wilayah desa sebagai batas genangan, hal
tahun sebesar 418,418 km2 untuk luasan ini berbeda dengan batas genangan hasil
genangan model keseluruhan sedangkan luas simulasi model yang berdasarkan kontur.
genangan model di Kabupaten Bojonegoro Jumlah desa tergenang untuk tiap
adalah 250,326 km2. Luas genangan untuk kala kecamatan dan luas genangan pada kala ulang
ulang 2 tahun adalah 213,323 km2, untuk 2 tahun di Kecamatan Baureno mengalami
luasan genangan model keseluruhan sedangkan desa terdampak paling banyak, dan daerah
luas genangan model di Kabupaten yang paling luas terkena dampak genangan
Bojonegoro adalah 126,476 km2. dengan luas 35,159 km2 atau sebanyak
Tabel 5 memperlihatkan kesesuaian 52,97% dari luas Kecamatan Baureno. Pada
genangan model dengan genangan hasil kala ulang 5 tahun Kecamatan Baureno paling
pengukuran. Nilai kesesuaian (F) model yang banyak mendapatkan desa terdampak banjir
paling tinggi adalah simulasi dengan debit dengan 25 desa, dan luas genangan sebesar
kejadian banjir tahun 2007 dengan nilai 0,71 38,982 km2 atau seluas 58,73% dari luas
apabila menggunakan metode dari Bates, dkk kecamatan Baureno. Pada kala ulang 10 tahun
sedangkan metode Di Baldassare didapatkan Kecamatan kanor sebagai daerah yang paling
nilai F sebesar 0,58. Meskipun secara rasio luas terkena dampak genangan dengan luas
perbandingan langsung, luas genangan yang 41,698 km2. Luas tersebut merupakan 69,75%
sama-sama tergenang antara model dan luas Kecamatan Kanor. Pada kala ulang 20, 50
pengukuran paling mendekati adalah model dan 100 tahun Kecamatan Kanor juga sebagai
kecamatan yang paling luas terdampak dengan
154 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 8, Nomor 2, Nopember 2017, hlm 146 - 157

44,889 km2 (75,09%), 44,809 km2 (74,96 %) Kecamatan Balen, Baureno, Bojonegoro,
dan 45,244 km2 (75,68%), yang berdampak Dander, Kalitidu, Kanor, Kapas, Kasiman,
pada 24 desa. Malo dan Trucuk. Pada debit dengan kala
Tingkat ancaman berdasarkan nilai ulang 20 tahun, Kecamatan yang memiliki
kedalaman banjir memperlihatkan bahwa tingkat ancaman tinggi adalah Kecamatan
Kecamatan Kanor, Malo dan Trucuk memiliki Balen, Baureno, Bojonegoro, Dander, Kalitidu,
tingkat ancaman tinggi dengan nilai lebih dari Kanor, Kapas, Kasiman, Malo, Padangan,
0,7 pada debit kala ulang 2 tahun. Pada debit Sumberejo dan Trucuk. Pada debit dengan kala
kala ulang 5 tahun kecamatan yang memiliki ulang 50 tahun, kecamatan yang memilki
tingkat ancaman tinggi adalah Kecamatan tingkat ancaman tinggi adalah Kecamatan
Balen, Baureno, Bojonegoro, Kanor, Kapas. Balen, Baureno, Bojonegoro, Dander, Kalitidu,
Pada debit kala ulang 10 tahun, Kecamatan Kanor, Kapas, Kasiman, Malo, Padangan,
yang memiliki tingkat ancaman tinggi adalah Sumberejo dan Trucuk. Pada debit dengan

Gambar 9. Peta overlay genangan banjir hasil simulasi dan pengukuran kejadian Desember 2007
Sumber: Hasil Analisis (2016)

kala ulang 100 tahun, Kecamatan yang Malo, Padangan, Sumberejo dan Trucuk.
memilki tingkat ancaman tinggi adalah Sebarang tingkata ancaman banjir dapat
Kecamatan Balen, Baureno, Bojonegoro, dilihat pada Gambar 10.
Dander, Kalitidu, Kanor, Kapas, Kasiman,

Tabel 4. Luas genangan banjir di Kabupaten Bojonegoro pada berbagai debit kala ulang
Luas (km2)
Q2 Q5 Q10 Q20 Q50 Q100
Luas simulasi model 213.3229 293.9439 372.6033 405.7543 412.7546 418.4180
Luas simulasi di
bojonegoro 126.4757 169.2282 225.6909 240.6218 246.3696 250.3260
Persentase terhadap luas
Kab. Bojonegoro 5.48% 7.34% 9.78% 10.43% 10.68% 10.85%
Sumber: Hasil Perhitungan (2016)
Sulaiman dkk, Analisis Genangan Banjir Akibat Luapan Bengawan Solo 155

Tabel 5. Nilai kesesuaian model simulasi tehadap catatan genangan banjir


Luas (km2)
Q2 Q5 Qkejadian Q10 Q20 Q50 Q100
Luas genangan pengukuran 414.71
Luas simulasi model 213.32 293.94 359.38 372.60 405.75 412.75 418.42

Luas simulasi dan Pengukuran


193.42 259.21 320.65 317.41 337.66 340.77 343.55
tergenang Smod ∩ Sobs (A)
Luas Simulasi tergenang (B) 19.91 34.73 48.75 55.19 68.10 71.98 74.87
Luas simulasi kering (C.) 212.15 145.92 98.35 87.34 66.97 63.86 61.04
Smod U Sobs 434.61 449.44 453.43 469.90 482.81 486.69 489.58
F= Smod ∩ Sobs (Bates, dkk)
0.45 0.58 0.71 0.68 0.70 0.70 0.70
Smod U Sobs
(F) = ((A-B)/(A+B+C))
0.41 0.51 0.58 0.57 0.57 0.56 0.56
(Di Baldassarre)
Prosentase Smod ∩ Sobs 46.6% 62.5% 77.3% 76.5% 81.4% 82.2% 82.8%
Sumber: Hasil Perhitungan (2016)
Tabel 6. Rekapitulasi tata guna lahan terdampak genangan banjir hasil simulasi di Kabupaten
Bojonegoro
Luas Luas Luas Luas Luas Luas
Tata guna lahan (km2) (km2) (km2) (km2) (km2) (km2)
2 tahun 5 tahun 10 tahun 20 tahun 50 tahun 100 tahun
Hutan - 0.0478 0.1221 0.157 0.1635 0.1715
Kebun 6.9221 10.7831 17.3787 18.637 19.8058 20.3175
Perairan Darat 4.539 0.3091 0.32 0.444 0.4472 0.4684
Permukiman 9.9151 14.6247 23.348 26.417 28.1822 28.9304
Persawahan 103.8686 141.9643 181.6051 191.653 194.4434 196.9052
Pertanian Tanah Kering
Semusim 1.2309 1.4992 1.8469 1.974 1.9742 2.0023
Total 126.4757 169.2282 225.6909 240.6218 246.3696 250.3261
Sumber: Hasil Perhitungan (2016)

Tata guna lahan yang terdampak oleh Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa meskipun
genangan banjir hasil simulai debit berbagai luasan banjir di Kecamatan Bojonegoro bukan
kala ulang diperlihatkan oleh Tabel 6. Daerah yang paling luas, tetapi genangannya
yang paling luas terdampak genangan banjir memberikan dampak pada wilayah pemukiman
adalah pesawahan dan pemukiman. Dua jenis yang paling besar, yaitu 1,2259 km 2, 3,1547
tata guna lahan ini merupakan tempat km2, 6,3524 km2, 7,0198 km2, 7,7796 km2 dan
kehidupan manusia dan mempunyai nilai 7,9113 km2 untuk masing-masing kala ulang 2,
ekonomi tinggi. Sehingga dampak yang akan 5, 10, 20, 50, 100 tahun.
terjadi sangat besar untuk kehidupan manusia.
156 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 8, Nomor 2, Nopember 2017, hlm 146 - 157

2 Tahun 5 Tahun

10 Tahun 20 Tahun

50 Tahun 100 Tahun

Gambar 10. Sebaran tingkat ancaman banjir berdasarkan kedalaman


Sumber: Hasil Analisis (2016)

KESIMPULAN dengan kala ulang 100 tahun. Berturut-turut


luas genangan simulasi di Kabupuaten
Kesimpulan yang dapat diambil dari Bojonegoro untuk debit kala ulang 50, 20, 10,
hasil perhitungan, analisa dan pembahasan 5, 2 tahun adalah 246,3696 km2, 240,6218
tesis ini adalah sebagai berikut: km2, 225,6909 km2, 169,2282 km2, dan
Luas daerah genangan banjir hasil 126,4757 km2.
simulasi banjir kejadian Desember 2007 adalah Wilayah yang tergenang paling luas
359,38 km2. Rasio perbandingan langsung pada kala ulang 2 tahun adalah kecamatan
antara luasan genangan hasil simulasi dan Baureno dengan luas 35,159 km2 atau
pengukuran sebesar 0,87 dengan presentase sebanyak 52,97% dari luas Kecamatan
luasan yang sama antara model dan Baureno. Pada kala ulang 5 dan 10 tahun,
pengukuran adalah sebesar 77,3%. Nilai Kecamatan Baureno juga merupakan daerah
kesesuaian yang didapatkan masuk kategori yang paling banyak mendapatkan desa
bagus sebesar 0,71 berdasarkan metode Bates, terdampak banjir yang meliputi 58,73% dan
dkk, tetapi apabila menggunakan metode Di 64,82% dari luas Kecamatan Bureno. Keca-
Baldassare didapatkan nilai kesesuainnya 0,56. matan Kanor merupakan daerah yang paling
Luas genangan hasil simulasi pada terdampak untuk kala ulang 20, 50 dan 100
masing-masing kala ulang di Kabupaten tahun dengan luas 44,889 km2 (75,09%),
Bojonegoro adalah 250,3260 km2, untuk debit 44,809 km2 (74,96 %) dan 45,244 km2
Sulaiman dkk, Analisis Genangan Banjir Akibat Luapan Bengawan Solo 157

(75,68%), pada 24 desa. Prosentase luas http://dibi.bnpb-.go.id. Diakses 2


wilayah yang paling besar terdampak genan- Desember 2016.
gan banjir adalah Kecamatan Bojonegoro De Silva, M. M. G. T., Weerakoon, S. B.,
sebesar 77,60 % pada kala ulang 10 tahun. Herath, Srikantha, Ratnayake, U. R..
Diikuti oleh Kecamatan Kanor dimana 69,75% 2012. Event Based Flood Modeling In
wilayahnya terdampak genangan dan Lower Kelani Basin. SAITM Research
kecamatan Baureno 64,82% wilayahnya Symposium on Engineering
terkena genangan banjir. Advancements (SAITM – RSEA
Kecamatan yang memiliki tingkat 2012)
ancaman tinggi pada debit dengan kala ulang Di Baldassarre, G. Schumann, G. Bates, P. D.
10 tahun adalah Kecamatan Balen, Baureno, 2009. A technique for the calibration
Bojonegoro, Dander, Kalitidu, Kanor, Kapas, of hydraulic models using uncertain
Kasiman, Malo dan Trucuk. satellite observations of flood extent.
Luas pemukiman yang paling tinggi Journal of Hydrology 367. hal. 276–
terdampak genangan banjir pada kala ulang 10 282.
tahun adalah di Kecamatan Bojonegoro, 6,35 European Exchange Circle On Flood Mapping
km2 atau setara dengan 69,7 % dari luas (EXIMAP). 2007. Handbook on good
permukiman yang ada. Dengan kepadatan practices for flood mapping in Europe.
penduduk didaerah pemukiman 9112 jiwa/km 2, Goel, N.K., Than, Htay Htay., Arya, D.S.
maka diperkirakan sekitar 57.885 orang akan 2005. Flood Hazard Mapping In The
terdampak banjir. Dampak genangan banjir Lower Part Of Chindwin River Basin,
untuk seluruh Kabupaten Bojonegoro Myanmar. International conference on
diperkirakan sekitar 160.542 jiwa terancam innovation advances and implemen-
banjir. tation of flood forecasting technology.
Tromsø, Norway.
DAFTAR PUSTAKA Mathevet, T. Michel, C. Andreassian V. Perrin
Alho, P. Hyyppä, H. dan Hyyppä, J. 2008. C. 2006. A Bounded Version of the
Consequence of DTM Precision for Nas-Sutcliffe Criterion for Better
Flood Hazard Mapping: A Case Study Model Assessment on Large Sets of
in SW Finland. Nordic Journal of Basins. Large Sample Basin
Surveying and Real Estate Research Experiments for Hydrological Model
6:1 (2009) hal. 21–39. Parameterization: Results of the Model
Ali , A. Md, Solomatine, D. P. and Di Parameter Experiment–MOPEX.
Baldassarre, G. Assessing the impact IAHS Publ. 307, 2006.
of different sources of topographic Sarhadi, Ali. Soltani, Saeed. Modarres, Reza.
data on 1-D hydraulic modelling of Probabilistic flood inundation mapping
floods. Hydrol. Earth Syst. Sci., 19, of ungauged rivers: Linking GIS
631–643, 2015 www.hydrol-earth- techniques and frequency analysis.
syst-sci.net/19/631/2015/ Journal of Hydrology 458–459 (2012)
Bates, P.D., De Roo, A.P.J. 2000. A simple 68–86
raster-based model for flood Silva GD. (2016). Event Based Flood
inundation simulation. Journal of Inundation Mapping Under the Impact
Hydrology 236 (2000) 54–77. of Climate Change: A Case Study in
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Lower Kelani River Basin, Sri Lanka.
BNPB. 2012. Peraturan Kepala Badan Hydrol Current Res 7: 228.
Nasional Penganggulangan Bencana doi:10.4172/2157-7587.1000228
(BNPB) No.2 Tahun 2012: Pedoman St. Johns River Water Management District
Umum Pengkajian Risiko Bencana, (SJRWMD). 2016. Chapter 3:
Kantor BNPB, Jakarta. Watershed Hydrology Appendix 3.D:
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Evaluation Of Model Uncertainty.
Badan Nasional Penanggulangan http://www.sjrwmd.com/technicalrepo
Bencana (BNPB). 2016. Data rts/pdfs/TP/SJ2012-1_Appendix03-
Informasi Bencana Indonesia. D.pdf. diakses 21 Agustus 2016.

Anda mungkin juga menyukai