Anda di halaman 1dari 45

P E M E R I N TA H K A B U PA T E N K E B U M E N

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


(BAPPEDA)
JL. VETERAN No. 2 KEBUMEN

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

SATKER/SKPD

: B A DA N
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
D A E R A H ( B A P P E D A ) KABUPATEN KEBUMEN

NAMA PPK

: KEPALA BIDANG PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR


WILAYAH (PIW) BAPPEDA KABUPATEN KEBUMEN

NAMA KEGIATAN

: PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN

NAMA PEKERJAAN :
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) &
PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN KARANGANYAR
DAN SEKITARNYA

TAHUN ANGGARAN 2015

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


Uraian Pendahuluan1
1. Latar
Belakang

Bedasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun


2007 tentang Penataan Ruang dijelaskan bahwa rencana
umum tata ruang, dalam hal ini RTRW kabupaten, belum
dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karena
itu perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). RDTR
dan peraturan zonasi sangat diperlukan sebagai acuan
operasional dalam pemanfaatan serta pengendaliaan
pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya sebagai acuan
untuk pemberian izin pemanfaatan ruang.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah
Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang, disebutkan bahwa setiap RTRW Kabupaten harus
menetapkan bagian dari wilayah kabupaten yang perlu
disusun rencana detail tata ruangnya. Rencana Detail Tata
Ruang ini merupakan dasar penyusunan rencana tata
bangunan bagi zona-zona yang pada rencana detail tata
ruang ditentukan sebagai zona yang penanganannya
diprioritaskan.
Selain hal tersebut diatas diperlukan penyusunan materi
teknis RDTR Kawasan Perkotaan untuk seluruh Kawasan
Perkotaan Karanganyar dan sekitarnya (beserta seluruh
kecamatan yang mengelilinginya) termasuk Kawasan
Perdesaan, sehingga terbentuk pembagian blok-blok, sub
wilayah kota dan petunjuk teknis (materi teknis) serta
peraturan zonasi yang terdiri dari zoning text/regulasi dan
zoning
map
guna
menjadi
aturan
dalam
pemanfaatan/pengendalian ruang sehingga menjamin
pembangunan yang dilaksanakan dapat mencapai standar
kualitas minimum berupa zoning regulasi dan zoning map
sesuai ketentuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Karanganyar dilakukan guna menindak lanjuti amanat
Pasal 16 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6
Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2009-2029, dan Pasal 8 Ayat (3)

1 Uraian Pendahuluan memuat gambaran secara garis besar mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 23 Tahun


2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tahun 2011-2031.
Kawasan Perkotaan Karanganyar adalah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 pada Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029,
menyebutkan bahwa di Kabupaten Kebumen untuk Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) Karanganyar sebagai Kawasan
Perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
Kawasan Perkotaan Karanganyar berkembang di sepanjang
jalan arteri primer dan tumbuh cenderung mengikuti
perkembangan jaringan jalan.
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Karanganyar
merupakan
rencana
yang
menetapkan
blok-blok
peruntukan kawasan fungsional perkotaan, sebagai
penjabaran
kegiatan
ke
wujud
ruang,
dengan
memperhatikan keterkaitan antara kegiatan dalam kawasan
fungsional, agar tercipta lingkungan yang harmonis antara
kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan
fungsional tersebut.
2. Maksud dan
Tujuan

Maksud
Maksud dari penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Perkotaan Karanganyar dan Sekitarnya, adalah :
a. Mewujudkan rencana detail tata ruang dan
pengaturan zonasi yang mendukung terciptanya
kawasan strategis maupun kawasan fungsional
secara aman, produktif dan berkelanjutan.
b. Tersusunnya pedoman pemanfaatan ruang
sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisian
pembangunan fisik kawasan.
c. Sebagai
pedoman
bagi
instansi
dalam
penyusunan zonasi (zoning map dan zoning
regulasi), dan pemberian perizinan kesesuaian
pemanfaatan bangunan dengan peruntukkan
lahan.
Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dengan terselenggaranya
Rencana Detail Tata Ruang dan Pengaturan Zonasi Kawasan
Perkotaan Karanganyar dan Sekitarnya, antara lain :

a. Menciptakan keseimbangan dan keserasian yang


pada prinsipnya merupakan upaya dalam
menciptakan keserasian dan kesimbangan fungsi
dan intensitas penggunaan ruang bagian-bagian
wilayah perkotaan pada khususnya.
b. Menciptakan
kelestarian
lingkungan
permukiman dan kegiatan kota yang merupakan
usaha menciptakan hubungan yang serasi antar
manusia dan lingkungannya, yang tercermin dari
pola intensitas penggunaan ruang kecamatan
pada umumnya dan bagian wilayah kota pada
khususnya.
c. Meningkatnya daya guna dan hasil pelayanan
yang merupakan upaya pemanfaatan secara
optimal yang tercermin dalam penetapan sistem
kota
dengan
pengawasan
pelaksanaan
pembangunan fisik untuk masing-masing bagian
wilayah perkotaan secara terukur baik kualitas
dan kuantitas.
d. Mengarahkan pembangunan kota yang lebih
tegas dalam rangka upaya pengendalian
pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik
untuk masing-masing bagian wilayah kota secara
terukur baik kualitas dan kuantitas.
e. Membantu penetapan prioritas pengembangan
perkotaan
dan
sekitarnya,
membantu
penyusunan zoning regulation/map untuk
pedoman bagi tertib bangunan dan tertib
pengaturan secara rinci.
3. Sasaran

Sasaran dari pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata


Ruang dan Pengaturan Zonasi ini adalah :
a. Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan
antar lingkungan permukiman kawasan.
b. Mewujudkan keterpaduan program pembangunan
antar kawasan maupun dalam kawasan
c. Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan
fungsi kota, baik yang dilakukan pemerintah maupun
masyarakat/swasta
d. Mendorong investasi masyarakat di dalam kawasan
e. Terkoordinasinya pembangunan kawasan
pemerintah dan masyarakat/swasta.

antara

4. Lokasi
Kegiatan

Pekerjaan ini berlokasi di wilayah Perkotaan Karanganyar


dan Sekitarnya sesuai dengan RTRW Kabupaten Kebumen.

5. Sumber
Pendanaan

Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan DAU APBD


Kabupaten
Kebumen
(DPA
Nomor
Rekening
1.05.01.06.01.15.05) dengan nilai pagu anggaran Rp.
175.000.000,- yang dialokasikan untuk Belanja Jasa
Konsultan Perencanaan.

6. Nama dan
Organisasi
Pejabat
Pembuat
Komitmen

Nama Pejabat Pembuat Komitmen :


KEPALA BIDANG PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH, BAPPEDA KABUPATEN KEBUMEN, : JONI
HERNAWAN, ST, MT
Proyek/Satuan Kerja :
BAPPEDA KABUPATEN KEBUMEN.
Data Penunjang2

7. Data Dasar

Data Dasar mengikuti kententuan yang berlaku, antara


lain :
a. Kebumen Dalam Angka, Kecamatan Dalam Angka,
b. Peta Rupa Bumi Indonesia,
c. Peta Topografi,
d. Peta Citra Satelit (resolusi tinggi/sesuai),
e. Peraturan
Perundang-undangan,
Ketentuan Teknis terkait,

Perda-Perda,

dan

f. Informasi melalui Forum Pertemuan Penataan Ruang,


g. Data Survai Lapangan,
h. Dan lainnya
8. Standar
Teknis

Standar Teknis yang digunakan mengikuti ketentuan yang


berlaku, mengikuti SNI dan ketentuan terkait lainnya :
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional,
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan
Perkotaan,
c. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali,
d. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6
Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

2 Data penunjang terdiri dari data yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029,


e. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 23
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kebumen Tahun 2011-2031,
f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008
tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan,
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Nomor 20/PRT/M/2011
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota,
h. SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan,
i. SNI 03-7391-2008 Spesifikasi Penerangan Jalan di
Kawasan Perkotaan,
j. RSNI T-14-2004 Geometri Jalan Perkotaan,
k. dan/atau
ketentuan/pedoman/panduan
standar teknis lainnya
9. Studi-Studi
Terdahulu
10. Referensi
Hukum

teknis/

Studi-studi terdahulu terkait dengan kawasan perkotaan.


UNDANG-UNDANG :
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950,
Pembentukan
Daerah-Daerah
Kabupaten
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

tentang
dalam

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun


Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;

tentang

1960

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1971 tentang


Perubahan dan Penambahan atas Ketentuan Pasal 54
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi
Undang-Undang;
5. Undang-Undang
Telekomunikasi;

Nomor

36

Tahun

1999

tentang

6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak


dan Gas Bumi;
7. Undang-Undang
Kepolisian

Nomor

Negara Republik Indonesia;

Tahun

2002

tentang

8. Undang-Undang Nomor
Pertahanan Negara;

Tahun

2002

tentang

9. Undang-Undang Nomor
Bangunan Gedung;

28

Tahun

2002

tentang

10.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional;
11.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air;
12.Undang-Undang
Perkebunan;

Nomor

18

Tahun

2004

tentang

13.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional;
14.Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
15.Undang-Undang Nomor
Perencanaan Kehutanan;

45

Tahun

2004

tentang

16.Undang-Undang
Perkeretaapian;

23

Tahun

2007

tentang

17.Undang-Undang Nomor 24
Penanggulangan Bencana;

Tahun

2007

Tentang

18.Undang-Undang Nomor
Penanaman Modal;

25

Tahun

2007

Tentang

19.Undang-Undang Nomor
Penataan Ruang;

26

Tahun

2007

tentang

20.Undang-Undang Nomor
Pengelolaan Sampah;

18

Tahun

2008

tentang

21.Undang-Undang Nomor
Perbankan Syariah;

21

Tahun

2008

tentang

22.Undang-Undang Nomor
Kementerian Negara;

39

Tahun

2008

tentang

23.Undang-Undang Nomor 4 Tahun


Pertambangan Mineral dan Batubara;

2009

tentang

Nomor

24.Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang


Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia menjadi Undang-Undang;
25.Undang-Undang
Kepariwisataan;

Nomor

10

Tahun

2009

tentang

26.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan;
27.Undang-Undang
Kelistrikan;

Nomor

30

Tahun

2009

tentang

28.Undang-Undang

Nomor

32

Tahun

2009

tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;


29.Undang-Undang
Kesehatan;

Nomor

36

Tahun

2009

tentang

30.Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos;


31.Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
32.Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
33.Undang-Undang
Hortikultura;

Nomor

13

Tahun

2010

tentang

34.Undang-Undang Nomor 1 Tahun


Perumahan dan Kawasan Permukiman

2011

tentang

35.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi


Geospasial;
36.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
37.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah
Susun;
38.Undang-Undang Nomor 2
Pengadaan
Tanah
Bagi
Kepentingan Umum;

Tahun 2012
Pembangunan

tentang
Untuk

39. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah
sebagaimana
telah
beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah;

40.Undang-Undang
Perindustrian;

Nomor

Tahun

2014

Tentang

41.Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;


42.Undang-Undang
Perdagangan;

Nomor

Tahun

2014

Tentang

43.dan/atau Undang-Undang terkait lainnya.


PERATURAN PEMERINTAH
1. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang
Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1960 tentang
Pergudangan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang
Apotik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan


Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965
tentang Apotik;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1987 tentang
Ijin Usaha Industri;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Prasekolah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang
Rumah Negara;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang
Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang
Hutan Kota;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah;
10.Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa;
11.Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang
Kelurahan;
12.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah;
13.Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Jalan;
14.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota;
15.Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Investasi Pemerintah;
16.Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Kecamatan;
17.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
18.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
19.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2008 tentang Air Tanah;
20.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45
Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan

Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah;


21.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Kawasan Industri;
22.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan
Perkotaan;
23.Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar;
24.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
25.Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara, sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun
2014 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
26.Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang
Pengelolaan
dan
Penyelenggaraan
Pendidikan
sebagaimana
telah
diubah
dengan
Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
27.Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam
Penataan Ruang;
28.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Sungai;
29.Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14
Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik;
30.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan;
31.Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai;
32.Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Terbatas;
33.Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Upaya Penanganan Fakir Miskin melalui
Pendekatan Wilayah;

34.Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang


Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan
Perguruan Tinggi;
35.Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011
tentang Informasi Geospasial;
36.Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang
Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan;
37.Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan;
38.Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2014 tentang
Penataan Wilayah Pertahanan Negara;
39.Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2014 tentang
Hak Guna Air;
40.Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang
Angkutan Jalan;
41.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
42.Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2014 tentang
Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
43.Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun
2015-2035;
44.dan/atau Peraturan Pemerintah terkait lainnya.
PERATURAN PRESIDEN
1. Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2007 tentang
Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga
Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram;
2. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern;
3. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 beserta
perubahannya
tentang
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah,
sebagaimana
telah
diubah
dengan
Peraturan Presiden RI Nomor 70 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun
2010
tentang
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
4. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia 2011-2025, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden

Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan


dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 20112025;
5. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali;
6. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum;
7. Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang
Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima;
8. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2014 tentang Tata
Cara Penetapan Prasarana Olah Raga;
9. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2014 tentang
Pengawasan dan Pengendalian Kepariwisataan;
10.Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2014 tentang
Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan
Kepariwisataan;
11.Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas;
12.Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 tentang
Perizinan Untuk Usaha Mikro dan Kecil;
13.Peraturan Presiden Nomor 185 Tahun 2014 tentang
Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi;
14.Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019;
15.Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
16.dan/atau Peraturan Presiden terkait lainnya.
KEPUTUSAN PRESIDEN
1. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
2. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 tentang
Penggunaan Tanah bagi Pembangunan Kawasan
Industri;
3. Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang
Kawasan Industri;
4. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
5. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang
Penetapan Cekungan Air Tanah;
6. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 Tentang

Penetapan Wilayah Sungai;


7. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Tim
Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun;
8. dan/atau Keputusan Presiden terkait lainnya.
INSTRUKSI PRESIDEN
1. Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Penyelesaian Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi dan Kabupaten/Kota;
2. dan/atau Instruksi Presiden terkait lainnya.
PERATURAN MENTERI
1. Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
11/PRT/M/2009
tentang
Pedoman
Persetujuan
Subtansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan
Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota,
Beserta Rencana Rincinya;
2. Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
20/PRT/M/2011
tentang
Pedoman
Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota;
3. Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
01/PRT/M/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan
Pemberian Persetujuan Subtansi Dalam Penetapan
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Rinci
Tata Ruang Kabupaten/Kota;
4. Keputusan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
234/KPTS/M/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan
Pemberian Persetujuan Subtansi Rancangan Peraturan
Daerah
Tentang
Rencana
Rinci
Tata
Ruang
Kabupaten/Kota Kepada Gubernur Jawa Tengah;
5. dan/atau Peraturan Menteri terkait lainnya.
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH
1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 22
Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung di
Provinsi Jawa Tengah;
2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11
Tahun 2004 tentang Garis Sempadan, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 9 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11
Tahun 2004 tentang Garis Sempadan;
3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun
2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup di

Provinsi Jawa Tengah;


4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana di Provinsi Jawa Tengah;
5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2009-2029;
6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun
2010 tentang Penanaman Modal di Provinsi Jawa
Tengah;
7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Pendidikan;
8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun
2013 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan Provinsi Jawa Tengah;
9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun
2013 tentang Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Permukaan di Provinsi Jawa Tengah;
10.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Perhubungan di Jawa
Tengah;
11.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10
Tahun 2013 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Cagar
Budaya Provinsi Jawa Tengah;
12.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Sampah di Jawa Tengah;
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH
1. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 23 Tahun
2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara di
Provinsi Jawa Tengah;
2. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 46 Tahun
2013 tentang Pedoman Pengembangan dan Pembinaan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Provinsi Jawa
Tengah;
3. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 47 Tahun
2013 tentang Petunjuk Teknis Kriteria, Persyaratan, dan
Tata Cara Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan Provinsi Jawa Tengah;
4. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun
2014 tentang Tata Cara dan Mekanisme Pemberian
Insentif dan Disinsentif Penataan Ruang Provinsi Jawa
Tengah;

5. dan/atau Peraturan Gubernur Jawa Tengah terkait


lainnya.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN
1. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Kebumen Nomor 3 Tahun 1989 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Daerah Tingkat II Kebumen;
2. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 Tahun
2003 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Kabupaten Kebumen;
3. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 5 Tahun
2003 tentang Irigasi;
4. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 6 Tahun
2003 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Surat
Izin Usaha Perdagangan;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 8 Tahun
2003 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian
Tanda Daftar Gudang;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 10
Tahun 2003 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan
Tanda Daftar Industri;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 43
Tahun 2004 tentang Izin Pemakaian Tanah Pengairan;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 45
Tahun 2004 tentang Izin Usaha Kepariwisataan;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 53
Tahun 2004 tentang Partisipasi Masyarakat dalam
Proses Kebijakan Publik;
10.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 4 Tahun
2006 tentang Izin Gangguan;
11.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 4 Tahun
2008 tentang Izin Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Swasta, Izin Industri Rumah Tangga Makanan Minuman
dan Izin Pengobat Tradisional;
12.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 6 Tahun
2008 tentang Izin Mendirikan Bangunan;
13.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 10
Tahun 2008 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima;
14.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 11
Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang
Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah;
15.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 Tahun

2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2025;
16.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 4 Tahun
2010 tentang Wajib Daftar Perusahaan;
17.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 16
Tahun 2010 tentang Pengelolaan Air Tanah;
18.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 17
Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 20102015;
19.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 22
Tahun 2011 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara;
20.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pasar Daerah;
21.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 24
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pasar Grosir dan/atau
Pertokoan;
22.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 34
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah;
23.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 22
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pendidikan;
24.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 23
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilyah
Kabupaten Kebumen Tahun 2011-2031;
25.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 26
Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung;
26.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 3 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak;
27.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 17
Tahun 2013 tentang Hutan Kota;
28.Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 4 Tahun
2014
tentang
Penyelenggaraan
Penanggulangan
Bencana;
29.dan/atau Peraturan Gubernur Jawa Tengah terkait
lainnya.

Ruang Lingkup
11. Lingkup
Kegiatan

Ruang lingkup
Ruang lingkup kegiatan adalah temu kenali sesmua
permasalah terkait Kawasan Perkotaan Karanganyar dan
Sekitarnya, dan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
dan Pengaturan Zonasi (zoning map & zoning regulasi)
Kawasan Perkotaan Kebumen dan Sekitarnya, secara garis

besar, sebagai berikut :


A. Lingkup Wilayah :
Lingkup wilayah penyusunan RDTRK dengan peraturan
Zonasi adalah wilayah Kawasan Perkotaan Karanganyar
dan sekitarnya (meliputi kecamatan yang ada di
dalamnya) sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen
Nomor 23 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten
Kebumen Tahun 2011-2031.
B. Ruang Lingkup Kegiatan
Secara garis besar lingkup subtansi dalam pekerjaan ini
terdiri atas :
1. Tinjauan
Kebijakan
daerah
terhadap
pengembangan kawasan perkotaan kebumen
dan sekitarnya meliputi RPJP, RPJMD, RTRW
dan Dokumen lain yang terkait.
2. Tinjauan
potensi
dan
permasalahan
perkembangan kawasan perkotaan dari berbagai
aspek, antara lain :
a. Aspek fisik dasar,
b. Aspek penggunaan lahan,
c. Aspek penduduk dan sosial budaya,
d. Aspek perekonomian
e. Aspek sistem jaringan transportasi,
f. Aspek sarana
perkotaan,

dan

prasarana

kawasan

g. Aspek keterkaitan tata ruang dengan wilayah


perencanaan eksternalnya.
3. Tahapan analisis, yang meliputi :
a. Analisis fisik dasar (kemiringan tanah,
morfologi, topologi, hidrologi, geologi,
dan lain-lain) untuk menghasilkan daya
dukung dan daya tampung lingkungan
hidup (KLHS),
b. Analisis kependudukan antara lain
jumlah, distribusi, struktur pada setiap
blok peruntukan,
c. Analisis pemanfaatan ruang kawasan
pada blok-blok peruntukan meliputi
lokasi kegiatan/peruntukan dan luas
lahan peruntukan, pola hubungan antar

fungsi kawasan,
d. Analisis
pemanfaatan
lahan
dan
memperhatikan
aspek
ketersediaan
sumberdaya alam/fisik dan buatan
intensitas jenis kegiatan, konservasi
lahan (termasuk Ruang Terbuka Hijau
dan/atau
Non
Hijau
Kawasan
Perkotaan),
e. Analisis jaringan pergerakan kawasan
meliputi sistem jaringan pergerakan dan
sarana prasarana penunjang pada setiap
blok peruntukan,
f. Analisis
fasilitas/sarana
pelayanan
kawasan meliputi lokasi, luas lahan,
jumlah sebaran fasilitas pada setiap blok
peruntukan,
g. Analisis jaringan utilitas meliputi lokasi,
sistem jaringan untuk seluruh jaringan
telekomunikasi, listrik, gas, air (air
bersih,
air
limbah,
air
hujan),
persampahan, dan lain-lain,
h. Analisis tata bangunan antara lain
meliputi
kepadatan,
ketinggian
bangunan, garis sempadan bangunan,
i. Analisis daerah rawan banjir,
j. Analisis struktur pelayanan kegiatan,
k. Analisis pengembangan sektor-sektor
potensial/unggulan sebagai pedorong
pertumbuhan kawasan (basis ekonomi,
ekonomi lokal, prospek pertumbuhan
ekonomi, sektor internal),
l. Analisis
Perkiraan
kebutuhan
pelaksanaan pembangunan kawasan;
Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan
kawasan
didasarkan
atas
hasil
analisis
kependudukan, sektor/kegiatan potensial, daya
dukung lingkungan, kebutuhan prasarana dan
sarana
lingkungan,
sasaran
pembangunan
kawasan yang hendak dicapai, dan pertimbangan
efisiensi pelayanan.
Perkiraan kebutuhan tersebut mencakup :

1) Perkiraan
kebutuhan
kependudukan;

pengembangan

2) Perkiraan
kebutuhan
ekonomi perkotaan;

pengembangan

3) Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan


ekonomi perkotaan;
4) Perkiraan
kebutuhan
pengembangan
lahan
perkotaan
(kebutuhan
ekstensifikasi; kebutuhan intensifikasi)
5) Perkiraan
ketersediaan
pengembangan;
6) Perkiraan kebutuhan
sarana perkotaan.

lahan

bagi

prasarana

dan

m. Analisis pemanfaatan lahan perumahan


yang sudah berijin namun belum
dibangun (lahan tidur), yang mencakup:
1) Identifikasi kebijakan perijinan yang
sudah diterbitkan
2) Plotting area sesuai perijinan yang
sudah diterbitkan
3) Kondisi eksisting dan rencana
penggunaan
sesuai
ijin
yang
diterbitkan
4) Sinkronisasi perencanaan antar
kawasan
permukiman,
baik
pemanfaatan
lahan
maupun
jaringan sarana dan prasarana.
5) Optimalisasi pemanfaatan lahan
6) Interkoneksitas dengan jaringan
sarana dan prasarana yang telah
ada (termasuk dengan permukiman
tidak tertata).
4. Perumusan Rencana Detail Tata Ruang
Perumusan ini berdasarkan pada perkiraan
kebutuhan pelaksanaan pembangunan dan
pemanfaatan ruang.
5. Perumusan rencana pentahapan pembangunan
kawasan
perkotaan
yang
merupakan
perumusan indikasi program pembangunan
yang akan dilaksanakan di wilayah perencanaan

dalam kurun waktu 20 tahun dengan


kedalaman materi dari rencana pembangunan
yang mengatur prioritas pelaksanaan dan
tahapan pelaksanaan periode 5 tahunan.
C. Tingkat Kedalaman Rencana
Kedalaman materi yang terkandung di dalam RDTR
Kawasan Perkotaan Karanganyar dan sekitarnya ini
antara lain memuat aspek-aspek sebagai berikut :
1. Tujuan pengembangan Kawasan
Karanganyar dan sekitarnya

Perkotaan

Tujuan pengembangan dirumuskan sesuai dengan


permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan
urgensi/keterdesakan penanganan wilayah.
2. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan
Ruang Perkotaan Karanganyar dan sekitarnya
a. Rencana Distribusi Penduduk
1) Materi yang diatur
Distribusi penduduk sampai dengan akhir
tahun perencanaan.
2) Kedalaman materi yang diatur
Rencana
distribusi
penduduk
perkotaan yang dirinci dalam
peruntukan.

kawasan
blok-blok

3) Pengelompokan materi yang diatur


Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
setiap blok peruntukan.
b. Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan
1) Materi yang diatur
Tata
jenjang
kapasitas,intensitasdan
jangkauan pelayanan menurut lokasi dan jenis
pelayanan kegiatan dalam kawasan.
2) Kedalaman materi yang diatur
Distribusi pusat-pusat pelayanan kegiatan
perkotaan dirinci sampai pusat pelayanan
lingkungan permukiman perkotaan.
3) Pengelompokan materi yang diatur :
a) Perdagangan yang terdiri dari :
perdagangan
skala
regional;perdagangan skala kota;- perdagangan

skala lingkungan.
b) Pendidikan
yang
terdiri
dari:
perguruan
tinggi/akademi;sekolah
lanjutan tingkat atas; sekolah lanjutan
tingkat pertama; sekolah dasar; taman
kanak-kanak dan kursus.
c) Pelayanan kesehatan yang terdiri dari :
rumah sakit umum kelas B; rumah
sakit umum kelas C; rumah sakit
umum kelas D; pusat kesehatan
masyarakat,
pusat
kesehatan
masyarakat pembantu; klinik;
d) Pelayanan rekreasi dan atau olah raga
yang terdiri dari : pelayanan skala
kota; pelayanan skala lingkungan.
e) Pelayanan pemerintahan yang terdiri
dari pelayanan pemerintah kecamatan
maupun desa/kelurahan
f) Pelayanan
keamanan/pertahanan
yang terdiri dari pos keamanan/polisi
dan pos pemadam kebakaran, baik
skala kota maupun skala lingkungan.
g) Pelayanan peribadatan yang terdiri dari
:
mushola,
masjid,
gereja,
vihara/klenteng.
h) Pelayanan yang lainnya.
c. Rencana Sistem Jaringan Pergerakan
1) Materi yang diatur
Sistem jaringan pergerakan dan prasarana
penunjang
(terminal,
jalan,
lingkungan
perparkiran) bagi angkutan jalan raya dan
angkutan kereta api.
2) Kedalaman materi yang diatur
Angkutan jalan raya, meliputi seluruh sistem
primer, jaringan arteri sekunder dan kolektor
sekunder, sampai dengan jalan lokal sekunder;
Pergerakan lainnya meliputi seluruh sistem
pergerakan.
3) Pengelompokan materi yang diatur
a) Angkutan

jalan

raya,

terdiri

dari

Jaringan jalan arteri sekunder, jaringan


jalan kolektor sekunder, jaringan jalan
lokal sekunder, sistem primer (jumlah
lajur, daerah pengawasan jalan, daerah
milik jalan, persimpangan utama); Jalur
sepeda dan pejalan kaki (pedestrian);
Terminal penumpang dan barang; Halte
dan
tempat
pembrhentian
moda
transportasi; Jaringan trayek angkutan
penumpang dan jaringan lintas angkutan
barang.
b) Angkutan kereta api, terdiri dari :Jaringan
jalan kereta api; Stasiun kereta api.
d. Rencana Sistem Jaringan Utilitas
1) Materi yang diatur
Sistem jaringan utilitas dalam kawasan hingga
akhir tahun
perencanaan.
2) Kedalaman materi yang diatur
a) Seluruh jaringan telepon
jaringan kabel sekunder);

(hingga

b) Seluruh jaringan listrik (tegangan


menengah hingga gardu distribusi);
c) Jaringan pipa gas;
d) Seluruh jaringan air bersih (hingga
jaringan distribusi sekunder/per blok
peruntukan);
e) Seluruh jaringan air hujan;
f) Seluruh jaringan air limbah;
g) Seluruh jaringan persampahan (hingga
TPS komunal).
3) Pengelompokan materi yang diatur
a) Sistem saluran telepon, yang terdiri
dari : Stasiun telepon otomat; Rumah
kabel dan kotak pembagi; Jaringan
kabel sekunder; Jaringan telepon
seluler.
b) Sistem jaringan listrik, yang terdiri dari
:
Bangunan
pembangkit;
Gardu
distribusi; Sistem distribusi; Jaringan

listrik lainnya.
c) Sistem jaringan Gas dan BBM, yang
terdiri dari : Pabrik gas (SPPBE/SPBE)
dan SPBU; Seluruh jaringan gas/BBM.
d) Sistem penyediaan air bersih, yang
terdiri dari : Bangunan pengambil air
baku; Seluruh pipa transmisi air baku
instalasi
produksi;
Seluruh
pipa
transmisi air bersih; Bak penampung;
Hingga
pipa
distribusi
sekunder/distribusi
hingga
blok
peruntukan.
e) Sistem pembuangan air hujan, yang
terdiri dari : Seluruh saluran; kolam
penampungan.
f) Sistem pembuangan air limbah, yang
terdiri
dari
:
Seluruh
saluran;
Bangunan
pengolahan;
kolam
penampungan; Instalasi tambahan
untuk air limbah yang mengandung
B3.
g) Sistem persampahan, yang terdiri
dari : Tempat pembuangan akhir;
Bangunan
pengolahan
sampah;
Penampungan
sementara;
Sistem
pembuangan
dan
pengelolaan
persampahan; Kebutuhan penyediaan
sistem penanganan dan pengelolaan
sampah.
h) Sistem jaringan prasarana lainnya,
yang terdiri dari jalur evakuasi
bencana, tempat evakuasi sementara,
jalur penanganan bencana, tempat
prasarana lainnya.
e. Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Block Plan)
Rencana pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan
yang menggambarkan ukuran, fungsi serta
karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan
alam,
yang
dituangkan
dalam
blok-blok
peruntukan.
1) Materi yang diatur

Luas dan lahan peruntukan sampai dengan


akhir tahun perencanaan.
2) Kedalaman materi yang diatur
Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang
dirinci dalam blok-blok peruntukan.
3) Pengelompokan materi yang diatur
a) Kawasan Budidaya, meliputi:
(1) Perumahan dan permukiman, yang
dirinci menurut ketinggian
(2) bangunan,
jenis
pengelompokan
besaran perpetakan;

penggunaan,
berdasarkan

(3) Perdagangan, yang dirinci menurut


jenis dan bentuk bangunannya,
antara lain pasar, pertokoan, mal,
bengkel, depot, dll;
(4) Industri,
jenisnya;

yang

dirinci

menurut

(5) Pendidikan, yang dirinci menurut


tingkatan pelayanan mulai dari
Pendidikan
Tinggi/Akademi,
SLTA/MAN,
SLTP/MTs,
SD/MI,
TK/RA, Kursus;
(6) Kesehatan, yang dirinci menurut
tingkat pelayanan mulai dari RS
Umum kelas B, C, D; puskesmas,
puskesmas pembantu; klinik;
(7) Peribadatan, yang dirinci menurut
jenisnya mulai dari mesjid, gereja,
kelenteng;
(8) Rekreasi, yang dirinci menurut
jenisnya,
antara
lain
taman
bermain, taman rekreasi, taman
lingkungan, taman kota, dan lainlain;
(9) Olahraga, yang dirinci menurut
tingkat pelayanannya, antara lain
stadion, dan lain-lain;
(10)
Fasilitas sosial lainnya, yang
dirinci menurut jenisnya, seperti

panti asuhan, dan lain-lain;


(11)
Perkantoran pemerintah dan
niaga,
yang
dirinci
menurut
instansinya;
(12)
Terminal angkutan jalan raya
baik untuk penumpang atau barang
(13)
Kawasan pertanian tanaman
pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan;
(14)
Taman pemakaman umum,
taman pemakaman pahlawan;
(15)
Tempat pembuangan sampah,
dan lain-lain.
(16)
Kawasan peruntukan ruang
bagi
kegiatan
sektor
informal
(lokasi, jenis sektor informal, waktu
kegiatan,
pengelolaan
lokasi
kegiatan sektor informal).
b) Kawasan Lindung, meliputi :
(1) Kawasan resapan air dan kawasan
yang memberikan perlindungan
bagi kawasan bawahan lainnya;
(2) Sempadan sungai, sekitar danau
dan waduk, sekitar mata air
(3) Kawasan
terbuka
hijau
kota
termasuk jalur hijau dan taman
kota/taman wisata (jenis, luasan
dan pemanfaatan)
(4) Kawasan cagar budaya;
(5) Kawasan bencana
rawan banjir.

alam/

daerah

3. Penetapan Sub BWP yang di prioritaskan


penanganannya.
Penetapan
Sub
BWP
yang
diprioritaskan
penggunaannya merupakan upaya dalam rangka
operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan
ke dalam rencana penanganan Sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya merupakan lokasi
pelaksanaan salah satu program prioritas dari RDTR.
Penetapan

Sub

BWP

yang

diprioritaskan

penanganannya harus memuat sekurang-kurangnya :


a. Lokasi
Lokasi
Sub
BWP
yang
diprioritaskan
penanganannya digambarkan dalam peta. Lokasi
tersebut dapat meliputi seluruh lokasi wilayah
Sub BWP yang ditentukan, atau dapat juga
meliputi sebagian saja dari wilayah dari wilayah
Sub BWP tersebut. Batas delineasi lokasi Sub
BWP
yang
diprioritaskan
penanganannya
ditetapkan dengan mempetimbangkan :
1) Batas fisik, seperti Blok dan Sub Blok;
2) Fungsi kawasan, seperti zona dan subzona;
3) Wilayah
administrasi,
seperti
Desa/Kelurahan dan Kecamatan;

RT,

RW,

4) Penentuan secara kultur tradisional, seperti


dukuh/dusun, kampung, desa adat (bila ada)
sebagai misalnya;
5) Kesatuan
karakteristik
tematik,
seperti
kawasan kota lama, kawasan perkampungan
tertentu, dan kawasan permukiman tradisional;
dan
6) Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang
berkembang cepat, kawasan terbangun yang
memerlukan
penataan,
kawasan
yang
dilestarikan, kawasan rawan bencana dan
kawasan gabungan atau campuran.
b. Tema Penanganan
Tema penanganan adalah program utama untuk
setiap lokasi. Tema penanganan Sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya terdiri atas :
1) Perbaikan
prasarana,
sarana,
dan
blok/kawasan, contohnya
melalui
penataan
lingkungan permukiman
kumuh
(perbaikan
kampung) dan penataan
lingkungan permukiman
nelayan
(bila
ada),
sebagai misalnya.
2) Pengembangan

kembali

prasarana, sarana dan


blok/kawasan, contohnya
melalui
peremajaan
kawasan, pengembangan
kawasan terpadu, serta
rehabilitasi
dan
rekonstruksi
kawasan
pascabencana;
3) Pengembangan
baru
prasarana,
sarana,
blok/kawasan, contohnya
dengan
pembangunan
kawasan
permukiman
(kawasan
siap
bangun/lingkungan siap
bangun-berdiri sendiri),
pembangunan kawasan
terpadu,
pembangunan
desa
agropolitan,
pembangunan kawasan
perbatasan; dan/atau
4) Pelestarian/perlindungan
blok/kawasan, contohnya
melalui
pelestarian
kawasan,
konservasi
kawasan, dan revitalisasi
kawasan.
4. Pedoman pelaksanaan pembangunan
a. Arahan Kepadatan Bangunan
1) Materi yang diatur
Perbandingan luas lahan yang tertutup
bangunan dan bangunan-bangunan dalam tiap
petak peruntukan dibandingkan dengan luas
petak peruntukan
2) Kedalaman materi yang diatur
Kepadatan bangunan yang dirinci untuk setiap
blok-blok peruntukan.
3) Pengelompokan materi yang diatur
a) Blok peruntukan dengan koefisien
dasar bangunan sangat tinggi
b) Blok

peruntukan

dengan

koefisien

dasar bangunan menengah


c) Blok peruntukan dengan
dasar bangunan rendah

koefisien

d) Blok peruntukan dengan koefisen


dasar bangunan sangat rendah
b. Arahan Ketinggian Bangunan
1) Materi yang diatur
Rencana
ketinggian
maksimum
atau
maksimum dan minimum bangunan untuk
setiap blok peruntukan (koefisien lantai
bangunan)
2) Kedalaman materi yang diatur
Ketinggian bangunan yang dirinci untuk setiap
blok peruntukan.
3) Pengelompokan materi yang diatur
a) Blok peruntukan ketinggian bangunan
sangat rendah adalah blok dengan
tidak bertingkat dan bertingkat;
b) Blok peruntukan ketinggian bangunan
rendah adalah blok dengan bangunan
bertingkat;
c) Blok peruntukan ketinggian bangunan
sedang adalah blok dengan bangunan
bertingkat;
d) Blok peruntukan ketinggian bangunan
tinggi adalah blok dengan bangunan
bertingkat;
e) Blok peruntukan ketinggian bangunan
sangat tinggi adalah blok dengan
bangunan bertingkat.
c. Arahan Garis Sempadan
Arahan garis sempadan ini mengatur :
1) Sempadan Bangunan;
2) Sempadan Pagar;
3) Sempadan Sungai;
4) Sempadan
Tegangan
Telekomunikasi;

Tinggi,

5) dan jenis sempadan lainnya


d. Rencana Penanganan Blok Peruntukan

Listrik,

1) Materi yang diatur


Penanganan blok peruntukan dan jaringan
pergerakan
serta
utilitas
yang
akan
dilaksanakan dalam kawasan, baik kebutuhan
akan
konservasi,
pengembangan
baru,
pemugaran atau penanganan khusus.
2) Kedalaman materi yang diatur
Penanganan blok peruntukan dan jaringan
pergerakan yang dirinci untuk setiap blok
peruntukan dan penggal jalan.
3) Pengelompokan materi yang diatur
a) Bangunan/jaringan baru yang akan
dibangun;
b) Bangunan/jaringan
ditingkatkan;

yang

akan

c) Bangunan/jaringan
diperbaiki;

yang

akan

d) Bangunan/jaringan
diperbaharui;

yang

akan

e) Bangunan/jaringan
dipugar;

yang

akan

f) Bangunan/jaringan
dilindungi.

yang

akan

e. Rencana Penanganan Prasarana dan Sarana


1) Materi yang diatur
Penanganan prasarana dan sarana yang akan
dilaksanakan dalam kawasan, baik kebutuhan
akan
konservasi,
pengembangan
baru
pemugaran atau penanganan khusus
2) Kedalaman materi yang diatur
Penanganan prasarana dan sarana yang dirinci
untuk setiap blok peruntukan dan penggal
jalan.
3) Pengelompokan materi yang diatur
a. jaringan prasarana dan sarana baru
yang akan dibangun;
b. jaringan prasarana dan sarana yang
akan ditingkatkan;
c. jaringan prasarana dan sarana yang

akan diperbaiki;
d. jaringan prasarana dan sarana yang
akan diperbaharui;
e. jaringan prasarana dan sarana yang
akan dipugar.
f. Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan
melalui kegiatan pengawasan dan penertiban
terhadap pemanfaatan ruang dan izin lingkungan,
berdasarkan :
1) Mekanisme
perijinan
(termasuk,
insentif/disinsentif, izin lingkungan)
2) Mekanisme pelaporan
3) Mekanisme pemantauan
4) Mekanisme evaluasi
5) Mekanisme pengenaan sanksi.
5. Peraturan Zonasi
1) Materi Peraturan Zonasi
Pengaturan zonasi masih memuat materi wajib
yang meliputi kesatuan kegiatan dan penggunaan
lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang,
ketentuan tata bangunan, ketentuan prasarana
dan sarana minimal, ketentuan pelaksanaan,
materi pilihan yang terdiri atas ketentuan
tambahan, ketentuan khusus, standar khusus,
standar teknis, dan ketentuan pengaturan zonasi.
2) Pengelompokan Materi
1. Materi Wajib.
a. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan
Lahan
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
adalah ketentuan yang berisi kegiatan dan
penggunaan lahan yang diperbolehkan,
kegiatan dan penggunaan lahan yang
bersyarat tertentu, dan kegiatan dan
penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan
pada suatu zona.
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
dirumuskan
berdasarkan
ketentuan

maupun standar yang terkait dengan


pemanfaatan ruang, ketentuan dalam
peraturan
bangunan
setempat,
dan
ketentuan khusus bagi unsur bangunan
atau komponen yang dikembangkan.
b. Ketentuan Insentif Pemanfaatan Ruang
Ketentuan intensif pemanfaatan ruang
mengatur ketentuan mengenai besaran
pembangunan yang diperbolehkan pada
suatu zona meliputi, KDB maksimum, KLB
maksimum,
ketinggian
bangunan
maksimum, dan KDH minimal.
Demikian juga ketentuan lain meliputi : KTB
maksimum, KWT maksimum, kepadatan
bangunan atau unit maksimum dan
kepadatan penduduk maksimal.
c. Ketentuan Tata Bangunan
Ketentuan
tata
bangunan
memuat
ketentuan yang mengatur bentuk, besaran,
peletakan, dan tampilan bangunan pada
suatu zona. Ketentuan ini minimal berisi :
GSB minimal, tinggi bangunan maksimum,
jarak bebas antar bangunan minimal,
tampilan bangunan.
d. Ketentuan Prasarana Minimal
Ketentuan prasarana dan sarana minimal
berfungsi sebagai kelengkapan dasar fisik
lingkungan dalam rangka menciptakan
lingkungan
yang
nyaman
melalui
penyediaan prasarana dan sarana yang
sesuai agar zona berfungsi secara optimal.
Ketentuan mengenai prasarana dan sarana
minimal
ditetapkan
sesuai
dengan
ketentuan mengenai prasarana dan sarana
yang
diterbitkan
oleh
instansi
yang
berwenang.
e. Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan terdiri atas :
1) Ketentuan variasi pemanfaatan
ruang;
2) Ketentuan

pemberian

insentif

dan disinsentif
3) Ketentuan untuk penggunaan
lahan yang sudah ada dan tidak
sesuai dengan peraturan zonasi.
2. Materi Pilihan
a. Ketentuan Tambahan
Ketentuan tambahan adalah ketentuan lain
yang dapat ditambahkan pada suatu zona
untuk melengkapi aturan dasar yang
ditetapkan.
Ketentuan
tersebut
telah
disepakati bersama antara pemegang hak
atas tanah dan pihak regulator, antara lain
a) Kualitas
Lingkungan
b) Arahan
bentuk,
dimensi,
gubahan dan
perletakan
dari
suatu
bangunan
atau
komponen
bangunan
c) Sirkulasi
kendaraan
d) Sirkulasi
pejalan kaki
e) Pedestrian dan
pedagang kaki
lima
f) Ruang terbuka
hijau/ruang
terbuka
non
hijau dengan
fasilitas
dan
tidak
berfasilitas.
g) Utilitas
bangunan dan
lingkungan

h) Wajah
arsitektur.
b. Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang
mengatur pemanfaatan zona yang memiliki
fungsi khusus dan diberlakukan khusus
sesuai dengan karakteristik zona dan
kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zonazona yang digambarkan di peta khusus yang
memiliki pertampalan (overlay) dengan zona
lainnya dapat pula dijelaskan disini.
Ketentuan mengenai penerapan aturan
khusus pada zona-zona khusus diatas
ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
c. Standar Teknis
Standar teknis adalah aturan-aturan teknis
bangunan yang ditetapkan berdasarkan
peraturan/standar/ketentuan teknis yang
berlaku serta berisi panduan yang terukur
dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan.
d. Ketentuan Pengaturan Zonasi
Ketentuan pengaturan zonasi adalah variasi
dari
zonasi
konvensional
yang
dikembangkan
untuk
memberikan
fleksibelitas dalam penerapan aturan zonasi
dan ditujukan untuk mengatasi berbagai
permasalahan dalam penerapan peraturan
zonasi dasar.
6. Jangka waktu Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan
Perkotaan
Karanganyar
dan
Sekitarnya adalah 20 (dua puluh) tahun.
D. Kewajiban Konsultan
Dalam penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Kebumen
dan Sekitarnya ini, Konsultan Pelaksana (Pihak Ketiga)
berkewajiban :
1. bertanggung
jawab
sepenuhnya
terhadap
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan ketentuan
perjanjian kerjasama yang telah ditetapkan.
2. menyusun kajian tersebut berdasarkan ketentuan
teknis yang telah ditetapkan dalam kerangka acuan

kerja.
3. melaksanakan pekerjaannya sampai dengan batas
waktu yang telah disepakati.
4. mempresentasikan hasil pekerjaannya dalam
forum terbuka. Dalam kesempatan tersebut,
konsultan dapat mengundang narasumber yang
berkompeten untuk hadir.
5. Konsultan dalam melaksanakan pekerjaannya
dapat meminta bantuan teknis, baik kepada Tim
Teknis maupun instansi terkait lainnya untuk
memperoleh petunjuk dan pengarahan agar
mencapai hasil yang optimal.
6. melaksanakan proses
yaitu pada saat :

asistensi

secara

berkala

a. Sebelum
dan
setelah
dilaksanakannya
Ekspose Laporan Pendahuluan, Ekpose
Laporan Antara dan Ekspose Draft Laporan
Akhir
b. Setelah pelaksanaan Ekspose Draft Laporan
Akhir hingga Laporan Akhir siap untuk
dicetak.
7. Dalam melaksanakan pekerjaannya, konsultan
wajib melakukan alih pengetahuan tentang
rencana kepada aparat pelaksana daerah dengan
cara yang disepakati antara pemerintah daerah
dengan konsultan.
8. Dalam melaksanakan peta dasar dengan ketelitian
Peta 1:5.000 yang bersumber dari Citra Satelit
Resolusi Tinggi, sebagai dasar penyusunan RDTR.
METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
12. Keluaran3

Metodologi Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode sebagai berikut :
1. Melakukan desk study (studi
literatur)
:
best
practice,
pedoman,
literatur,
studi
terdahulu, terkait.
2. Melakukan field study (studi
lapangan) untuk inventarisasi
data
dilakukan
dengan

3 Dijelaskan pula keterkaitan antara suatu keluaran dengan keluaran lain.

pengumpulan
data
sekunder
pada instansi terkait maupun
survey pengamatan langsung.
3. Metode
diskusi
melalui
pembahasan/konsinyasi/FGD.
Diskusi
yang
dilaksanakan
meliputi :
a) Pemilihan lokasi kawasan prioritas yang akan
disusun RDTRnya
b) Pembahasan dan penyusunan KLHS untuk RDTR
kawasan yang direncanakan.
c) Pembahasan substansi RDTR dan PZ di pusat,
dengan melibatkan Pemerintah Kota dan instansi
pusat.
d) Pembahasan substansi RDTR dan PZ di daerah,
dengan melibatkan Pemerintah Kota, Pemerintah
Provinsi dan instansi pusat.
e) Konsinyasi di daerah, terkait dengan revisi
substansi RDTR dan PZ, bersama dengan
Pemerintah Kota dan instansi pusat.
f) Pembahasan laporan di pusat, yaitu laporan awal
dan laporan akhir kegiatan, dengan melibatkan
Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Pusat pada
instansi yang membidangi (sesuai ketentuan yang
berlaku).
13.Keluaran4

Keluaran kegiatan penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan


Karanganyar dan Sekitarnya adalah tersusunnya dokumen
RDTR Kawasan Perkotaan Karanganyar dengan kedalaman
informasi Peta 1:5.000 dengan jangka waktu perencanaan
selama 20 (dua puluh) tahun yang berisi panduan dan
rencana pengembangan dan penataan kawasan perkotaan,
(keluaran ini termasuk pula, dijelaskan keterkaitan antara
suatu keluaran dengan keluaran lain), meliputi :
a. Rencana
Pola
Ruang
Kawasan
Perkotaan Karanganyar dan Sekitarnya
yang dimuat ke dalam Peta yang juga
berfungsi sebagai zoning map bagi
peraturan zonasi,
b. Rencana jaringan prasarana yang

4 Dijelaskan pula keterkaitan antara suatu keluaran dengan keluaran lain.

14. Peralatan,
Material,
Personil, dan
Fasilitas, dari
Pejabat
Pembuat
Komiimen
15. Peralatan,
Material, dari
Penyedia Jasa
Konsultansi

meliputi : rencana pengembangan


jaringan
pergerakan,
rencana
pengembangan
jaringan
energi,
rencana
pengembangan
jaringan
telekomunikasi,
rencana
pengembangan jaringan air minum,
rencana pengembangan air limbah,
rencana
pengembangan
jaringan
prasarana lainnya,
c. Penetapan BWP dan Sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya,
d. Ketentuan pemanfaatan ruang yang
merupakan upaya mewujudkan RDTR
dalam bentuk program pengembangan
BWP dalam jangka waktu perencanaan
5 (lima) tahunan sampai akhir masa
perencanaan,
e. Peraturan Zonasi yang memuat materi
materi wajib sesuai dengan ketentuan
berlaku dan materi pilihan sesuai
dengan kondisi wilayah dari hasil
analisis di lapangan.
a. Ruang rapat, tim teknis, tim BKPRD Kabupaten Kebumen.
b. Literatur/laporan
dan data
yang sudah
pernah
dipublikasikan.
c. Kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu.

1. Peta Citra Satelit Resolusi Tinggi (Peta Citra


1:5.000),
2. GPS
yang
memenuhi
persyaratan/GPS
Geodetik,
3. Camera dan Alat Rekam Data (tertulis dan
cetak),
4. Compas,
5. Alat Ukur,
6. Komputer (desktop/latop),
7. Software (ArcGIS dll.)
8. Printer minimal mampu kertas ukuran A3,
9. Kendaraan pendukung personal.

16. Lingkup
Kewenangan
Penyedia Jasa

Kewenangan penyedia jasa, sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

17. Jangka Waktu


Penyelesaian
Kegiatan

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah 180


(seratus delapan puluh) hari kalender sejak diterimanya
SPMK kegiatan ini.

18. Personil

Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan


ini sebagai berikut :
a. TENAGA INTI, terdiri dari :
1) Ketua Tim atau Team Leader
Ketua Tim disyaratkan seorang Magister Perencanaan
Wilayah dan Kota, berpengalaman di bidang
perencanaan wilayah dan bidang pekerjaan penataan
ruang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun atau S-1
bidang perencanaan wilayah dan kota dan memiliki
pengalaman profesional di bidangnya minimal 5 (lima)
tahun.
2) Ahli Teknik Arsitektur/Planologi
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana
Arsitektur/Planologi, berpengalaman di bidangnya
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
3) Ahli Teknik Sipil
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik
Sipil, berpengalaman di bidangnya sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun.
4) Ahli Teknik Lingkungan
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik
Lingkungan, berpengalaman di bidangnya sekurangkurangnya 2 (dua) tahun.
5) Ahli Ekonomi Wilayah/Ekonomi
Pembangunan
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana
Ekonomi/Ekonomi Wilayah/Ekonomi Pembangunan,
berpengalaman di bidangnya sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun.
6) Ahli GIS
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana
Geodesi/Geografi, menguasai teknik pemetaan dan
pembuatan peta, berpengalaman di bidangnya
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

7) Ahli Hukum
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Hukum,
berpengalaman di bidangnya penyusunan penataan
ruang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.
8) Ahli Sosial/Kelembagaan
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana
Sosial/Administrasi
Negara,
berpengalaman
di
bidangnya penyusunan penataan ruang sekurangkurangnya 2 (dua) tahun.
b. TENAGA
PENDUKUNG,
terdiri
dari :
1. Tenaga
Gambar/Drafter
GIS, minimal D3,
sebanyak 1 orang,
2. Operator Komputer,
minimal
SLTA,
sebanyak 1 orang,
3. Surveyor,
minimal
D3/SLTA, sebanyak
2 orang.
19. Jadwal
Tahapan
Pelaksanaan
Kegiatan

1) Tahapan
Persiapan
(bulan ke-1)
Kegiatan pada tahap persiapan ini meliputi :
a. Penyusunan Rencana Kerja, yang
meliputi penyempurnaan metodologi
agar lebih rinci dan operasional, dan
mensinkronkan tugas tenaga ahli
dengan jadwal kerja.
b. Desk
studi
untuk
mendapatkan
gambaran awal wilayah studi. Pada
tahap ini dikaji data sekunder, seperti :
dokumen RTRW, RPJPD, RPJMD dan
dokumen lain yang terkait. Pada tahap
ini, dilakukan pula penyusunan ceklis
data, pengumpulan data sekunder,
penyusunan daftar pertanyaan dan
surat pengantar/administrasi untuk di
lapangan.
c. Mobilisasi tenaga ahli dan penjelasan
kembali alokasi tugas tenaga ahli serta

briefing tahap awal.


2) Tahapan
Pengumpulan
Data
(bulan
ke-1 dan 2).
a. Persiapan untuk pelaksanaan survai
lapangan
1) Penjelasan
terhadap
kebijaksanaan yang ada
seperti
RTRW,
RPJP,
RPJMD, RPIJM, SPPIP,
SSK, RENSTRA, RENJA
dan dokumen lain terkait.
2) Pembuatan
ceklis
dan
kuisioner
sebagai
alat
survai atau daftar data
yang
harus
dicari
di
lapangan.
3) Penyiapan peta dasar skala
1:25.000 dan 1:5.000.
4) Penyiapan peralatan survai
seperti alat ukur, kamera,
alat rekam, GPS, alat test
dan lain-lain.
5) Pembuatan jadwal kerja
survai di lapangan.
b. Pengenalan
lokasi
dan
pelibatan
masyarakat
Pelibatan masyarakat dalam survai bertujuan agar
masyarakat merasa ikut peduli terhadap perencanaan
wilayahnya dan masyarakat lebih mengetahui kondisi
wilayahnya karena menetap dan tinggal di wilayah
perencanaan.
c. Survai lapangan
Dilakukan survai berdasarkan rencana survai dan
metode yang digunakan.
3) Tahapan
Pengolahan
dan
Analisis
Data

Perencanaan
(bulan
ke-3
dan 4)
Analisis dilakukan berdasarkan isu/permasalahan pokok
dan data yang ada sesuai dengan lingkup subtansi
pekerjaan untuk menghasilkan produk rencana detail
tata ruang kawasan perkotaan Kebumen dan sekitarnya.
4) Perumusan
Rencana
Detail
Tata
Ruang
Kawasan
Perkotaan
Karanganyar
dan
Sekitarnya
(bulan ke-5)
Perumusan
ini
berdasarkan
pada
kebutuhan
pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang
serta berdasarkan aspirasi masyarakat. Hasil perumusan
konsep RDTR antara lain, sebagai berikut :
a. Tujuan penataan BWP, Blok, Sub Blok
dll.
b. Rencana pola ruang
c. Rencana jaringan prasarana
d. Penetapan dari bagian wilayah RDTR
yang diprioritaskan penanganannya
e. Ketentuan
pemanfaatan
ruang/pengendaliannya
f. Peraturan zonasi (zoning map/zoning
text)
5) Penyusunan
Naskah
Akademis,
Raperda
RDTR
dan
KLHS (bulan
ke-5 dan 6)
Dalam rangka operasionalisasi ketentuan di dalam RDTR
dilakukan penetapan melalui peraturan daerah, untuk

20. Laporan
Pendahuluan

21. Laporan
Bulanan
22. Laporan
Antara

21. Laporan Akhir

itu dalam pekerjaan ini dipersiapan naskah dan raperda


RDTR serta KLHS guna memenuhi kebutuhan dalam
rangka penetapan RDTR.
LAPORAN
Laporan pendahuluan ini berisikan hasil analisis
pendahuluan terhadap potensi dan permasalahan/isu
strategis, metodologi serta kriteria analisis yang akan
dilakukan sesuai dengan hasil survai pendahuluan dan
kajian data sekunder dan rencana kerja. Dilengkapi juga
contoh daftar isian/kuisioner serta daftar pertanyaan dalam
wawancara.
Kesepakatan peta dasar, daftar isi berikut tabel dan daftar
gambar untuk tahapan kegiatan berikutnya. Semua peta
dan gambar berwarna dengan ukuran A4.
Beberapa peta yang disepakati :
a. Peta Orientasi
b. Peta Batas Administrasi
c. Peta Tata Guna Lahan
d. Peta Rawan Bencana
e. Peta/Penetapan Sebaran Penduduk
f. Peta Tematik Lainnya yang dianggap
perlu
(sesuai
ketentuan
yang
berlaku)
Laporan pendahuluan ini disampaikan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari setelah SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar.
Laporan ini memuat laporan kemajuan pekerjaan dan
permasalah dan solusi termasuk berita acara dan
dokumentasinya.
Laporan ini akan berisikan kumpulan data dan informasi
(primer dan sekunder) termasuk diantaranya kebijakan dan
program pemerintah, hasil analisis sementara sesuai dengan
metodologi serta kriteria analisis yang disepakati pada
laporan pendahuluan, sudah dilengkapi dengan peta-peta
yang mendukung analisis.
Daftar ini berikut daftar tabel dan daftar gambar untuk
tahapan kegiatan berikutnya. Semua peta dan gambar
berwarna ukuran A3. Laporan ini diserahkan paling lambat
90 (sembilan puluh) hari setelah SPMK diterbitkan sebanyak
10 (sepuluh) eksemplar.
Laporan akhir ini akan berisikan penyempurnaan dokumen
RTDR dan PZ sesuai dengan catatan tim teknis dan hasil

konsultasi dengan Tim Derektorat Jenderal Penataan Ruang


Kementerian Pekerjaan Umum, Bappeda Provinsi Jawa
Tengah, dan Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang
Provinsi Jawa Tengah beserta berita acaranya. Semua peta
dan gambar berwarna ukuran A3 dalam draf Laporan Akhir.
Laporan ini diserahkan paling lambat 170 (seratus tujuh
puluh) hari setelah SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar.
Laporan akhir dilengkapi dengan :
1. Peta Citra Skala 1:5.000
(sesuai ketentuan yang
berlaku)
2. Album peta pada format
sebagaimana ketentuan
yang ada dan ukuran
A3
sebanyak
10
(sepuluh) buah dengan
dilengkapi
dalam
bentuk CD/DVD.
3. Materi Teknis, KLHS,
Ringkasan
Eksekutif,
Naskah
Akademik,
Raperda,
masingmasing sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar
4. Dokumen-dokumen:
FGD,
Proseding
Seminar/Workshop dan
Sosialisasi,
serta
Pertemuan
Tim
Teknis/BKPRDKab/Prov/Nas, dengan
masing-masing Berita
Acara/Dokumentasinya
yang
telah
direvisi
sesuai dengan masukan
dari Tim Teknis (sesuai
Berita Acara) sebanyak
10 (sepuluh) eksemplar
5. CD/DVD yang berisi
dokumen
seluruh
kegiatan antara lain

berupa:
laporan
kegiatan, peta dasar,
peta citra, album peta,
peta
hasil
digitasi,
bahan
presentasi
rencana
tata
ruang
kawasan
perkotaan,
serta konsep naskah
akademik,
KLHS,
Ringkasan
Eksekutif,
raperda RDTR sebanyak
10 (sepuluh) buah.
Semua data/buku dan citra dan peta hasil pengumpulan
data di daerah yang digunakan untuk proses pekerjaan ini
(termasuk berita acara/dokumentasinya)
HAL-HAL LAIN
24. Produksi
Dalam Negeri

Semua kegiatan jasa konsultasi berdasarkan KAK ini harus


dilakukan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 KAK
dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam
negeri.

25. Persyaratan
Kerjasama

Jika kerjasama dengan penyedia jasa lain diperlukan untuk


pelaksanaan kegiatan jasa konsultasi ini maka persyaratan
berikut harus dipatuhi : ---

26. Pedoman
Pengumpulan
Data Lapangan

Pegumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan


berikut :
a. Foto dokumentasi pengumpulan data.
b. Bukti kedatangan/permintaan data kepada instansi
c. Berita Acara

27. Alih
Pengetahuan

Jika diperlukan, penyedia jasa konsultasi berkewajiban


untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan
dalam
rangka
alih
pengetahuan
kepada
personil
proyek/satuan kerja Pejabat Pembuat Komitmen, berikut :
--Kebumen,

Maret 2016

Mengetahui,

Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur

KEPALA BAPPEDA

Wilayah

KABUPATEN KEBUMEN

Bappeda Kabupaten Kebumen

(Selaku Pejabat Pembuat Komitmen)

Drs. H. SABAR IRIANTO

JONI HERNAWAN, ST, MT

Pembina Tk. I

Pembina

NIP. 19580304 198910 1 002

NIP. 19700728 199803 1 006

Anda mungkin juga menyukai