Anda di halaman 1dari 13

 

 
 
 
 
Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan terhadap
Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
 
 
 

(SPRP‐LSK3) 
Rehabilitasi, Peningkatan dan Modernisasi 
Jaringan Irigasi SS. Salamdarma Kiri Cs, SS. 
Gadung Cs, SS. Pawelutan Cs  
DAFTAR ISI
 
BAB I. PENDAHULUAN
 
1.1 Uraian Pekerjaan
1.2 Pembiayaan
1.3 Organisasi Kerja PenyediaJasa
1.4 Tujuan Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan (SRPR)
1.5 Kerangka Kerja Hukum
1.5.1 Peraturan Pemerintah Indonesia
1.5.2 Kebijakan Safeguard Bank Indonesia
 
 
BAB II. PERENCANAAN
 
2.1 Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL)
2.1.1 Pengendalian LaluLintas
2.1.2 Pengendalian Pada Zona Kerja
2.1.3 Bahan dan Perlengkapan
2.1.4 Pemeliharaan Lalu Lintas
2.2 Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantau Lingkungan (RKPPL)
2.3 Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (RK3K)
2.4 Rencana Pengelolaan Pekerja
2.5 Rencana Untuk MemperolehPersetujuan/Perizinan
2.6 Rencana Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Masyarakat Terdampak
2.8 Rencana Manajemen Resiko Lingkungan dan Sosial Yang Mungkin Timbul
 
 
 
BAB III. MONITORING DAN EVALUASI
 
3.1 Monitoring dan Evaluasi
  BAB I
  PENDAHULUAN
 
1.1 Uraian Pekerjaan

Berkenaan dengan kegiatan Konstruksi Rehabilitasi, Peningkatan dan Modernisasi Jaringan Irigasi SS. Salamdarma
Kiri Cs, SS. Gadung Cs, SS. Pawelutan Cs yang mana Kami selaku Perusahaanbertekad dan berkeinginan untuk serta
mensukeskan program pemerintah dalam rangka pemantapan ketahanan pangan nasional dan mendukung
pencapaian target rehabilitasi irigasi 3 juta hektar sebagai salah satu kegiatan Nawacita, maka Pemerintah Indonesia
telah melaksanakan serangkaian suatu Proyek. secara terus menerus yang bertitik tolak pada sektor pertanian. Untuk
menunjang pembangunan sektor pertanian perlu pembangunan fasilitas jaringan irigasi guna penyediaan kebutuhan
air yang diperlukan untuk meningkatkan produksi tanaman utamanya beras.
Daerah Irigasi Jatiluhur, SI. Tarum Timur (khusus B.Tt.1 sampai dengan B.Tt.21) termasuk dengan Saluran Sekunder
Cs. adalah salah satu daerah irigasi yang masuk dalam program Strategic Irrigation Modernization and Urgent
Rehabilitation Project, disingkat SIMURP yang difokuskan pada rehabilitasi infrastruktur yang ada dan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi melalui kebijakkan 5 (lima) pilar, yaitu:
Pilar 1, peningkatan keandalan penyediaan air irigasi,
Pilar 2, perbaikkan sarana dan prasarana irigasi,
Pilar 3, penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi,
Pilar 4, penguatan institusi pengelola irigasi,
Pilar 5, pemberdayaan sumber daya manusia pengelola irigasi.

Lokasi pekerjaan Rehabilitasi, Peningkatan dan Modernisasi Irigasi Tarum Timur Cs.
terletak di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. 
 
Nama Paket Pekerjaan
 
Rehabilitasi, Peningkatan dan Modernisasi Jaringan Irigasi SS. Salamdarma Kiri Cs, SS. Gadung Cs, SS. Pawelutan
Cs 
 
 
Pekerjaan ini dibiayai dengan LOAN SIMURP (Strategic Irrigation Modernization and Urgent ehabilitation
Project) IBRD Loan No. 8891-ID and AIIB Loan No. L0060A, dengan Jangka waktu Pelaksanaan Pekerjaan: 720
(Tujuh Ratus Dua Puluh) hari kalender.
1.2 Pembiayaan
 
Pembiayaan untuk kegiatan Penyelenggaraan Sistem manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
yang tertuang dalam dokumen lelang antara lain :
 
1. Pelaksaan K3
Adapun persyaratan dan ketentuan spesifikasi yang tertulis dalam spektek dan dokumen lelang menjadi
acuan dalam pengadaan dan pelaksanaan yang dilakukan oleh penyedia jasa. Apabila tidak tertuang
dalam dokumen, maka penyedia jasa mengikuti keputusan dari direksi teknis dan PPK untuk ketentuan
spesifikasi dalam pengadaan maupun pelaksanaan K3.
Organisasi kerja Penyedia Jasa 
 
 
Proyek Manajer 
 
 
 
  Ahli K3  Site Engineer  Site Engineer  Ahli K3 
  Konstruksi  Konstruksi 
 
 
  Pelaksana  Quality Control  Quality Control  Pelaksana 
 
 
 
  Quality Control  Ahli  Geodesi 
 
Tujuan Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan (SRPR) 
untuk Mengelola Risiko Lingkungan, 
 
 
1.3 Sosial, Kesehatan dan keselamatan Kerja (LKS3)
 
Tujuan dari Pengelolaan Lingkungan dan Sosial ini adalah untuk memastikan bahwa seluruh
komponen akan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan mengelola aspek lingkungan dan
sosial. Dengan memperjelas prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan dan sosial pada paket
pekerjaan Rehabilitasi, Peningkatan dan Modernisasi Jaringan Irigasi SS. Salamdarma Kiri Cs, SS.
Gadung Cs, SS. Pawelutan Cs dalam :
 
1. Persiapan penyusunan rencana pengelolaan lingkungan
2. Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL)
3. Rencana kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL)
4. Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (RK3K)
Rencana Pengelolaan Pekerja, Termasuk Larangan Penggunaan Pekerja Dibawah Umur, dan 
 
5. Pekerja Paksa sesuai dengan peraturan Undang-Undang Indonesia
Rencana Pengelolaan Pekerja, termasuk rencana perekrutan, pengelolaan basecamps, asuransi 
 
6. pekerja, hak-hak dan kewajiban pekerja, skema perekrutan, dan lain-lain
7. Rencana Untuk Memperoleh Persetujuan/Perizinan Relevan
8. Rencana Manajemen Keselamatan dan Kesehatan masyarakat terdampak.
9. Mekanisme Penanganan
10. Rencana manajemen Resiko Lingkungan dan Sosial
1.4 Kerangka Kerja Hukum
Untuk melakukan penilaian lingkungan dan sosial akan mengikuti Peraturan Pemerintah Indonesia dan
kebijakan Bank Dunia.
1.5.1 Peraturan Pemerintah Indonesia 
 
Peraturan berikut menjadi dasar untuk keseluruhan pendekatan Strategi Pengelolaan dan
Rencana Pelaksanaan (SRPR) untuk mengelola risiko Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (LSK3) sebagai berikut :
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Peraturan Pemerintah (PP) No 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan Hidup
▪ Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya
▪ pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat
Pernyataan jaminan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL)
▪ Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Kegiatan yang diperlukan AMDAL
▪ Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 16 Tahun 2012 tentang

pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup

▪ Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman

Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penilaian Ligkungan dan Izin Lingkungan

▪ Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 08 Tahun 2013 tentang Tata Cara

Pemeriksaan dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan dan Izin Lingkungan yang

dikeluarkan

▪ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/PRT/M/2008 tentang jenis Rencana Bisnis
 
dan/atau Kegiatan yang bekerja dalam Pekerjaan Umum yang memerlukan dokumen

Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)

▪ Peraturan Pemerintah (PP) No.6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman Keputusan
 
Menteri Pertanian No. 887/Kpts/OT.210/9/1997 tentang Pengelolaan Hama UU No.2 Tahun

2012 tentang Pengadaan Umum Tanah

▪ Peraturan Presiden No.71 tahun 2012 tentang Pembebasan Lahan untuk Kepentingan Umum
 
▪ Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Perpres No.71 Tahun 2012

tentang Pembebasan Lahan untuk Kepentingan Umum

➢ Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial


▪ Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2017 tentang Penanganan Dampak Sosial Masyarakat

▪ Peraturan Menteri Sosial No. 10 Tahun 2014 tentang Konseling Sosial


▪ Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2015 tentang Penanganan Konsflik Sosial

▪ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang konservasi

Sumber Daya Alam dan Ekosistem

▪ Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 52 tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan

dan Perlindungan Masyarakat Adat.

▪ Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2010 tentang Warisan Budaya

▪ Peraturan Presiden No.37 Tahun 2010 tentang Bendungan

▪ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan No.27/PRT/M/2015 tentang


NO JUDUL SAFEGUARD KEGIATAN YANG DILAKUKAN
  OP masyarakat bahwa penilaian dilakukan terhadap kemungkinan dampak
  sosial dari proyek, terutama karena memerlukan perolehan tanah, relokasi
 
  orang, kehilangan aset produktif atau akses terhada layanan, baik selama
  tahap konstruksi dan operasional dari kegiata proyek. Kebijakan ini
  dimaksudkan untuk memastikan bahwa kegiatan pemukiman kembali harus
  dipahami dan dijalankan sebagai program pembangunan berkelanjutan,
 
  menyediakan sumber investasi yang memadai untuk memungkinkan orang-
OP/BP 4.12

  orang
  yang terkena dampak untuk mendapatkan keuntungan proyek,
  memastikan bahwa orang-orang yang terkena dampak diberi konsultasi
 
  yang berarti dan disediakan, jika memungkinkan, kesempatan untuk
Pemindahan/pemukiman Kembali berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemukiman
Secara Paksa kembali dan proyek. Tujuan dasarnya adalah untuk memastikan bahwa
orang-orang yang terkena dampak diberi sara dan sumber daya untuk
memperbaiki penghidupan dan standar hidup mereka, atau setidaknya
mengembalikannya secara riil, ke tingkat pra-proyek.

  Untuk menjamin kualitas dan keamanan dalam perancangan dan


 
  pembangunan bendungan baru dan rehabilitasi bendungan yang ada, dan
OP/BP 4.37

Keamanan bendungan dalam melaksanakan kegiatan yang mungkin terkena dampak bendungan
yang ada.

 
 
BAB II PERENCANAAN
 
2.1 RENCANA MANAJEMEN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS (RMKL)
Pekerjaan ini meliputi penyediaan pelengkapan sekaligus pelaayanan pengendalian lalu lintas pada
saat kegiatan proyek. Hal ini untuk melindungi para pekerja maupun pengguna jalan yang melintas
melalui daerah konstruksi.Kegiatan ini dilakukan semenjak mulai tahap mobilisasi, peralatan, bahan,
dan tenaga.
2.1.1 Pengendalian Lalu Lintas
Semua pekerja harus minimal berumur 18 tahun dan melengkapi diri dengan baju reflektif
dan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai kebutuhan. Demikian juga bilamana pekerjaan dilakukan
pada malam hari. Kontraktor harus menyiapkan lampu penerang dan pengendalian
keselamatan lalu lintas sistem refleksif yang aman bagi pengguna jalan.
2.1.2 Pengendalian Pada Zona Kerja
Pekerjaan ini meliputi semua lokasi yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
aktivitas proyek termasuk jalur mobilisasi, lokasi pengambilan material atau quarry, dan
produksi beton. Sedangkan untuk perlengkapannya, dibutuhkan seperti lampu sinyal berkedip,
system reflektif, rambu segitiga dan perlengkapan lain yang diperlukan selama proses mobilisasi
dilakukan. Pemasangan rambu-rambu sebagai peringatan bagi pengguna
jalan agar berhati-hati saat melintas daerah kerja.
 
 
2.1.3 Bahan dan Perlengakapan
1. Rambu Panah Berkedip
 
Rambu ini dipasang pada lokasi zona kerja maupun daerah kerja,
yang berfungsi baik sebagai pemberitahuan untuk pengalian jalan
maupun peringatan, pada titik-titik lokasi yang dianggap rawan
kecelakaan.
 
 
 
 
 
2. Rambu Suar Portable
Rambu ini di letakan pada ujung tiap segmen pada awal dan
akhir lokasi pekerjaan, dan befungsi untuk peringatan bagi para
pengguna jalan untuk supaya berhati – hati saat memasuki daerah
kerja.
 
 
 
 
3. Rambu Peringatan Konstruksi
Rambu ini dirancang baik secara tetap maupun portable atau
dapat dipndah-pindah pada setiap segmen yang membutuhkan
penanda lalu lintas. Rambu-rambu ini juga berfungsi sebagai
pemberitahu kepada pengguna jalan serta dibuat agar efektif dan
efisien dalam fungsin ya sebagai peringatan kepada pengguna
jalan untuk berhati- hati
 
 
 
4. Rambu Pengalihan
Rambu ini harus terlihat pada jarak 150 m sebelum memasuki
daerah konstruksi atau sebelum daerah yang dianggap rawan
kecelakaan. Untuk jalur jalan yang padat akan menambah tenaga
bantu khusus sebagai pengarah lalu lintas, dapat digunakan dari
aparat kepolisian lalu lintas maupun security dari penyedia jasa.
Rambu pengalihan jalan bersifat tetap pada titik- titik jalur
pengalihan selama pekerjaan berlangsung.
 
5. Rambu Penanda
Digunakan untuk peringatan jarak jauh yang mampu memberikan
peringatan kepada pengguna jalan secara sekilas tanpa
mengganggu aktivitas mengemudi. Rambu ini berfungsi sebagai
intimidasi kepada para pengguna jalan dan angkutan proyek agar
waspada dan berhati-hati saat melewati daerah tersebut.
 
 
6. Penghalang Lalu Lintas
Penghalang lalu lintas atau barikade dibuat dengan bahan pvc
yang dilapisi dengan cat warna merah dan putih sebagai simbol
perlindungan area kerja maupun sebagai pembagi jalur jalan.
Barikade digunakan untuk memandu lalu lintas agar tidak
a. Larangan Penggunaan Pekerja Dibawah Umur dan/atau pekerja paksa
Berdasarkan pasal 68 dan pasal 69 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (UKK),
pada prinsipnya pengusaha (Pemberi Kerja) dilarang mempekerjakan anak. Namun
pengecualian - pengecualian tertentu untuk mempekerjakan anak, yakni:
1. Untuk anak yang berumur antara 13 s/d 15 tahun hanya dapat dipekerjakan untuk pekerjaan

ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan kesehatan, fisik, dan mental serta
hubungan sosial (si anak). Untuk mempekerjakan anak pada pekerjaan [ekerjaan yang ringan
tersebut, harus memenuhi beberapa syarat, sebagai berikut :
1) Ada izin tertulis dari orang tua/walinya
2) Dibuat perjanjian kerja antara pemberi kerja dengan orang tua/wali si anak, sehingga

jelas hubungan kerjanya


3) Waktu kerjanya maksimal 3 jam perhari
4) Hanya boleh dikerjakan pada siang hari sepanjang tidak mengganggu waktu sekolah
5) Harus dijaga keselamatan dan kesehatan kerjanya (K3)
6) Upahnya dibayar sesuai dengan ketentuan yang berlaku
 
 
2. Untuk anak yang berumur antara 15 s/d 18 tahun sudah dapat dipekerjakan secara
normal/umum akan tetapi tidak boleh dieksploitasi untuk bekerja pada pekerjaan-pekerjaan
yang membahayakan (The Worst Form) baik ancaman/bahaya bagi kesehatan maupun
keselamatan, bahkan moral si anak. Pada usia ini anak sudah dianggap cakap (Bekwaam)
untuk Melakukan hubungan kerja tanpa kuasa/wali (Pasal 2 Ayat 3 Kepmenakertrans No
Kep-235/Men/2003 dan Konvensi ILO No.138 serta Konvensi ILO No. 182).

2.4 RENCANA PENGELOLAAN PEKERJA


Perekrutan tenaga kerja adalah suatu proses mencari tenaga kerja dengan mendorong serta
memberikan suatu penghargaan untuk melamar pekerjaan pada perusahaan. Perekrutan ini
dilakukan dengan memilih tenaga kerja yang telah berpengalam dan terampil di bidangnya.
1. Perekrutan
a. Perjanjian Kerja
Seperti diatur oleh undang-undang ketenagakerjaan, yaitu bab 1 pada pasal definisi umum
no.14. Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat antara pekerja/karyawan dan
pengusaha atau majikan. Perjanjian yang dibuat antara pekerja/karyawan dan pengusaha
atau majikan. Perjanjian tersebut berisi persyaratan kerja, hak dan kewajiban dari kedua
belah pihak. Perjanjian kerja tidak dibuat dengan batas waktu, kecuali jenis pekerjaan yang
terkait adalah sementara/musiman. Jika perjanjian berlaku untuk waktu tertentu, durasi tidak
dapat lebih dari 2 tahun. Perjanjian jenis ini hanya dapat diperpanjang sebanyak satu kali,
untuk periode tidak lebih dari 1 tahun.
b. Masa Percobaan
Masa Percobaan dilakukan tidak boleh lebih dari 3 bulan, guna menganalisa dan mengevaluasi
hasil kinerja tenaga kerja.
c. Jam Kerja
Pada umumnya,jam kerja di Indonesia adalah sebagai berikut : 40 jam/minggu, ini berarti 7
jam/hari selama 6 hari dalam seminggu, atau 8 jam/hari selama 5 hari seminggu.
d. Lembur
Lembur maksimal selama 3 jam sehari atau 14 jam dalam seminggu, lembur harus dilakukan
dengan persetujuan dari karyawan. Maka dari itu, karyawan memiliki hak untuk menerima
upah lembur, dan karyawan yang bekerja selama hari libur juga harus menerima upah lembur.
e. Upah Minimum
Upah minimum tergantung pada tiap-tiap daerah (kota atau provinsi). Perusahaan harus mematuhi standar
upah minimum yang berlaku. Perusahaan tidak berkewajiban untuk membayar jika pada hari tertentu karyawan
tidak dapat bekerja.

2. Pengelolaan Basecamps
Pembuatan jadwal berkala untuk kebersihan dan kerapian basecamp menjadi tanggung jawab
penyedia jasa. Melakukan pengecekan baik kondisi maupun peralatan yang ada pada lokasi.
Melalui pelaporan dan pemantauan kondisi lewat lembar monitoring harian sebagai bukti untuk
monitoring kelengkapan dan peralatan yang ada pada Basecamp serta kondisinya.
3. Asuransi Pekerja, Hak-hak dan Kewajiban
Mendapatkan Jaminan Kecelakaan kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) yang ditanggung
oleh kontraktor dan besarnya ditetapkan berdasarkan nilai kontrak yang dipergunakan sebagai
dasar Perhitungan iuran termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%. Hak pekerja
dalam melakukan pekerjaan, mereka berhak mendapat alat perlindungan diri sesuai dengan
lokasi dan resiko dari pekerjaan yang akan mereka lakukan. Fasilitas kesehatan yang berada di
lokasi dan resiko dari pekerjaan yanh akan mereka lakukan. Fasilitas kesehatan yang berada di
lokasi pekerjaan serta klinik kesehatan yang bertugas untuk memberikan pertolongan pertama
pada kecelakaan serta himbauan untuk bekerja secara hati-hati baik dari metode pekerjaan dan
penggunaan alat. Sedangkan kewajiban tenaga kerja yaitu wajib dan patuh pada peraturan
perusahaan dengan menggunakan alat pelindung diri setiap Melakukan pekerjaan. Menggunakan
peralatan sesuai fungsinya dan mematuhi rambu-rambu yang tertera dilokasi pekerjaan.
2.5 RENCANA UNTUK MEMPEROLEH PERSETUJUAN/PERIZINAN
Melakukan perizinan kepada kepala desa untuk izin akses ke lokasi serta penggunaan jalan apabila
digunakan sebagai jalan akses dengan ketentuan dan persyaratan harus menjaga dan mengembalikan
ke kondisi semula apabila jalan desa digunakana sebagai jalan akses. Sedangkan untuk Borrow Pit
mengajukan ijin lokasi yang akan dijadikan borrow pit, apabila borrow pit merupakan asset dari
pemerintah maka perizinan melalui direksi.
 
2.6 RENCANA MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT TERDAMPAK
1. Strategi Pendekatan dan Sosialisasi dengan Masyarakat Terdampak
Memberikan Penyuluhan dan sosialisasi tentang pekerjaan yang akan dikerjakan serta metode
pekerjaan yang akan dikerjakan. Memberikan gambaran mengenai kemungkinan dampak pekerjaan
yang akan dikerjakan. Memberikan gambaran mengenai kemungkinan dampak yang
terjadi baik personal maupun kelompok. Melakukan tindakan pencegahan serta penanganan untuk
meminimalisir dampak yang terjadi.

2. Penyuluhan Mengenai HIV/AIDS dan Penyakit Seksual Menular


Memberikan arahan dan peraturan untuk tenaga kerja agar patuh dan taat pada peraturan perusahaan
selama masa pekerjaan konstruksi berlangsung. Pemberian sanksi kepada tanaga kerja yang
melanggar serta melimpahkan pada hukum yang berlak. Memberikan arahan kepada masyarakat
untuk saling menjaga dan mematuhi hukum adat setempat maupun hukum yang berlaku.

3. Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender (Gender Based Violence/GBV )


Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja wanita yang ikut bekerja dengan memberikan
perlindungan dan porsi kerja sesuai dengan kemampuannya. Jaminan keselamatan serta perlakuan
yang setara tanpa membedakan Ras maupun Gender. Serta tidak membedakan ras maupun
gender pada masyakarat sekitar yang ingin ikut serta dalam pelaksanaan pekerjaan dengan
ketentuan kemampuan yang berlaku.

4. Kekerasan Terhadap Anak (Violence Against Children/VAC)


Penggunaan tenaga kerja dibawah umur dengan syarat perizinan orang tua/wali serta persyaratan
sesuai dengan undang-undang yang berlaku sebagai bentuk partisipasi dalam pemajuan
pembangunan di wilayah pekerjaan yang terdampak. Memberikan arahan serta perlindungan
terhadap anak dengan tidak melakukan eksploitas yang bertentangan dengan undang-undang.

5. Dermarkasi Lokasi dan Akses Warga yang memiliki risiko Kesehatan dan Keselamatan
Melakukan pencegahan dan penanganan untuk lokasi jalan akses yang memiliki dampak polusi
serta dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Penanganan dengan Melakukan pembasahan dan
pembersihan jalan akses setelah jam kerja selesai, dengan tujuan untuk mengurangi dampak polusi
dan membersihkan tumpukan sisa material yang berserakan di jalan.

6. Manajemen Polusi dan Limbah


Untuk bahan limbah sisa pekerjaan yang tidak dapat digunakan dan mungkin dapat menimbulkan
limbah bagi lingkungan sekitar, dilakukan pengumpulan dan pemindahan oleh penyedia jasa ke lokasi
yang telah ditentukan oleh direksi. Serta limbah yang kiranya dapat mengganggu dan memerlukan
perlakuan khusus dilakukan dengan arahan dan persetujuan dari direksi.
2.7 MEKANISME PENANGANAN KELUH BAGI PEKERJA KONSTRUKSI DAN MASYAKARAT YANG
TERDAMPAK
a. Langkah Mekanisme Penanganan
Adapun tahapan yang akan dilaksanakan untuk penanganan pada masyarakat terdampak sebagai
berikut:
 
a. Hak Masyarakat Terdampak
Mengajukan pemebenahan untuk aset yang terdampak saat pelaksanaan pekerjaan. Pemberian
santunan kepada masyarakat terdampak dengan cara negosiasi dan sesuai dengan adat setempat
maupun hukum yang berlaku sesuai besaran yang terdampak kepada masyarakat atau golongan.
 
 
2.8 RENCANA MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN DAN SOSIAL YANG MUNGKIN TIMBUL AKIBAT PELAKSANAAN PEKERJAAN
 
 
 
BAB III MONITORING DAN EVALUASI
Penyelenggaraan Rehabilitasi, Peningkatan dan Modernisasi Jaringan Irigasi SS. Salamdarma
Kiri Cs, SS. Gadung Cs, SS. Pawelutan Cs akan dipantau dan dievaluasi secara berkala dalam
Penerapan Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan (SPRP). Status dan dampak kepada
lingkungan maupun sosial harus tercakup dalam laporan sehingga dapat termonitor dengan baik.
Monitoring dan Evaluasi akan terpusat oleh indikator-indikator utama yang dirincikan dalam
dokumen lelang dan persetujuan dari direksi.

1. Pemantauan Kinerja
Pertemuan-pertemuan publik dengan masyarakat sekitar proyek yang terdampak dan telah
ditindaklanjuti baik secara inventarisasi lokasi terdampak maupun asset yang terdampak maupun
dampak yang berimbas pada sosial masyarakat, baik secara kesehatan maupun moral.
 
2. Pemantauan Dampak
Pemantauan dimaksudkan untuk memberikan penilaian obyektif pada dampak yang terjadi serta
kesesuaian penanganan dampak yang terjadi.
 
3. Audit Penyelesaian
Tidak hanya merekan pencapaian akhir, akan tetapi juga menarik pemantauan dampak untuk
menentukan apakah sudah menekan atau menghilangkan dampak yang terasa pada masyarakat
sekitar proyek.
 
Jakarta, 23 September 2021
PT. A R A F A H S E J A H T E R A S E J A H T E R A –
PT. SINAR ARENGKA SETIA MAJU(KSO)
 
 
 
 
RIZALDY
Kuasa KSO

Anda mungkin juga menyukai