Anda di halaman 1dari 53

1.

Pendekatan Umum
Sebagai Perusahaan Konstruksi yang berkiprah di Provinsi Maluku Utara
PT. AKBAR BANGUN PERSADA disetiap pelaksanaan konstruksinya
akan menerapkan sistim ISO 19001 ; 2008, OHSAS 18001;2007 serta ISO
14001:2004 bertekad melakukan kegiatan pelaksanaan terbaik pada
pekerjaan Pembangunan Gedung Terminal Bandar Udara Kuabang
Kao Volume 3.500 M2

2. Lingkup Pekerjaan
Adapun lingkup pekerjaan Pada Pekerjaan Pembangunan Gedung
Terminal Bandar Udara Kuabang Kao Volume 3.500 M2 diantaranya
dengan mengadakan, mengerjakan, mengangkut bahan-bahan, mengadakan
tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan dan sesuai untuk menyelesaikan
pekerjaan sehingga dicapai hasil yang sempurna. Dan pekerjaan yang diserah
terimakan adalah pekerjaan yang telah selesai 100 %, termasuk dengan
pembersihan sisa-sisa material, pemeliharaan dan perbaikan- perbaikan yang
cacat sehingga sempurna dan memberikan kepuasan kepada Owner.
A. PEKERJAAN STRUKTUR DAN ARSITEKTUR
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1. Pek. Papan Nama Proyek
Setelah Penandatanganan Kontrak, Papan
Nama Proyek dipasang didepan jalan atau
didepan direksi keet. Papan Nama dibuat
dengan maksud sebagai pemberitahuan,
agar dapat dilihat berapa nilai kontrak
pekerjaan yang ada, perusahaan yang
mengerjakan, Nama pekerjaan, nama
penyedia jasa, waktu pelaksanaan
pekerjaan, nama penyedia jasa, waktu
pelaksanaan serta instansi terkait.

1.2. Pembuatan Direksi Keet

Direksi keet merupakan tempat untuk kegiatan yang bersifat administratif,


pengawasan dan tempat penyimpanan material, direksi keet ini diadakan
untuk memperlancar kerja di lapangan yang menyangkut koordinasi
diantara berbagai pihak yang terlibat dalam proyek ini untuk memenuhi
kebutuhan dari kegiatan tersebut untuk itu penting jika direksi keet memiliki
ruang-ruang sebagai berikut :
- Ruang konsultan pengawas
- Ruang rapat
- Kantor pemborong utama (kontraktor)
- Gudang penyimpanan bahan dan material
- Tempat / barak pekerja.
- Ruang computer untuk drafter & administrasi.
Direksi keet dibuat tidak permanen dengan konstruksi kayu sebagai
bangunan sementara dan dibuat menjadi bangunan satu lantai atau dua
lantai memanjang guna menghindari gangguan terhadap transportasi
dalam lokasi proyek. Dalam hal ini direksi keet akan dilengkapi dengan :
- Fasilitas perkantoran yaitu meja dan kursi untuk kerja serta untuk rapat,
juga papan tulis, almari, rak kayu, rak gambar, komputer serta
perlengkapan kerja lainnya.
- Fasilitas penerangan baik di dalam maupun luar ruangan.
- Fasilitas komunikasi yaitu telepon, Internet dan faxcimile.

1.3. Pembuatan Pagar Proyek


Pada pekerjaan pembuatan pagar proyek akan dibuat konstruksi pagar
dengan menggunakan dinding seng dan diperkuat dengan menggunakan
tiang-tiang besi atau kayu dan diikat dengan paku/atau baut pengikat pada
jarak tertentu sehingga konstruksinya kuat dan sesuai dengan fungsi yakni
untuk menjamin keamanan pekerja dalam lingkungan proyek.

1.4. Pembuatan Gudang Semen dan Alat – alat


Pembuatan Gudang Semen dan Peralatan bertujuan untuk melindungi
Material maupun peralatan dari pengaruh cuaca.

1.5. Listrik Proyek


Listrik yang dimaksud adalah jumlah daya yang diperlukan untuk
mengoperasikan alat – alat yang akan dibutuhkan dalam pelaksanaan
pekerjaan.

1.6. Air Proyek


Air proyek merupakan air yang dibutuhkan untuk keperluan proyek. Dalam
hal ini kebutuhan air proyek dapat digunakan air dari PDAM atau sumur.

1.7. Uji Material /Laboratorium


Untuk melakukan pengendalian mutu pekerjaan dalam pelaksanaan paket
proyek ini, maka PT. AKBAR BANGUN PERSADA akan menggunakan
laboratorium yang ada dikampus Universitas Khairun Kota Ternate. Pada
Laboratorium tersebut telah tersedia peralatan untuk pengujian tanah,
pengujian agregat, pengujian aspal dan pengujian beton. Untuk menunjang
kecepatan didalam memonitor mutu hasil pekerjaan di lapangan, maka
pihak perusahaan akan berkerja sama dengan pihak universitas unutk
mengadakan laboratorium tambahan yang akan berlokasi di lahan kantor
proyek. Pada laboratorium kedua ini akan dilengkapi dengan beberapa
peralatan laboratorium untuk pengujian tanah dan pengujian beton,
termasuk peralatan untuk pengujian kepadatan tanah / lapis pondasi
agregat di lapangan dengan sand cone.
1.8. Asuransi Kesehatan / K3
Dalam hal ini, seluruh tenaga kerja yang terlibat dalam proyek ini,
perusahaan wajib mendata personil dan tenaga kerja yang ada dan
dibuatkan asuransi kesehatan. Disamping itu pula, peralatan dan
kelengkapan kesehatan dan keselamatan kerja harus disiapkan dalam lokasi
proyek selama pelaksanaan pekerjaan.

1.9. Pengukuran Sebelum dan Sesudah termasuk Pembuatan Profil


Design
Sebelum pekerjaan di laksanakan, kontraktor akan melakukan pengukuran
lokasi pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan kontraktor dalam
membuat MC 0 dan shop drawing pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Setelah semua pekerjaan selesai dikerjakan, kontraktor akan melakukan
pengukuran ulang terhadap semua pekerjaan yang telah dilaksanakan. Hal
ini dilakukan untuk memudahkan kontraktor dalam melakukan perhitungan
back up data kembali volume pekerjaan yang sudah dikerjakan

1.10. Laporan – Laporan


Pekerjaan ini berupa pembuatan Laporan. Laporan yang dikerjakan adalah
berupa Harian, Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan. Laporan tersebut
mencakup kegiatan kontraktor sehari-hari dilapangan, pemakaian material,
peralatan dan tenaga kerja, volume pekerjaan yang tercapai, kendala
selama pekerjaan dilapangan serta hal-hal lain yang dianggap perlu.

1.11. Mobilisasi dan Demobilisasi


Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah berupa peralatan/ personil
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan. Pekerjaan Mobilisasi akan
dilakukan sebelum dimulainya pekerjaan utama.
Adapun pekerjaan demobilisasi yang dimaksud merupakan merupakan
pekerjaan yang akan dilakukan setelah semua pekerjaan setelai dikerjakan.
Adapun yang akan dilakukan adalah melakukan/ mengembalikan peralatan-
peralatan yang telah digunakan selama pekerjaan berlangsung ke tempat
lokasi awal peralatan (Gudang peralatan).
1.12. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank

Membuat Bowplank, tujuannya adakah sebagai acuan untuk menentukan


elevasi lantai bangunan, menentukan titik-titik as bangunan. cara
pembuatannya yaitu dibuatkan pathok beton permanent atau Patok Kayu
yang tidak permanen, menentukan titik duga awal (Titik Acuan) & membuat
titik as bangunan.
II. PEKERJAAN TANAH
2.1. Pekerjaan Tanah
2.1.1. Galian Tanah Biasa
- Galian tanah disesuaikan
dengan lebar pondasi bagian
bawah dan kedalaman
rencana
- Gali sisi-sisi miringnya
sehingga dicapai sudut
kemiringan yang tepat
- Tanah hasil galian diletakkan
dipinggir galian diluar
bouwplank, yang nantinya
untuk pekerjaan pengurugan kembali
- Cek posisi, lebar, kedalaman dan kerapiannya sesuai dengan
gambar rencana.

2.1.2. Urugan Tanah Timbunan


- Urugan atau
perataan tanah ini
dilakukan setelah
pekerjaan pondasi
selesai, berupa
pengurugan kembali
tanah galian fondasi
yang ada disisi
pondasi, sehingga
tidak tampak lagi
bekas galian fondasi.
- Untuk pekerjaan urugan yang bertujuan sebagai peninggian
lantai, kebutuhan tanahnya sangat tergantung pada tinggi peil
atau elevasi lantai.
- Bekas galian pondasi, diurug dengan tanah urug secukupnya,
urugan bekas galian tanah dapat dipakai kembali apabila
menurut pengawas/ direksi tanah tersebut layak untuk dipakai.

2.1.3. Urugan Pasir


Sebelum pekerjaan pondasi dikerjakan, sepanjang galian fondasi
ditaburi dengan pasir urug setebal 10 cm, hal ini untuk
menghindari kemungkinan adukan semen/ beton tercampur
dengn tanah liat.
2.1.4. Pemadatan Tanah Timbunan
Pada tahapan pekerjaan pemadatan tanah timbunan kontraktor
akan menggunakan stamper untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.

III. PEKERJAAN STRUKTUR


Elevasi – 2,25 s/d ± 6,00
3.1. Pondasi
3.1.1. Pondasi Batu Gunung Type 01
Langkah kerja pemasangan Pondasi Batu Gunung Type 01
- Ukur tanah yang akan dipasang pondasi, kemudian pasanglah
bouwplank untuk mengetahui muka tanah setelah itu pasang
benang agar pondasi bisa tegak dan lurus
- Gali tanah yang akan dibuat pondasi sesuai dengan ukuran yang
ada pada gambar kerja
- Landasan tanah tersebut diberi pasangan batu kosong sesuai
dengan ukuran yang ada pada gambar
- Pasir dan semen dicampur sesuai dengan spesi campuran yang
dipersyaratkan kemudian dicampur dengan air secukupnya
sebagai pengikat
- Susun pondasi batu gunung sesuai dengan ukuran yang
dipersyaratkan diatas pasangan pondasi batu kosong
- Setelah semuanya tercampur dengan baik, tuangkan campuran
tersebut kedalam pasangan batu gunung yang sudah tersusun
sambil dipadatkan dengan menggunakan sendok semen agar
campuran tersebut memadati lubang-lubang yang berada di
pondasi batu gunung tersebut.

3.1.2. Pondasi Poer Type P1


1. Persiapan
Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan
struktur beton tiap bagian.
Approval material yang akan digunakan.
Persiapan lahan kerja.
Persiapan material kerja, antara lain : readymix K-300, besi
beton, kawat beton, semen PC, pasir, multiplek, paku,
minyak bekesting, balok, kaso, dll.
Persiapan alat bantu kerja, antara lain : concrete pump,
vibrator, kompresor, cutting well, theodolith, waterpass,
meteran, gergaji, schafolding, raskam, jidar, benang,
selang air, dll.
2. Pengukuran
Juru ukur (surveyor) dengan menggunakan theodolith
melakukan pengukuran dan marking area untuk titik
penempatan, ukuran (dimensi) serta leveling dari poer,
sloof, kolom, balok, plat lantai, tangga dan dinding penahan
tanah.
Pekerjaan pengukuran dan marking area dikerjakan secara
berurutan mengikuti alur pekerjaan struktur beton yang
akan dikerjakan.

3. Fabrikasi besi tulangan


Pelaksanaan fabrikasi besi tulangan memerlukan tempat
yang cukup luas untuk menaruh, memotong besi beton dan
membengkoknya sehingga sesuai dengan gambar yang
telah disetujui.
Besi beton yang dipakai untuk proyek ini mutu dan
diameter (spesifikasi) disesuaikan dengan gambar kerja
dan RKS.
Potong dan bentuk besi beton dengan ukuran sesuai
gambar kerja.
Rangkai besi beton dengan menggunakan kawat beton.
Besi beton yang telah difabrikasi diberi tanda sesuai dengan
penempatannya, supaya tidak
membingungkan/membuang waktu untuk saat akan
dipasang.
Untuk kolom, pembesian tulangan dikerjakan lebih dahulu
baru setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan bekesting.
Untuk balok, plat lantai, plat lantai dan tangga bekesting
dikerjakan dahulu baru setelah itu dilanjutan dengan
pembesian tulangan.

4. Fabrikasi bekesting
Fabrikasi bekesting dikerjakan di lokasi proyek untuk
memudahkan pengukuran dan mempercepat
pelaksanaannya, karena angkutan bekesting menjadi
dekat.
Untuk struktur beton yang posisinya ada dibawah
permukaan tanah, maka bekesting dapat menggunakan
multiplek atau pasangan batako :
- Sebelum bekesting batako dipasang, lakukan
pengukuran dengan theodolith untuk kesikuan dan
leveling pondasi.
- Pasangan dinding batako harus rapih, siku dan lurus
sehingga hasil pengecoran beton dapat baik.
- Perkuatan terhadap pasangan dinding batako, agar
pada waktu pengecoran pasangan dinding batako tidak
ambruk/runtuh.

Fabrikasi bekesting untuk struktur beton diatas permukaan


tanah seperti : kolom, balok, plat lantai dan tangga
menggunakan bahan dari multiplek dan perkuatan
menggunakan balok/kaso dan alat perancah schafolding :
- Potong dan bentuk multiplek sesuai dengan ukuran
gambar kerja.
- Pasang dan rangkai potongan multiplek pada area
struktur yang akan dicor dengan perkuatan balok/kaso
dan schaffolding.
- Cek bekesting jangan ada celah yang berakibat
kebocoran.- Pasangan bekesting harus rapih, siku dan
lurus sehingga hasil pengecoran beton dapat
menghasilkan bidang yang flat/maksimal.
- Untuk kolom sebaiknya dibuatkan sepatu kolom dengan
besi beton atau besi plat siku untuk menjaga agar kolom
tetap tegak lurus dan siku.
- Setting (pasang) besi tulangan yang telah difabrikasi ke
dalam bekesting.
- Pasang beton decking dan cakar ayam secara merata
dan sesuai kebutuhan.
- Cek elevasi dan kerataan pemasangan bekesting.

5. Pengecoran beton
Sebelum melakukan pengecoran beton terlebih dahulu
kontraktor membuat Job Mix Formula untuk menentukan
komposisi campuran yang diperlukan sehingga didapatkan
mutu beton yang sesuai dengan yang diharapkan. Job Mix
Formula yang telah dibuat kontraktor diserahkan kepada
direksi maupun pengawas lapangan untuk disetujui. Pada
proyek ini untuk pekerjaan struktur menggunakan beton
readymix mutu K-225.
Pengecoran beton dimulai setelah konsultan/direksi
menyetujui untuk pengecoran beton yang dinyatakan
dalam permohonan pelaksanaan kerja.
Periksa kekuatan acuan yang sudah dipasang /difabrikasi,
semua ukuran dan perkuatan acuan diperiksa benar dan
disahkan oleh konsultan/direksi untuk pekerjaan
selanjutnya.
Pasang sparing pipa-pipa mekanikal dan elektrikal yang
melintas area pengecoran.
Bersihkan seluruh permukaan dan lokasi pengecoran dari
kotoran dan sampah.
Tuang beton readymix ke dalam area pengecoran, pada
saat pengecoran adukan beton diratakan dan dipadatkan
dengan vibrator sehingga beton dapat padat dan tidak ada
sarang tawon.
Hindarkan terjadinya beton setting akibat area yang akan
dicor belum siap.

6. Curring Beton
- Untuk bagian horizontal adalah setelah buka bekesting,
bagian luar disemprot air lalu dicure dengan curing
compound.
- Untuk bagian vertical adalah web setelah deshuttering
dinding disemprot air lalu dicure dengan curing
coumpound construction joint dicure dengan air.
- Bagian lain dicuring dengan semprotan air secara rutin
selama ± 1 minggu.
- Bekesting dapat dibongkar apabila beton sudah
mencapai umurnya.

3.1.3. Pondasi Poer Type P2


1. Persiapan
Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan
struktur beton tiap bagian.
Approval material yang akan digunakan.
Persiapan lahan kerja.
Persiapan material kerja, antara lain : readymix K-300, besi
beton, kawat beton, semen PC, pasir, multiplek, paku,
minyak bekesting, balok, kaso, dll.
Persiapan alat bantu kerja, antara lain : concrete pump,
vibrator, kompresor, cutting well, theodolith, waterpass,
meteran, gergaji, schafolding, raskam, jidar, benang,
selang air, dll.

2. Pengukuran
Juru ukur (surveyor) dengan menggunakan theodolith
melakukan pengukuran dan marking area untuk titik
penempatan, ukuran (dimensi) serta leveling dari poer,
sloof, kolom, balok, plat lantai, tangga dan dinding penahan
tanah.
Pekerjaan pengukuran dan marking area dikerjakan secara
berurutan mengikuti alur pekerjaan struktur beton yang
akan dikerjakan.

3. Fabrikasi besi tulangan


Pelaksanaan fabrikasi besi tulangan memerlukan tempat
yang cukup luas untuk menaruh, memotong besi beton dan
membengkoknya sehingga sesuai dengan gambar yang
telah disetujui.
Besi beton yang dipakai untuk proyek ini mutu dan
diameter (spesifikasi) disesuaikan dengan gambar kerja
dan RKS.
Potong dan bentuk besi beton dengan ukuran sesuai
gambar kerja.
Rangkai besi beton dengan menggunakan kawat beton.
Besi beton yang telah difabrikasi diberi tanda sesuai dengan
penempatannya, supaya tidak
membingungkan/membuang waktu untuk saat akan
dipasang. Untuk kolom, pembesian tulangan dikerjakan
lebih dahulu baru setelah itu dilanjutkan dengan
pemasangan bekesting.
Untuk balok, plat lantai, plat lantai dan tangga bekesting
dikerjakan dahulu baru setelah itu dilanjutan dengan
pembesian tulangan.

4. Fabrikasi bekesting
Fabrikasi bekesting dikerjakan di lokasi proyek untuk
memudahkan pengukuran dan mempercepat
pelaksanaannya, karena angkutan bekesting menjadi
dekat.
Untuk struktur beton yang posisinya ada dibawah
permukaan tanah, maka bekesting dapat menggunakan
multiplek atau pasangan batako :
- Sebelum bekesting batako dipasang, lakukan
pengukuran dengan theodolith untuk kesikuan dan
leveling pondasi.
- Pasangan dinding batako harus rapih, siku dan lurus
sehingga hasil pengecoran beton dapat baik.
- Perkuatan terhadap pasangan dinding batako, agar
pada waktu pengecoran pasangan dinding batako tidak
ambruk/runtuh.

Fabrikasi bekesting untuk struktur beton diatas permukaan


tanah seperti : kolom, balok, plat lantai dan tangga
menggunakan bahan dari multiplek dan perkuatan
menggunakan balok/kaso dan alat perancah schafolding :
- Potong dan bentuk multiplek sesuai dengan ukuran
gambar kerja.
- Pasang dan rangkai potongan multiplek pada area
struktur yang akan dicor dengan perkuatan balok/kaso
dan schaffolding.
- Cek bekesting jangan ada celah yang berakibat
kebocoran.- Pasangan bekesting harus rapih, siku dan
lurus sehingga hasil pengecoran beton dapat
menghasilkan bidang yang flat/maksimal.
- Untuk kolom sebaiknya dibuatkan sepatu kolom dengan
besi beton atau besi plat siku untuk menjaga agar kolom
tetap tegak lurus dan siku.
- Setting (pasang) besi tulangan yang telah difabrikasi ke
dalam bekesting.
- Pasang beton decking dan cakar ayam secara merata
dan sesuai kebutuhan.
- Cek elevasi dan kerataan pemasangan bekesting.

5. Pengecoran beton
Sebelum melakukan pengecoran beton terlebih dahulu
kontraktor membuat Job Mix Formula untuk menentukan
komposisi campuran yang diperlukan sehingga didapatkan
mutu beton yang sesuai dengan yang diharapkan. Job Mix
Formula yang telah dibuat kontraktor diserahkan kepada
direksi maupun pengawas lapangan untuk disetujui. Pada
proyek ini untuk pekerjaan struktur menggunakan beton
readymix mutu K-225.
Pengecoran beton dimulai setelah konsultan/direksi
menyetujui untuk pengecoran beton yang dinyatakan
dalam permohonan pelaksanaan kerja.
Periksa kekuatan acuan yang sudah dipasang /difabrikasi,
semua ukuran dan perkuatan acuan diperiksa benar dan
disahkan oleh konsultan/direksi untuk pekerjaan
selanjutnya.
Pasang sparing pipa-pipa mekanikal dan elektrikal yang
melintas area pengecoran.
Bersihkan seluruh permukaan dan lokasi pengecoran dari
kotoran dan sampah.
Tuang beton readymix ke dalam area pengecoran, pada
saat pengecoran adukan beton diratakan dan dipadatkan
dengan vibrator sehingga beton dapat padat dan tidak ada
sarang tawon.
Hindarkan terjadinya beton setting akibat area yang akan
dicor belum siap.

6. Curring Beton
- Untuk bagian horizontal adalah setelah buka bekesting,
bagian luar disemprot air lalu dicure dengan curing
compound.
- Untuk bagian vertical adalah web setelah deshuttering
dinding disemprot air lalu dicure dengan curing
coumpound construction joint dicure dengan air.
- Bagian lain dicuring dengan semprotan air secara rutin
selama ± 1 minggu.
- Bekesting dapat dibongkar apabila beton sudah
mencapai umurnya.

3.2. Sloef
3.2.1. Tie Beam Type TB1 (25x50cm)
3.2.1.1. Bekisting
1. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking
posisi bekisting yang akan dipasang dimana untuk
tiap‑tiap Tie Beamberlainan ukurannya tergantung
berapa titik pondasi yang menahannya.
2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran Tie Beam
masing‑masing, dimana digunakan kayu multipleks.
3. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar
tidak terjadi kesulitan‑kesulitan pada waktu.
pembongkaran bekisting.
4. Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi Tie
Beamyang sudah diberi tanda kemudian bekisting
yang, sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan
menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya agar
kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak
mengalami goyangan pada waktu. pengecoran
dilaksanakan.
3.2.1.2. Pembesian
1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai
dengan yang tertera didalam gambar rencana, yaitu
besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150 mm
2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan
pokok untuk mempermudah pekerjaan.
3. Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk
keseluruhan tulangan. .
4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan
kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.
5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan
pokok harus dilakukan selang‑seling dan penempatan
sambungan di tempat‑tempat dengan tegangan
maksimum sedapat mungkin dihindari.
6. Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak
sejajar antara tulangan atas dengan tulangan bawah.
Dipasang beton decking padatulangan sloof tersebut
yang berfungsi untuk membuat selimut pada beton
sehingga tidak ada tulangan yang tampak karena dapat
menyebabkan tulangan berkarat. Tebal beton decking
yang dipasang harus disesuaikan dengan tebal selimut
beton yang direncanakan.

3.2.1.3. Cor Beton


Langkah‑langkah tersebut antara lain:
1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran
dan air yang menggenang dengan menggunakan
pompa air.
2. Membuat tanda / marking pada bekisting yang
menunjukan batas berhentinya pengecoran baik pada
bekisting Tie Beammaupun bekisting tie beam
3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai
dengan metode pelaksanaan.
4. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam
tulangan Tie Beamdan tie beam maka digunakan alat
vibrator untuk meratakanya serta ditekan dengan
tekanan tinggi agar beton tersebut dapat memadat.
5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat
pelaksanaan pengecoran.
6. 6. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta
menghaluskan permukaan beton dengan
menggunakan alat pertukangan manual / plester.

3.2.2. Tie Beam Type TB2 (20x40cm)


3.2.2.1. Bekisting
5. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking
posisi bekisting yang akan dipasang dimana untuk
tiap‑tiap Tie Beamberlainan ukurannya tergantung
berapa titik pondasi yang menahannya.
6. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran Tie Beam
masing‑masing, dimana digunakan kayu multipleks.
7. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar
tidak terjadi kesulitan‑kesulitan pada waktu.
pembongkaran bekisting.
8. Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi Tie
Beamyang sudah diberi tanda kemudian bekisting
yang, sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan
menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya agar
kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak
mengalami goyangan pada waktu. pengecoran
dilaksanakan.

3.2.2.2. Pembesian
7. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai
dengan yang tertera didalam gambar rencana, yaitu
besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150 mm
8. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan
pokok untuk mempermudah pekerjaan.
9. Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk
keseluruhan tulangan. .
10.Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan
kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.
11.Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan
pokok harus dilakukan selang‑seling dan penempatan
sambungan di tempat‑tempat dengan tegangan
maksimum sedapat mungkin dihindari.
12.Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak
sejajar antara tulangan atas dengan tulangan bawah.
Dipasang beton decking padatulangan sloof tersebut
yang berfungsi untuk membuat selimut pada beton
sehingga tidak ada tulangan yang tampak karena dapat
menyebabkan tulangan berkarat. Tebal beton decking
yang dipasang harus disesuaikan dengan tebal selimut
beton yang direncanakan.

3.2.2.3. Cor Beton


Langkah‑langkah tersebut antara lain:
7. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran
dan air yang menggenang dengan menggunakan
pompa air.
8. Membuat tanda / marking pada bekisting yang
menunjukan batas berhentinya pengecoran baik pada
bekisting Tie Beammaupun bekisting tie beam
9. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai
dengan metode pelaksanaan.
10.Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam
tulangan Tie Beamdan tie beam maka digunakan alat
vibrator untuk meratakanya serta ditekan dengan
tekanan tinggi agar beton tersebut dapat memadat.
11.Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat
pelaksanaan pengecoran.
12.6. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta
menghaluskan permukaan beton dengan
menggunakan alat pertukangan manual / plester.

3.2.3. Sloef Type S1 (25x50cm)

Adapun langkah-langkah pekerjaan pemasangan sloof adalah


sebagai berikut:
- Pabrikasi besi beton sloof sesuai dengan ukuran pada
gambar kerja. Untuk pekerjaan penulangan, pemotongan
besi dan pembekokannya digunakan alat bar cutter dan bar
bending
- Besi sloof yang telah dipotong dan dirakit selanjutnya
dipasang di atas pondasi
- Buat stek untuk sambungan besi kolom di sloof
- Sebelum pengecoran sloof dilakukan, semua jarak dan
ukuran sloof dicek kemabli oleh pengawas
- Sloof dicor dengan menggunakan campuran 1 Ps : 2 Ps : 3
Krl

3.2.4. Sloef Type S2 (20x40cm)


Adapun langkah-langkah pekerjaan pemasangan sloof adalah
sebagai berikut:
- Pabrikasi besi beton sloof sesuai dengan ukuran pada
gambar kerja. Untuk pekerjaan penulangan, pemotongan
besi dan pembekokannya digunakan alat bar cutter dan bar
bending
- Besi sloof yang telah dipotong dan dirakit selanjutnya
dipasang di atas pondasi
- Buat stek untuk sambungan besi kolom di sloof
- Sebelum pengecoran sloof dilakukan, semua jarak dan
ukuran sloof dicek kemabli oleh pengawas
- Sloof dicor dengan menggunakan campuran 1 Ps : 2 Ps : 3
Krl

3.3. Kolom
3.3.1. Kolom Type K1 (70x70cm)

Adapun langkah-langkah pekerjaan pemasangan kolom adalah


sebagai berikut :
3.3.1.1. Bekisting
1. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking
posisi bekisting yang akan dipasang.
2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran Kolom, dimana
digunakan kayu multipleks.
3. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar
tidak terjadi kesulitan‑kesulitan pada waktu.
pembongkaran bekisting.
4. Bekisting dipasang tegak lurus kemudian bekisting
yang sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan
menggunakan kayu dan paku secukupnya agar
kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak
mengalami goyangan pada waktu. pengecoran
dilaksanakan.

3.3.1.2. Pembesian
1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai
dengan yang tertera didalam gambar rencana
2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan
pokok untuk mempermudah pekerjaan.
3. Sengkang dipasang dengan jarak yang sama untuk
keseluruhan tulangan sesuai dengan ukuran gambar
kerja.
4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan
kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.
5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan
pokok harus dilakukan selang‑seling dan penempatan
sambungan di tempat‑tempat dengan tegangan
maksimum sedapat mungkin dihindari.

3.3.1.3. Cor Beton


Langkah‑langkah tersebut antara lain:
1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran
dan air yang menggenang dengan menggunakan
pompa air.
2. Membuat tanda / marking pada bekisting yang
menunjukan batas berhentinya pengecoran baik pada
bekisting
3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai
dengan metode pelaksanaan.
4. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam
tulangan maka digunakan alat vibrator untuk
meratakanya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar
beton tersebut dapat memadat.
5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat
pelaksanaan pengecoran.
6. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta
menghaluskan permukaan beton dengan
menggunakan alat pertukangan manual / plester.

3.3.2. Kolom Type KP (30x30cm)

Adapun langkah-langkah pekerjaan pemasangan dan


pengecoran kolom praktis adalah sebagai berikut :
- Pabrikasi besi beton kolom praktis sesuai dengan ukuran
pada gambar kerja. Untuk pekerjaan penulangan,
pemotongan besi dan pembekokannya digunakan alat bar
cutter dan bar bending
- Besi kolom yang telah dipotong dan dirakit selanjutnya
dipasang
- Setelah bekisting kolom dan tulangannya telah siap
dilanjutkan dengan pencampuran beton sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan.
- Pekerjaan pengecoran kolom praktis bersamaan dengan
dinding bata
- Pekerjaan pengecoran bertahap sebelum dinding bata
dipasang
3.4. Balok dan Ring Balok
3.4.1. Balok Tipe B1 (25x55cm)

3.4.1.1. Bekisting
1. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking
posisi bekisting yang akan dipasang.
2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran Balok, dimana
digunakan kayu multipleks.
3. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar
tidak terjadi kesulitan‑kesulitan pada waktu.
pembongkaran bekisting.
4. Bekisting dipasang tegak lurus kemudian bekisting
yang sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan
menggunakan kayu dan paku secukupnya agar
kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak
mengalami goyangan pada waktu. pengecoran
dilaksanakan.

3.4.1.2. Pembesian
1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai
dengan yang tertera didalam gambar rencana
2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan
pokok untuk mempermudah pekerjaan.
3. Sengkang dipasang dengan jarak yang sama untuk
keseluruhan tulangan sesuai dengan ukuran gambar
kerja.
4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan
kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.
5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan
pokok harus dilakukan selang‑seling dan penempatan
sambungan di tempat‑tempat dengan tegangan
maksimum sedapat mungkin dihindari.

3.4.1.3. Cor Beton


Langkah‑langkah tersebut antara lain:
1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran
dan air yang menggenang dengan menggunakan
pompa air.
2. Membuat tanda / marking pada bekisting yang
menunjukan batas berhentinya pengecoran baik pada
bekisting
3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai
dengan metode pelaksanaan.
4. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam
tulangan maka digunakan alat vibrator untuk
meratakanya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar
beton tersebut dapat memadat.
5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat
pelaksanaan pengecoran.

3.4.2. Balok Tipe B2 (20x30cm)

3.4.2.1. Bekisting
1. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking
posisi bekisting yang akan dipasang.
2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran Balok, dimana
digunakan kayu multipleks.
3. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar
tidak terjadi kesulitan‑kesulitan pada waktu.
pembongkaran bekisting.
4. Bekisting dipasang tegak lurus kemudian bekisting
yang sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan
menggunakan kayu dan paku secukupnya agar
kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak
mengalami goyangan pada waktu. pengecoran
dilaksanakan.

3.4.2.2. Pembesian
1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai
dengan yang tertera didalam gambar rencana
2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan
pokok untuk mempermudah pekerjaan.
3. Sengkang dipasang dengan jarak yang sama untuk
keseluruhan tulangan sesuai dengan ukuran gambar
kerja.
4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan
kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.
5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan
pokok harus dilakukan selang‑seling dan penempatan
sambungan di tempat‑tempat dengan tegangan
maksimum sedapat mungkin dihindari.

3.4.2.3. Cor Beton


Langkah‑langkah tersebut antara lain:
1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran
dan air yang menggenang dengan menggunakan
pompa air.
2. Membuat tanda / marking pada bekisting yang
menunjukan batas berhentinya pengecoran baik pada
bekisting
3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai
dengan metode pelaksanaan.
4. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam
tulangan maka digunakan alat vibrator untuk
meratakanya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar
beton tersebut dapat memadat.
5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat
pelaksanaan pengecoran.

3.4.3. Balok Tipe B3 (20x40cm)


3.4.3.1. Bekisting
1. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking
posisi bekisting yang akan dipasang.
2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran Balok, dimana
digunakan kayu multipleks.
3. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar
tidak terjadi kesulitan‑kesulitan pada waktu.
pembongkaran bekisting.
4. Bekisting dipasang tegak lurus kemudian bekisting
yang sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan
menggunakan kayu dan paku secukupnya agar
kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak
mengalami goyangan pada waktu. pengecoran
dilaksanakan.

3.4.3.2. Pembesian
1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai
dengan yang tertera didalam gambar rencana
2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan
pokok untuk mempermudah pekerjaan.
3. Sengkang dipasang dengan jarak yang sama untuk
keseluruhan tulangan sesuai dengan ukuran gambar
kerja.
4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan
kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.
5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan
pokok harus dilakukan selang‑seling dan penempatan
sambungan di tempat‑tempat dengan tegangan
maksimum sedapat mungkin dihindari.

3.4.3.3. Cor Beton


Langkah‑langkah tersebut antara lain:
1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran
dan air yang menggenang dengan menggunakan
pompa air.
2. Membuat tanda / marking pada bekisting yang
menunjukan batas berhentinya pengecoran baik pada
bekisting
3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai
dengan metode pelaksanaan.
4. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam
tulangan maka digunakan alat vibrator untuk
meratakanya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar
beton tersebut dapat memadat.
5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat
pelaksanaan pengecoran.
3.4.4. Balok Tipe B4 (15x20cm)
3.4.4.1. Bekisting
1. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking
posisi bekisting yang akan dipasang.
2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran Balok, dimana
digunakan kayu multipleks.
3. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar
tidak terjadi kesulitan‑kesulitan pada waktu.
pembongkaran bekisting.
4. Bekisting dipasang tegak lurus kemudian bekisting
yang sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan
menggunakan kayu dan paku secukupnya agar
kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak
mengalami goyangan pada waktu. pengecoran
dilaksanakan.

3.4.4.2. Pembesian
1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai
dengan yang tertera didalam gambar rencana
2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan
pokok untuk mempermudah pekerjaan.
3. Sengkang dipasang dengan jarak yang sama untuk
keseluruhan tulangan sesuai dengan ukuran gambar
kerja.
4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan
kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.
5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan
pokok harus dilakukan selang‑seling dan penempatan
sambungan di tempat‑tempat dengan tegangan
maksimum sedapat mungkin dihindari.

3.4.4.3. Cor Beton


Langkah‑langkah tersebut antara lain:
1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran
dan air yang menggenang dengan menggunakan
pompa air.
2. Membuat tanda / marking pada bekisting yang
menunjukan batas berhentinya pengecoran baik pada
bekisting
3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai
dengan metode pelaksanaan.
4. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam
tulangan maka digunakan alat vibrator untuk
meratakanya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar
beton tersebut dapat memadat.
5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat
pelaksanaan pengecoran.

3.5. Plat Beton


3.5.1. Plat Beton Lantai 1
3.3.1.1. Bekisting
5. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking
posisi bekisting yang akan dipasang.
6. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran plat lantai,
dimana digunakan kayu multipleks.
7. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar
tidak terjadi kesulitan‑kesulitan pada waktu.
pembongkaran bekisting.
8. Bekisting dipasang tegak lurus kemudian bekisting
yang sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan
menggunakan kayu dan paku secukupnya agar
kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak
mengalami goyangan pada waktu. pengecoran
dilaksanakan.

3.3.1.2. Pembesian
6. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai
dengan yang tertera didalam gambar rencana
7. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan
pokok untuk mempermudah pekerjaan.
8. Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk
keseluruhan tulangan. .
9. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan
kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.
10.Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan
pokok harus dilakukan selang‑seling dan penempatan
sambungan di tempat‑tempat dengan tegangan
maksimum sedapat mungkin dihindari.
11.Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak
sejajar antara tulangan atas dengan tulangan bawah.
Dipasang beton decking padatulangan sloof tersebut
yang berfungsi untuk membuat selimut pada beton
sehingga tidak ada tulangan yang tampak karena dapat
menyebabkan tulangan berkarat. Tebal beton decking
yang dipasang harus disesuaikan dengan tebal selimut
beton yang direncanakan.

3.3.1.3. Cor Beton


Langkah‑langkah tersebut antara lain:
6. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran
dan air yang menggenang dengan menggunakan
pompa air.
7. Membuat tanda / marking pada bekisting yang
menunjukan batas berhentinya pengecoran baik pada
bekisting Tie Beam maupun bekisting tie beam
8. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai
dengan metode pelaksanaan.
9. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam
tulangan Tie Beamdan tie beam maka digunakan alat
vibrator untuk meratakanya serta ditekan dengan
tekanan tinggi agar beton tersebut dapat memadat.
10.Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat
pelaksanaan pengecoran.
11.Menghentikan pengecoran dan meratakan serta
menghaluskan permukaan beton dengan
menggunakan alat pertukangan manual / plester.

3.6. Plat Beton


3.6.1. Plat Lantai
3.7. ......
3.8. Atap
3.8.1. Kuda – Kuda Baja Ringan

Dalam pekerjaan pemasangan rangka atap kuda-kuda baja


ringan semua material yang digunakan adalah bahan pabrikasi.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya akan dikerjakan oleh
tenaga-tenaga profesional dan ahli dalam bidang pemasangan
rangka atap baja ringan.
Berikut adalah tahap pemasangan rangka atap baja ringan :
1. Persiapan Kerja
a. Menyiapkan gambar rencana atap dan perletakkan
kuda - kuda, dan tidak diperkenankan menggunakan
gambar draft sebagai panduan.
b. Menyiapkan semua peralatan perlengkapan keselamatan
dan kesehatan kerja, dan memperhatikan petunjuk
tentang persyaratan melakukan pekerjaan di atas
ketinggian (lihat bagian keselamatan kerja).
c. Menyiapkan semua perlengkapan untuk pemasangan
kuda-kuda, antara lain: bor dan hexagonal socket,
meteran, selang air (waterpass), alat penyiku, mesin
pemotong, gergaji besi, palu, dan sebagainya.

2. Leveling dan Marking


a. Memastikan seluruh permuaan atas ring balok dalam
keadaan rata dan siku dengan menggunakan selang air
(waterpass) dan penyiku sebagai alat bantu.
b. Memastikan bahwa rangkaian ring balok telah mengikat
semua bagian bangunan dan tersambung secara benar
dengan kolom yang ada dibawahnya.
c. Memberi tanda posisi perletakan kuda-kuda (truss)
sesuai dengan gambar rencana atap.
d. Mengukur jarak antar kuda-kuda
3. Pengangkatan dan Pemasangan Kuda-kuda
a. Mengangkat kuda-kuda harus secara hati-hati agar tidak
mengakibatkan kerusakan pada rangkaian kuda-kuda
yang telah selesai dirakit
b. Memasang kuda-kuda sesuai dengan nomornya di atas
ring balok atau wall-plate, berdasarkan gambar kerja.
c. Memastikan posisi kiri dan kanan (L-R) kuda-kuda tidak
terbalik. Sisi kanan dan kiri kuda-kuda dapat ditentukan
dengan acuan posisi saat pekerja melihat kuda- kuda,
dengan mulut web dapat dilihat oleh pekerja. Bagian di
sebelah kiri pekerja disebut sisi kiri, sedangkan yang
berada di sebelah kanannya adalah sisi kanan.
d. Mengontrol posisi berdirinya kuda-kuda agar tegak
lurus dengan ringbalok menggunakan benang dan lot
(unting-unting).
e. Mengencangkan kuda-kuda dengan plat L (L
bracket), dengan menggunakan 4 buah screw 12 – 14
x 20 HEX
f. Mengencangkan plat L dengan ring balok
menggunakan dynabolt, dan menambahkan balok
penopang sementara, agar posisi kuda-kuda tidak
berubah.
g. Mengulangi langkah a sampai f bagian ke-3 untuk
mendirikan semua kuda-kuda, sesuai dengan posisinya
dalam gambar kerja.
h. Memeriksa ulang jarak antar kuda-kuda dari as ke as
(maksimum 1,2 meter).
i. Memeriksa kedataran (leveling) semua puncak kuda-
kuda (Apex), dan memastikan garis nok memiliki
ketinggian yang sama (datar).
j. Memasang balok nok.
k. Memasang bracing (pengikat) sebagai perkuatan, jika
bekerja beban angin. Bracing dipasang di atas top-chord
dan di bawah reng.
l. Bila menggunakan aluminium foil, lapisan ini dipasang
terlebih dahulu di atas truss, jurai dan rafter.
m. Memasang reng (roof battens) dengan jarak
menyesuaikan jenis penutup atap yang digunakan.
Setiap pertemuan reng dengan kuda-kuda diikat
memakai screw ukuran 10-16x16 sebanyak 2 (dua)
buah.
n. Memasang outrigger (gording tambahan setelah kuda-
kuda terakhir yang menumpu ringbalk). Pada atap jenis
pelana, outrigger dapat dipasang sebagai overhang
dengan panjang maksimal 120 cm dari kuda- kuda
terluar, dan jarak antar outrigger 120 cm. outrigger
harus diletakkan dan di-screw dengan dua buah kuda-
kuda yang terdekat.

4. Hal Lain yang perlu di Perhatikan Untuk Keselamatan Kerja


dalam pemasangan Kuda- kuda atap baja ringan ini adalah
dengan memakai APD (Alat Pelindung Diri) :
a. Memakai pakaian kerja dengan benar dan sesuai
standar.
b. Memakai topi atau helm pengaman (safety helmet).
c. Memakai sepatu kerja.
d. Memakai sarung tangan dan sarung lengan yang terbuat
dari bahan anti gores.
e. Membersihkan tempat kerja dari kotoran atau benda lain
yang dapat mengganggu proses pekerjaan.

3.8.2. Listplank Woodplank 2 x 2 x 20


Pada pekerjaan pasangan listplank, material yang digunakan
adalah Listplank Woodplank dengan ukuran 2 x 2 x 20. Pada
pemsangan papan listplank sebaiknya sebelum dipasang harus
ada persetujuan dari direksi lapangan pekerjaan

3.8.3. Atap Zincalum


- Pada pemasangan atap seng metal roof, menggunakan paku bor,
sebaiknya di beri ring karet di bagian bawah kepala paku bornya.
Untuk bagian nok atau rabung atap seng metal.
- Untuk rangka atap digunakan rangka stainless pemasangan
harus di lakukan sesuai dengan spesifikasi.
- Bekas pengoboran pada seng metal harus di tutup dengan
dempul terlebih dahulu untuk menghindari dari kebocoran.
- Peil / elevasi untuk rangka atap harus di sesuaikan dengan
gambar detail.
- Rangka atap terdiri dari gording sebagai rangka pengaku dan
tumpuan kaso dibagian tengah.
- Nok sebagai rangka pengaku dan tumpuan kaso dibagian paling
atas (bubungan)
- Atap merupakan elemen bangunan yang berfungsi sebagai
penutup atau payung bagian atas suatu bangunan, kontruksi
atap terdiri dari bagian-bagian antara lain, atap seng Metal dan
gording,

IV. PEKERJAAN FINISHING ARSITEKTUR


4. Pekerjaan Arsitektur
4.1.1. Pekerjaan Dinding Bangunan
4.1.1.1. Pas. Bata Merah ½ batu
Kebutuhan bahan baku untuk pasangan dinding batu bata merah
½ bata adalah pasir pasang dan semen dengan komposisi
adukan yang sesuai dengan kebutuhannya. Pada pasangan bata
setengah batu satu sama lain harus terdapat pengikat yang
sempurna. Tidak di benarkan menggunakan batu bata pecahan
separuh panjang kecuali sesuai dengan kebutuhan (sudut),
Lapisan satu dengan yang lainnya harus di selang – seling.
Sebelum pekerjaan di mulai pasangan batu bata harus di rendam
terlebuh dahulu didalam air, permukaan yang akan di pasang
harus juga basah, tebalnya siar batu bata tidak boleh kurang dari
1 cm (10 mm) adan sisanya harus benar-benar padat adukannya

4.1.1.2. Plesteran Camp. 1 : 4


Sebelum Pekerjaan
Plesteran dimulai
pastikan bagian
yang akan
dilakukan plesteran
harus rata dan
tegak. Ini dilakukan
untuk menghemat
pekerjaan
plesteran. Setelah
tahap itu dirasakan
sudah cukup dilanjutkan dengan membasahi semua permukaan
bagian yang akan dilakukan pekerjaan plesteran. Untuk
campuran plesteran digunakan perbandingan 1 Pc : 4 Ps.
Sebelum mulai pada tahap plesteran, pasang benang untuk
menentukkan ketegakkan horizontal dan vertical untuk mengatur
ketegakkan dan kerataannya. Ketebalan plesteran disesuaikan
dengan rencana ketebalan plesteran.
4.1.1.3. Acian Dinding
Setelah pekerjaan
plesteran selesai dan
plesteran benar-benar
kering dan kuat. Pada
saat pekerjaan acian
harus diperhatikan
kerataan dan
kehalusan bagian serta
kerapian bagian
permukaan yang
dilakukan acian.

4.1.2. Pekerjaan Plafond


4.1.2.1. Rangka Plafond Besi Hollow
- Pemasangan rangka plafond harus sesuai gambar pola
pemasangan rangka plafond dalam gambar bestek
- Rangka plafond harus dijangkarkan pada dinding, ring balok dan
konstruksi kuda-kuda
- Hasil pemasangan rangka plafond harus benar-benar rata
dengan elevasi permukaan lantai.
- Harus ada koordinasi yang baik antara pekerja pemasangan
rangka plafond dengan pekerja instalasi listrik

4.1.3. Pekerjaan Kusen Pintu + Pintu Panel + Jendela


4.1.3.1. Pintu Almunium Rooling Door Kios Type P1
Adapun Langkah-langkah pembuatan dan pemasangan Pintu
Type P1 adalah sebagai berikut :
- Bersihkan tempat kerja dari bahan yang mengganggu pekerjaan
pemasangan pintu almunium roolingdoor
- Persiapkan bahan dan alat yang akan digunakan
- Melakukan penandaan pada sisi yang akan dipasang sesuai
dengan kedataran pemasangan rooling door
- Pasang pintu rooling door harus sesuai dengan petunjuk
pabrikan
- Semua baut atau mur yang berfungsi sebagai pengikat jangan
dilakukan pengencangan
- Setelah pintu rooling door terpasang dengan baik, maka lakukan
Pengencangan baut untuk mematenkan pintu rooling door
4.1.3.2. Pintu Type P2
Adapun Langkah-langkah pembuatan dan pemasangan Pintu
Type P2 adalah sebagai berikut :
- Ukur lebar dan tinggi kusen pintu.
- Ukur lebar dan tinggi daun pintu.
- Ketam dan potong daun pintu (bila terlalu lebar dan terlalu
tinggi).
- Masukkan/pasang daun pintu pada kusennya, stel sampai masuk
dengan toleransi kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar
maupun kearah tinggi.
- Lepaskan daun pintu, pasang/tanam engsel daun pintu pada
tiang daun pintu (sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah
30 cm, dan dari sisi bagian atas 25 cm (untuk pintu dengan 2
engsel), dan pada bagian tengah (untuk pintu dengan 3 engsel)
- Masukkan/pasang lagi daun pintu pada kusennya, stel sampai
baik kedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang kusen pintu
tempat engsel yang sesuai dengan engsel pada daun pintu.
- Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu dengan cara
melepas pennya, kemudian pasang/tanam pada tiang kusen
- Pasang kembali daun pintu pada kusennya dengan
memasangkan engselnya, kemudian masukkan pennya sampai
pas, sehingga terpasanglah daun pintu pada kusen pintunya.
- Coba daun pintu dengan cara membuka dan menutup.
- Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu dengan
cara melepaskan pen.
- Stel lagi sampai daun pintu dapat membuka dan menutup
dengan baik, rata dan lurus dengan kusen.

4.1.3.3. Pintu Type P3


Adapun Langkah-langkah pembuatan dan pemasangan Pintu
Type P3 adalah sebagai berikut :
- Ukur lebar dan tinggi kusen pintu.
- Ukur lebar dan tinggi daun pintu.
- Ketam dan potong daun pintu (bila terlalu lebar dan terlalu
tinggi).
- Masukkan/pasang daun pintu pada kusennya, stel sampai masuk
dengan toleransi kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar
maupun kearah tinggi.
- Lepaskan daun pintu, pasang/tanam engsel daun pintu pada
tiang daun pintu (sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah
30 cm, dan dari sisi bagian atas 25 cm (untuk pintu dengan 2
engsel), dan pada bagian tengah (untuk pintu dengan 3 engsel)
- Masukkan/pasang lagi daun pintu pada kusennya, stel sampai
baik kedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang kusen pintu
tempat engsel yang sesuai dengan engsel pada daun pintu.
- Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu dengan cara
melepas pennya, kemudian pasang/tanam pada tiang kusen
- Pasang kembali daun pintu pada kusennya dengan
memasangkan engselnya, kemudian masukkan pennya sampai
pas, sehingga terpasanglah daun pintu pada kusen pintunya.
- Coba daun pintu dengan cara membuka dan menutup.
- Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu dengan
cara melepaskan pen.
- Stel lagi sampai daun pintu dapat membuka dan menutup
dengan baik, rata dan lurus dengan kusen.

4.1.3.4. Pintu Type P4


Adapun Langkah-langkah pembuatan dan pemasangan Pintu
Type P4 adalah sebagai berikut :
- Ukur lebar dan tinggi kusen pintu.
- Ukur lebar dan tinggi daun pintu.
- Ketam dan potong daun pintu (bila terlalu lebar dan terlalu
tinggi).
- Masukkan/pasang daun pintu pada kusennya, stel sampai masuk
dengan toleransi kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar
maupun kearah tinggi.
- Lepaskan daun pintu, pasang/tanam engsel daun pintu pada
tiang daun pintu (sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah
30 cm, dan dari sisi bagian atas 25 cm (untuk pintu dengan 2
engsel), dan pada bagian tengah (untuk pintu dengan 3 engsel)
- Masukkan/pasang lagi daun pintu pada kusennya, stel sampai
baik kedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang kusen pintu
tempat engsel yang sesuai dengan engsel pada daun pintu.
- Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu dengan cara
melepas pennya, kemudian pasang/tanam pada tiang kusen
- Pasang kembali daun pintu pada kusennya dengan
memasangkan engselnya, kemudian masukkan pennya sampai
pas, sehingga terpasanglah daun pintu pada kusen pintunya.
- Coba daun pintu dengan cara membuka dan menutup.
- Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu dengan
cara melepaskan pen.
- Stel lagi sampai daun pintu dapat membuka dan menutup
dengan baik, rata dan lurus dengan kusen.
4.1.3.5. Pintu Type P5
Adapun Langkah-langkah pembuatan dan pemasangan Pintu
Type P5 adalah sebagai berikut :
- Ukur lebar dan tinggi kusen pintu.
- Ukur lebar dan tinggi daun pintu.
- Ketam dan potong daun pintu (bila terlalu lebar dan terlalu
tinggi).
- Masukkan/pasang daun pintu pada kusennya, stel sampai masuk
dengan toleransi kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar
maupun kearah tinggi.
- Lepaskan daun pintu, pasang/tanam engsel daun pintu pada
tiang daun pintu (sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah
30 cm, dan dari sisi bagian atas 25 cm (untuk pintu dengan 2
engsel), dan pada bagian tengah (untuk pintu dengan 3 engsel)
- Masukkan/pasang lagi daun pintu pada kusennya, stel sampai
baik kedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang kusen pintu
tempat engsel yang sesuai dengan engsel pada daun pintu.
- Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu dengan cara
melepas pennya, kemudian pasang/tanam pada tiang kusen
- Pasang kembali daun pintu pada kusennya dengan
memasangkan engselnya, kemudian masukkan pennya sampai
pas, sehingga terpasanglah daun pintu pada kusen pintunya.
- Coba daun pintu dengan cara membuka dan menutup.
- Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu dengan
cara melepaskan pen.
- Stel lagi sampai daun pintu dapat membuka dan menutup
dengan baik, rata dan lurus dengan kusen.

4.1.3.6. Pintu Type P6 WC/KM


Adapun Langkah-langkah pembuatan dan pemasangan Pintu
Type P6 WC/KM adalah sebagai berikut :
- Ukur lebar dan tinggi kusen pintu.
- Ukur lebar dan tinggi daun pintu.
- Ketam dan potong daun pintu (bila terlalu lebar dan terlalu
tinggi).
- Masukkan/pasang daun pintu pada kusennya, stel sampai masuk
dengan toleransi kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar
maupun kearah tinggi.
- Lepaskan daun pintu, pasang/tanam engsel daun pintu pada
tiang daun pintu (sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah
30 cm, dan dari sisi bagian atas 25 cm (untuk pintu dengan 2
engsel), dan pada bagian tengah (untuk pintu dengan 3 engsel)
- Masukkan/pasang lagi daun pintu pada kusennya, stel sampai
baik kedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang kusen pintu
tempat engsel yang sesuai dengan engsel pada daun pintu.
- Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu dengan cara
melepas pennya, kemudian pasang/tanam pada tiang kusen
- Pasang kembali daun pintu pada kusennya dengan
memasangkan engselnya, kemudian masukkan pennya sampai
pas, sehingga terpasanglah daun pintu pada kusen pintunya.
- Coba daun pintu dengan cara membuka dan menutup.
- Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu dengan
cara melepaskan pen.
- Stel lagi sampai daun pintu dapat membuka dan menutup
dengan baik, rata dan lurus dengan kusen.

4.1.3.7. Pintu Type P7 WC/KM


Adapun Langkah-langkah pembuatan dan pemasangan Pintu
Type P7 WC/KM adalah sebagai berikut :
- Ukur lebar dan tinggi kusen pintu.
- Ukur lebar dan tinggi daun pintu.
- Ketam dan potong daun pintu (bila terlalu lebar dan terlalu
tinggi).
- Masukkan/pasang daun pintu pada kusennya, stel sampai masuk
dengan toleransi kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar
maupun kearah tinggi.
- Lepaskan daun pintu, pasang/tanam engsel daun pintu pada
tiang daun pintu (sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah
30 cm, dan dari sisi bagian atas 25 cm (untuk pintu dengan 2
engsel), dan pada bagian tengah (untuk pintu dengan 3 engsel)
- Masukkan/pasang lagi daun pintu pada kusennya, stel sampai
baik kedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang kusen pintu
tempat engsel yang sesuai dengan engsel pada daun pintu.
- Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu dengan cara
melepas pennya, kemudian pasang/tanam pada tiang kusen
- Pasang kembali daun pintu pada kusennya dengan
memasangkan engselnya, kemudian masukkan pennya sampai
pas, sehingga terpasanglah daun pintu pada kusen pintunya.
- Coba daun pintu dengan cara membuka dan menutup.
- Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu dengan
cara melepaskan pen.
- Stel lagi sampai daun pintu dapat membuka dan menutup
dengan baik, rata dan lurus dengan kusen.

4.1.4. Pekerjaan Lantai


4.1.4.1. Penimbunan pasir bawah lantai t = 10 cm
Sebelum pekerjaan pasang lantai keramik dikerjakan, seluruh
area pasangan lantai ditaburi dengan pasir urug setebal 10 cm,
hal ini untuk menghindari kemungkinan adukan semen/ beton
tercampur dengn tanah liat.

4.1.4.2. Rabat Beton alas lantai t = 5 cm


Sebelum pekerjaan rabat beton dimulai, lantai dasar
permukaannya akan dibuat benar-benar rata dengan
memperhatikan kemiringan lantai didaerah basah dan teras.
Tebal lantai beton alas lantai adalah 5 cm.

4.1.4.3. Lantai Keramik Warna 100 x 100


- Tentukan elevasi keramik dan buat garis sipatan pada
dinding dan as sumbu ruangan
- Pasang keramik dengan menggunakan mortar dengan
perbandingan 1 : 4
- Cek kerataan keramik dengan menggunakan waterpass
- Ratakan keramik dengan diketok dan harus menggunakan
palu karet
- Untuk pengelasan, potong keramik dengan menggunakan
pisau gurinda
- Isi nat dengan menggunakan material PC yang telah
dicampur dengan air lalu tuangkan ke dalam pori-pori dan
diratakan dengan karet agar naat terlihat lebih rapih.

4.1.4.4. Lantai Keramik Warna 20 x 20 WC/KM


- Tentukan elevasi keramik dan buat garis sipatan pada
dinding dan as sumbu ruangan
- Pasang keramik dengan menggunakan mortar dengan
perbandingan 1 : 4
- Cek kerataan keramik dengan menggunakan waterpass
- Ratakan keramik dengan diketok dan harus menggunakan
palu karet
- Untuk pengelasan, potong keramik dengan menggunakan
pisau gurinda
- Isi nat dengan menggunakan material PC yang telah
dicampur dengan air lalu tuangkan ke dalam pori-pori dan
diratakan dengan karet agar naat terlihat lebih rapih.

4.1.5. Pekerjaan Partisi Kaca


4.1.5.1. Kaca
Adapun prosedur pekerjaan pemasangan kaca adalah sebagai
berikut :
1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk
gambar
2. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian.
3. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
4. Bahan yang terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan
benturan, dan diberi tanda untuk mudah diketahui, tanda-
tanda tidak boleh menggunakan kapur. Tanda-tanda harus
dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan
menggunakan lem aci.
5. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan
menggunakan alat-alat pemotong kaca khusus.
6. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka, minimal
10 mm masuk kedalam alur kaca pada kusen.
7. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain
katun yang lunak dengan menggunakan cairan pembersih
kaca.
8. Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain
tanpa melalui kusen, harus diisi dengan lem silikon warna
transparan cara pemasangan dan persiapan-persiapan
pemasangan harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan
pabrik.
9. Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata,
tidak diperkenankan retak/pecah, dan bebas dari segala
noda dan bekas goresan.

4.1.6. ..
4.1.7. Pengecetan
4.1.7.1. Cat Tembok
Sebelum melakukan pengecetan,
pastikan semua bagian permukaan
yang akan dicat telah diplamur,
sudah halus dan sudah dilapisi
dengan cat dasar. Untuk peralatan
yang diakan digunakan adalah kuas
rol dan kuas. Untuk mendapatkan
hasil pengecetan yang berkualitas,
cat yang tidak boleh terlalu kental,
encerkan dengan menggunakan air
30% – 35% dari total berat cat.

4.1.7.2. Cat Plafond


Sebelum melakukan pengecetan plafond, pastikan semua bagian
permukaan yang akan dicat telah bersih, sudah halus dan sudah
dilapisi dengan cat dasar. Untuk peralatan yang diakan
digunakan adalah kuas rol dan kuas. Untuk mendapatkan hasil
pengecetan yang berkualitas, cat yang tidak boleh terlalu kental,
encerkan dengan menggunakan air 30% – 35% dari total berat
cat.
4.1.8. ..
4.1.9. Pekerjaan Partisi Gypsum
4.1.9.1. Persiapan
- Pembuatan dan pengajuan shop drawing pekerjaan dinding
partisi gypsum
- Approval material yang akan digunakan
- Persiapan lahan kerja

4.1.9.2. Pengukuran
- Juru ukur akan melakukan pengukuran untuk menentukan
marking dan kelandaian dengan menggunakan alat ukur
theodolite pada bagian lantai dan dinding partisi gypsum

4.1.9.3. Pemasangan Partisi Gypsum


- Potong rangka hollow sesuai dengan ukuran yang ada pada
gambar
- Pasang rangka hollow pada bagian lantai dan dinding
mengikuti marking dengan jarak rangka yang sesuai dengan
gambar kerja
- Pastikandan cek rangka hollow sudah terpasang tegak lurus
(siku)
- Pasang lembaran gypsum board pada rangka hollow dengan
perkuatan menggunakan sekrup gypsum
- Lembaran gypsum dipasang pada satu sisi dahulu untuk
memudahkan pekerjaan instalasi mekanikal dan elektrikal.
Setelah instalasi mekanikal dan elektrikal terpasang baru
lembaran gypsum board sisi berikutnya dipasang.
- Cek kerataan permukaan pasangan dinding partisi gypsum
board
- Sambungan antara gypsum board diberi textile tape dan
dicompound lalu gosok dengan menggunakan amplas agar
permukaan rata
- Pekerjaan terakhir adalah finishing cat permukaan gypsum.
B. PEKERJAAN MEKANIKAL
1. PEKERJAAN PLUMBING AIR KOTOR, AIR BERSIH DAN VENT

 Instalasi Air Bersih


- Hal yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah denah Plumbing serta Diagram
Isometri dimana dapat diketahui jalur-jalur instalasi pipa itu diletakkan.
- Pemasangan pipa dilaksanakan setelah pasangan bata dan sebelum pekerjaan
plesteran dan acian, fungsi untuk menghindari bobokan yang menyebabkan
keretakan dinding. (Untuk instalasi dalam bangunan).
- Untuk pemasangan di luar bangunan seperti pipa saluran air hujan dikerjakan
setelah pekerjaan plesteran diselesaikan.
- Pipa yang melewati plat dak atau balok atau kolom beton harus dipasang sparing
atau pemipaan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pengecoran.
- Pipa yang posisi/letaknya sudah betul segera ditutup dengan plug/dop yang tidak
mudah lepas (menghindari kotoran/adukan masuk sehingga terjadi
penyumbatan).
- Hindari belokan pipa/ knik pipa dengan pembakaran.
- Posisi pipa pada kamar mandi harus disesuaikan dengan saniter
- Rencana instalasi air bersih diletakkan pada perempatan nat keramik / as keramik,
simetris dengan luas keramik.
- Setelah instalasi terpasang segera diadakan test tekanan pipa :
1. Untuk pipa Gip maximum 10 Bar
2. Untuk pipa PVC maximum 6 Bar

 Sistem Penyediaan Air Bersih


Sistem penyediaan air bersih meliputi penyedian air bersih itu sendiri dan
distribusi. Sistem ini menyangkut sumber air bersih, sistem penampungan air (bak
air / tangki, ground tank, Roof tank), pompa transfer dan distribusi.
- Sumber air bersih, biasanya di dapat dari PDAM, atau berasal dari Deep Well.
- Sistem penampungan air dibedakan menjadi dua bagian yaitu: raw water tank dan
clean water tank. Sumber air bersih yang berasal dari PDAM langsung dialirkan
ke clean water tank. Sedang yang berasal dari Deep well di masukan ke dalam
raw water tank. Air yang berada di raw water tank ditreatment dulu di instalasi
Water Treatment Plant dan selanjutnya di alirkan ke clean water tank (bak air
bersih).
- Air yang berada di dalam baik air bersih (clean water tank) selanjutnya dialirkan
ke bak air atas (roof tank) dengan pompa transfer.
- Distribusi air bersih pada 2 lantai teratas menggunakan packaged booster pump,
sedang untuk lantai-lantai dibawahnya dialirkan secara gravitasi.
 Instalasi Air Kotor
- Hal yang perlu diketahui : Denah instalasi dan diagram isometris pipa air kotor
serta jalur pembuangan.
- Hindari /jangan terlalu banyak percabangan.
- Sambungan harus betul-betul rapat.
- Untuk air bekas (mandi/cuci) harus dibuat Manhole untuk kontrol pembersihan
(bak kontrol) pada tempat-tempat tertentu.
- Untuk lubang saluran pembuang harus diberi saringan.
- Sparing harus melebihi rencana peil lantai beton & tebal beton. ( diatas plat = 25
cm, dibawah plat = 15 cm ), bagian atas supaya ditekuk atau digepengkan /
ditutup dengan cara dipanaskan.
- Posisi sparing harus sesuai dengan type saniter (jika saniter telah ditentukan).
- Jika saniter belum ditentukan , dipakai sistem Block Out.
- Sparing Clean out harus dipasang bersamaan dengan sparing closet (bila ada), di
mana letak sparing clean out berada di samping atau dekat dengan sparing closet,
fungsinya adalah untuk pembersihan apabila closet terjadi penyumbatan.
- Fan out dipasang bila dalam instalasi saluran kotor banyak percabangan dengan
saluran pembuangannya lewat shaft. Fungsinya untuk mengurangi tekanan udara
pada pipa pada saat closet di gelontor dengan air.
- Floor drain supaya diletakkan jauh dari pintu dan dekat dengan kurasan bak.

 Sistem Venting
Sistem venting merupakan sistem instalasi untuk mengeluarkan udra yang
terjebak di dalam pipa air limbah / air buangan (air kotor, air bekas dan air hujan).
Diantara tujuan pemasangan sistem venting adalah:
- Menjaga sekat air dari efek siphon atau tekanan. Efek siphon timbul apabila
seluruh perangkat dan pipa pembuangan terisi air buangan pada akhir proses
pembuangan mengakibatkan sekat air akan ikut mengalir.
- Menjaga aliran air yang lancar di dalam pipa pembuangan
- Memungkinkan adanya sirkulasi udara di dalam semua jaringan pipa pembuangan

2. PEKERJAAN FIRE HYDRANT


I. PERSYARATAN TEKNIS UMUM
1. PERATURAN DAN STANDARD
3. Tata cara pelaksanaan dan lain-lain petunjuk yang berhubungan dengan
peraturan-peraturan Pembangunan yang sah berlaku di Republik
Indonesia.
4. Selama pelaksanaan spesifikasi ini harus betul-betul ditaati, diikuti serta
sesuai prosedure yang diberlakukan Pengawas.
5. Peraturan-peraturan berikut ini merupakan acuan dalam rangka
perancangan maupun pelaksanaan Instalasi Fire Hydrant
PERATURAN-PERATURAN
a. Perda Pemda setempat
Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Setempat
b. Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No.
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

LITERATURE DAN / ATAU REFERENCE


a. National Fire Codes,
1. NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher
2. NFPA-13, Standard for The Installation of Sprinkler Systems
3. NFPA-14, Standard for The Installation of Standpipe and Hose
Systems
4. NFPA-20, Standard for The Installation of Centrifugal Fire Pumps
5. SNI 03-1735-2000
6. SNI 03-1745-2000
b. Mc. Guiness, Stein & Reynolds
Mechanical & Electrical for Buildings

II. PERSYARATAN TEKNIS KHUSUS


1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Pengadaan dan pemasangan peralatan utama sistem fire fighting
yang meliputi Electric Fire Pump, Diesel Fire Pump dan Jockey Pump
lengkap dengan panel kontrol, Hydrant Box, Hydrant Pillar beserta
pemipaannya.
b. Pengadaan dan pemasangan valve-valve dari sistem
instalasi/pemipaan di setiap gedung sesuai pentahapan
pembangunan gedung tersebut.
c. Mengadakan Testing and Commissioning terhadap seluruh sistem
fire hydrant sehingga berfungsi dengan baik.
d. Mengurus proses perijinan serta persyaratan lain yang diperlukan
untuk mendapatkan persetujuan bahwa Instalasi sistem fire Fighting
dapat dinyatakan baik dan layak pakai oleh Dinas Pemadam
Kebakaran.
e. Pengadaan dan pemasangan system Instalasi listrik dari panel power
ke unit panel control unit Fire fighting dank e setiap peralatan pompa.
f. Mengadakan Training Operasional kepada Team Engineering pemilik
proyek dan untuk waktu serta kesiapannya akan ditentukan
kemudian bersama Pemilik proyek/Pengawas.

2. SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN UTAMA DAN INSTALASI


2.1. FIRE HYDRANT PUMPS.
Pompa fire Hydrant merupakan satu kesatuan yang terdiri dari
pompa pembantu jockey pump, pompa utama penggerak electric
dan pompa utama penggerak engine.
a. Jockey Pump
b. Elektric Fire Pump

2.2. FIRE PUMP CONTROLLER


Panel kontrol merupakan kelengkapan unit tiap-tiap fire Fighting
pump yang dapat mengatur kerja pompa secara automatic baik
jockey pump sebagai pompa pembantu, pompa utama penggerak
electric maupun pompa penggerak engine masing-masingn
mempunyai Fire Pump Controller tersendiri. Khusus pompa
penggerak engine akan bekerja secara automatic bila saluran daya
listrik terputus pada saat terjadi kebakaran. Fire Pump Controller
harus standard NFPA-20.

2.3. FIGHTING FIXTURES


a. Hydrant Pillar
1. Jenis two-way, terbuat dari baja tuang diberi penguat pondasi
beton secukupnya.
2. Hydrant Pillar dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints atau
cat ICI, (jenis exterior coating)
b. Fire Hydrant Box
1. Box terbuat dari plat dengan tebal + 2 mm.
2. Dimensi box : lihat gambar perencana.
3. Seluruh box dan pintu dicat merah dengan cat Duco ex Dana
Paints dan diberi tulisan Hydrant dengan warna merah.
4. Panjang fire hose tidak kurang dari 30 M' mudah digulung, tahan
terhadap tekanan dan penyambungan dengan sistem quick
coupling.
5. Nozzle variable (zet spray) diameter 65 mm semua dalam
keadaan baru dan fabricated.
6. Fire hose dari jenis black rubber lined yang memenuhi standard
BS 6391.
c. Seamese Connection
1. Digunakan seamese connection jenis two way type Y terbuat dari
baja tuang.
2. Dalam pemasangan unit seamese connection harus diberikan
pondasi penguat sebagai dudukan.
3. Lokasi seamese connection mudah dilihat dan dekat dengan
jalan laluan mobil agar mudah untuk dipakai bila diperlukan (lihat
gambar perencanaan).
4. Seamese Connection harus sesuai standard DPK, untuk
penggunaan sistem coupling.

2.4. PIPA DAN VALVE


a. Pemipaan
1. Material Pipa yang digunakan Black Steel Pipe Sch. 40, atau
ASTM A 53 dan harus diusahakan semuanya berasal dari satu
merk.
2. Demikian juga untuk fitting digunakan Black Steel Pipe class 15
K, Weld Type.

b. Valve – valve
Gate Valve :
1. Tipe bronze body, non rising stem, screwed bonnet, solid wedge
disk, screwed end untuk valve sampai dengan diameter 50 mm
atau bisa digunakan tipe Butterfly untuk diameter 15 mm sampai
dengan diameter 25 mm.
2. Tipe flanged or lugged body, stainless steel disk, stainless steel
shaft, hand wheel operated with position indicator untuk valve
lebih besar dari diameter 50 mm dengan body material cast iron
untuk tekanan 150 psi dan carbon steel untuk tekanan 300 psi.
Check Valve :
3. Material bronze body, swing type, Y pattern, screwed cup, metal
disk, screwed end untuk valve sampai dengan diameter 50 mm.
4. Swing silent type dengan stainless steel disk dengan body
material cast iron untuk tekanan 300 psi dan carbon steel untuk
tekanan 300 psi.
5. Khusus untuk pompa-pompa hydrophor digunakan dual plate
wafer type check valve.

c. Tekanan Kerja Valve :


Untuk keperluan fire fighting digunakan valve - valve dengan
tekanan kerja minimum 300psi (15 bar).

3. SYARAT-SYARAT PEMASANGAN
3.1. PEMASANGAN UNIT POMPA
a. Seluruh unit pompa harus dipasang dan didudukkan diatas
fondasi dengan kuat dan kokoh.
b. Metoda dan persyaratan instalasi pompa, pemipaan serta
peralatan pemipaannya harus mengikuti dan mengacu kepada
Standard NFPA-20.
3.2. PEMASANGAN UNIT POMPA

a. Sistem Penyambungan Pipa


- Menggunakan sambungan ulir/screwed atau las untuk pipa
berdiameter 75 mm ke bawah dan menggunakan
sambungan flanged untuk diameter pipa 100 mm ke atas
dengan maximum dua batang pipa serta pada belokan
minimal 5 kali diameter pipa dari bahan yang sesuai dengan
jenis bahan pipanya (long elbow).
- Sambungan flanged dilakukan pada setiap belokan dan pada
setiap dua batang pipa pada pipa lurus.
- Untuk mencegah terhadap kebocoran, penyambungan pipa
dengan ulir harus terlebih dulu diberi lapisan red lead cement
atau pintalan khusus dari asbes.
- Sedangkan untuk sambungan flanged harus dilengkapi ring
dari karet secara homogen.

b. Penumpu Pipa
- Seluruh pipa harus diikat/ditetapkan, kuat dengan dudukan
dan angker yang kokoh (rigit), agar inklinasinya tetap, untuk
mencegah timbulnya getaran dan gerakan.
- Pipa horizontal harus ditumpu dengan penyangga dengan
jarak antara tidak lebih dari 2,5 m.

c. Pemasangan Fixtures dan Fitting


- Semua fixtures harus dipasang dengan baik dan di dalamnya
bebas dari kotoran yang akan mengganggu aliran atau
kebersihan air, dan harus terpasang dengan kokoh (Rigit)
ditempatnya lengkap tumpuan yang mantap.
- Semua fixtures, fitting, pipa-pipa hidrant dilaksanakan harus
rapi.
- Untuk pipa-pipa yang tekanan airnya tinggi (pipa induk),
dipasang balok-balok dari beton dengan campuran yang kuat
(K.225) dan dipasang setiap ada sambungan pipa (tee,
elbow, valve ) dan sebagainya.
- Tinggi pemasangan dari lantai + 20 cm (muka tanah jadi).
- Perletakan engsel disesuaikan dengan keadaan setempat
sehingga mudah untuk dibuka/tutup.
4. SYARAT-SYARAT PENERIMAAN

4.1. M A T E R I A L
a. Kontraktor harus menjamin seluruh unit peralatan yang
didatangkan adalah baru (New Product), bebas dari defective
material, improver material dan menjamin terhadap kualitas atau
mutu barang sesuai dengan tujuan spesifikasi.
b. Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi
harus diganti dengan yang sesuai dan dalam jangka waktu tidak
lebih dari 1 (satu) minggu setelah ditanda tangani berita acara
penerimaan barang.
c. Seluruh biaya yang timbul akibat penggantian material/peralatan
menjadi tanggungan/beban Kontraktor.

4.2. CONTOH BARANG

a. Pemborong wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan


digunakan dalam pelaksanaan kepada Pengawas atau Brosur-
brosur dari alat-alat tersebut dan menunggu persetujuan dari
pemilik proyek/Pengawas/Perencana sebelum alat-alat tersebut
dipasang.
b. Contoh barang dimasukkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kalender setelah diturunkannya SPK untuk diperiksa
Pemilik/Perencana dan Pengawas.
c. Contoh-contoh barang yang sudah disetujui oleh pemilik
proyek/Pengawas/ Perencana harus disimpan di Direksi Keet guna
dijadikan Referensi bagi pemasangan di lapangan. Bila bahan-
bahan tersebut diragukan kualitasnya akan dikirimkan ke kantor
penyelidikan bahan-bahan atas biaya Pemborong. Bila ternyata
terdapat bahan-bahan yang telah dinyatakan tidak baik/tidak bisa
dipakai oleh Pengawas/ Perencana, maka Pemborong harus
mengangkut bahan-bahan tersebut ke luar lapangan dalam jangka
waktu 3 (tiga) hari, harus sudah tidak ada di lapangan (site).

4.3. PENGUJIAN INSTALASI PEMIPAAN


a. Sebelum dipasang fixtures-fixtures dari seluruh sistem distribusi,
installasi pemipaan air harus diuji dengan tekanan 20 kg/cm2,
tanpa mengalami kebocoran dalam waktu minimum 24 jam tekanan
tersebut tidak turun/berubah. Pada prinsipnya pengetesan
dilakukan dengan cara bagian demi bagian dari panjang pipa
maximum 150 meter.
b. Biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan adalah menjadi
tanggung jawab Pemborong/ Kontraktor. Pengetesan pipa harus
dilaksanakan dengan disaksikan oleh Pengawas dan wakil dari
pemilik proyek/Perencana, selanjutnya apabila telah
diterima/memenuhi syarat akan dibuatkan Berita Acaranya.
c. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian, balancing dan "trial run"
sistem instalasi ini haruslah pula dihadiri pihak pemilik
proyek/Perencana/Pengawas dan Ahli serta pihak-pihak lain yang
bersangkutan. Untuk ini hendaklah diberikan pula sertifikat
pernyataan hasil pengujian oleh yang berwenang memberikannya.

4.4. PEMBERSIHAN LAPANGAN


a. Lapangan yang dipergunakan harus setiap hari setelah selesai
bekerja dibersihkan oleh Pemborong.
b. Segera setelah Kontrak selesai maka Pemborong harus
memindahkan semua sisa bahan pekerjaannya dan peralatannya
kecuali yang masih diperlukan selama pemeliharaan.

4.5. P E N G E C A T A N
a. Semua pipa dari besi/baja dalam tanah harus dililit dengan karung
goni dan dilapisi dengan Tar (Tar coated) untuk penahan Korosi
atau dengan bahan anti karat sintesis yang dispesifikasi untuk
keperluan pemipaan bawah tanah. Sedangkan untuk pipa-pipa
yang terlihat (exposed) harus diberi tanda dengan warna atau cat
yang warnanya akan ditentukan kemudian oleh Pengawas.
b. Untuk pipa-pipa dalam ceiling agar mudah dikenali diberikan tanda
warna/cat pada setiap jarak + 4 m dengan arah aliran pada pipa-
pipa induk, begitu pula pipa-pipa pada shaft dimana terletak pintu
pemeriksaan.
c. Sebagai patokan dipakai warna cat sebagai berikut : Untuk jaringan
pipa hydrant dipakai warna merah
d. Khususnya untuk identifikasi dan penentuan warna cat dari masing
- masing instalasi Plumbing dan Hydrant akan ditentukan kemudian
bersama Pemilik / Pengawas.

4.6. SURAT KETERANGAN


Pemborong harus memberikan Surat Keterangan/Sertifikat dari
Dinas Pemadam Kebakaran Daerah yang menunjukkan bahwa
Sistem tersebut dapat dipergunakan dan berfungsi dengan baik.
Surat Keterangan keagenan yang berada di Indonesia untuk
material - material import.
4.7. DATA SUKU CADANG
Pemborong harus menjamin dan melengkapi dengan Surat Jaminan
adanya suku cadang yang mudah diperoleh pada peralatan-
peralatan yang sekiranya akan mengalami gangguan atau
kerusakan dalam waktu tertentu, baik untuk peralatan utama
maupun peralatan penunjang.

5. SYARAT-SYARAT OPERASIONAL
a. Pelayanan hydrant diluar/di dalam bangunan dan sprinkler
menggunakan satu set pompa yang terdiri dari jockey pump, electric
hydrant pump dan diesel hydrant pump.
b. Pengaturan kerja pompa dilakukan secara automatic dengan pressure
switch pump Control, control valve serta panel-panel pengoperasian.
c. Semua ketentuan-ketentuan unit pompa beserta perlengkapannya
harus mengikuti NFPA 20 standard.

6. SYARAT-SYARAT PEMELIHARAAN
6.1. SYARAT UMUM
a. Pada saat penyerahan untuk pertama kalinya Pemborong harus
menyerahkan gambar-gambar, data-data peralatan petunjuk
operasi dan cara-cara perawatan dari mesin-mesin terpasang di
bawah Kontrak ini. Data-data tersebut haruslah diserahkan
kepada pemilik proyek/Pengawas sebanyak 4 (empat) set dan
kepada Perencana 1 (satu) set.
b. Pada saat penyerahan pertama harus diserahkan antara lain :
Instruction Manual, Installation Manual, Maintenance Manual,
Operating Instruction, Trouble Shooting Instruction.
c. Hendaknya diberikan pula 2 (dua) set singkatan petunjuk operasi
dan perawatan kepada Pemilik, sebuah dipasang dalam suatu
kaca berbingkai dan ditempelkan di dinding dalam ruang mesin
utama atau tempat lain yang ditunjuk oleh pemilik
proyek/Pengawas.
d. Pemborong harus memberikan pendidikan praktek mengenai
operasi dan perawatannya kepada petugas-petugas teknis (Team
Engineering) yang ditunjuk oleh pemilik proyek secara cuma-
cuma sampai cakap menjalankan tugasnya.
e. Pemborong harus memberikan Surat Garansi dari pemakaian
peralatan-peralatan utama kepada Pemberi Tugas.
6.2. MATERI PEMELIHARAAN
Selama masa pemeliharaan, Pemborong wajib melakukan
pemeliharaan secara berkala terhadap seluruh Instalasi Sistem, baik
peralatan utama maupun instalasi pemipaannya.

Pelaksanaan pemeliharaan menyangkut item-item dan tidak terbatas


pada berikut ini :
a. Pemeriksaan terhadap :
- Fungsi dan mekanisme kerja kontrol
- Mekanisme kerja panel-panel kontrol
b. Pemeriksaan terhadap: Battery Charger, penggerak engine,
minyak pelumas sistem pompa dan sistem engine
c. Testing terhadap bekerjanya unit-unit sistem, yaitu pompa
penggerak elektrik dan diesel
d. Bersihkan seluruh peralatan dari kotoran
e. Pembersihan tangki bahan bakar
f. Penggantian minyak pelumas.

6.3. PETUNJUK PEMELIHARAAN


a. Sebelum dilakukan serah terima pekerjaan, Pemborong harus
menyerahkan Buku Petunjuk Pemeliharaan terhadap seluruh
peralatan utama (pompa, motor, diesel, panel listrik, panel
kontrol, dll.) dan Instalasi serta daftar material/ komponen yang
memerlukan penggantian secara berkala.
Buku yang diserahkan harus dalam bentuk edisi lux dan dijilid
dengan rapih dan bagus.
Petunjuk pemeliharaan harus mencantumkan ringkasan dari
pemeliharaan berkala yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat dan standard/aturan yang berlaku secara umum.
b. Di dalam buku pentunjuk pemeliharaan tersebut harus diuraikan
secara jelas dan ringkas mengenai tatacara/prosedur
pemeliharaan, contoh data logbook pencatatan (harian,
mingguan, bulanan dan tahunan).
c. Jumlah buku yang harus disediakan oleh Pemborong sebanyak 5
(empat) set, masing-masing 3 set untuk Pemilik Proyek, 1 set
untuk Pengawas/MK dan 1 set untuk Perencana. Seluruh biaya
yang diakibatkan oleh pembuatan dan pengadaan buku tersebut
ditanggung oleh Pemborong.
6. PEKERJAAN TATA UDARA (AIR CONDITIONS)

1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pembongkaran
dan pemasangan kembali Split Air Conditioning serta testing sampai berjalan
dengan baik dari semua peralatan dan semua kelengkapan lainnya seperti piping,
instalasi listrik, control dan sebagainya sesuai dengan persyaratan teknis berikut
ini :
a. Pemasangan dan penyetelan seluruh peralatan air conditioning seperti :
Outdoor Unit, Indoor Unit, fan, thermostat, control, dan lain – lain dengan
syarat sebagai berikut:
- Cassete Air Conditioning lengkap dengan accesoriesnya.
- Split Air Conditioning lengkap dengan accessorisnya.
- Peralatan – peralatan control untuk system ini (High, Medium, Low).
-
- Pengadaan dan pemasangan instalasi listrik dari peralatan -
peralatan (Outdoor Unit, Indoor Unit, fan) ke panel
peralatantersebut dengan jenis kabel NYY.
- Dudukan – dudukan mesin termasuk dumper – dumper dan peredam
suara di dalam ruangan – ruangan mesin sehingga suara yang timbul
di dalam ruangan – ruangan kerja masih dalam batas – batas
persyaratan yang tidak mengganggu.
- Testing dan balancing instalasi AC.
- Memberikan service dan maintenance selama masa pemeliharaan
khusus pada instalasi AC yang telah dibongkar.
- Mengadakan perbaikan- perbaikan dari semua kerusakan yang
diakibatkan oleh pekerjaan ini dan lain-lain dalam masa pemeliharaan.

b. Sistem pengkondisian udara dengan ventilating fans untuk ruang – ruang


yang tidak dikondisikan dengan AC, yaitu :
- Untuk toilet pria dan wanita, ruang panel, ruang arsip, gudang dan lain -
lain.
- Dudukan – dudukan termasuk peredam suara.
- Mengadakan testing dan balancing serta perbaikan – perbaikan yang
diakibatkan oleh pekerjaan ini dan lain – lain.
-
2. Cara Pelaksanaan
- Perencanaan detail pelaksanaan dari sistem AC yang tertuang dalam
gambar shop drawing
- Kontraktor harus mengecek dan mere-check terhadap unit-unit
equipment yang akan dipakai dan apabila terdapat
C. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
1. PEKERJAAN ARMATUR DAN INSTALASI PENERANGAN
Yang dimaksud dengan pekerjaan Armatur dan Instalasi Penerangan adalah
pekerjaan pemasangan instalasi sistem pengontrolan pada bangunan gedung dan
sistem instalasi penerangan yang yang akan digunakan. Adapun pada
pelaksanaannya perusahaan akan menggunakan tenaga ahli dibidangnya dan
dalam pelaksanaanya akan memperhatikan spesifikasi yang menjadi acuan.

2. PEKERJAAN TELEPHONE
Yang dimaksud dengan pekerjaan telephone adalah pekerjaan pemasangan
instalasi sistem komukasi pada bangunan gedung. Adapun pada pelaksanaannya
perusahaan akan menggunakan tenaga ahli dibidangnya dan dalam
pelaksanaanya akan memperhatikan spesifikasi yang menjadi acuan.
Adapun metode pelaksanaanya adalah sebagai berikut :
- Pada saat pengecoran plat, instalasi telepone segera dimulai dengan
pemasangan sparing conduit bersamaan dengan pembersian plat lantai.
- Setelah bekisting plat dibongkar, maka pekerjaan wiring kabel telepon dapat
segera dimulai sesuai dengan shop drawing
- Test ketahanan kontibuitas
- Pada saat pekerjaan dinding, sparing dan wiring telepon dipasang pada dinding
dimana titik outlet telepon nanti diletakkan
- Setelah dinding dilakukan fisinshing, outlet telepon dapat segera terpasang.
- Setelah itu dilanjutkan dnegan instalasi ke terminal TB Telepon dimasing-
masing ruangan.

3. PEKERJAAN TATA SUARA


Adapun metode pelaksanaan pekerjaan tata suara adalah sebagai berikut :
- Pada saat pengecoran plat, instalasi sound system segera dimulai dengan
pemasangan sparing conduit bersamaan dengan pembersian plat lantai.
- Setelah bekisting plat dibongkar, maka pekerjaan wiring kabel sound system
dapat segera dimulai sesuai dengan shop drawing
- Test ketahanan kontibuitas
- Pada saat pekerjaan dinding, sparing dan wiring sound system dipasang pada
dinding dimana titik outlet telepon nanti diletakkan
- Setelah dinding dilakukan fisinshing, outlet sound system dapat segera
terpasang.
- Setelah itu dilanjutkan dengan instalasi ke terminal sound system Telepon
dimasing-masing ruangan.

4. PEKERJAAN CCTV
Langkah pemasangan CCTV :
- Penentuan titik lokasi CCTV sesuai gambar kerja.
- Menyiapkan material bantu
- Menyiapkan peralatan kerja yg dibutuhkan untuk pemasangan CCTV dalam
Ruangan
- Penentuan titik lokasi control CCTV yg akan dipasang
- Menyiapkan Panel Control dan Main Equipment dan mengatur posisi untuk di
pasang sesuai gambar kerja
- Mengatur manpower pada area Proteksi sesuai skillnya masing masing

5. PEKERJAAN FIDS
Pekerjaan FIDS adalah pekerjaan pengadaan. Dimana perushaaan dalam hal ini
akan melakukan pengadaan dan pemasangan instalasi Control Operation System.
Dalam pelaksanaan akan dialkukan oleh tenaga ahli yang profesional dibidangnya.

6. PEKERJAAN FIRE ALARM


Adapun langkah-langkah pemasangan Fire alarm adalah sebagai berikut :
a. Pekerjaan Pemasangan Support
- Penentuan titik lokasi pipe support sesuai gambar kerja.
- Menyiapkan material bantu (Inset,dinabolt,lot,benang dll)
- Menyiapkan peralatan kerja seperti mesin bor,palu,meteran dan alat bantu lain
yaitu listrik,welding machine dan schafolding.
- Pemasangan Pipe Support di tempat atau titik titik yang telah ditentukan.
- Pemasangan jalur Pipa dengan penyangga support dengan clamp yang telah
disediakan.
b. Pekerjaan Pemasangan Pipa Sch 40 dan 80
- Menyiapkan peralatan kerja yg dibutuhkan untuk pemasangan pipa dalam
- Ruangan seperti chainblok,tiang penyangga dan tambang manila,tali sling dan
peralatan lainnya.
- Menyiapkan Material pipa dan fitting sesuai kebutuhan di area masing masing
dengan alat bantu Chainblok untuk menarik material tersebut
- Memasang dan mengatur posisi pipa sesuai dengan support yang sudah
terpasang
- Setting pipa untuk di sambung sesuai gambar yang sudah di approved
c. Pekerjaan Pemasangan Fire Alarm
- Penentuan titik lokasi main equipment sesuai gambar kerja.
- Menyiapkan material bantu (dinabolt,lot,benang dll)
- Menyiapkan peralatan kerja seperti mesin bor,palu,meteran dan alat bantu lain
yaitu listrik dan schafolding.
- Menyiapkan peralatan kerja yg dibutuhkan untuk pemasangan Fire Alarm
dalam Ruangan
- Penentuan titik lokasi control panel Fire Alarm yg akan dipasang
- Menyiapkan Panel Control dan Main Equipment dan mengatur posisi untuk di
pasang sesuai gambar kerja
- Mengatur manpower pada area Proteksi sesuai skillnya masing masing

d. Pekerjaan Test Fungsi dan Testing Commisioning


- Test kekuatan instalasi pipa dengan alat hand pump sampai 12 Bar.
- Test kebocoran dari instalasi pipa yang sudah terpasang.
- Periksa sambungan pipa dan Pengelasan
- Test fungsi fire alarm dan main Equipment masing masing area

Ternate, 17 April 2016


PT. AKBAR BANGUN PERSADA

HARSANI HARISI, ST
Direktur Utama

Anda mungkin juga menyukai