1
A. LATAR BELAKANG
Dasar Hukum dan Kebijakan
Dasar hukum dan kebijakan dalam melaksanakan pekerjaan ini sekurang-kurangnya merujuk
pada:
Kebijakan Nasional
1. Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN);
2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan beserta peraturan pelaksanaannya;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
6. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat; dan
7. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
2
6. Keputusan Presiden No. 59 Tahun 2009 tentang Anggota Unsur Pengarah
Penanggulangan Bencana dai Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 06 Tahun 2017
tentang penyelenggaraan Rehabilitasi dan rekonstruksi Pasca Bencana;
8. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 05 Tahun 2017
tentang Penyusunan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana;
9. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 2 Tahun 2012
tentang Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bencana
10. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 11 Tahuun 2008
tentan Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana; dan
11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 4 Tahun 2008
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penganggulangan Bencana
Kebijakan Lokasi dan Hierarki Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 8/PRT/M/2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 13.1/PRT/M/2015
Tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Tahun
2015–2019
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019
c. Jalan dan Jembatan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
73/KPTS/M/2015 tentang Pembentukan Unit Terpusat (CPMU) Pembangunan
Terpadu Pantai Ibukota Negara
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Statusnya sebagai Jalan
Nasional
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer
Menurut Fungsinya sebagai Jalan Primer (JAP) dan Jalan Kolektor-1 (JKP-1)
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 567/KPTS/M/2010 tentang Rencana
Umum Jaringan Jalan Nasional beserta perubahannya sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 92/KPTS/M/2011
tentang Perubahan Pertama Atas Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
567/KPTS/M/2010 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional
d. Sumber Daya Air
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015
tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 293/KPTS/M/2014 tentang Penetapan
Status Daerah Irigasi yang Pengelolannya Menjadi Wewenang dan Tanggung Jawab
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
e. Infrastruktur Permukiman
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan;
Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan; dan
3
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga
Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
f. Perumahan dan Kawasan Permukiman
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan
dan Kawasan Permukiman.
Peraturan lain terkait
Gambaran Umum
Secara geografis Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif Indo-Australia,
Eurasia, dan Pasifik serta memiliki deretan gunung berapi aktif yang dikenal dengan ring of
fire. Hal ini menyebabkan Indonesia rawan terhadap ancaman bencana alam seperti gempa
bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dsb. Menyadari hal tersebut maka sudah seharusnya
pembangunan perkotaan dan permukiman di Indonesia berlandaskan pada upaya mitigasi dan
pengurangan risiko bencana melalui pembangunan yang berketahanan dan berkelanjutan.
Kejadian bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang terjadi di Palu dan sekitarnya,
serta tsunami di sebagian Prov. Banten telah menghancurkan roda-roda kehidupan di wilayah
tersebut. Wilayah terdampak bencana di Kota Palu dan Prov. Banten terbukti masih sangat
rentan terhadap bencana alam, sehingga dapat dikatakan bahwa wilayah tersebut dan banyak
kota lain di Indonesia belum merupakan kota yang berketahanan.
Ancaman bahaya bencana di masa depan masih akan datang dan akan terus mengintai
perkotaan di Indonesia. Sebagai upaya untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan
perencanaan dan pembangunan yang berbasiskan ketahanan bencana dengan mengurangi
kerentanan baik dengan mengatur pembangunan sesuai dengan kondisi lahan yang
bebas/minim dari ancaman bencana, memperkuat kapasitas kawasan baik dari segi konstruksi
bangunan dan infrastruktur serta masyarakatnya, dan pengembangan teknologi untuk
mengantisipasi bahaya bencana.
Palu dan Banten adalah contoh dimana pembangunan perkotaan belum mengadaptasi
kesiapsiagaan dalam menghadapi kenyataan terkait potensi bahaya di Indonesia. Atas
kejadian yang telah menimpa kota-kota tersebut, dapat diambil pelajaran untuk membangun
kembali kawasan perkotaan dengan prinsip build back better yang mengedepankan
pembangunan kawasan dan infrastruktur yang berketahanan sehingga akan siap menghadapi
bencana yang terus mengancam ke depan.
Build back better diartikan sebagai upaya dalam tahap pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi pascabencana untuk meningkatkan ketahanan lingkungan dan komunitas melalui
integrasi upaya pengurangan risiko bencana ke dalam restorasi infrastruktur fisik dan sistem
sosial dan juga revitalisasi kehidupan, ekonomi, dan lingkungan (United Nations General
Assembly, 2916). Pendekatan build back better telah menjadi standar yang terus dipromosikan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam upaya mewujudkan kota berketahanan.
Berdasarkan uraian di atas, diperlukan studi dalam membuat rencana penanganan dan
rekonstruksi di kawasan terdampak bencana di Prov. Banten dan Kota Palu dengan prinsip
build back better untuk mencapai kota berketahanan di masa depan melalui Kegiatan Rencana
Penanganan dan Rekonstruksi Kota Berketahanan (Prov. Banten dan Kota Palu).
4
Maksud dan Tujuan
Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk memberikan masukan terhadap rencana penanganan
dan rekonstruksi di kawasan terdampak bencana di Prov. Banten dan Kota Palu dengan
berprinsipkan build back better dalam rangka mewujudkan kota berketahanan di masa depan.
Tujuan dari kegiatan ini antara lain:
1) Mengidentifikasi risiko bencana di kawasan terdampak bencana Prov. Banten dan Kota
Palu serta kawasan terkait di sekitarnya (ancaman bencana, kerentanan, dan kapasitas);
2) Mengidentifikasi konsep kota berketahanan, penataan ruang kota terkait, serta kebutuhan
pengembangannya di wilayah studi;
3) Menyusun rencana dan program pengembangan kawasan perkotaan serta infrastruktur di
kawasan terdampak bencana di Prov. Banten dan Kota Palu untuk mencapai kota
berketahanan; dan
4) Menyusun program rekonstruksi pada kawasan terdampak bencana di Prov. Banten dan
Kota Palu yang masih membutuhkan penanganan.
Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini meliputi:
1) Teridentifikasinya risiko bencana di kawasan terdampak bencana Prov. Banten dan Kota
Palu serta kawasan terkait di sekitarnya;
2) Teridentifikasinya konsep kota berketahanan, penataan ruang kota terkait, serta
kebutuhan pengembangannya di wilayah studi;
3) Tersusunnya rencana dan program pengembangan kawasan perkotaan dan infrastruktur
di kawasan terdampak bencana Prov. Banten dan Kota Palu untuk mencapai kota
berketahanan; dan
4) Tersusunnya program-program rekonstruksi pada kawasan terdampak bencana di Prov.
Banten dan Kota Palu.
B. RUANG LINGKUP
Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah studi mencakup seluruh kawasan terdampak bencana di Tanjung Lesung,
Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala. Adapun fokus dalam rencana
penanganan dan rekonstruksi yang akan dilakukan terdapat di Tanjung Lesung dan Kota Palu.
5
3) Kajian literatur, teori, dan benchmark/pengalaman praktis di Indonesia atau negara lain
yang berhasil terkait penanganan dan rekonstruksi dengan prinsip build back better;
4) Review terhadap kebijakan pengembangan kawasan perkotaan, pembangunan
infrastruktur, dan penanganan kawasan terdampak bencana;
5) Identifikasi stakeholder pusat dan daerah terkait;
6) Penyusunan peta dasar;
7) Penajaman metodologi pelaksanaan pekerjaan;
8) Inventarisasi kebutuhan data, desain survei, dan penyiapan perangkat survei;
9) Penyusunan rencana kerja dan jadwal rinci mingguan pelaksanaan pekerjaan;
10) Kick Off Meeting penyusunan Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota
Berketahanan, dengan tujuan:
- Menjaring isu dan permasalahan mengenai kebencanaan dan kota berketahanan;
- Mengetahui studi dan kajian terkait rencana penanganan dan rekonstruksi kota
berketahanan yang telah dilakukan berbagai pihak; dan
- Mengidentifikasi awal isu dan permasalahan pokok terkait kebencanaan di Prov.
Banten dan Kota Palu
Kick Off Meeting diselenggarakan dengan ketentuan:
Paket Fullday setingkat eselon II di Jakarta sesuai dengan ketentuan peraturan
yang berlaku;
Dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke-1 (pertama);
Mengundang provinsi dan kabupaten/kota terkait, K/L pusat terkait, unit organisasi
di lingkungan Kementerian PUPR, dan pemangku kepentingan lainnya terkait
pelaksanaan pekerjaan. Kick Off Meeting sekurang-kurangnya dihadiri 40 (empat
puluh) orang peserta;
Menghadirkan narasumber dari pakar dan/atau K/L dan/atau pemerintah daerah
setingkat eselon 1/pakar sebanyak 1 (satu) orang jam, dan setingkat eselon 3
sebanyak 3 (tiga) orang jam beserta 1 (satu) orang moderator;
Kelengkapan Kick Off Meeting sekurang-kurangnya meliputi spanduk,
penggandaan materi, seminar kit, uang harian, dan transport untuk masing-masing
peserta.
b. Rapat Koordinasi dan Pengumpulan Data
1) Pengumpulan data primer dan sekunder di tingkat Pusat, khususnya terkait dengan
bidang infrastruktur dan kawasan strategis sesuai dengan perangkat survei;
2) Pengumpulan data sekunder di tingkat Daerah;
3) Rapat Koordinasi 1 tentang Isu Penanganan dan Rekonstruksi Kawasan, dengan
tujuan:
- Verifikasi temuan awal mengenai data yang sudah didapatkan oleh tim;
6
- Menjaring masukan terkait isu penanganan dan rekonstruksi di kawasan
terdampak bencana.
Rapat Koordinasi 1 diselenggarakan dengan ketentuan:
Diselenggarakan masing-masing 1 (satu) kali di Prov. Banten dan Sulawesi Tengah
dengan paket Fullday setingkat eselon II sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku;
Dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 1 (pertama);
Mengundang provinsi dan kabupaten/kota terkait, K/L pusat terkait, dan pemangku
kepentingan lainnya terkait pelaksanaan pekerjaan. Rapat Koordinasi 1 sekurang-
kurangnya dihadiri 33 (tiga puluh tiga) orang peserta;
Menghadirkan narasumber dari pakar dan/atau K/L dan/atau pemerintah daerah
setingkat eselon 2 sebanyak 2 (dua) orang jam, dan setingkat eselon 3 sebanyak
4 (empat) orang jam beserta 1 (satu) orang moderator;
Kelengkapan Rapat Koordinasi 1 sekurang-kurangnya meliputi spanduk,
penggandaan materi, seminar kit, uang harian dan transport untuk masing-masing
peserta.
Rapat Koordinasi 1 diikuti dengan Survei Daerah 1
4) Survei Daerah 1 dilakukan dalam rangka pengumpulan data sekunder dan primer di
lokasi. Dilakukan pada bulan kedua dengan mengunjungi instansi terkait. Survei
Daerah 1 dilaksanakan sebanyak 1 (satu) kali selama sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari
oleh 4 (empat) orang dengan sewa kendaraan roda empat sebanyak 1 (satu) unit.
5) Pembahasan Laporan Pendahuluan, dengan tujuan memaparkan temuan awal
terhadap isu permasalahan penanganan bencana dan rencana rekonstruksi di
kawasan terdampak bencana. Pembahasan Laporan Pendahuluan dilakukan dengan
ketentuan:
Diselenggarakan dengan paket Half day setingkat eselon II di Jakarta sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
Dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 2 (dua);
Mengundang unit organisasi di lingkungan Kementerian PUPR dan stakeholders
terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya dihadiri 30 (tiga puluh)
orang peserta;
Kelengkapan Pembahasan Laporan Pendahuluan sekurang-kurangnya meliputi
penggandaan materi, uang harian dan transport untuk masing-masing peserta.
7
1) Melakukan review rencana penanganan dan rekonstruksi yang sudah tersusun di kawasan
terkait;
2) Melakukan review progress kegiatan penanganan dan rekonstruksi di kawasan terkait;
3) Melakukan analisis risiko bencana di kawasan-kawasan strategis di Prov. Banten dan Kota
Palu yang ditinjau dari faktor kerentanan, faktor bahaya, dan faktor kapasitas kawasan
dalam menghadapi bencana;
4) Kajian perumusan isu dan masalah pada kawasan terkait dalam mewujudkan kota
berketahanan;
5) Kajian kebijakan, teori dan lesson learned terkait penanganan dan rekonstruksi kawasan
terdampak bencana yang sudah pernah dilaksanakan di Indonesia;
6) Menyusun profil dan kinerja infrastruktur di kawasan strategis yang terdampak bencana;
7) Menyusun isu dan permasalahan dalam perwujudan kota berketahanan berbasis build
back better di kawasan terkait;
8) Merumuskan konsep kota berketahanan yang akan diterapkan di kawasan terkait;
9) Menyusun Skenario penanganan dan rekonstruksi di kawasan strategis yang terdampak
bencana khususnya dalam bidang infrastruktur PUPR berdasarkan prinsip build back
better untuk mencapai kota berketahaan yang sekurang-kurangnya meliputi:
a) Identifikasi faktor-faktor bahaya di dalam kawasan terkait
b) Identifikasi faktor-faktor kerentanan, khususnya terkait infrastruktur bidang PUPR, di
kawasan terkait
c) Identifikasi faktor-faktor kapasitas, khususnya terkait infrastruktur bidang PUPR, di
kawasan terkait
d) Identifikasi nilai risiko kawasan dalam menghadapi ancaman bencana
e) Identifikasi keterpaduan pengembangan infrastruktur bidang lain yang diperlukan
dalam upaya penanganan dan rekonstruksi
10) Menyusun skenario pengembangan infrastruktur, khususnya bidang PUPR, dalam
mengurangi risiko bencana kawasan terkait berprinsipkan build back better untuk
mencapai kota berketahanan
11) Menyusun konsepsi dan kebutuhan penataan kawasan penanganan prioritas dalam
bentuk ultimate pengembangan kawasan penanganan prioritas;
12) Menyusun program dan kegiatan pada kawasan penanganan;
Prioritasi dan jangka waktu pelaksanaan penanganan dan rekonstruksi;
13) Menyusun kebijakan keterpaduan antar pusat dan daerah dan antardaerah;
Skema kelembagaan;
Skema pembiayaan;
14) Penyusunan peta kawasan dengan ketelitian 1:10.000 - 1:5000;
15) Penyusunan model kawasan 3 dimensi digital selubung bangunan.
8
16) Rapat Koordinasi 2 tentang Penyusunan Skenario dan Kebijakan Penanganan dan
Rekonstruksi Kawasan Terdampak Bencana. Rapat Koordinasi 2 dilaksanakan dengan
ketentuan:
Dilakukan dengan pembahasan desk program yang telah disusun;
Diselenggarakan dengan paket Fullday setingkat eselon II masing-masing 1 (satu) kali
di Prov. Banten dan Kota Palu sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
Dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 3 (ketiga);
Mengundang provinsi dan kabupaten/kota terkait, K/L pusat terkait, dan pemangku
kepentingan lainnya terkait pelaksanaan pekerjaan. Rapat Koordinasi 2 sekurang-
kurangnya dihadiri 33 (tiga puluh tiga) orang peserta;
Menghadirkan narasumber dari pakar dan/atau K/L dan/atau pemerintah daerah
setingkat eselon 2 sebanyak 3 (tiga) orang jam, dan setingkat eselon 3 sebanyak 4
(empat) orang jam dengan 1 (satu) orang moderator;
Kelengkapan Rapat Koordinasi 2 sekurang-kurangnya meliputi spanduk,
penggandaan materi, seminar kit, uang harian dan transport untuk masing-masing
peserta;
Rapat Koordinasi 2 diikuti dengan survei daerah 2.
17) Survei daerah 2 dilakukan sebanyak 1 (satu) kali pada bulan ke 3 (ketiga) oleh 4 (empat)
orang selama 4 (empat) hari dengan sewa kendaraan sebanyak 1 (satu) unit. Survei
daerah 2 bertujuan untuk mendapatkan data-data terkait profil dan kinerja serta rencana
pembangunan infrastruktur di kawasan terdampak bencana dan dilakukan dengan
mengunjungi instansi terkait.
9
e. Pembahasan Konsep Laporan Akhir
1) Pembahasan Konsep Laporan Akhir dilakukan dengan tujuan: memaparkan konsep
Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota Berketahanan (Prov. Banten dan Kota
Palu)
2) Pembahasan Konsep Laporan Akhir diselenggarakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
Diselenggarakan dengan paket Half Day setingkat eselon II di Jakarta sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
Dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 6 (enam);
Mengundang eselon II di lingkungan BPIW, unit organisasi di lingkungan
Kementerian PUPR dan stakeholders terkait pelaksanaan pekerjaan dan
sekurang-kurangnya dihadiri 30 (tiga puluh) orang peserta;
Kelengkapan Pembahasan Laporan Akhir sekurang-kurangnya meliputi
penggandaan materi, uang paket Half Day, dan transport untuk masing-masing
peserta.
10
Dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 7 (tujuh);
Mengundang eselon II di lingkungan BPIW, unit organisasi di lingkungan
Kementerian PUPR dan stakeholders terkait pelaksanaan pekerjaan dan
sekurang-kurangnya dihadiri 30 (tiga puluh) orang peserta;
Kelengkapan Pembahasan Laporan Akhir sekurang-kurangnya meliputi
penggandaan materi, uang paket Half Day, dan transport untuk masing-masing
peserta.
h. Penyusunan dan Penyerahan Laporan
C. KELUARAN
Keluaran dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Dokumen identifikasi risiko bencana di kawasan terkait yang berisikan identifikasi
faktor-faktor bahaya, kerentanan, dan kapasitas kawasan dalam menghadapi
bencana;
b. Dokumen konsep kota berketahanan dan rencana skenario penanganan dan
rekonstruksi di kawasan strategis Prov. Banten dan Kota Palu yang berprinsipkan build
back better;
c. Laporan pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana penanganan dan rekonstruksi di
Prov. Banten dan Kota Palu (Pendahuluan, Antara, Proceeding, Akhir).
D. MANFAAT
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat melalui tersusunnya rencana penanganan
dan rekonstruksi di kawasan strategis Prov. Banten dan Palu yang berlandaskan prinsip build
back better sebagai masukan dan referensi dalam mewujudkan kota berketahanan.
11
Bulan ke-
No Tahapan Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7
10. Kick Off Meeting
B. Rapat Koordinasi dan Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data Sekunder di Tingkat Pusat
2. Pengumpulan Data Sekunder di Tingkat Daerah
3. Pengumpulan Data Primer 1
4. Pengumpulan Data Primer 2
5. Survei Daerah 1
5. Rapat Koordinasi-1 membahas Isu Penanganan dan Rekonstruksi
Kawasan
6. Pembahasan Laporan Pendahuluan
C. Penyusunan skenario dan kebijakan penanganan dan
rekonstruksi kawasan
1. Melakukan review rencana penanganan dan rekonstruksi yang
sudah tersusun di kawasan terkait
2. Melakukan review progress kegiatan penanganan dan
rekonstruksi di kawasan terkait
3. Melakukan analisis risiko bencana di kawasan-kawasan strategis
di Banten dan Palu
4. Kajian perumusan isu dan masalah pada kawasan terkait dalam
mewujudkan kota berketahanan
5. Kajian kebijakan, teori dan lesson learned terkait penanganan dan
rekonstruksi kawasan terdampak bencana yang sudah pernah
dilaksanakan di Indonesia
6. Menyusun profil dan kinerja infrastruktur di kawasan strategis
yang terdampak bencana
7. Menyusun isu dan permasalahan dalam perwujudan kota
berketahanan berbasis build back better di kawasan terkait
8. Merumuskan konsep kota berketahanan yang akan diterapkan di
kawasan terkait
9. Menyusun Skenario penanganan dan rekonstruksi di kawasan
strategis yang terdampak bencana
10. Menyusun skenario pengembangan infrastruktur, khususnya
bidang PUPR, dalam mengurangi risiko bencana kawasan
11. Menyusun konsepsi dan kebutuhan penataan kawasan
penanganan prioritas dalam bentuk ultimate pengembangan
kawasan penanganan prioritas
12. Menyusun program dan kegiatan pada kawasan penanganan
13. Menyusun kebijakan keterpaduan antar pusat dan daerah dan
antardaerah
11. Penyusunan peta kawasan dengan ketelitian 1:10.000- 1:5000
12. Penyusunan model kawasan 3 dimensi digital selubung bangunan
13. Rapat Koordinasi-2 tentang Penyusunan Skenario dan Kebijakan
Penanganan dan Rekonstruksi Kawasan Terdampak Bencana
12
Bulan ke-
No Tahapan Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7
13. Survei Daerah-2
14. Pembahasan Laporan Antara
D. Pembahasan Konsep Laporan Akhir
E. Seminar Rencana Penanganan Dan Rekonstruksi
F. Pembahasan Laporan Akhir
Penyusunan dan Penyerahan Laporan
1. RMK
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Pendahuluan
4. Laporan Antara
5. Prosiding
6. Konsep Laporan Akhir
7. Laporan Akhir
8. Buku Deluxe Executive Summary
9. Album Peta dan Foto Udara
10. Cetak Peta
11. DVD Laporan
F. TENAGA AHLI
Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam kegiatan ini sebanyak 6 orang tenaga ahli dengan 6
jenis kualifikasi dan 26 OB/MM dengan 3 orang tenaga sub-profesional dengan 3 jenis
kualifikasi serta 2 orang Tenaga Penunjang dengan 2 jenis kualifikasi. Secara rinci
kebutuhan tenaga ahli berikut perincian tugas dan tanggungjawabnya sebagai berikut.
Pengalaman Orang
No. Posisi Pendidikan Jumlah
kerja Bulan
Tenaga Ahli
Ahli Madya
Ahli Perencanaan S2 Perencana Wilayah
1 SKA S2 12 1 7 OB
Wilayah dan Kota dan Kota/ Planologi
bulan
Ahli Muda
Ahli Geologi/ S1 Geologi/ S1
2 SKA S1 36 1 4 OB
Kebencanaan Manajemen Bencana
bulan
Ahli Muda
3 Ahli Sipil S1 Sipil SKA S1 36 1 4 OB
bulan
Ahli Madya
Ahli Rancang Kota/ S1 Arsitektur Rancang
4 SKA S1 36 1 3 OB
Lansekap Kota/Lansekap
bulan
S1 Teknik Ahli Muda
5 Ahli Teknik Lingkungan Lingkungan/Teknik SKA S1 36 1 4 OB
Sipil bulan
Ahli Muda
6 Ahli Pemetaan (GIS) S1 Geodesi/Geografi SKA S1 36 1 4 OB
bulan
Tenaga Sub Profesional
13
Pengalaman Orang
No. Posisi Pendidikan Jumlah
kerja Bulan
Sub Profesional Ahli Non SKA
1 S1 Teknik Geologi 1 4 OB
Geologi/Kebencanaan S1 36 bulan
Sub Profesional Ahli
S1 Perencana Wilayah Non SKA
2 Perencanaan Wilayah 1 5 OB
dan Kota/ Planologi S1 36 bulan
dan Kota
Sub Profesional Ahli Non SKA
3 S1 Geografi/Geodesi 1 3 OB
Pemetaan S1 36 bulan
14
Tenaga Ahli Sipil memiliki tugas melakukan identifikasi dan analisis infrastruktur di lokasi
terdampak bencana. Tenaga Ahli Sipil bertanggungjawab terhadap pengumpulan data dan
informasi terkait, melakukan kajian literatur perhitungan dan analisis konstruksi, menggambar
disain konstruksi infrastruktur untuk rekonstruksi kawasan terdampak bencana strategis.
15
Kualifikasi Tenaga Sub Profesional tersebut adalah sebagai berikut :
1) Tenaga Sub Profesional Ahli Geologi/Kebencanaan
Merupakan sarjana lulusan Teknik Geologi atau S1 Manajemen Bencana dari perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah S1.
Tenaga Sub Profesional Ahli Geologi/Kebencanaan memiliki tugas membantu dan
melaksanakan arahan dari Ahli Geologi/Kebencanaan dalam aspek perencanaan dan
pelaksanaan semua kegiatan dalam penilaian kondisi fisik lingkungan kawasan terkait. Selain
itu, Tenaga Sub Profesional Ahli Geologi/Kebencanaan juga terlibat langsung dalam
penyusunan laporan, merumuskan tujuan, sasaran, output, outcome, benefit dan dampak
positif dari kegiatan ini.
Tenaga Sub Profesional PWK memiliki tugas membantu dan melaksanakan arahan dari Ahli
PWK dalam aspek perencanaan spasial kawasan perencanaan dan kawasan. Selain itu,
Tenaga Sub Profesional perencanaan wilayah juga terlibat langsung dalam penyusunan
laporan, merumuskan tujuan, sasaran, output, outcome, benefit dan dampak positif dari
kegiatan ini.
J. METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini antara lain:
16
1) Desk Study
Metode desk study yaitu cara pengumpulan data dan informasi melalui pemeriksaan dan
analisis data dan informasi yang menggunakan data sekunder.
17
7) Pengadaan Peta Udara (Aerial Mapping), Foto Udara (Aerial Photography), dan Video
Udara (Aerial Videography) pada Kawasan Prioritas Penanganan dan Rekonstuksi
Pengadaan Peta Udara (Aerial Mapping) dilakukan menggunakan teknik foto udara atau
fotogrametri menggunakan wahana Pesawat Udara Tanpa Awak/UAV (Unmenned Aerial
Vehicle) atau Drone. Pekerjaan ini menghasilkan Peta Orthophoto Mosaic dan Peta Garis/Peta
Topografi yang detail dengan skala antara 1:500 s.d. 1:1.000 untuk kawasan prioritas.
Pengadaan Foto Udara (Aerial Photography) dan Video Udara (Aerial Videography) digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan animasi bergerak 3 (tiga) dimensi dan visualisasi 3 (tiga)
dimensi.
Output pengadaan ini adalah:
a. Print out format *pdf yaitu peta mosaic orthophoto dan peta topografi berikut kontur interval
1 meter dengan skala disesuaikan dengan ukuran kertas A3.
b. Softcopy data processing meliputi:
- Laporan Data dan Pengukuran GPC (Ground Control Point) dengan menggunakan
GPS Geodetic;
- Peta Mosaic Orthophoto dalam format Georeferenced Raster imagery file: GeoTIF,
TIF atau file compress .ECW;
- Peta Topografi berikut dengan kontur interval 1 meter dalam format file: .shp dan .dwg;
dan
- Data digital ketinggian DEM (Digital Elevation Model) dalam format file : .GeoTif atau
TIF terdiri dari DSM (Digital Surface Model) dan DTM (Digital Terrain Model).
18
11) Seminar
Seminar dimaksudkan untuk menyampaikan atau mensosialisasikan hasil-hasil rumusan
rencana penanganan dan rekonstruksi dengan prinsip build back better menuju kota
berketahanan.
Seminar merupakan wadah bekerja sama dalam rangka menggali saran dan masukan, kajian,
serta pengetahuan baru dari berbagai tenaga ahli, pandangan sektor dalam menyusun
rencana penanganan dan rekonstruksi. Kegiatan ini ditujukan untuk mempertajam hasil
workshop sekaligus mensosialisasikan konsep rencana penanganan dan rekonstruksi menuju
kota berketahanan yang akan dikembangkan
12) Analisis
Analisis yang dilakukan mencakup analisis pengurangan risiko kebencanaan dan penilaian
kebutuhan infrastruktur untuk mengurangi risiko kedepan, sebagaimana telah termuat dalam
ruang lingkup kegiatan.
19
Rencana Mutu Kontrak (RMK) harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak
setelah ditandatangani kontrak bersamaan dengan penyerahan laporan pendahuluan. RMK
memuat:
a. Cover RMK;
b. Lembar Pengesahan;
c. Sejarah Dokumen;
d. Kebijakan mutu dan sasaran mutu proyek (pekerjaan);
e. Informasi proyek (pekerjaan);
f. Penjelasan Lingkup Proyek (pekerjaan);
g. Lokasi Proyek;
h. Pihak-pihak yang terlibat;
i. Struktur organisasi proyek;
j. Tugas, tanggung jawab, dan wewenang;
k. Metode kerja pelaksanaan;
l. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
m. Jadwal tenaga kerja;
n. Jadwal pelaporan;
o. Progress Kerja;
p. Jadwal pengetesan (pembahasan); dan
q. Cash flow.
2) Laporan Bulanan
Laporan ini menjelaskan proses dan capaian pelaksanaan uraian kegiatan di setiap bulan
waktu pelaksanaan kegiatan termasuk kajian dan identifikasi: permasalahan, lokasi, kebijakan
dan strategi, serta program-program sektor terkait. Laporan diserahkan selambat-lambatnya
pada minggu pertama bulan berjalan dan dibuat masing-masing rangkap 5 (lima) dengan
softcopy-nya.
3) Laporan Pendahuluan
Laporan ini menjelaskan jadwal rencana kerja rinci tentang pelaksanaan kegiatan ini. Laporan
diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah Kegiatan Penyusunan Rencanan
Penanganan dan Rekonstruksi Kota Berketahan (Banten dan Palu) dimulai dan dibuat
masing-masing rangkap 5 (lima) dengan softcopy-nya.
4) Laporan Antara
Laporan ini menjelaskan proses dan capaian pelaksanaan uraian kegiatan di setengah waktu
pelaksanaan kegiatan termasuk kajian dan identifikasi: permasalahan, lokasi, kebijakan dan
strategi, serta program-program sektor terkait. Laporan diserahkan selambat-lambatnya 4
(empat) bulan setelah dimulainya pekerjaan dan dibuat masing-masing rangkap 5 (lima)
dengan softcopy-nya.
20
5) Konsep Laporan Akhir
Laporan ini menjelaskan konsep hasil pelaksanaan Rencana Penanganan dan Rekonstruksi
Kota Berketahan (Prov. Banten dan Kota Palu) mulai dari persiapan sampai dengan
pelaksanaan kegiatan itu sendiri termasuk di dalamnya berisikan hasil, Dokumen, Peta dan
Tabel Program. Laporan diserahkan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah kegiatan ini
dimulai sebanyak masing-masing 5 (lima) eksemplar.
6) Laporan Akhir
Laporan ini menjelaskan hasil dari pelaksanaan Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota
Berketahan (Prov. Banten dan Kota Palu) mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan
kegiatan itu sendiri. Laporan diserahkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) bulan setelah kegiatan
ini dimulai sebanyak masing-masing 5 (lima) eksemplar.
7) Laporan Prosiding
Laporan Prosiding merupakan kumpulan hasil pelaksanaan rapat, FGD, workshop dan
seminar termasuk paparan/makalah narasumber dibuat 7 (tujuh) bulan setelah dimulainya
pekerjaan dan dibuat masing-masing rangkap 5 (lima) dengan softcopy-nya.
21
12) Buku Deluxe Executive
Buku Deluxe Executive dibuat dengan desain khusus dan memuat ringkasan dari muatan
substansi Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota Berketahan (Banten dan Palu).
Buku Deluxe Executive dibuat untuk masing-masing wilayah studi dandiserahkan selambat-
lambatnya 8 (delapan) bulan sejak SPMK. dan dibuat rangkap 20 (dua puluh) dengan ukuran
kertas 20 cm x 20 cm dicetak bolak-balik dengan kualitas kertas cetak minimal art paper atau
mate paper 120 gram untuk masing-masing kawasan perkotaan. Buku deluxe executive
merupakan bahan sosialisasi hasil kajian yang akan dibagikan sekurang-kurangnya pada
Sekretaris Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah; Kepala Pusat Perencanaan
Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Kepala Pusat Pemrograman dan
Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Kepala Pusat
Pengembangan Kawasan Strategis, BPIW, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat pada saat ekspose dan pameran serta bahan informasi pimpinan.
13) Pembuatan Laporan Dalam DVD
Semua materi yang merupakan bagian dari Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota
Berketahan (Banten dan Palu) dan dikumpulkan dalam format softcopy dalam bentuk cakram
padat masing-masing sebanyak 10 (sepuluh) keping.
M. LAIN-LAIN
Hal-hal yang belum diatur dalam KAK ini dan dianggap sangat penting, akan dilaksanakan
sesuai kesepakatan antara pemberi kerja dengan penerima kerja.
22