Anda di halaman 1dari 10

Kode Etik Kontraktor

Dalam Penerapan Standar Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan


Keselamatan
Kerja, serta Pencegahan Kekerasan Berbasis
Gender

Perusahaan, PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR, berkomitmen untuk memastikan


bahwa proyek SIMURP, sub-proyek Daerah Irigasi Jengkelok Kab. Brebes akan
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan sekitar, masyarakat, dan pekerjanya. Hal ini akan dilakukan dengan
menerapkan standar Lingkungan, Sosial, dan memastikan standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), serta berupaya untuk mencegah kekerasan berbasis gender,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR juga berkomitmen untuk menciptakan dan


memelihara lingkungan dimana anak-anak di bawah usia 18 tahun akan dilindungi, serta
memastikan eksploitasi dan pelecehan seksual dan kekerasan seksual tidak akan terjadi.
Tindakan tidak pantas terhadap anak-anak, eksploitasi dan pelecehan seksual dan
kekerasan seksual merupakan tindakan kekerasan berbasis gender. Semua tindakan
tersebut tidak akan dapat ditoleransi, baik yang dilakukan oleh oleh karyawan, sub-
kontraktor, pemasok, rekanan, atau perwakilan perusahaan.

Oleh karena itu, semua yang terlibat dalam proyek harus mengetahui tentang komitmen
ini, dimana perusahaan berkomitmen untuk memenuhi prinsip-prinsip dasar dan standar
minimum perilaku berikut, yang akan berlaku untuk semua karyawan, rekanan,
pekerja dan perwakilan perusahaan, termasuk sub-kontraktor dan pemasok, tanpa
pengecualian:

Umum
1. PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR termasuk karyawan di dalamnya, kolega,
perwakilan, sub-kontraktor dan pemasok — berkomitmen untuk mematuhi semua
hukum, aturan, dan peraturan nasional dan daerah yang berlaku.
2. PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR berkomitmen untuk sepenuhnya untuk
melaksanakan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial Kontraktor, sebagaimana
yang telah disetujui oleh Lembaga/Institusi yang berwenang.
3. PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR berkomitmen untuk memperlakukan
perempuan, anak-anak (orang di bawah usia 18 tahun), dan pria dengan rasa hormat
tanpa memandang suku, warna kulit, bahasa, agama, pandangan politik atau paham
lainnya, kebangsaan, etnis atau asal sosial, properti, kecacatan, kelahiran atau status
lainnya. Segala tindakan yang berkaitan dengan kekerasan berbasis gender tidak
dibenarkan dan akan melanggar komitmen ini.
4. PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR harus memastikan bahwa interaksi dengan
anggota masyarakat sekitar dilakukan dengan rasa hormat dan tidak ada diskriminasi.
5. Bahasa dan perilaku yang merendahkan, mengancam, melecehkan, kasar, tidak pantas
secara umum dan bertentangan dengan budaya setempat, atau provokatif secara
seksual, dilarang untuk dilakukan oleh/diantara semua karyawan perusahaan, rekanan,
dan perwakilannya, termasuk sub-kontraktor dan pemasok.
6. PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR akan mengikuti semua instruksi dan aturan
kerja yang telah ditetapkan (termasuk aturan mengenai norma lingkungan dan sosial).
7. PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR akan melindungi dan memastikan penggunaan
properti yang tepat (misalnya, melarang pencurian, kecerobohan atau pemborosan).

Kesehatan dan keselamatan


8. PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR akan memastikan bahwa Rencana Manajemen
K3 proyek dilaksanakan secara efektif oleh semua staf perusahaan, para pekerja, serta
sub-kontraktor dan pemasok.
9. PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR akan memastikan bahwa setiap orang yang
berada di lokasi pekerjaan mengenakan peralatan pelindung diri yang sesuai dan
disediakan di lokasi, mencegah kecelakaan yang dapat dihindari, dan melaporkan
kondisi atau kejadian yang berpotensi menimbulkan bahaya keselamatan atau
mengancam lingkungan.
10. PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR akan:
i. melarang konsumsi alkohol selama aktivitas kerja.
ii. melarang penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang atau bahan lain yang
dapat mengganggu aktivitas kerja.
11. PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR akan memastikan bahwa fasilitas sanitasi yang
aman dan memadai tersedia di lokasi dan dapat digunakan pekerja di lokasi proyek.
12. PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR tidak akan mempekerjakan anak-anak di bawah
usia 18 tahun untuk pekerjaan konstruksi, atau mengizinkan mereka berada di lokasi
kerja, karena lokasi konstruksi yang berbahaya.

Kekerasan Berbasis Gender


13. Tindakan kekerasan berbasis gender merupakan pelanggaran berat dan wajib
diberikan sanksi, yang dapat berupa hukuman dan/atau pemutusan hubungan kerja dan,
jika diperlukan berupa pelaporan ke Polisi untuk tindakan lebih lanjut.
14. Segala bentuk kekerasan berbasis gender tidak dapat diterima, terlepas dari apakah
itu terjadi di tempat kerja, di sekitar tempat kerja, di kamp pekerja atau di dalam
masyarakat sekitar.
15. Pelecehan seksual, baik secara verbal, fisik atau melalui isyarat, terhadap pekerja dan
staf kerja merupakan bentuk dari kekerasan berbasis gender dan tidak dibenarkan untuk
dilakukan karena bertentangan dengan hukum, aturan dan norma yang berlaku. Adapun
bentuk tindakan yang dimaksud misalnya: melakukan rayuan dengan tujuan seksual
yang tidak diinginkan, meminta seseorang melalukan tindakan yang dapat
mendatangkan kesenangan seksual, dan semua tindakan verbal atau fisik lainnya yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan secara seksual.
16. Dilarang menjanjikan atau memberikan bantuan dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan secara seksual seksual. Misalnya memberikan janji perlakuan yang
menyenangkan seperti promosi, atau tindakan ancaman yang tidak menyenangkan
seperti kehilangan pekerjaan, pembayaran dalam bentuk barang atau uang tunai
yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan secara seksual, serta segala bentuk
tindakan atau perilaku lain yang bersifat eksploitatif, memalukan, merendahkan,
martabat orang lain.
17. Dilarang keras menggunakan prostitusi dalam bentuk apapun dan kapanpun, baik
di tempat kerja ataupun di lingkungan sekitar.
18. Dilarang melakukan kontak atau aktivitas seksual dengan anak di bawah 18 tahun
— termasuk melalui media digital. Pemahaman yang keliru mengenai usia anak, dan
adanya persetujuan dari anak yang bersangkutan, tidak dapat dijadikan sebagai
alasan/pembenaran atas terjadinya kontak atau aktivitas seksual antara pekerja dengan
anak.
19. Selain sanksi perusahaan, terdapat pula tuntutan hukum bagi mereka yang
melakukan tindakan kekerasan berbasis gender, dimana pelaku akan diproses lebih
lanjut secara hukum jika terbukti melakukan pelanggaran..
20. Semua karyawan, pekerja, dan sub-kontraktor sangat dianjurkan untuk melaporkan
dugaan atau tindakan kekerasan berbasis gender yang dilakukan oleh sesama pekerja,
baik di perusahaan yang sama maupun tidak. Laporan harus dibuat sesuai dengan
prosedur pelaporan adanya dugaan kekerasan berbasis gender proyek.
21. Manajer proyek (kepala proyek) diharuskan untuk melaporkan dan bertindak untuk
menangani semua tindakan kekerasan berbasis gender, baik yang masih dugaan atau
memang sudah terjadi, karena manajer memiliki tanggung jawab untuk menerapkan
komitmen perusahaan dan berkewajiban untuk meminta pertanggungjawaban pekerja
yang melakukan pelanggaran..

Penerapan
22. Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip diatas diterapkan secara efektif,
perusahaan berkomitmen
23. Memastikan bahwa semua manajer menandatangani 'Kode Etik Manajer' proyek
yang merinci bentuk tanggung jawab mereka dalam melaksanakan komitmen
perusahaan dan menegakkan tanggung jawab dalam 'Kode Perilaku Individu'.
24. Memastikan bahwa semua karyawan menandatangani 'Kode Etik Individu' proyek
yang mengkonfirmasikan persetujuan mereka untuk mematuhi standar Lingkungan,
Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dan tidak terlibat dalam aktivitas yang
dapat mengakibatkan kekerasan berbasis gender, dan pelecehan dan kekerasan seksual
terhadap perempuan dan anak,
25. Menampilkan Kode Etik Perilaku Perusahaan dan Individu dengan jelas di semua
lokasi kerja, baik di kamp pekerja, kantor, dan di area publik tempat kerja. Contoh
termasuk area tunggu, istirahat dan lobi, area kantin dan klinik kesehatan.
26. Menunjuk Manager Proyek/Kepala Proyek sebagai 'Focal Point' (penanggungjawab)
dan wakil perusahaan untuk menangani masalah kekerasan berbasis gender.
27. Memastikan bahwa Rencana Aksi Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender yang
efektif diterapkan dengan berkonsultasi dengan PIU dan Bank Dunia yang minimal
mencakup:
28. Prosedur Dugaan Kekerasan Berbasis Gender untuk melaporkan masalah Kekerasan
Berbasis Gender melalui Mekanisme Penanganan Keluhan proyek;

29. Tindakan Akuntabilitas untuk melindungi kerahasiaan semua yang terlibat; dan,
30. Protokol Respon berlaku untuk korban dan pelaku kekerasan berbasis gender.
31. Memastikan bahwa PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR secara efektif
melaksanakan Rencana aksi pencegahan kekerasan berbasis gender yang telah
disepakati, memperbarui dan memberikan laporan final yang sesuai untuk PIU dan Bank
Dunia.
32. Memastikan bahwa semua karyawan dan pekerja mengikuti kegiatan sosialisasi
sebelum mulai bekerja di lokasi untuk memastikan semua pekerja memahami komitmen
(Nama Perusahaan) untuk mematuhi standar Lingkungan, Sosial, dan K3, serta Kode
Perilaku Kekerasan Berbasis Gender proyek.
33. Memastikan bahwa semua karyawan dan pekerja mengikuti kegiatan sosialisasi
terkait kode etik dan hal tersebut diatas minimal 1 (satu) bulan sekali selama masa
kontrak, mulai dari sosialisasi pertama sebelum dimulainya pekerjaan untuk
meningkatkan pemahaman tentang standar Lingkungan, Sosial, dan K3 proyek serta
Pedoman Perilaku Kekerasan Berbasis Gender.
34. Dengan ini saya mengakui bahwa saya telah membaca Kode Etik Perusahaan di atas,
dan atas nama perusahaan setuju untuk mematuhi standar yang terkandung di
dalamnya. Saya memahami peran dan tanggung jawab saya untuk mendukung standar-
standar Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja proyek, dan untuk
mencegah serta menanggapi Kekerasan Berbasis Gender. Saya memahami bahwa
tindakan apa pun yang tidak sesuai dengan Pedoman Perilaku Perusahaan atau
kesalahan dalam bertindak seperti yang dituliskan dalam Pedoman Perilaku Perusahaan
ini mengakibatkan tindakan disipliner dan berakibat secara hukum.

Samarinda, 22 Februari 2022

PT. MARINDA UTAMAKARYA SUBUR

(Ahmad Syamsir Arief)


Direktur Utama
MATRIK LSK3 PADA LAPORAN KEMAJUAN

PEKERJAAN Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (LSK3) Matrik untuk Laporan Kemajuan

Matrik untuk pelaporan [harian/mingguan/bulanan]yang dibuat oleh Penyedia Jasa


dan diperiksa oleh Pengawas Pekerjaan:

a. Insiden terhadap lingkungan atau ketidaksesuaian dengan persyaratan kontrak,


termasuk kontaminasi, pencemaran atau kerusakan terhadap tanah atau sumber
daya air;

b. Insiden Kesehatan dan Keselamatan Kerja, kecelakaan, korban jiwa dan korban
cedera yang memerlukan perawatan;

c. Interaksi dengan pembuat peraturan: identifikasi instansi terkait, tanggal, subjek,


hasil (laporkan negatif jika tidak ada);

d. Status semua izin dan perjanjian:

i. izin kerja: jumlah yang diperlukan, jumlah yang diterima, tindakan yang
diambil untuk yang tidak diterima;

ii. status izin dan persetujuan, sebagaimana diperlukan, disesuaikan dengan jenis
pekerjaan:

- daftar lokasi / fasilitas dengan izin yang diperlukan (pertambangan, AMP &
batching plan), tanggal pengajuan, tanggal dikeluarkan (tindakan untuk
menindaklanjuti jika tidak dikeluarkan), tanggal diserahkan kepada SE
(atau yang setara), status area (menunggu izin, bekerja, ditinggalkan tanpa
reklamasi, rencana dekomisioning sedang dilaksanakan, dll.);
- daftar lokasi dengan perjanjian dengan pemilik lahan (lokasi untuk
penumpukan dan pembuangan, base camp), tanggal perjanjian, tanggal
diserahkan kepada SE (atau yang setara);
- daftar lokasi dengan perjanjian dengan pemerintahan desa untuk
penggunaan jalan akses bagi kendaraan yang mengangkut peralatan,
material dan tenaga kerja;
- daftar lokasi dengan perjanjian dengan masyarakat terkait dengan
kerusakan atau gangguan terhadap fasilitas umum, saluran irigasi, saluran
drainase yang terganggu selama masa konstruksi
- mengidentifikasi kegiatan utama yang dilakukan di setiap lokasi bulan ini
dan focus utama perlindungan terhadap lingkungan dan sosial
(pembukaan lahan, penandaan batas, pengupasan lapisan tanah,
pemulihan lahan, penanganan debu, suara, manajemen lalu lintas, rencana
dekomisioning, pelaksanaan dekomisioning);

[Catatan untuk Pokja: Penanganan masalah sosial (termasuk lingkungan) di


quarry biasanya dilakukan oleh kontraktor dan/atau sub-kontraktor. Tugas
Pemilik pekerjaan adalah untuk memastikan bahwa penanganan
lingkungan dan sosial (pemulihan, kompensasi, relokasi, dll) di quarry
mengikuti ESMP]

e. Pengawasan terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja:

i. Petugas keamanan: jumlah hari bekerja, jumlah inspeksi penuh & inspeksi
parsial, laporan untuk konstruksi / manajemen proyek;

ii. jumlah pekerja, jam kerja, matrik penggunaan APD (persentase pekerja
dengan peralatan perlindungan pribadi lengkap (APD), sebagian, dll.),
pelanggaran pekerja yang diamati (berdasarkan jenis pelanggaran, APD atau
sebaliknya), peringatan yang diberikan, peringatan berulang diberikan, tindak
lanjut yang diambil (jika ada);

f. Akomodasi pekerja:

 jumlah tenaga kerja pendatang, jumlah tenaga kerja setempat;


 tanggal pemeriksaan terakhir, dan terutama pemeriksaan terhadap kesesuaian
akomodasi terhadap hukum nasional dan lokal serta kewajaran, termasuk air
bersih, sanitasi, ruang, dll;
 tindakan yang diambil untuk merekomendasikan / memerlukan perbaikan
kondisi, atau untuk memperbaiki kondisi.

g. HIV/AIDS: informasi terkait pencegahan dan penanggulangan, penyedia layanan


kesehatan, informasi dan / atau pelatihan, lokasi klinik, jumlah penyakit tidak aman
atau perawatan penyakit dan diagnosis (tidak ada nama yang disebutkan);

h. gender (untuk tenaga kerja pendatang dan pekerja setempat, secara terpisah): jumlah
pekerja wanita, persentase tenaga kerja, isu-isu gender yang diangkat dan ditangani
(keluhan referensi silang atau bagian lain yang diperlukan);

i. Pengawasan dan upaya pencegahan terkait Kekerasan Berbasis Gender (Gender


Based Violence/GBV) maupun Kekerasan Terhadap Anak (Violence against
Children/VAC), antara lain pencegahan terhadap: i. Pelecehan Seksual (misalnya
melarang penggunaan Bahasa atau perilaku yang tidak pantas, melecehkan,
kasar, pornoaksi, provokatif, merendahkan atau tidak pantas, khususnya
terhadap wanita dan anak-anak); ii.
Kekerasan atau pemaksaan (misalnya pelarangan segala bentuk kegiatan seks
komersial termasuk didalamnya imbalan secara seksual, atau bentuk perilaku lain
yang memalukan, merendahkan atau ada unsur pemaksaan); iii. Perlindungan
terhadap anak- anak (termasuk larangan terhadap pelecehan, menodai, atau perilaku
menyimpang terhadap anak-anak, membatasi interaksi dengan anak-anak, dan
memastikan keselamatan anak-anak disekitar lokasi kerja).
Sosialisasi prosedur aduan formal dan informal terhadap tindak kekerasan terhadap
anak-anak dan wanita, pelecehan seksual, penyebaran informasi atau selebaran
pelarangan tindak kekerasan dan pelecehan seksual di lokasi kerja, pengaduan yang
diterima dan pengaduan yang ditangani serta sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku
tindak kekerasan maupun pelecehan.

j. Pencegahan dan laporan apabila terjadi kasus covid-19 beserta penangangannya :

1) Pencegahan

- Penyediaan alat pengukur suhu badan

- Penyediaan fasilitas cuci tangan dengan air yang mengalir dan penyediaan
sabun cuci tangan

- Penyediaan hand sanitizer

- Penyediaan cairan desinfektan

- Pengukuran suhu badan pada Tenaga Kerja konstruksi setiap hari saat
sebelum dan sesudah bekerja

- Sebisa mungkin pakaian Tenaga Kerja konstruksi mengganti baju kerja


ketika hendak pulang kerumah

- Menyiapkan akses ke rumah sakit rujukan COVID-19

- Maksimal kerumunan Tenaga Kerja pada saat berkerja maupun koordinasi


adalah 5 orang dengan jarak minimal 2 m

- Melaksanakan ketentuan INMEN PUPR 2/2020

- Menyediakan poster atau banner terkait kesadaran terhadap COVID-19


2) Pelaporan apabila terjadi kasus covid19 beserta penanganannya

- membuat kerjasama penanganan suspect covid19 dengan RS dan


puskesmas setempat

- menghentikan sementara proyek jika terindikasi ada orang proyek yang


terpapar covid19

- melakukan tindakan isolasi dan penyemprotan disinfektan sarana dan


prasaran kantor dan lapangan

k. Pelatihan:

 jumlah pekerja baru, jumlah pekerja yang mendapat pelatihan, tanggal pelatihan;

jumlah dan tanggal toolbox talks (pembicaraan terkait K3 rencana dan


review), jumlah pekerja yang menerima pelatihan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), pelatihan lingkungan dan sosial;

 jumlah dan tanggal penyuluhan HIV / AIDS maupun GBV dan VAC, jumlah
pekerja yang menerima pelatihan (bulan ini dan di masa lalu); pertanyaan yang
sama untuk sensitivitas gender, pelatihan flaglady / flagman.

l. Pengawasan terhadap lingkungan dan sosial:

 Ahli Lingkungan Hidup (CTC/DSC): hari kerja, lokasipemeriksaan dan jumlah


pemeriksaan/kunjungan(ruas jalan, basecamp, akomodasi, quarry, borrow pit,
lokasi yang tercemar/rusak, rawa, perlintasan hutan, dll.), menyoroti
kegiatan/temuan (termasuk pelanggaran terhadap lingkungan dan/atau sosial,
tindakan yang diambil), laporan kepada Ahli lingkungan/sosial/ Pengawas
Pekerjaan /GS;
[Catatan: Pokja perlu menyesuaikan dengan lingkup pekerjaan fisik yang
akan dilakukan, karena contoh ini adalah untuk kegiatan konstruksi jalan]
Ahli Sosial (CTC/DSC): hari kerja, jumlah pemeriksaan/kunjungan ke
lokasi(berdasarkan lokasi: ruas jalan, basecamp, akomodasi, quarry, borrow pit,
lokasi yang tercemar/rusak, klinik, dll.), menyoroti kegiatan (termasuk
pelanggaran persyaratan lingkungan dan/atau sosial yang diamati, tindakan yang
diambil, awareness campaign/penyuluhan), laporan kepada ahli lingkungan
dan/atau ahli sosial/ Pengawas Pekerjaan/ GS; dan [Catatan: Pokja perlu
menyesuaikan dengan lingkup pekerjaan fisik yang akan dilakukan, karena contoh
ini adalah untuk kegiatan konstruksi jalan]

 Wakil Pengamat Masyarakat: hari kerja (jam buka pusat komunitas), jumlah
orang yang bertemu, menyoroti kegiatan (masalah yang diangkat, dll.),
melaporkan kepada ahli lingkungan/ sosial/ Pengawas Pekerjaan/ GS.

m. Keluhan: daftar keluhan bulan ini dan keluhan yang belum terselesaikan berdasarkan
tanggal yang diterima, yang mengajukan keluhan (pelapor), bagaimana diterima,
kepada siapa yang dirujuk untuk tindak lanjut, resolusi dan tanggal (jika selesai),
resolusi data dilaporkan kepada pelapor, tindak lanjut apa pun yang diperlukan
(referensi silang dengan bagian lain sesuai kebutuhan):
 Keluhan pekerja;

 Keluhan masyarakat

 Keluhan terkait tindak kekerasan berbasis gender (GBV) dan


kekerasan terhadap anak (VAC)

n. Lalu lintas dan kendaraan / peralatan:


 kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan & peralatan proyek: berikan
tanggal, lokasi, kerusakan, penyebab, tindak lanjut;

 kecelakaan yang melibatkan kendaraan atau properti non-proyek (juga


dilaporkan dalam metrik segera): memberikan tanggal, lokasi, kerusakan,
penyebab, tindak lanjut;

 kondisi keseluruhan kendaraan / peralatan (penilaian subjektif oleh pencinta


lingkungan); perbaikan dan pemeliharaan non-rutin diperlukan untuk
meningkatkan keselamatan dan / atau kinerja lingkungan (untuk
mengendalikan asap/polusi udara, dll.).

 kemacetan dan/atau gangguan lalu lintas lainnya yang disebabkan oleh


pekerjaan proyek: berikan tanggal, lokasi, penyebab, waktu, penanganan, dan
tindak lanjut.

o. Mitigasi dan masalah lingkungan dan sosial (apa yang telah dilakukan):
 debu: jumlah mobil tanki penyiram yang bekerja, jumlah penyiraman / hari,
jumlah keluhan, peringatan yang diberikan oleh pemerhatilingkungan,
tindakan yang diambil untuk menyelesaikan; highlights dari pengendalian
debu di quarry (penutup, semprotan, status operasional); % dari truk
pengangkut material dengan penutup, tindakan yang diambil untuk
kendaraan yang tidak tertutup;
 pengendalian erosi: kontrol yang dilaksanakan pada tiap lokasi, status
pelintasan air, inspeksi dan hasil lingkungan hidup, tindakan yang diambil
untuk menyelesaikan masalah, perbaikan darurat yang diperlukan untuk
mengendalikan erosi / sedimentasi;
 quarry, lokasi penumpukan, lokasi pembuangan, AMP, batching plant:
identifikasi kegiatan utama yang dilakukan bulan ini di masing-masing tempat,
dan menyoroti perlindungan lingkungan dan sosial: pembukaan lahan,
penandaan batas, pengupasan lapisan tanah, manajemen lalu lintas,
perencanaan dekomisioning, pelaksanaan dekomisioning;
 pembersihan tumpahan, jika ada: bahan tumpah, lokasi, jumlah, tindakan yang
diambil, pembuangan material (laporkan semua tumpahan yang menghasilkan
air atau kontaminasi tanah;
 pengelolaan limbah: jenis dan jumlah yang dihasilkan dan dikelola, termasuk
jumlah yang diambil di luar lokasi (dan oleh siapa) atau digunakan kembali /
didaur ulang / dibuang di tempat;
 rincian penanaman pohon dan mitigasi lainnya yang diperlukan dilakukan
bulan ini;
 perincian tentang mitigasi perlindungan air dan rawa diperlukan dilakukan
bulan ini;
 mitigasi atau pemulihan terhadap resiko kecelakaan bagi warga, gangguan
atau kerusakan terhadap jalan akses yang dilalui kendaraan proyek
pengangkutan peralatan, material dan tenaga kerja;
 mitigasi gangguan suara terhadap lingkungan pemukiman;
 mitigasi atau pemulihan terhadap gangguan atau kerusakan terhadap fasilitas
umum, saluran irigasi, drainase.

[Catatan untuk Pokja: Pokja perlu menyesuaikan dengan lingkup pekerjaan


fisik yang akan dilakukan, karena contoh daftar perijinan diatas adalah untuk
kegiatan konstruksi jalan]

p. Kepatuhan terhadap peraturan, persyaratan perizinan dan komitmen terhadap


lingkungan dan sosial:
 status kepatuhan untuk kondisi semua persyaratan/perizinan yang relevan,
untuk Pekerjaan, termasuk kuari, dll.): pernyataan kepatuhan atau daftar
masalah dan tindakan yang diambil (atau diambil) untuk mencapai kepatuhan;

 status kepatuhan persyaratan terhadap dokumen terkait lingkungan dan


sosial: pernyataan kepatuhan atau daftar masalah dan tindakan yang diambil
(atau diambil) untuk mencapai kepatuhan

 isu-isu lain yang belum terselesaikan dari bulan-bulan sebelumnya yang


berkaitan dengan lingkungan dan sosial: pelanggaran lanjutan, kegagalan
peralatan lanjutan, terus kurangnya penutup kendaraan, tumpahan tidak
ditangani, masalah kompensasi atau peledakan terus, dll. Referensi silang
bagian lain yang diperlukan.

 status kepatuhan terhadap pelaksanaan INMEN 2/2020 terkait pencegahan


penyebaran COVID-19 pada kegiatan konstruksi: pernyataan kepatuhan atau
kasus yang terjadi dan tindakan penanganan yang diambil, serta penanganan
untuk mencapai kepatuhan.

Anda mungkin juga menyukai