Anda di halaman 1dari 38

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

B A D A N P E N G E M B A N G A N S U M B E R D AYA M A N U S I A
P U S AT P E N D I D I K A N D A N P E L AT I H A N J A L A N , P E R U M A H A N
PERMUKIMAN, DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

PELATIHAN PEMERIKSAAN CEPAT (QUICK


ASSESMENT) BANGUNAN GEDUNG PASCA
BENCANA GEMPA BUMI

PERHITUNGAN KEBUTUHAN
BIAYA REHABILITASI

Kusrianti, ST., MBA


BALAI PELATIHAN
Makassar dan Palu, Juli 2019
2

| PROFIL PENGAJAR

KUSRIANTI, ST., MBA

TANGERANG, 27 AGUSTUS 1978

Riwayat Pendidikan Riwayat Pekerjaan


S1 Teknik Sipil Undip Direktorat Bina Penataan
S2 Bisnis Administrasi ITB Bangunan, DJCK
Kementerian PUPR
3

DAFTAR
ISI
01 02
STANDAR KOMPETENSI
KOMPENTENSI LULUSAN DASAR

03 04
INDIKATOR OUTLINE
KEBERHASILAN MATERI
PART 01

STANDAR
KOMPETENSI
LULUSAN
5

| 01. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


PERHITUNGAN KEBUTUHAN BIAYA REHABILITASI

Peserta mampu melakukan


pemeriksaan kerusakan bangunan
gedung pasca bencana gempa bumi
PART 02

KOMPETENSI
DASAR
7

| 02. KOMPETENSI DASAR


PERHITUNGAN KEBUTUHAN BIAYA REHABILITASI

Pada akhir pembelajaran, peserta pelatihan


diharapkan mampu melaksanakan
perhitungan kebutuhan biaya rehabilitasi
dan rekonstruksi
PART 03

INDIKATOR
KEBERHASILAN
9

| 02. KOMPETENSI DASAR


PERHITUNGAN KEBUTUHAN BIAYA REHABILITASI

Kompetensi Dasar 1
Peserta mampu menjelaskan Pembiayaan
pembangunan bangunan gedung

Kompetensi Dasar 2

Peserta mampu melaksanakan Perhitungan


biaya pembangunan dalam rangka perbaikan

Kompetensi Dasar 3

Peserta mampu melaksanakan Perhitungan


biaya pembangunan baru
PART 04

OUTLINE
MATERI
1 Dasar Hukum dan Pengertian

Pembiayaan pembangunan bangunan


2 gedung

Perhitungan biaya pembangunan dalam


3 rangka perbaikan

4 Perhitungan biaya pembangunan baru


1 DASAR HUKUM
1. Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
perubahannya
2. Peratuan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan
Bangunan Gedung Negara
4. Keputusan Menteri PUPR No 1044/KPTS/M/2018
Tentang Koefisien/Faktor Pengali Jumlah Lantai Bangunan
Gedung Negara
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
2 BANGUNAN GEDUNG

pekerjaan struktur

pekerjaan arsitektur
Biaya Standar
(berdasarkan Standar
harga satuan, koefisien, pekerjaan perampungan
luas bangunan)

pekerjaan utitiltas
BIAYA
KONSTRUKSI perizinan selain IMB
FISIK
penyiapan dan pematangan
Biaya lahan
Nonstandar peningkatan arsitektur-
(berdasarkan kebutuhan struktur
nyata & harga pasar wajar
dgn MAKS. total 150%
biaya standar) green building

Kelengkapan BG (pekerjaan
ME)
KOMPONEN BIAYA STANDAR

Gedung Kantor Rumah Negara Gedung Negara Lainnya


Komponen
Bangunan
Min Max. Min Max. Min Max.

Pondasi 5% 10% 3% 7% 5% 10%

Struktur 25% 35% 20% 25% 25% 35%

Lantai 5% 10% 10% 15% 5% 10%

Dinding 7% 10% 10% 15% 7% 10%

Plafon 6% 8% 8% 10% 6% 8%

Atap 8% 10% 10% 15% 8% 10%

Utilitas 5% 8% 8% 10% 5% 8%

Finishing 10% 15% 15% 10% 10% 15%


KOMPONEN BIAYA NON STANDAR
Persentase komponen pekerjaan non
standar
JENIS PEKERJAAN PERSENTASE
Alat Pengkondisian Udara 7-15% dari X
Elevator/Escalator 8-14% dari X
Tata Suara (Sound System) 2-4% dari X
Telepon dan PABX 1-3% dari X
Instalasi IT (Informasi & Teknologi) 6-11% dari X
Elektrikal (termasuk genset) 7-12% dari X
Sistem Proteksi Kebakaran 7-12% dari X
Sistem Penangkal Petir Khusus 1-2% dari X
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) 1-2% dari X
Interior (termasuk furniture) 15-25% dari X
Gas Pembakaran 1-2% dari X
Gas Medis 2-4% dari X
Pencegahan Bahaya Rayap 1-3% dari X
Pondasi dalam 7-12% dari X
Fasilitas penyandang cacat & ke-butuhan khusus 3-5% dari X
Sarana/Prasarana Lingkungan 3-8% dari X
Peningkatan Mutu *) Paling Banyak 30% dari Z
Perizinan selain IMB Paling Banyak 1% dari X
Penyiapan dan pematangan lahan Paling Banyak 3,5% dari X
Pemenuhan persyaratan BGH Paling Banyak 9,5% dari X
Penyambungan utilitas Paling Banyak 2% dari X

X = total biaya konstruksi fisik pekerjaan standar.


Y = Standar Harga Satuan Tertinggi per m2.
Z = total biaya komponen pekerjaan yang ditingkatkan mutunya
STANDAR HARGA SATUAN
TERTINGGI

Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara


ditetapkan secara berkala oleh Bupati/Walikota.

Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara


untuk Provinsi DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur.

Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara dihitung


berdasarkan formula perhitungan standar harga satuan tertinggi
yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.
KLASIFIKASI
Berdasarkan KOMPLEKSITAS

• BG Kantor dan BGN lainnya dengan jumlah lantai sd. 2


Sederhana: BGN lantai
dengan teknologi- • BG Kantor dan BGN lainnya dengan luas sd. 500m2
• Rumah Negara Tipe C,D, dan E
spesifikasi sederhana

KLAS Tidak Sederhana:


• BG kantor dan BGN lainnya dengan jumlah lantai
lebih dari 2 (dua) lantai;
I BGN dengan • BG kantor dan BGN lainnya dengan luas lebih dari 500
m2; dan
FIKA teknologi-spesifikasi • Rumah Negara meliputi Rumah Negara Tipe A dan
tidak sederhana
SI Tipe B.

Khusus: BGN • BGN yang memiliki persyaratan khusus, serta dalam


perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan
dengan fungsi, penyelesaian atau teknologi khusus;
teknologi, dan • BGN yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi
spesifikasi khusus •
untuk kepentingan nasional;
BGN yang penyelenggaraannya dapat membahayakan
masyarakat disekitarnya; dan/atau
• BGN yang mempunyai resiko bahaya tinggi.
STANDAR HARGA SATUAN TERTINGGI DIBEDAKAN
Lokasi
Kab./Kota
PAGAR PAGAR
GEDUNG RUMAH GEDUNG RUMAH
NEGARA NEGARA NEGARA NEGARA

TIPE A DEPAN DEPAN


SEDERHANA

TIPE B SAMPING SAMPING

TIDAK
SEDERHANA
TIPE C/D/E BELAKANG BELAKANG
KOEFISIEN PENGALI FUNGSI BANGUNAN ATAU RUAN

Fungsi Ruang Pengali


Sidang 1,5
ICU, ICCU, IGD, CMU, NICU 1,5
Operasi 2
Radiologi 1,25
Rawat inap 1,1
Laboratorium 1,1
Kebidanan 1,2
UGD 1,1
Power house 1,25
Rawat jalan 1,1
Dapur dan laundry 1,1
Bengkel 1
Selasar luar beratap atau teras 0,5
KOEFISIEN PENGALI JUMLAH LANTAI

Jumlah Lantai Pengali Jumlah Lantai Pengali Jumlah Lantai Pengali


Basemen 3 Lapis 1,393 13 1,420 28 1,656
Basemen 2 Lapis 1,299 14 1,445 29 1,666
Basemen 1 Lapis 1,197 15 1,468 30 1,676
1 1 16 1,489 31 1,686
2 1,09 17 1,508 32 1,695
3 1,12 18 1,525 33 1,704
4 1,135 19 1,541 34 1,713
5 1,162 20 1,556 35 1,722
6 1,197 21 1,570 36 1,730
7 1,236 22 1,584 37 1,738
8 1,265 23 1,597 38 1,746
9 1,299 24 1,610 39 1,754
10 1,333 25 1,622 Sesuai 40 1,761
Kepmen PUPR
11 1,364 26 1,634 Nomor 1044/KPTS/2018
STANDAR LUAS BANGUNAN GEDUNG KANTOR
STANDAR LUAS BANGUNAN GEDUNG KANTOR
A. RUANG UTAMA
LUAS RUANG (m 2)
R. PELAYANAN KETERANGAN
R. PENUNJANG JABATAN
JABATAN JABATAN
R. KERJA JML
R. JML
R. TAMU R. RAPAT R. TUNGGU R. SEKRET R. STAF R. SIMPAN R. TOILET CATATAN
ISTIRAHAT STAF
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Menteri/ Ketua Lembaga 28,00 40,00 40,00 60,00 20,00 15,00 24,00 14,00 6,00 247,00 8

2 Wakil Menteri K/L 16,00 14,00 20,00 18,00 10,00 10,00 15,00 10,00 4,00 117,00 2

3 Eselon IA/ Anggota Dewan 16,00 14,00 20,00 18,00 10,00 10,00 15,00 10,00 4,00 117,00 5
R.Staf pada setiap
4 Eselon IB 16,00 14,00 20,00 9,00 5,00 7,00 4,40 5,00 3,00 83,40 2 jabatan diperhitungkan
berdasarkan jumlah
5 Eselon IIA 14,00 12,00 14,00 12,00 5,00 7,00 4,40 3,00 3,00 74,40 2
personel @ 2,2 - 3 m2/
6 Eselon IIB 14,00 12,00 10,00 6,00 5,00 5,00 4,40 3,00 3,00 62,40 2 personel, sesuai
dengan tingkat jabatan
7 Eselon IIIA 12,00 6,00 3,00 3,00 24,00 0
R. Toilet
8 Eselon IIIB 12,00 6,00 3,00 bersama
21,00 0

9 Eselon IV 8,00 8,80 2,00 18,80 4

B. RUANG PENUNJANG
JENIS RUANG LUAS KETERANGAN
1 2 3
2
1 Ruang Rapat Utama Kementrian 140 m Kapasitas 100 orang
2 Ruang Rapat Utama Es. I 90 2 Kapasitas 75 orang
m
2
3 Ruang Rapat Utama Es. II 40 m Kapasitas 30 orang
2
4 Ruang Studio 4 m / orang Pemakai 10% dari staf
2
5 Ruang Arsip 0,4 m / orang Pemakai seluruh staf
2
6 WC/ Toilet 2 m / 25 orang Pemakai Pejabat Es. V sd Es. III dan seluruh staf
7 Musholla 0,8 m2/ orang Pemakai 20% dari jumlah personel

C. SIRKULASI 25% X (JUMLAH A + B)


Keterangan:
- Standar luas ruang tersebut diatas merupakan acuan dasar, yang dapat disesuaikan berdasarkan fungsi/sifat tiap eselon/jabatan.
- Luas ruang kerja untuk Satuan Kerja dan Jabatan Fungsional dihitung tersendiri sesuai dengan kebutuhan di luar standar luas tersebut di atas.
- Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus atau ruang pelayanan masyarakat, seperti Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara,
kebutuhannya dihitung tersendiri, di luar standar luas tersebut di atas.
STANDAR LUAS RUMAH NEGARA
LAMPIRAN - 2
ST ANDAR LUAS RUMAH NEGARA
LUAS (m 2)
TIPE PENGGUNA
BANGUNAN TANAH

1 2 3 4

- Menteri
KHUSUS 400 1000
- Kepala Lembaga Tinggi/ Tertinggi Negara

- Sekretaris Jenderal/Direktur Jenderal/Inspektur Jenderal


A 250 600
- Pejabat yang setingkat/Anggota Dewan

- Direktur/Kepala Pusat/Kepala Biro

B - Pejabat yang setingkat 120 350

- Pegawai Negeri Sipil Gol. IV/d dan IV/e

- Kepala Sub Direktorat/Kepala Bagian/Kepala Bidang

C - Pejabat yang setingkat 70 200

- Pegawai Negeri Sipil Gol. IV/a dan IV/ c

- Kepala Seksi/Kepala Sub Bagian/Kepala Sub Bidang

D - Pejabat yang setingkat 50 120

- Pegawai Negeri Sipil Gol. III

E - Pegawai Negeri Sipil Gol. I dan II 36 100

Keterangan :
1. Untuk :
- Untuk Rumah Jabatan Gubernur disetarakan dengan Rumah Tipe Khusus.
- Untuk Rumah Jabatan Bupati/Walikota disetarakan dengan Rumah Negara Tipe A.
Untuk Rumah Jabatan Gubernur/Bupati/Walikota dapat ditambahkan luas ruang untuk Ruang Tamu
Besar/Pendopo
2. Sepanjang tidakyang dihitung sesuai
bertentangan dengankebutuhan dan kewajaran.
luasan persil yang ditetapkan dalam RTRW, toleransi kelebihan luas
tanah yang diijinkan,
- DKI Jakarta untuk:
: 20%
- Ibukota Provinsi : 30%
- Ibukota Kab/ Kota: 40%
- Perdesaan : 50%
STANDAR JUMLAH LANTAI
Bangunan Gedung Negara

JUMLAH LANTAI
Bangunan Gedung Negara harus mendapat
sepanjang tidak bertentangan persetujuan
dengan peraturan daerah setempat, terlebih dahulu dari
ditetapkan paling banyak 8 Menteri
(DELAPAN) LANTAI

JUMLAH LAPIS BESMEN


Bangunan Gedung Negara sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan daerah
setempat, ditetapkan paling banyak 3 (TIGA)
LAPIS
KOMPONEN BIAYA
PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG
NEGARA BIAYA
PEMBANGUNAN

BIAYA
BIAYA
PELAKSANA BIAYA BIAYA
PENGELOLA
AN PERENCANA PENGAWAS
AN
KONSTRUKS AN TEKNIS AN TEKNIS
KEGIATAN
I
BIAYA PERENCANAAN
TEKNIS

BIAYA
PERENCANAAN TEKNIS

tahap tahap tahap


tahap rancangan tahap tahap
konseps pengem
pra detail pelelan pengaw
i bangan
rancang (gambar gan asan
peranca rancang detail, RKS
an : konstru berkala
ngan : an : & RAB) :
20% ksi : 5% : 15%
10% 25% 25%
dihitung berdasarkan persentase
terhadap biaya pelaksanaan konstruksi
sesuai dengan klasifikasi Bangunan
Gedung Negara.
BIAYA MANAJEMEN
KONSTRUKSI

BIAYA
MANAJEMEN KONSTRUKSI

Persiapan / reviu pengawasan pemeliharaa


teknis pelaksanaan
rencana pelelangan n s.d serah
pengadaan konstruksi fisik
teknis s.d penyedia (berdasarkan terima akhir
penyedia prestasi pek.
serah jasa pelaks. (FHO)
jasa terima dok,
konstruksi fisik) s.d
pekerjaan
konstruksi serah terima
perencana perencanaa pertama (PHO)
konstruksi :
dihitung :berdasarkan fisik : 5% pekerjaan
5% persentase
n : 10% konstruksi : 70% 10%
terhadap biaya pelaksanaan konstruksi
sesuai dengan klasifikasi Bangunan
Gedung Negara.
BIAYA PENGAWAS
KONSTRUKSI

pengawasan konstruksi tahap


pelaksanaan konstruksi fisik s.d serah
terima pertama (PHO) pekerjaan
BIAYA konstruksi : 90%
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
pemeliharaan s.d serah terima akhir
(FHO) pekerjaan konstruksi : 10%

dihitung berdasarkan persentase


terhadap biaya pelaksanaan konstruksi
sesuai dengan klasifikasi Bangunan
Gedung Negara.
BIAYA PENGELOLAAN
KEGIATAN

BIAYA
PENGELOLAAN KEGIATAN

bahan & persiapan


honor alat yang &
arium prose berkaitan peny pengirim
dengan an
staf perjal s pengelol usun doku kelengka
dan anan rapat; pelel aan an ment pan
kegiatan administr
paniti dinas; anga sesuai lapor asi; asi atau
a n; dgn an; dokumen
dihitung berdasarkan persentase
lelang; pentahap pendaftar
terhadap biaya pelaksanaan konstruksi annya; an BGN.
sesuai dengan klasifikasi Bangunan
Gedung Negara.
BIAYA PEKERJAAN LAIN YANG
MENYERTAI / MELENGKAPI
PEMBANGUNAN
Biaya pekerjaan lain yang menyertai atau melengkapi Pembangunan
sebagaimana merupakan biaya pekerjaan yang terkait tetapi terpisah
dengan Pembangunan Bangunan Gedung Negara, untuk memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. penyiapan lahan dalam kompleks


2. pematangan lahan
3. penyusunan RTBL termasuk rencana induk (master plan)
4. penyusunan studi AMDAL
5. penyelidikan tanah terperinci
6. biaya pengelolaan kegiatan, perencanaan, & pengawasan u/ perjalanan
dinas ke lokasi kegiatan yg sukar dijangkau (remote area)
7. rekomendasi khusus karena sifat bangunan, lokasi atau letak bangunan,
ataupun karena luas lahan
8. biaya penyedia jasa studi penyusunan program pembangunan BGN
klasifikasi bangunan khusus.
PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGUNAN
3 DALAM RANGKA PERBAIKAN
Proses Perhitungan Biaya Pembangunan (Perawatan)

Data
Banguna Perhitun
Pemerik Penentuan
Persentase n (Luas, gan
saan
Kerusakan Jumlah Biaya
Lapanga Komponen Lantai, Pemban
n Bangunan Fungsi, gunan
Lokasi)

Perhitungan Biaya Konstruksi Fisik (Perawatan)


Kerusakan Ringan biaya perawatan maks. 30%
Kerusakan Sedang biaya perawatan maks. 45%
Kerusakan Berat biaya perawatan maks. 65%

Perhitungan Komponen Biaya Pembangunan (Perawatan)


Biaya perencanaan konstruksi, pengawasan/manajemen konstruksi, dan
pengelolaan kegiatan dihitung berdasakan persentase dari biaya konstruksi fisik
PERHITUNGAN BIAYA
4 PEMBANGUNAN BARU
Proses Perhitungan Biaya Pembangunan (Pembangunan Baru)

Cek Data
Perhitun Ketentuan Banguna Perhitun
gan Rencana n (Luas, gan
Kebutuh Kota Jumlah Biaya
an (KDB, KLB, Lantai, Pemban
Ruang KDH, KTB, Fungsi, gunan
KB, GSB) Lokasi)

Perhitungan Biaya Konstruksi Fisik (Pembangunan Baru)


Biaya Standar = HSBGN x Luas x k1 x k2
Biaya Non Standar = Persentase Non Standar x (HSBGN x Luas x k1 x k2)
Biaya Konstruksi Fisik = Biaya Standar + Biaya Non Standar
Ket:
k1 = koefisien pengali jumlah lantai
k2 = koefisien pengali fungsi bangunan atau ruang
Maksimum Persentase Non Standar 150%
Perhitungan Komponen Biaya Pembangunan (Perawaatan)
Biaya perencanaan konstruksi, pengawasan/manajemen konstruksi, dan
pengelolaan kegiatan dihitung berdasakan persentase dari biaya konstruksi fisik
CARA MENGHITUNG INTERPOLASI BIAYA

B1  Persentase Biaya Perencanaan


(Px) saat biaya = (Bx), adalah:
B2

P1

P2

B1  
Biaya Perencanaan (Px) saat
P1 biaya = (Bx), adalah:
B2

P2
PERSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN SEDERHANA
PERSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN TIDAK SEDERHANA
PERSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN KHUSUS
TERIMA KASIH
STUDI KASUS I

Hitunglah total kebutuhan biaya pembangunan bangunan


gedung kantor, dengan data-data sebagai berikut:
1) Luas Bangunan = 3000 m2
2) Jumlah lantai =3
3) HSBGN = Rp. 5.000.000,-
4) Komponen Non Standar
a) tata suara,
b) telepon,
c) instalasi IT,
d) sistem proteksi kebakaran,
e) pondasi dalam, dan
f) fasilitas penyandang disabilitas
STUDI KASUS II

Hitunglah total kebutuhan biaya rehabilitasi bangunan gedung


kantor yang mengalami kerusakan, dengan data-data sebagai
berikut:
1) Luas Bangunan = 2500 m2
2) Jumlah lantai =2
3) HSBGN = Rp. 5.000.000,-
4) Persentase kerusakan komponen bangunan
a) Pondasi =-
b) Struktur =-
c) Lantai = 30%
d) Dinding = 40%
e) Plafond = 60%
f) Atap = 30%
g) Utilitas = 30%
h) Finishing = 50%

Anda mungkin juga menyukai