Anda di halaman 1dari 23

3 Maret 2020

Kerangka Acuan Kerja


(KAK)

Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota Berketahanan


(Prov. Banten dan Kota Palu)

Tahun Anggaran 2020

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PERUMAH AN RAKYAT


BADAN PENGEMBANG AN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN

JL. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan


12110.Telepon (021) 7398618, Fax (021)7398620
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Unit Eselon I : Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Program : Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Hasil : Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota


Berketahanan (Prov. Banten dan Kota Palu)
Unit Eselon II/Satker : Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan

Kegiatan : Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota


Berketahanan (Prov. Banten dan Palu)
Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Dokumen Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria
(NSPK), Rencana Pengembangan Kawasan, dan
Rencana Teknis Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur PUPR di Kawasan Perkotaan dan
Perdesaan
Volume : 1 (satu) laporan, 2 (dua) dokumen, dan 2 (dua) album
peta

1
A. LATAR BELAKANG
Dasar Hukum dan Kebijakan
Dasar hukum dan kebijakan dalam melaksanakan pekerjaan ini sekurang-kurangnya merujuk
pada:

 Kebijakan Nasional
1. Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN);
2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan beserta peraturan pelaksanaannya;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
6. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat; dan
7. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

 Kebijakan Rencana Tata Ruang


1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
4. Peraturan Presiden No. 28 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali;
5. Peraturan Daerah Prov. Banten No. 02 Tahun 2011 tentang RTRW Provinsi Banten;
6. Peraturan Daerah Prov. NTB No. 11 Tahun 2006 tentang RTRW Provinsi NTB;
7. Peraturan Daerah Prov. Sulteng No. 08 Tahun 2013 tentang RTRW Provinsi Sulawesi
Tengah; dan
8. Peraturan tata ruang terkait lainnya.

 Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah


1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025;
2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019;
3. Rancangan RPJMN 2020 – 2024; dan
4. Peraturan rencana pembangunan terkait lainnya.

 Kebijakan Penanggulangan Bencana


1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulanan Bencana;
2. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
3. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana;
4. Peraturang Pemerintah No. 22 Tahun 2009 tentan Pendanaan dan Pengelolaan bantuan
Bencana;
5. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2008 tentan Peran serta Lembaga Internasional dan
Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penganggulanan Bencana;

2
6. Keputusan Presiden No. 59 Tahun 2009 tentang Anggota Unsur Pengarah
Penanggulangan Bencana dai Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 06 Tahun 2017
tentang penyelenggaraan Rehabilitasi dan rekonstruksi Pasca Bencana;
8. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 05 Tahun 2017
tentang Penyusunan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana;
9. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 2 Tahun 2012
tentang Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bencana
10. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 11 Tahuun 2008
tentan Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana; dan
11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 4 Tahun 2008
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penganggulangan Bencana

 Kebijakan Lokasi dan Hierarki Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 8/PRT/M/2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 13.1/PRT/M/2015
Tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Tahun
2015–2019
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019
c. Jalan dan Jembatan
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
73/KPTS/M/2015 tentang Pembentukan Unit Terpusat (CPMU) Pembangunan
Terpadu Pantai Ibukota Negara
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Statusnya sebagai Jalan
Nasional
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer
Menurut Fungsinya sebagai Jalan Primer (JAP) dan Jalan Kolektor-1 (JKP-1)
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 567/KPTS/M/2010 tentang Rencana
Umum Jaringan Jalan Nasional beserta perubahannya sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 92/KPTS/M/2011
tentang Perubahan Pertama Atas Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
567/KPTS/M/2010 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional
d. Sumber Daya Air
 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015
tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 293/KPTS/M/2014 tentang Penetapan
Status Daerah Irigasi yang Pengelolannya Menjadi Wewenang dan Tanggung Jawab
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
e. Infrastruktur Permukiman
 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan;
 Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan; dan

3
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga
Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
f. Perumahan dan Kawasan Permukiman
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan
dan Kawasan Permukiman.
 Peraturan lain terkait

Gambaran Umum
Secara geografis Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif Indo-Australia,
Eurasia, dan Pasifik serta memiliki deretan gunung berapi aktif yang dikenal dengan ring of
fire. Hal ini menyebabkan Indonesia rawan terhadap ancaman bencana alam seperti gempa
bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dsb. Menyadari hal tersebut maka sudah seharusnya
pembangunan perkotaan dan permukiman di Indonesia berlandaskan pada upaya mitigasi dan
pengurangan risiko bencana melalui pembangunan yang berketahanan dan berkelanjutan.
Kejadian bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang terjadi di Palu dan sekitarnya,
serta tsunami di sebagian Prov. Banten telah menghancurkan roda-roda kehidupan di wilayah
tersebut. Wilayah terdampak bencana di Kota Palu dan Prov. Banten terbukti masih sangat
rentan terhadap bencana alam, sehingga dapat dikatakan bahwa wilayah tersebut dan banyak
kota lain di Indonesia belum merupakan kota yang berketahanan.
Ancaman bahaya bencana di masa depan masih akan datang dan akan terus mengintai
perkotaan di Indonesia. Sebagai upaya untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan
perencanaan dan pembangunan yang berbasiskan ketahanan bencana dengan mengurangi
kerentanan baik dengan mengatur pembangunan sesuai dengan kondisi lahan yang
bebas/minim dari ancaman bencana, memperkuat kapasitas kawasan baik dari segi konstruksi
bangunan dan infrastruktur serta masyarakatnya, dan pengembangan teknologi untuk
mengantisipasi bahaya bencana.
Palu dan Banten adalah contoh dimana pembangunan perkotaan belum mengadaptasi
kesiapsiagaan dalam menghadapi kenyataan terkait potensi bahaya di Indonesia. Atas
kejadian yang telah menimpa kota-kota tersebut, dapat diambil pelajaran untuk membangun
kembali kawasan perkotaan dengan prinsip build back better yang mengedepankan
pembangunan kawasan dan infrastruktur yang berketahanan sehingga akan siap menghadapi
bencana yang terus mengancam ke depan.
Build back better diartikan sebagai upaya dalam tahap pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi pascabencana untuk meningkatkan ketahanan lingkungan dan komunitas melalui
integrasi upaya pengurangan risiko bencana ke dalam restorasi infrastruktur fisik dan sistem
sosial dan juga revitalisasi kehidupan, ekonomi, dan lingkungan (United Nations General
Assembly, 2916). Pendekatan build back better telah menjadi standar yang terus dipromosikan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam upaya mewujudkan kota berketahanan.
Berdasarkan uraian di atas, diperlukan studi dalam membuat rencana penanganan dan
rekonstruksi di kawasan terdampak bencana di Prov. Banten dan Kota Palu dengan prinsip
build back better untuk mencapai kota berketahanan di masa depan melalui Kegiatan Rencana
Penanganan dan Rekonstruksi Kota Berketahanan (Prov. Banten dan Kota Palu).

4
Maksud dan Tujuan
Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk memberikan masukan terhadap rencana penanganan
dan rekonstruksi di kawasan terdampak bencana di Prov. Banten dan Kota Palu dengan
berprinsipkan build back better dalam rangka mewujudkan kota berketahanan di masa depan.
Tujuan dari kegiatan ini antara lain:
1) Mengidentifikasi risiko bencana di kawasan terdampak bencana Prov. Banten dan Kota
Palu serta kawasan terkait di sekitarnya (ancaman bencana, kerentanan, dan kapasitas);
2) Mengidentifikasi konsep kota berketahanan, penataan ruang kota terkait, serta kebutuhan
pengembangannya di wilayah studi;
3) Menyusun rencana dan program pengembangan kawasan perkotaan serta infrastruktur di
kawasan terdampak bencana di Prov. Banten dan Kota Palu untuk mencapai kota
berketahanan; dan
4) Menyusun program rekonstruksi pada kawasan terdampak bencana di Prov. Banten dan
Kota Palu yang masih membutuhkan penanganan.

Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini meliputi:
1) Teridentifikasinya risiko bencana di kawasan terdampak bencana Prov. Banten dan Kota
Palu serta kawasan terkait di sekitarnya;
2) Teridentifikasinya konsep kota berketahanan, penataan ruang kota terkait, serta
kebutuhan pengembangannya di wilayah studi;
3) Tersusunnya rencana dan program pengembangan kawasan perkotaan dan infrastruktur
di kawasan terdampak bencana Prov. Banten dan Kota Palu untuk mencapai kota
berketahanan; dan
4) Tersusunnya program-program rekonstruksi pada kawasan terdampak bencana di Prov.
Banten dan Kota Palu.

B. RUANG LINGKUP
Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah studi mencakup seluruh kawasan terdampak bencana di Tanjung Lesung,
Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala. Adapun fokus dalam rencana
penanganan dan rekonstruksi yang akan dilakukan terdapat di Tanjung Lesung dan Kota Palu.

Lingkup Tahapan dan Substansi Pekerjaan


Lingkup Tahapan dan Substansi Pekerjaan kegiatan ini sekurang-kurangnya meliputi:
a. Persiapan dan Organisasi Kerja
1) Mobilisasi tenaga ahli, asisten tenaga ahli, dan tenaga pendukung;
2) Pengumpulan data dan informasi awal wilayah perencanaan berupa penyiapan
rencana dan program infrastruktur PUPR, identifikasi data/informasi dasar terkait
kondisi lokasi studi, identifikasi kerusakan lingkungan dan infrastruktur di kawasan
terdampak bencana, dan identifikasi dampak kerusakan terhadap keberjalanan fungsi
kawasan di dalam konstelasi regional;

5
3) Kajian literatur, teori, dan benchmark/pengalaman praktis di Indonesia atau negara lain
yang berhasil terkait penanganan dan rekonstruksi dengan prinsip build back better;
4) Review terhadap kebijakan pengembangan kawasan perkotaan, pembangunan
infrastruktur, dan penanganan kawasan terdampak bencana;
5) Identifikasi stakeholder pusat dan daerah terkait;
6) Penyusunan peta dasar;
7) Penajaman metodologi pelaksanaan pekerjaan;
8) Inventarisasi kebutuhan data, desain survei, dan penyiapan perangkat survei;
9) Penyusunan rencana kerja dan jadwal rinci mingguan pelaksanaan pekerjaan;
10) Kick Off Meeting penyusunan Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota
Berketahanan, dengan tujuan:
- Menjaring isu dan permasalahan mengenai kebencanaan dan kota berketahanan;
- Mengetahui studi dan kajian terkait rencana penanganan dan rekonstruksi kota
berketahanan yang telah dilakukan berbagai pihak; dan
- Mengidentifikasi awal isu dan permasalahan pokok terkait kebencanaan di Prov.
Banten dan Kota Palu
Kick Off Meeting diselenggarakan dengan ketentuan:
 Paket Fullday setingkat eselon II di Jakarta sesuai dengan ketentuan peraturan
yang berlaku;
 Dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke-1 (pertama);
 Mengundang provinsi dan kabupaten/kota terkait, K/L pusat terkait, unit organisasi
di lingkungan Kementerian PUPR, dan pemangku kepentingan lainnya terkait
pelaksanaan pekerjaan. Kick Off Meeting sekurang-kurangnya dihadiri 40 (empat
puluh) orang peserta;
 Menghadirkan narasumber dari pakar dan/atau K/L dan/atau pemerintah daerah
setingkat eselon 1/pakar sebanyak 1 (satu) orang jam, dan setingkat eselon 3
sebanyak 3 (tiga) orang jam beserta 1 (satu) orang moderator;
 Kelengkapan Kick Off Meeting sekurang-kurangnya meliputi spanduk,
penggandaan materi, seminar kit, uang harian, dan transport untuk masing-masing
peserta.
b. Rapat Koordinasi dan Pengumpulan Data
1) Pengumpulan data primer dan sekunder di tingkat Pusat, khususnya terkait dengan
bidang infrastruktur dan kawasan strategis sesuai dengan perangkat survei;
2) Pengumpulan data sekunder di tingkat Daerah;
3) Rapat Koordinasi 1 tentang Isu Penanganan dan Rekonstruksi Kawasan, dengan
tujuan:
- Verifikasi temuan awal mengenai data yang sudah didapatkan oleh tim;

6
- Menjaring masukan terkait isu penanganan dan rekonstruksi di kawasan
terdampak bencana.
Rapat Koordinasi 1 diselenggarakan dengan ketentuan:
 Diselenggarakan masing-masing 1 (satu) kali di Prov. Banten dan Sulawesi Tengah
dengan paket Fullday setingkat eselon II sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku;
 Dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 1 (pertama);
 Mengundang provinsi dan kabupaten/kota terkait, K/L pusat terkait, dan pemangku
kepentingan lainnya terkait pelaksanaan pekerjaan. Rapat Koordinasi 1 sekurang-
kurangnya dihadiri 33 (tiga puluh tiga) orang peserta;
 Menghadirkan narasumber dari pakar dan/atau K/L dan/atau pemerintah daerah
setingkat eselon 2 sebanyak 2 (dua) orang jam, dan setingkat eselon 3 sebanyak
4 (empat) orang jam beserta 1 (satu) orang moderator;
 Kelengkapan Rapat Koordinasi 1 sekurang-kurangnya meliputi spanduk,
penggandaan materi, seminar kit, uang harian dan transport untuk masing-masing
peserta.
 Rapat Koordinasi 1 diikuti dengan Survei Daerah 1
4) Survei Daerah 1 dilakukan dalam rangka pengumpulan data sekunder dan primer di
lokasi. Dilakukan pada bulan kedua dengan mengunjungi instansi terkait. Survei
Daerah 1 dilaksanakan sebanyak 1 (satu) kali selama sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari
oleh 4 (empat) orang dengan sewa kendaraan roda empat sebanyak 1 (satu) unit.
5) Pembahasan Laporan Pendahuluan, dengan tujuan memaparkan temuan awal
terhadap isu permasalahan penanganan bencana dan rencana rekonstruksi di
kawasan terdampak bencana. Pembahasan Laporan Pendahuluan dilakukan dengan
ketentuan:
 Diselenggarakan dengan paket Half day setingkat eselon II di Jakarta sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
 Dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 2 (dua);
 Mengundang unit organisasi di lingkungan Kementerian PUPR dan stakeholders
terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya dihadiri 30 (tiga puluh)
orang peserta;
 Kelengkapan Pembahasan Laporan Pendahuluan sekurang-kurangnya meliputi
penggandaan materi, uang harian dan transport untuk masing-masing peserta.

c. Penyusunan Skenario dan Kebijakan Penanganan dan Rekonstruksi Kawasan


Penyusunan skenario dan kebijakan penanganan dan rekonstruksi kawasan untuk menuju
kota berketahanan sekurang-kurangnya terdiri dari:

7
1) Melakukan review rencana penanganan dan rekonstruksi yang sudah tersusun di kawasan
terkait;
2) Melakukan review progress kegiatan penanganan dan rekonstruksi di kawasan terkait;
3) Melakukan analisis risiko bencana di kawasan-kawasan strategis di Prov. Banten dan Kota
Palu yang ditinjau dari faktor kerentanan, faktor bahaya, dan faktor kapasitas kawasan
dalam menghadapi bencana;
4) Kajian perumusan isu dan masalah pada kawasan terkait dalam mewujudkan kota
berketahanan;
5) Kajian kebijakan, teori dan lesson learned terkait penanganan dan rekonstruksi kawasan
terdampak bencana yang sudah pernah dilaksanakan di Indonesia;
6) Menyusun profil dan kinerja infrastruktur di kawasan strategis yang terdampak bencana;
7) Menyusun isu dan permasalahan dalam perwujudan kota berketahanan berbasis build
back better di kawasan terkait;
8) Merumuskan konsep kota berketahanan yang akan diterapkan di kawasan terkait;
9) Menyusun Skenario penanganan dan rekonstruksi di kawasan strategis yang terdampak
bencana khususnya dalam bidang infrastruktur PUPR berdasarkan prinsip build back
better untuk mencapai kota berketahaan yang sekurang-kurangnya meliputi:
a) Identifikasi faktor-faktor bahaya di dalam kawasan terkait
b) Identifikasi faktor-faktor kerentanan, khususnya terkait infrastruktur bidang PUPR, di
kawasan terkait
c) Identifikasi faktor-faktor kapasitas, khususnya terkait infrastruktur bidang PUPR, di
kawasan terkait
d) Identifikasi nilai risiko kawasan dalam menghadapi ancaman bencana
e) Identifikasi keterpaduan pengembangan infrastruktur bidang lain yang diperlukan
dalam upaya penanganan dan rekonstruksi
10) Menyusun skenario pengembangan infrastruktur, khususnya bidang PUPR, dalam
mengurangi risiko bencana kawasan terkait berprinsipkan build back better untuk
mencapai kota berketahanan
11) Menyusun konsepsi dan kebutuhan penataan kawasan penanganan prioritas dalam
bentuk ultimate pengembangan kawasan penanganan prioritas;
12) Menyusun program dan kegiatan pada kawasan penanganan;
 Prioritasi dan jangka waktu pelaksanaan penanganan dan rekonstruksi;
13) Menyusun kebijakan keterpaduan antar pusat dan daerah dan antardaerah;
 Skema kelembagaan;
 Skema pembiayaan;
14) Penyusunan peta kawasan dengan ketelitian 1:10.000 - 1:5000;
15) Penyusunan model kawasan 3 dimensi digital selubung bangunan.

8
16) Rapat Koordinasi 2 tentang Penyusunan Skenario dan Kebijakan Penanganan dan
Rekonstruksi Kawasan Terdampak Bencana. Rapat Koordinasi 2 dilaksanakan dengan
ketentuan:
 Dilakukan dengan pembahasan desk program yang telah disusun;
 Diselenggarakan dengan paket Fullday setingkat eselon II masing-masing 1 (satu) kali
di Prov. Banten dan Kota Palu sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
 Dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 3 (ketiga);
 Mengundang provinsi dan kabupaten/kota terkait, K/L pusat terkait, dan pemangku
kepentingan lainnya terkait pelaksanaan pekerjaan. Rapat Koordinasi 2 sekurang-
kurangnya dihadiri 33 (tiga puluh tiga) orang peserta;
 Menghadirkan narasumber dari pakar dan/atau K/L dan/atau pemerintah daerah
setingkat eselon 2 sebanyak 3 (tiga) orang jam, dan setingkat eselon 3 sebanyak 4
(empat) orang jam dengan 1 (satu) orang moderator;
 Kelengkapan Rapat Koordinasi 2 sekurang-kurangnya meliputi spanduk,
penggandaan materi, seminar kit, uang harian dan transport untuk masing-masing
peserta;
 Rapat Koordinasi 2 diikuti dengan survei daerah 2.
17) Survei daerah 2 dilakukan sebanyak 1 (satu) kali pada bulan ke 3 (ketiga) oleh 4 (empat)
orang selama 4 (empat) hari dengan sewa kendaraan sebanyak 1 (satu) unit. Survei
daerah 2 bertujuan untuk mendapatkan data-data terkait profil dan kinerja serta rencana
pembangunan infrastruktur di kawasan terdampak bencana dan dilakukan dengan
mengunjungi instansi terkait.

d. Pembahasan Laporan Antara


1) Pembahasan Laporan Antara diselenggarakan dengan tujuan: memaparkan skenario
dan kebijakan penanganan dan rekonstruksi Kota Berketahanan;
2) Pembahasan Laporan Antara ini diselenggarakan dengan ketentuan:
 Diselenggarakan dengan paket Half Day setingkat eselon II di Jakarta sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke
4 (empat);
 Mengundang eselon II di lingkungan BPIW, unit organisasi di lingkungan
Kementerian PUPR, dan stakeholders terkait pelaksanaan pekerjaan dan
sekurang-kurangnya dihadiri 30 (tiga puluh) orang peserta.
 Kelengkapan Pembahasan Laporan Antara sekurang-kurangnya meliputi
penggandaan materi, uang Half Day, dan transport untuk masing-masing peserta.

9
e. Pembahasan Konsep Laporan Akhir
1) Pembahasan Konsep Laporan Akhir dilakukan dengan tujuan: memaparkan konsep
Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota Berketahanan (Prov. Banten dan Kota
Palu)
2) Pembahasan Konsep Laporan Akhir diselenggarakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
 Diselenggarakan dengan paket Half Day setingkat eselon II di Jakarta sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
 Dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 6 (enam);
 Mengundang eselon II di lingkungan BPIW, unit organisasi di lingkungan
Kementerian PUPR dan stakeholders terkait pelaksanaan pekerjaan dan
sekurang-kurangnya dihadiri 30 (tiga puluh) orang peserta;
 Kelengkapan Pembahasan Laporan Akhir sekurang-kurangnya meliputi
penggandaan materi, uang paket Half Day, dan transport untuk masing-masing
peserta.

f. Seminar Rencana Penanganan Dan Rekonstruksi


1) Seminar dilakukan dengan tujuan: sosialisasi rumusan akhir Rencana Penanganan
dan Rekonstruksi Kota Berketahanan (Prov. Banten dan Kota Palu);
2) Seminar diselenggarakan dengan ketentuan:
 Seminar diselenggarakan dengan paket Fullday setingkat eselon II di Jakarta
sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
 Dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 6 (enam);
 Mengundang provinsi dan kabupaten/kota terkait, K/L pusat terkait, dan pemangku
kepentingan lainnya terkait pelaksanaan pekerjaan. Seminar sekurang-kurangnya
dihadiri 40 (empat puluh) orang peserta;
 Menghadirkan narasumber dari pakar dan/atau K/L dan/atau pemerintah daerah
setingkat eselon 2 sebanyak 3 (tiga) orang jam, dan setingkat eselon 3 sebanyak
4 (empat) orang jam dengan 1 (satu) orang moderator;
 Kelengkapan Seminar sekurang-kurangnya meliputi spanduk, penggandaan
materi, seminar kit, uang harian dan transport untuk masing-masing peserta.

g. Pembahasan Laporan Akhir


1) Pembahasan Laporan Akhir dilakukan dengan tujuan: memaparkan Rencana
Penanganan dan Rekonstruksi Kota Berketahanan (Prov. Banten dan Kota Palu)
2) Pembahasan Laporan Akhir diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diselenggarakan dengan paket Half Day setingkat eselon II di Jakarta sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku;

10
 Dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 7 (tujuh);
 Mengundang eselon II di lingkungan BPIW, unit organisasi di lingkungan
Kementerian PUPR dan stakeholders terkait pelaksanaan pekerjaan dan
sekurang-kurangnya dihadiri 30 (tiga puluh) orang peserta;
 Kelengkapan Pembahasan Laporan Akhir sekurang-kurangnya meliputi
penggandaan materi, uang paket Half Day, dan transport untuk masing-masing
peserta.
h. Penyusunan dan Penyerahan Laporan

C. KELUARAN
Keluaran dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Dokumen identifikasi risiko bencana di kawasan terkait yang berisikan identifikasi
faktor-faktor bahaya, kerentanan, dan kapasitas kawasan dalam menghadapi
bencana;
b. Dokumen konsep kota berketahanan dan rencana skenario penanganan dan
rekonstruksi di kawasan strategis Prov. Banten dan Kota Palu yang berprinsipkan build
back better;
c. Laporan pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana penanganan dan rekonstruksi di
Prov. Banten dan Kota Palu (Pendahuluan, Antara, Proceeding, Akhir).

D. MANFAAT
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat melalui tersusunnya rencana penanganan
dan rekonstruksi di kawasan strategis Prov. Banten dan Palu yang berlandaskan prinsip build
back better sebagai masukan dan referensi dalam mewujudkan kota berketahanan.

E. JANGKA WAKTU, TAHAPAN, DAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


Bulan ke-
No Tahapan Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7
A. Persiapan dan Organisasi Kerja
1. Mobilisasi tenaga ahli, Sub Profesional ahli, dan tenaga 
pendukung
2. Pengumpulan data dan informasi awal wilayah perencanaan 
3. Kajian Literatur, Teori, dan Benchmark 
4. Review terhadap kebijakan pengembangan kawasan perkotaan, 
pembangunan infrastruktur, dan penanganan kawasan
terdampak bencana
5. Identifikasi Stakeholder Pusat dan Daerah 
6. Penyusunan Peta Dasar 
7. Penajaman Metodologi pelaksanaan pekerjaan 
8. Inventarisasi kebutuhan data, desain survei, dan perangkat 
survei
9. Penyusunan Rencana Kerja dan Jadwal Rinci Pelaksanaan 
Pekerjaan

11
Bulan ke-
No Tahapan Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7
10. Kick Off Meeting 
B. Rapat Koordinasi dan Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data Sekunder di Tingkat Pusat  
2. Pengumpulan Data Sekunder di Tingkat Daerah  
3. Pengumpulan Data Primer 1  
4. Pengumpulan Data Primer 2  
5. Survei Daerah 1 
5. Rapat Koordinasi-1 membahas Isu Penanganan dan Rekonstruksi 
Kawasan
6. Pembahasan Laporan Pendahuluan 
C. Penyusunan skenario dan kebijakan penanganan dan
rekonstruksi kawasan
1. Melakukan review rencana penanganan dan rekonstruksi yang 
sudah tersusun di kawasan terkait
2. Melakukan review progress kegiatan penanganan dan 
rekonstruksi di kawasan terkait
3. Melakukan analisis risiko bencana di kawasan-kawasan strategis  
di Banten dan Palu
4. Kajian perumusan isu dan masalah pada kawasan terkait dalam  
mewujudkan kota berketahanan
5. Kajian kebijakan, teori dan lesson learned terkait penanganan dan  
rekonstruksi kawasan terdampak bencana yang sudah pernah
dilaksanakan di Indonesia
6. Menyusun profil dan kinerja infrastruktur di kawasan strategis   
yang terdampak bencana
7. Menyusun isu dan permasalahan dalam perwujudan kota  
berketahanan berbasis build back better di kawasan terkait
8. Merumuskan konsep kota berketahanan yang akan diterapkan di   
kawasan terkait
9. Menyusun Skenario penanganan dan rekonstruksi di kawasan   
strategis yang terdampak bencana
10. Menyusun skenario pengembangan infrastruktur, khususnya   
bidang PUPR, dalam mengurangi risiko bencana kawasan
11. Menyusun konsepsi dan kebutuhan penataan kawasan   
penanganan prioritas dalam bentuk ultimate pengembangan
kawasan penanganan prioritas
12. Menyusun program dan kegiatan pada kawasan penanganan   
13. Menyusun kebijakan keterpaduan antar pusat dan daerah dan   
antardaerah
11. Penyusunan peta kawasan dengan ketelitian 1:10.000- 1:5000    
12. Penyusunan model kawasan 3 dimensi digital selubung bangunan    
13. Rapat Koordinasi-2 tentang Penyusunan Skenario dan Kebijakan 
Penanganan dan Rekonstruksi Kawasan Terdampak Bencana

12
Bulan ke-
No Tahapan Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7
13. Survei Daerah-2 
14. Pembahasan Laporan Antara 
D. Pembahasan Konsep Laporan Akhir 
E. Seminar Rencana Penanganan Dan Rekonstruksi 
F. Pembahasan Laporan Akhir 
Penyusunan dan Penyerahan Laporan
1. RMK 
2. Laporan Bulanan       
3. Laporan Pendahuluan 
4. Laporan Antara 
5. Prosiding 
6. Konsep Laporan Akhir 
7. Laporan Akhir 
8. Buku Deluxe Executive Summary 
9. Album Peta dan Foto Udara 
10. Cetak Peta 
11. DVD Laporan 

F. TENAGA AHLI
Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam kegiatan ini sebanyak 6 orang tenaga ahli dengan 6
jenis kualifikasi dan 26 OB/MM dengan 3 orang tenaga sub-profesional dengan 3 jenis
kualifikasi serta 2 orang Tenaga Penunjang dengan 2 jenis kualifikasi. Secara rinci
kebutuhan tenaga ahli berikut perincian tugas dan tanggungjawabnya sebagai berikut.

Pengalaman Orang
No. Posisi Pendidikan Jumlah
kerja Bulan
Tenaga Ahli
Ahli Madya
Ahli Perencanaan S2 Perencana Wilayah
1 SKA S2 12 1 7 OB
Wilayah dan Kota dan Kota/ Planologi
bulan
Ahli Muda
Ahli Geologi/ S1 Geologi/ S1
2 SKA S1 36 1 4 OB
Kebencanaan Manajemen Bencana
bulan
Ahli Muda
3 Ahli Sipil S1 Sipil SKA S1 36 1 4 OB
bulan
Ahli Madya
Ahli Rancang Kota/ S1 Arsitektur Rancang
4 SKA S1 36 1 3 OB
Lansekap Kota/Lansekap
bulan
S1 Teknik Ahli Muda
5 Ahli Teknik Lingkungan Lingkungan/Teknik SKA S1 36 1 4 OB
Sipil bulan
Ahli Muda
6 Ahli Pemetaan (GIS) S1 Geodesi/Geografi SKA S1 36 1 4 OB
bulan
Tenaga Sub Profesional

13
Pengalaman Orang
No. Posisi Pendidikan Jumlah
kerja Bulan
Sub Profesional Ahli Non SKA
1 S1 Teknik Geologi 1 4 OB
Geologi/Kebencanaan S1 36 bulan
Sub Profesional Ahli
S1 Perencana Wilayah Non SKA
2 Perencanaan Wilayah 1 5 OB
dan Kota/ Planologi S1 36 bulan
dan Kota
Sub Profesional Ahli Non SKA
3 S1 Geografi/Geodesi 1 3 OB
Pemetaan S1 36 bulan

Dengan perincian tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:


1) Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (Ketua Tim)
Merupakan Magister lulusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)/Planologi dari
perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri,
berijazah S2 dengan pengalaman paling sedikit 12 bulan yang dibuktikan dengan sertifikasi di
bidangnya dan surat pengalaman kerja pada penanganan kegiatan dalam bidang
perencanaan wilayah dan kota, khususnya terkait pengembangan wilayah kawasan
perkotaan.
Tenaga Ahli PWK memiliki tugas merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam
aspek penyusunan penataan kembali dan site planning kawasan terdampak bencana dengan
prinsip build back better, beserta detil-detilnya yang diperlukan untuk tahap penyusunan studi
ini. Mulai dari melakukan pengumpulan data dan informasi, melakukan kajian literature dan
review kebijakan, menyusun analisis pengendalian pertumbuhan kawasan perkotaan hingga
menyusun dokumen kajian daya dukung dan daya tampung serta skenario kebijakan dan
strategi pengendalian pertumbuhan
Sebagai ketua tim, Tenaga Ahli PWK bertanggungjawab mengkoordinir tugas-tugas tenaga
ahli lainnya, menerima laporan, perkembangan dari aktivitas setiap anggota tim, dan
soliditas/kekompakan tim, sehingga dicapai tujuan, sasaran, output, outcome, benefit, dan
dampak positif dari kegiatan ini.

2) Tenaga Ahli Geologi/Kebencanaan


Merupakan Sarjana lulusan Teknik Geologi atau S1 Manajemen Bencana dari perguruan
tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah S1
dengan pengalaman paling sedikit 36 bulan yang dibuktikan dengan sertifikasi dibidangnya
dan surat pengalaman kerja pada kegiatan penilaian geologis kawasan dalam mengukur risiko
kebencanaan dari segi fisik lingkungan.
Tenaga Ahli Geologi/Kebencanaan memiliki tugas merencanakan dan melaksanakan semua
kegiatan dalam penilaian kondisi fisik lingkungan kawasan terkait. Termasuk di dalamnya
adalah melaksanakan penyelidikan tanah, pengolahan dan analisis data tanah, dan
perhitungan-perhitungan mekanika tanah, serta harus menjamin bahwa data, analisis dan
perhitungan mekanika tanah yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat
memberikan masukan yang rinci mengenai kondisi, sifat-sifat dan stabilitas tanah.
Sebagai anggota tim, Tenaga Ahli Geologi/Kebencanaan bertanggungjawab terhadap
pengumpulan data dan informasi mengenai kondisi geologis kawasan, pengolahan dan
analisis data kondisi geologis, dan penyampaian laporan hasil analisis geologis kepada ketua
tim.

3) Tenaga Ahli Sipil


Merupakan Sarjana lulusan Sipil dari perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta
yang telah disamakan dengan negeri, berijazah S1 dengan pengalaman paling sedikit 36
bulan yang dibuktikan dengan sertifikasi dibidangnya dan surat pengalaman kerja pada
penanganan kegiatan dalam bidang ekonomi perkotaan.

14
Tenaga Ahli Sipil memiliki tugas melakukan identifikasi dan analisis infrastruktur di lokasi
terdampak bencana. Tenaga Ahli Sipil bertanggungjawab terhadap pengumpulan data dan
informasi terkait, melakukan kajian literatur perhitungan dan analisis konstruksi, menggambar
disain konstruksi infrastruktur untuk rekonstruksi kawasan terdampak bencana strategis.

4) Tenaga Ahli Rancang Kota/Lansekap


Merupakan Sarjana lulusan Arsitektur Rancang Kota/Arsitektur Lansekap dari perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah S1
dengan pengalaman paling sedikit 36 bulan yang dibuktikan dengan sertifikasi dibidangnya
dan surat pengalaman kerja pada penanganan kegiatan dalam bidang rancang kota.
Tenaga Ahli Rancang Kota/Lansekap memiliki tugas melakukan site planning dan site design,
termasuk didalamnya rancangan lansekap dan perspektif visualisasi lansekap, di lokasi
terdampak bencana. Tenaga Ahli Rancang Kota/Lansekap bertanggungjawab terhadap
pengumpulan data dan informasi terkait, melakukan kajian literatur pengembangan site,
menyusun stie design untuk rekonstruksi kawasan terdampak bencana strategis.
Sebagai anggota tim, Tenaga Ahli Rancang Kota/Lansekap bertanggungjawab terhadap
pengumpulan data dan informasi mengenai rancangan site planning dan site design,
pengolahan dan analisis data, dan penyampaian laporan hasil analisis kepada ketua tim.

5) Tenaga Ahli Teknik Lingkungan


Merupakan Sarjana lulusan Teknik Lingkungan dari perguruan tinggi negeri atau perguruan
tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah S1 dengan pengalaman paling
sedikit 36 bulan yang dibuktikan dengan sertifikasi dibidangnya dan surat pengalaman kerja
pada penanganan kegiatan dalam bidang teknik lingkungan.
Tenaga Ahli Teknik Lingkungan memiliki tugas merencanakan dan melaksanakan semua
kegiatan dalam aspek pengendalian lingkungan, kesesuaian rencana infrastruktur dengan
daya dukung dan daya tampung lingkungan, penguasaan terhadap aspek sistem penyediaan
air minum, sistem pembuangan limbah, sistem drainase perkotaan dan sanitasi lingkungan,
pengendalian pencemar dan pengelolaan kualitas air, tanah, dan udara, serta pengendalian
dan pengelolaan dampak lingkungan dalam rangka pengwujudan kota berketahanan.
Sebagai anggota tim, Tenaga Ahli Teknik Lingkungan bertanggungjawab terhadap
pengumpulan data dan informasi mengenai kondisi lingkungan kawasan, pengolahan dan
analisis data kondisi lingkungan, dan penyampaian laporan hasil analisis lingkungan kepada
ketua tim.

6) Tenaga Ahli Pemetaan (GIS)


Merupakan Sarjana lulusan Geografi/Geodesi dari perguruan tinggi negeri atau perguruan
tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah S1 dengan pengalaman paling
sedikit 36 bulan yang dibuktikan dengan sertifikasi dibidangnya dan surat pengalaman kerja
pada penanganan kegiatan dalam bidang pemetaan.
Tenaga Ahli Pemetaan (GIS) memiliki tugas merencanakan dan melaksanakan semua
kegiatan dalam aspek pembuatan peta-peta terkait kegiatan baik itu peta data, analisis dan
penyusunan skenario penanganan dan rekonstruksi kawasan terkait.
Sebagai anggota tim, Tenaga Ahli Pemetaan (GIS) bertanggungjawab terhadap pengumpulan
data dan informasi mengenai pemetaan/foto udara/video udara, pengolahan dan analisis data
pemetaan/foto udara/video udara, dan penyampaian laporan hasil analisis pemetaan/foto
udara/video udara kepada ketua tim.

15
Kualifikasi Tenaga Sub Profesional tersebut adalah sebagai berikut :
1) Tenaga Sub Profesional Ahli Geologi/Kebencanaan
Merupakan sarjana lulusan Teknik Geologi atau S1 Manajemen Bencana dari perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah S1.
Tenaga Sub Profesional Ahli Geologi/Kebencanaan memiliki tugas membantu dan
melaksanakan arahan dari Ahli Geologi/Kebencanaan dalam aspek perencanaan dan
pelaksanaan semua kegiatan dalam penilaian kondisi fisik lingkungan kawasan terkait. Selain
itu, Tenaga Sub Profesional Ahli Geologi/Kebencanaan juga terlibat langsung dalam
penyusunan laporan, merumuskan tujuan, sasaran, output, outcome, benefit dan dampak
positif dari kegiatan ini.

2) Tenaga Sub Profesional Perencanaan Wilayah dan Kota


Merupakan sarjana lulusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)/Planologi dari
perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri,
berijazah S1.

Tenaga Sub Profesional PWK memiliki tugas membantu dan melaksanakan arahan dari Ahli
PWK dalam aspek perencanaan spasial kawasan perencanaan dan kawasan. Selain itu,
Tenaga Sub Profesional perencanaan wilayah juga terlibat langsung dalam penyusunan
laporan, merumuskan tujuan, sasaran, output, outcome, benefit dan dampak positif dari
kegiatan ini.

3) Tenaga Sub Profesional Pemetaan (GIS)


Merupakan sarjana lulusan Teknik Geodesi/Geografi dari perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri yang berijazah S1.
Tenaga Sub Profesional pemetaan memiliki tugas membantu arahan Tenaga Ahli Pemetaan
dalam melakukan pengolahan dan analisis data spasial. Selain itu, asisten tenaga ahli
pemetaan bertanggung jawab terhadap layouting seluruh peta yang digunakan dalam
kegiatan. Sehingga seluruh kebutuhan pemetaan dalam kegiatan dapat terpenuhi dan seluruh
output kegiatan yang diharapkan dapat terpetakan dengan baik dan informatif.
Untuk menunjang kelancaran kegiatan dan pencapaian sasaran serta pencapaian output
sesuai dengan target yang telah ditentukan, pelaksanaan kegiatan ini memerlukan tenaga ahli
penunjang yaitu: 1 orang sekretaris dan 1 orang operator komputer.

G. BIAYA DAN SUMBER PENDANAAN


Biaya yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini sebesar Rp. 1.500.000.000,00 (Satu Miliar Lima
Ratus Juta Rupiah) termasuk PPN dan didanai dari APBN DIPA Satuan Kerja Pengembangan
Kawasan Perkotaan Tahun Anggaran 2020.

H. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


Nama Pejabat Pembuat Komitmen: Benny Hermawan, S.T., M.Sc..
Satuan Kerja: Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan

I. TIPE PELAKSANAAN KEGIATAN


Pekerjaan ini dilaksanakan secara kontraktual dengan jenis jasa konsultansi.

J. METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini antara lain:

16
1) Desk Study
Metode desk study yaitu cara pengumpulan data dan informasi melalui pemeriksaan dan
analisis data dan informasi yang menggunakan data sekunder.

2) Kick Off Meeting


Kick off meeting merupakan pertemuan awal/pendahuluan antara penyedia jasa, pengguna
jasa, dan stakeholder untuk menginformasikan pekerjaan, output yang diharapkan, dan
Identifikasi stakeholder baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, kelompok masyarakat, dan
dunia usaha dengan mencatat nama, alamat dan nomor kontak/email yang dapat dihubungi.

3) Pengumpulan Data Sekunder


Pelaksanaan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan metode kunjungan ke instansi
terkait. Penyedia jasa wajib menyusun perangkat survei. Pengumpulan data sekunder
dilakukan melalui:
a. Pengumpulan data sekunder pada berbagai instansi terkait;
b. Pengumpulan data primer untuk melengkapi ketersediaan data sekunder;
c. Pengumpulan dokumen kebijakan/kajian terdahulu terkait pekerjaan serupa;
d. Pengolahan dan penstrukturan data, serta penyajian dalam format yang menarik seperti
grafik (chart), peta, dan infografis.
4) Pengumpulan Data Primer Infrastruktur melalui Field Study
Pelaksanaan pengumpulan data primer dilakukan dengan mengunjungi lokasi kawasan
terdampak bencana, meninjau kondisi infrastruktur kawasan dengan melakukan pengambilan
foto dan video, pencatatan koordinat lokasi bencana, infrastruktur, dan kawasan penanganan
prioritas menggunakan GPS, dan wawancara dengan stakeholder setempat untuk
mengumpulkan data dan informasi terkait:
a. Risiko kebencanaan dari faktor kerentanan, bahaya, dan kapasitas kawasan;
b. Infrastruktur PUPR serta non PUPR, khususnya yang menjadi kewenangan pemerintah
pusat;
c. Informasi yang diperoleh untuk tiap infrastruktur adalah informasi umum, spesifikasi
umum, kondisi umum, dan lokasi point GPS.
5) Pengadaan dan Pengolahan Citra Satelit
Citra satelit diperoleh dari LAPAN dan pengolahan citra peta dengan ketelitian mendekati
1:50.000 s.d. 1:10.000. Interpretasi dan pengolahan peta citra serta handling peta dengan
ketelitian 1:10.000 pada bagian urban area dapat dilakukan penyesuaian pada bagian non-
urban area dengan peta SPOT/ALOS atau sejenisnya. Pengolahan peta dilakukan untuk
menghasilkan peta topografi yang memuat tutupan lahan, kontur, jaringan infrastruktur,
fasilitas. Output dari pengadaan ini adalah:
a. Peta Mosaic Orthophoto dalam format Georeferenced Raster imagery file : GeoTIF, TIF
atau file compress .ECW; dan
b. Peta Topografi, Tutupan Lahan dan Infrastruktur Utama dalam format shapefile.

6) Pengadaan dan Pengolahan Peta Rupa Bumi


Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) bisa diperoleh dengan mengunduh di
http://tanahair.indonesia.go.id menyediakan fasilitas download peta RBI skala 25K, 50K dan
250K. Untuk seluruh Pulau Jawa sudah tercover oleh peta dengan skala 1 : 25.000. Sementara
pulau di luar jawa baru tercover peta dengan skala 1 : 50.000 dan 1:250.000.
Tema peta RBI yang dapat didownload melalui portal http://tanahair.indonesia.go.id meliputi
Utilitas, Penutupan Lahan, Transportasi, Hidrografi, Toponimi, Lingkungan Terbangun dan
Hipsografi. Untuk Garis Pantai dan Batas Wilayah hanya tercover pada skala 1:250.000.

17
7) Pengadaan Peta Udara (Aerial Mapping), Foto Udara (Aerial Photography), dan Video
Udara (Aerial Videography) pada Kawasan Prioritas Penanganan dan Rekonstuksi
Pengadaan Peta Udara (Aerial Mapping) dilakukan menggunakan teknik foto udara atau
fotogrametri menggunakan wahana Pesawat Udara Tanpa Awak/UAV (Unmenned Aerial
Vehicle) atau Drone. Pekerjaan ini menghasilkan Peta Orthophoto Mosaic dan Peta Garis/Peta
Topografi yang detail dengan skala antara 1:500 s.d. 1:1.000 untuk kawasan prioritas.
Pengadaan Foto Udara (Aerial Photography) dan Video Udara (Aerial Videography) digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan animasi bergerak 3 (tiga) dimensi dan visualisasi 3 (tiga)
dimensi.
Output pengadaan ini adalah:
a. Print out format *pdf yaitu peta mosaic orthophoto dan peta topografi berikut kontur interval
1 meter dengan skala disesuaikan dengan ukuran kertas A3.
b. Softcopy data processing meliputi:
- Laporan Data dan Pengukuran GPC (Ground Control Point) dengan menggunakan
GPS Geodetic;
- Peta Mosaic Orthophoto dalam format Georeferenced Raster imagery file: GeoTIF,
TIF atau file compress .ECW;
- Peta Topografi berikut dengan kontur interval 1 meter dalam format file: .shp dan .dwg;
dan
- Data digital ketinggian DEM (Digital Elevation Model) dalam format file : .GeoTif atau
TIF terdiri dari DSM (Digital Surface Model) dan DTM (Digital Terrain Model).

8) Pembuatan Peta Digital Sistem Informasi Geografis


Pembuatan peta digital menggunakan software sistem informasi geografis yang memuat
shapefile (view) dan file siap cetaknya (layout). Skala peta yang digunakan minimal adalah
1:10.000 untuk kawasan perkotaan dan 1:50.000 untuk wilayah antar kota. Pembuatan peta
digital dipadukan antara perolehan data sekunder, survei GPS untuk infrastruktur, dilengkapi
dengan atribut basis data sesuai dengan data infrastruktur.
Pembuatan peta GIS berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 25/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Data dan Informasi Geospasial
Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

9) Penyusunan Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kawasan Prioritas


Prinsip yang digunakan di dalam rencana penanganan dan rekonstruksi kawasan prioritas,
khususnya Infrastruktur PUPR, menggunakan pendekatan 7 prinsip build back better oleh
GFDRR, yaitu:
a. Pengurangan risiko bencana untuk meningkatkan ketahanan fisik
b. Desain bangunan yang mengadaptasi dengan ancaman bencana yang mungkin muncul
c. Menegakkan aturan terkait aturan mengenai pemanfaatan lahan yang sesuai dan minim
dari risiko bencana
d. Melakukan rekonstruksi terhadap infrastruktur yang dapat menjaga dari ancaman bahaya
e. Mengganti aset dengan teknologi alternatif yang sesuai kebutuhan kawasan untuk
mengurangi ancaman bencana
f. Memanfaatkan tahap rekonstruksi sebagai kesempatan membangun infrastruktur yang
lebih bisa mengakomodir kebutuhan dari komunitas

10) Rapat Koordinasi dan Diskusi Termasuk Pembahasan Laporan Pendahuluan,


Antara, Konsep Laporan Akhir, Laporan Akhir
Rapat koordinasi dilakukan dalam rangka menjaring saran dan masukan mengenai
Penyusunan Rencana Penanangan dan Rekonstruksi di Banten dan Palu. Rapat koordinasi
dilakukan di pusat dan daerah dengan mengundang stakeholder terkait pelaksana
penanganan dan rekonstruksi di Tanjung Lesung, Palu, Sigi, dan Donggala.

18
11) Seminar
Seminar dimaksudkan untuk menyampaikan atau mensosialisasikan hasil-hasil rumusan
rencana penanganan dan rekonstruksi dengan prinsip build back better menuju kota
berketahanan.
Seminar merupakan wadah bekerja sama dalam rangka menggali saran dan masukan, kajian,
serta pengetahuan baru dari berbagai tenaga ahli, pandangan sektor dalam menyusun
rencana penanganan dan rekonstruksi. Kegiatan ini ditujukan untuk mempertajam hasil
workshop sekaligus mensosialisasikan konsep rencana penanganan dan rekonstruksi menuju
kota berketahanan yang akan dikembangkan

12) Analisis
Analisis yang dilakukan mencakup analisis pengurangan risiko kebencanaan dan penilaian
kebutuhan infrastruktur untuk mengurangi risiko kedepan, sebagaimana telah termuat dalam
ruang lingkup kegiatan.

13) Penyusunan Skenario Penanganan dan Rekonstruksi


Setelah selesai analisis maka dilakukan penyusunan skenario penanganan dan rekonstruksi
kawasan.

14) Menyusun dan menyerahkan laporan


a. Laporan pendahuluan;
b. Laporan antara;
c. Laporan bulanan;
d. Konsep laporan akhir;
e. Laporan akhir;
f. Album gambar A3;
g. Buku Deluxe Excecutive;
h. Laporan prosiding;
i. Dokumen penilaian risiko kebencanaan di tiap kawasan;
j. Dokumen skenario penanganan dan rekonstruksi kawasan; dan
k. Laporan dalam bentuk DVD.

K. KELUARAN DAN PELAPORAN


Laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah:

1) Rencana Mutu Kontrak


Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2009 tentang Sistem
Manajemen Mutu (SMM) Departemen Pekerjaan Umum, Rencana Mutu Kontrak (RMK) adan
rencana mutu pelaksanaan kegiatan yang disusun oleh Penyedia Jasa merupakan jaminan
mutu terhadap tahapan proses kegiatan dan hasil kegiatan sebagaimana yang dipersyaratkan
dalam pekerjaan.

19
Rencana Mutu Kontrak (RMK) harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak
setelah ditandatangani kontrak bersamaan dengan penyerahan laporan pendahuluan. RMK
memuat:
a. Cover RMK;
b. Lembar Pengesahan;
c. Sejarah Dokumen;
d. Kebijakan mutu dan sasaran mutu proyek (pekerjaan);
e. Informasi proyek (pekerjaan);
f. Penjelasan Lingkup Proyek (pekerjaan);
g. Lokasi Proyek;
h. Pihak-pihak yang terlibat;
i. Struktur organisasi proyek;
j. Tugas, tanggung jawab, dan wewenang;
k. Metode kerja pelaksanaan;
l. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
m. Jadwal tenaga kerja;
n. Jadwal pelaporan;
o. Progress Kerja;
p. Jadwal pengetesan (pembahasan); dan
q. Cash flow.
2) Laporan Bulanan
Laporan ini menjelaskan proses dan capaian pelaksanaan uraian kegiatan di setiap bulan
waktu pelaksanaan kegiatan termasuk kajian dan identifikasi: permasalahan, lokasi, kebijakan
dan strategi, serta program-program sektor terkait. Laporan diserahkan selambat-lambatnya
pada minggu pertama bulan berjalan dan dibuat masing-masing rangkap 5 (lima) dengan
softcopy-nya.

3) Laporan Pendahuluan
Laporan ini menjelaskan jadwal rencana kerja rinci tentang pelaksanaan kegiatan ini. Laporan
diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah Kegiatan Penyusunan Rencanan
Penanganan dan Rekonstruksi Kota Berketahan (Banten dan Palu) dimulai dan dibuat
masing-masing rangkap 5 (lima) dengan softcopy-nya.

4) Laporan Antara
Laporan ini menjelaskan proses dan capaian pelaksanaan uraian kegiatan di setengah waktu
pelaksanaan kegiatan termasuk kajian dan identifikasi: permasalahan, lokasi, kebijakan dan
strategi, serta program-program sektor terkait. Laporan diserahkan selambat-lambatnya 4
(empat) bulan setelah dimulainya pekerjaan dan dibuat masing-masing rangkap 5 (lima)
dengan softcopy-nya.

20
5) Konsep Laporan Akhir
Laporan ini menjelaskan konsep hasil pelaksanaan Rencana Penanganan dan Rekonstruksi
Kota Berketahan (Prov. Banten dan Kota Palu) mulai dari persiapan sampai dengan
pelaksanaan kegiatan itu sendiri termasuk di dalamnya berisikan hasil, Dokumen, Peta dan
Tabel Program. Laporan diserahkan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah kegiatan ini
dimulai sebanyak masing-masing 5 (lima) eksemplar.

6) Laporan Akhir
Laporan ini menjelaskan hasil dari pelaksanaan Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota
Berketahan (Prov. Banten dan Kota Palu) mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan
kegiatan itu sendiri. Laporan diserahkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) bulan setelah kegiatan
ini dimulai sebanyak masing-masing 5 (lima) eksemplar.

7) Laporan Prosiding
Laporan Prosiding merupakan kumpulan hasil pelaksanaan rapat, FGD, workshop dan
seminar termasuk paparan/makalah narasumber dibuat 7 (tujuh) bulan setelah dimulainya
pekerjaan dan dibuat masing-masing rangkap 5 (lima) dengan softcopy-nya.

8) Dokumen Penilaian Risiko Kebencanaan


Dokumen ini merupakan hasil analisis dan penjelasan risiko kebencanaan kawasan strategis
yang ditinjau dari faktor bahaya, faktor kerentanan, dan faktor kapasitas kawasan dalam
menghadapi potensi-potensi bahaya kedepan. Selain itu di dalam dokumen ini memuat juga
gambar Peta detail risiko kebencanaan dan indikasi program pengurangan risiko. Dokumen
diserahkan paling lambat 7 (tujuh) bulan setelah dimulainya pekerjaan dan dibuat masing-
masing rangkap 5 (lima) dengan softcopy-nya.

9) Dokumen Skenario Penanganan dan Rekonstruksi


Dokumen ini memuat program-program penanganan dan rekonstruksi, khususnya dalam
bidang infrastruktur PUPR, di kawasan penanganan prioritas. Dokumen diserahkan selambat-
lambatnya 7 (tujuh) bulan setelah Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota Berketahan
(Banten dan Palu) ini masing-masing sebanyak 5 (lima) eksemplar.

10) Album peta A3


Album ini berisi gambar-gambar Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota Berketahan
(Banten dan Palu). Album Peta A3 diserahkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) bulan setelah
kegiatan ini dimulai masing-masing sebanyak 5 (lima) eksemplar.

11) Cetak Peta


Cetak Peta berisikan peta ukuran A2/A1 seluruh peta hasil kajian dan analisis terpilih yang
dilaksanakan dalam Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota Berketahan (Banten dan
Palu). Peta yang dicetak merupakan peta-peta yang terkait dengan aspek kebencanaan dan
aspek infrastruktur PUPR di kawasan strategis penanganan. Cetak peta diserahkan selambat-
lambatnya 7 (tujuh) bulan setelah kegiatan ini dimulai masing-masing sebanyak 5 (lima)
eksemplar.

21
12) Buku Deluxe Executive
Buku Deluxe Executive dibuat dengan desain khusus dan memuat ringkasan dari muatan
substansi Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota Berketahan (Banten dan Palu).
Buku Deluxe Executive dibuat untuk masing-masing wilayah studi dandiserahkan selambat-
lambatnya 8 (delapan) bulan sejak SPMK. dan dibuat rangkap 20 (dua puluh) dengan ukuran
kertas 20 cm x 20 cm dicetak bolak-balik dengan kualitas kertas cetak minimal art paper atau
mate paper 120 gram untuk masing-masing kawasan perkotaan. Buku deluxe executive
merupakan bahan sosialisasi hasil kajian yang akan dibagikan sekurang-kurangnya pada
Sekretaris Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah; Kepala Pusat Perencanaan
Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Kepala Pusat Pemrograman dan
Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Kepala Pusat
Pengembangan Kawasan Strategis, BPIW, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat pada saat ekspose dan pameran serta bahan informasi pimpinan.
13) Pembuatan Laporan Dalam DVD
Semua materi yang merupakan bagian dari Rencana Penanganan dan Rekonstruksi Kota
Berketahan (Banten dan Palu) dan dikumpulkan dalam format softcopy dalam bentuk cakram
padat masing-masing sebanyak 10 (sepuluh) keping.

L. KEPEMILIKAN DATA DAN HASIL KEGIATAN


Semua bentuk data, dokumen, peta, peta citra, foto, disket atau peralatan yang dipergunakan
selama pekerjaan, dengan terbitnya kontrak tersebut menjadi hak milik pemberi pekerjaan
(Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Perkotaan, Badan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah).

M. LAIN-LAIN
Hal-hal yang belum diatur dalam KAK ini dan dianggap sangat penting, akan dilaksanakan
sesuai kesepakatan antara pemberi kerja dengan penerima kerja.

Jakarta, Februari 2020


Mengetahui, Pejabat Pembuat Komitmen Satker
Kepala Bagian Anggaran dan Umum Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan

Allien Dyah Lestary, S.ST. Benny Hermawan, S.T, M.Sc.


NIP.197501141995032001 NIP. 196812161997031001

22

Anda mungkin juga menyukai