Anda di halaman 1dari 15

NO ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TEMA KETERANGAN

1. Alih fungsi lahan pertanian pangan ke


lahan terbangun dan jaringan jalan TOL

Kerentanan
ketahanan pangan
2. Kurang kompetitifnya sektor pertanian akibat Berdasarkan PDRB Kabupaten Sragen sector pertanian berada pada
dibanding sektor non pertanian pada menurunnya lahan urutan ke 3 setelah Industri pengolahan dan perdagangan besar dan
kawasan perkotaan pertanian eceran, Reparasi mobil dan sepeda motor
(Sumber: publikasi BPS 2019)
3. Rendahnya nilai tambah petani Dari lima subsektor pertanian komponen penyusun NTP, tiga
subsektor mengalami kenaikan indeks yaitu : subsektor Tanaman
Pangan naik 1,33 persen, subsektor Hortikultura naik 0,63 persen,
dan subsektor Perikanan naik 0,07 persen. Sementara dua subsektor
yang mengalami penurunan indeks yaitu subsektor Tanaman
Perkebunan Rakyat turun 0,64 persen, dan subsektor Peternakan
turun 0,78 persen. (Sumber: publikasi BPS 2019)
4. Daya Tarik perkotaan Sragen bagi Pertumbuhan Kecamatan Sragen menjadi kecamatan yang terpadat penduduknya
masyarakat sekitar penduduk alami, dengan kepadatan 2.555 jiwa/Km2 pada tahun 2019. Wilayah
migrasi, dan tamu Kecamatan Sragen merupakan area pusat Kabupaten sehingga
menjadi wilayah terpadat dibandingkan 19 (sembilan belas)
kecamatan lain.
Di satu sisi, wilayah dengan jumlah penduduk yang besar akan
dihadapkan pada persoalan meningkatnya jumlah pengangguran
karena tidak memadainya penyediaan lapangan pekerjaan,
permasalahan kebutuhan lahan untuk pemukiman, serta tidak
memadainya akses fasilitas pendidikan dan kesehatan serta masalah-
masalah sosial lainnya. Di sisi lainnya, wilayah dengan jumlah
penduduk yang relatif sedikit akan memunculkan persoalan
NO ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TEMA KETERANGAN
optimalisasi sumber daya alam terkait dengan kekurangan tenaga
kerja pada wilayah tersebut. (Sumber: indikator kesejahteraan Kab
Sragen tahun 2020)
5. Tersedianya banyak fasilitas pengembangan Kawasan Perkotaan Sragen yang akan berdampak
perdagangan jasa dan wisata pada aspek lingkungan dan kelestarian alam diantaranya adalah
perkembangan pariwisata alam yang kedepan akan memaksimalkan
kawasan pertanian hortikultura dan hutan.
(Sumber: Laporan RDTR Perkotaan Sragen)
6. Banyaknya fasilitas Pendidikan  Angka melek huruf :
terutama perguruan tinggi yang Pada tahun 2019 angka melek huruf untuk penduduk laki-laki di
menyerap banyak mahasiswa dari luar Kabupaten Sragen sebesar 93,15 persen sedangkan untuk
wilayah. perempuan sebesar 82,82 persen. Berdasarkan data tersebut,
diharapkan Kabupaten Sragen segera dapat memperbaiki capaian
angka melek huruf ini, karena memiliki capaian terendah jika
dibandingkan dengan Kabupaten/Kota se Eks Karesidenan
Surakarta.
 Rata-rata lama sekolah :
rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas pada tahun
2019 di Kabupaten Sragen sebesar 7,34 tahun. Artinya, bahwa rata-
rata penduduk di Sragen baru mampu menempuh pendidikan
sampai dengan kelas 1 SLTP atau putus sekolah di kelas 2 SLTP.
 Pendidikan tertinggi yang ditamatkan :
Tahun 2019 masih ada 49,95 persen penduduk usia 15 tahun yang
memiliki tingkat pendidikan tertinggi sekolah dasar ke bawah.
Program pemerintah dengan pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun
masih memerlukan kerja keras dari semua pihak. Pengentasan
pendidikan 9 (sembilan) tahun bagi masyarakat ekonomi menengah
ke bawah melalui pembebasan biaya sekolah dengan melampirkan
Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), memberikan bantuan-
bantuan secara langsung, dan stimulan lain sehingga diharapkan
dapat meningkatkan pendidikan tertinggi yang dicapai oleh
masyarakat. Masyarakat yang sudah memiliki jenjang pendidikan
lebih dari 9 (sembilan) tahun yaitu yang sudah menempuh
NO ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TEMA KETERANGAN
pendidikan SMP, SMA dan perguruan tinggi adalah sebanyak 50,05
persen.
(Sumber: indikator kesejahteraan Kab Sragen tahun 2020)
7. Masih tingginya kasus penyakit Hasil Susenas tahun 2019 menunjukkan Angka Kesakitan penduduk
menular, karena belum optimalnya Sragen mencapai 16,61 persen, mengalami peningkatan dari tahun
masyarakat perperilaku hidup bersih sebelumnya yang mencapai 13,15 persen. Angka ini menunjukkan
dan sehat. adanya penurunan kesehatan di masyarakat dibanding tahun
sebelumnya. Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan
walaupun mengalami peningkatan dari 31,27 persen pada tahun
2018 menjadi 51,47 persen pada tahun 2019 sementara persentase
masyarakat yang menderita sakit mengalami penurunan. Persentase
masyarakat yang menderita sakit dalam sebulan pada tahun 2018
adalah 42,07 persen dan menurun menjadi menjadi 32,27 persen
pada tahun 2019.
GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) menjadi program untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang digaungkan oleh
Pemerintah Kota Sragen. Pola hidup sehat terus disosialisasikan yaitu
dengan aktifitas fisik minimal 30 menit sehari, makan buah dan
sayur setiap hari, cek kesehatan secara berkala, pemberian ASI
eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan, enyahkan asap rokok serta
fungsikan jamban sehat. Kesehatan mayarakat akan terus meningkat
dengan terlaksananya GERMAS ini pada elemen masyarakat yang
semakin luas. Perilaku masyarakat secara individu dalam pencegahan
masuknya berbagai penyakit serta pengaruh lingkungan sebagai
faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
masyarakat. (Sumber: indikator kesejahteraan Kab Sragen tahun 2020)
8. Tingginya PMKS (Penyandang Masalah Ancaman Angka Kesakitan sebesar 10,98 %, Mengalami penurunan dibanding
Kesejahteraan Sosial) meningkatnya tahun 2019 mencapai 16,61%
kerawanan sosial
(Sumber: statistik kesejahteraan rakyat Kabupaten Sragen tahun 2020)
akibat perubahan
9. Adanya budaya merokok pada anak – gaya hidup Pravelensi merokok Mengalami peningkatan mencapai 16,61%,
anak dibanding tahun 2019 mencapai 10,98%. Dari prosentase tersebut,
perokok usia 15 th keatas sebesar 24,17%.
NO ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TEMA KETERANGAN
(Sumber: statistik kesejahteraan rakyat Kabupaten Sragen tahun 2020)
10. Banyaknya permukiman kumuh Perkembangan Berdasarkan SK Bupati Sragen no 648/37/003/2020 tentang
Permukiman Padat, penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Kumuh dan di Kabupaten Sragen diketahui luasan kawasan permukiman kumuh di
Sempadan Sungai kawasan perkotaan sragen tahun 2020 sebesar 40,44 ha.
Sumber : SK Bupati Sragen no 648/37/003/2020 tentang penetapan
lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kabupaten
Sragen
11. Kurangnya sanitasi permukiman yang Berdasarkan SK Kawasan kumuh sragen, terdata kondisi awal
kurang baik permasalahan kawasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan
sragen meliputi:
 Ketidaktersediaan sarana dan prasarana proteksi kebakaran
 Sistem Pengelolaan persampahan yang tidak sesuai dengan
standar teknis
 Sarpras persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis
 Kualitas konstruksi drainase tidak memadai
 Tidak terpenuhinya kebutuhan dan akses aman air minum
 Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk
 Ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis bangunan
 Ketidakteraturan bangunan
 Bangunan tidak memiliki IMB
Sumber : SK Bupati Sragen no 648/37/003/2020 tentang penetapan
lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kabupaten
Sragen
12. Rendahnya kapasitas dan kesadaran  Kelembagaan swadaya masyarakat dibidang pengelolaan sampah
masyarakat dalam menjaga kebersihan masih terbatas pada tahap pengangkutan sampah ke TPS,
lingkungan sedangkan untuk pengelolaan sampah masih belum banyak
berkembang.
 Masih adanya perilaku buruk dalam penanganan sampah seperti
membuang sampah sembarangan, membakar sampah, menimbun
sampah tanpa ada pemilahan.
 Kesadaran masyarakat masih rendah dalam pengolahan sampah
NO ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TEMA KETERANGAN
menjadi bahan yang mempunyai nilai tinggi (kompos)pada
peningkatan timbunan sampah.
 Pemilahan sampah belum dilakukan secara menyeluruh di
Kabupaten Sragen.
 Kurang terintegrasinya pengelolaan sampah oleh masyarakat dan
swasta dengan system pengelolaan sampah skala kabupaten
(Sumber: Dokumen pemutahiran SSK Kabupaten Sragen)
13. Masih tingginya penduduk yang hidup  Presentase penduduk miskin di Kabupaten Sragen mengalami
dibawah garis kemiskinan kenaikan dari 12,792 persen pada Maret 2019 menjadi 13,380
persen pada Maret 2020. Angka ini setara dengan jumlah penduduk
miskin yang berada pada kisaran 119,380 ribu jiwa pada Maret 2020
atau bertambah sekitar 5,547 ribu jiwa dalam setahun terakhir, dari
113,833 ribu jiwa pada Maret 2019.
 Persentase penduduk miskin di SUBOSUKAWONOSRATEN yang
paling tinggi terjadi di Kabupaten Sragen sebesar 13,380 persen.
(sumber: Berita Resmi Statistik BPS 2020, Kemiskinan Kabupaten
Sragen Maret 2020)
14. Rendahnya akses masyarakat terhadap Kondisi sanitasi lingkungan, 84,17% rumah tangga sudah memiliki
sanitasi layak dan berkelanjutan. tempat buang air sendiri, 0,40% menggunakan tempat buang air
besar bersama, 0,39% melakukan buang air besar di MCK Komunal
dan sisanya sebesar 5,03% tidak memiliki tempat buang air besar.
(Sumber: statistik daerah Kabupaten Sragen 2020)
15. Masih rendahnya fasilitasi infrastruktur Kabupaten Sragen memiliki 40 unit IPAL Komunal dengan 3.064 KK
layanan air limbah system terpusat. yang terkoneksi, dan masih banyak wilayah yang belum terkoneksi
IPAL Komunal (Sumber: Dokumen pemutahiran SSK Kabupaten Sragen
2019)
16. Belum optimalnya fasilitas penunjang Peningkatan risiko Berdasarkan SK Kawasan kumuh sragen, terdata kondisi awal
penanganan risiko kebakaran kebakaran pada permasalahan kawasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan
kawasan sragen meliputi:
permukiman
 Ketidaktersediaan sarana dan prasarana proteksi
kepadatan tinggi.
kebakaran
 Sistem Pengelolaan persampahan yang tidak sesuai dengan
NO ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TEMA KETERANGAN
standar teknis
 Sarpras persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis
 Kualitas konstruksi drainase tidak memadai
 Tidak terpenuhinya kebutuhan dan akses aman air minum
 Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk
 Ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis bangunan
 Ketidakteraturan bangunan
 Bangunan tidak memiliki IMB
Sumber : SK Bupati Sragen no 648/37/003/2020 tentang penetapan
lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kabupaten
Sragen
17. Pencemaran udara dan peningkatan Peningkatan secara keseluruhan cemaran udara di Kabupaten Sragen didominasi
temperature akibat transportasi bangkitan dan oleh cemaran berupa Nitrogen Dioksida (NO2) sebesar 13,85 µg/m3,
pergerakan lalu dengan indikasi bahwa cemaran timbul dari sisa pembakaran alat
lintas serta sistem transportasi dengan bahan bakar non solar. Melihat dari letak
perparkiran geografis Kabupaten Sragen , berada di jalur transportasi antara Kota
Surakarta dan Ngawi. Jalur tersebut banyak dilintasi oleh kendaraan
muat atau truk dan bus antar kota maupun antar provinsi. Jalur
tersebut banyak dilintasi oleh kendaraan muat atau truk dan bus
antar kota maupun antar provinsi.
(Sumber: Dokumen Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kabupaten
Sragen Tahun 2020)
18. Peningkatan limpasan air pada saat Peningkatan banjir Kondisi drainase di Kabupaten Sragen pada beberapa ruas mengalami
hujan dan genangan permasalahan terutama karena sedimen dan penyumbatan saluran
karena adanya sampah. Hal ini terkait dengan pola perilaku
masyarakat yang masih membuang sampah pada saluran-saluran
drainase ataupun sungai yang ada di Kabupaten Sragen.
(Sumber: Dokumen pemutahiran SSK Kabupaten Sragen 2019)
Pada drainase pusat kota rawan terjadi genangan karena dimensi
drainase belum bisa menampung limpasan air sehingga setiap kali air
dengan debit yang cukup besar (musim hujan) terjadi luapan dan
menggenangi jalan. Beberapa ruas jalan memiliki permasalahan
drainase seperti adanya genangan karena dimensi drainase tidak
NO ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TEMA KETERANGAN
dapat menampung limpasan air hujan, beberapa ruas belum terdapat
drainase, terdapat drainase yang mengalami kerusakan atau tidak
berfungsi.
(Sumber: Laporan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen)
19. Munculnya beberapa wilayah genangan Terdapat 13 lokasi genangan di Kabupaten Sragen (Sumber: Dokumen
dan banjir pemutahiran SSK Kabupaten Sragen 2019)
Ruas jalan yang sering terjadi genangan air di Kawasan Perkotaan
Sragen :
- Jl. Sukowati (Depan Kodim) Kelurahan Sine, Sragen
- Jl Sukowati (Perempatan Terminal lama) Sragen Wetan, Sragen
- Jl Sukowati (Makam SI) Sragen Wetan, Sragen
- Jl Sukowati (Gambiran) Sine, Sragen
- Jl. Ahmad Yani (Nglangon) Karangtengah, Sragen
- Jl. Veteran, Sragen Tengah, Sragen dan Kroyo, Karang- malang
- Pilangsari (Depan SPBU), Desa Pilangsari Kecamatan Ngrampal
- Kebayanan Sumengko Sragen Tengah*)
(Sumber: Laporan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen)
20. Belum optimalnya system drainase Penyebab terjadinya genangan di Kabupaten Sragen :
dalam menampung genangan
- Lubang inlet kurang besar
- Jarak antar inlet terlalu jauh
- Pendangkalan saluran akibat linet / walet
- Gorong-gorong kurang besar
- Sumbatan Sampah
- Belum ada sumur resapan
- Tidak terkelolanya air limbah rumah tangga (Greywater, yang
berasal dari buangan air cuci dan air mandi), sehingga drainase
lingkungan masih bercampur antara air hujan dengan air limbah
rumah tangga.
(Sumber: Dokumen pemutahiran SSK Kabupaten Sragen 2019)
21. Banyaknya wilayah yang rawan bencana Termasuk dalam kawasan rawan bencana pergerakan tanah dan
banjir banjir
NO ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TEMA KETERANGAN
(Sumber: Laporan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen)
22. Peningkatan cuaca ekstrem akibat Rata-rata curah hujan di Sragen cukup tinggi, yaitu berkisar antara
dampak perubahan iklim. 138,4 milimeter sampai dengan 256,8 milimeter per tahun.
Sedangkan rata-rata hari hujan per tahun berkisar antara 6-10 hari.
pada tahun 2019 terjadi musim kemarau yang lebih panjang sehingga
di beberapa tempat sebelah utara Sungai Bengawan Solo terjadi
kesulitan air bersih.
(Sumber: statistik daerah Kabupaten Sragen 2020)
23. Ketersediaan air bersih perkotaan Ketersediaan air Untuk air bersih,pelanggan PDAM Kabupaten Sragen pada tahun
bersihdiperkotaan 2019 mencapai 66.121 pelanggan atau mengalami kenaikan sebesar
makinterbatas 4,62% dari tahun 2018 yang tercatat sebesar 63.203 pelanggan.
Jumlah Pelanggan PDAM di Kabupaten Sragen sejak tahun 2015
selalu mengalami peningkatan
24. Ancaman sumber daya air akibat Kondisi drainase di Kabupaten Sragen pada beberapa ruas mengalami
pendangkalan sungai. permasalahan terutama karena sedimen dan penyumbatan saluran
karena adanya sampah. Hal ini terkait dengan pola perilaku
masyarakat yang masih membuang sampah pada saluran-saluran
drainase ataupun sungai yang ada di Kabupaten Sragen.
(Sumber: Dokumen pemutahiran SSK Kabupaten Sragen 2019)
25. Rendahnya akses masyarakat terhadap Berdasarkan SK Kawasan kumuh sragen, terdata kondisi awal
pelayanan air minum layak dan permasalahan kawasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan
berkelanjutan sragen meliputi:
 Ketidaktersediaan sarana dan prasarana proteksi kebakaran
 Sistem Pengelolaan persampahan yang tidak sesuai dengan
standar teknis
 Sarpras persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis
 Kualitas konstruksi drainase tidak memadai
 Tidak terpenuhinya kebutuhan dan akses aman air minum
 Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk
 Ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis bangunan
 Ketidakteraturan bangunan
NO ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TEMA KETERANGAN
 Bangunan tidak memiliki IMB
Sumber : SK Bupati Sragen no 648/37/003/2020 tentang penetapan
lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kabupaten
Sragen
26. Meningkatnya beban cemar dari rumah Pencemaran air Kondisi sungai berada pada status mutu pencemaran sedang, lebih
tangga oleh kegiatan banyak dikontribusikan oleh budaya lingkungan yang masih lemah
usaha dan rumah dan alih fungsi lahan. Kedua hal tersebut potensial untuk menambah
tangga beban pencemar yang terbuang ke dalam badan air, terutama dari
dua aktivitas utama yaitu domestik, pertanian serta peningkatan air
larian (run off).
(Sumber: Dokumen Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kabupaten
Sragen Tahun 2020)
27. Masih banyaknya sungai sebagai Dengan 100% sungai berada pada status mutu pencemaran sedang,
sumber kehidupan kategori kurang maka nilai IKA untuk Kabupaten Sragen adalah 30. Nilai tersebut
sehat, pencemaran air limbah rumah memiliki kategori WASPADA.
tangga dan buang sampah sembarangan
(Sumber: Dokumen Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kabupaten
yang bermuara di sungai.
Sragen Tahun 2020)
28. Pencemaran air sungai akibat aktivitas
home industri

29. Cakupan pelayanan air bersih yang Kondisi fasilitas penggunaan air minum, 38,78% rumah tangga
belum merata di perkotaan maupun menggunakan sumur untuk air minum, 19,65% menggunakan leding,
pedesaan 14,62% menggunakan pompa, sementara pemakaian air kemasan dan
mata air masing-masing sebesar 8,75% dan 10,26%.
NO ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TEMA KETERANGAN
(Sumber: statistik daerah Kabupaten Sragen 2020)
30. Pemenuhan ruang terbuka hijau Kurangnya RTH Hasil Perhitungan nilai Indeks Tutupan Lahan Kabupaten Sragen
perkotaan masih kurang sebagai bagian dari Tahun 2019 sebesar 42,84254. Nilai tersebut merujuk pada kategori
fungsi resapan air waspada. Tutupan lahan akan berkaitan dengan fungsi vegetasi
dalam peran ekologis, ekonomis maupun sosiokultural. Sehingga
arahan nilai waspada tersebut harus lebih pada optimalisasi fungsi
vegetasi yang tersedia sembari berusaha melakukan penambahan
pada tutupan vegetasi .
(Sumber: Dokumen Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kabupaten
Sragen Tahun 2020)
31. Perkembangan kota kearah selatan yang Berdasarkan analisa peta penggunaan lahan Kawasan perkotaan
mengancam fungsi resapan air Sragen.
Industri besar/sedang lebih banyak berada di daerah selatan salah
satunya Kecamatan Kota Sragen (Sumber: Statistik daerah Kabupaten
Sragen tahun 2020)
32. Kesadaran masyarakat dalam Sistem pengelolaan pemahaman dan pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis 3R
pengelolaan sampah masih rendah persampahan dan (reduce, reuse dan recycling) terutama yang berbasis masyarakat
pembuangan akhir masih terbatas.
sampah
(Sumber : Laporan Fasilitasi Perencanaan Teknis Manajemen
Persampahan (PTMP) Sistem Penanganan Persampahan Kabupaten
Sragen)

33. Kurangnya tempat pembuangan sampah  Belum tersedianya TPST dan juga belum ada nota kerjasama
(TPS) sementara dan tempat pengelolaan antara pihak Pemerintah Kabupaten Sragen dengan pemangku
limbah terpadu (TPST) kepentingan menyebabkan peran serta masyarakat hanya bersifat
insidentil saja.
 Belum terdapat TPST dan SPA di Kabupaten Sragen menyebabkan
pengolahan sampah di Kabupaten Sragen belum optimal.
Pengolahan sampah yang ada hanya berupa proses pengomposan
dan daur ulang. Fasilitas untuk proses pengomposan dan daur
ulang sampah tersebut menjadi satu lokasi di TPA Tanggan
NO ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TEMA KETERANGAN
(Sumber : Laporan Fasilitasi Perencanaan Teknis Manajemen
Persampahan (PTMP) Sistem Penanganan Persampahan Kabupaten
Sragen)
34. Tingkat layanan sampah masih terbatas Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa area pelayanan Kecamatan
pada kawasan perkotaan dan masih Kota telah memenuhi target SPM namun area Gemolong dan Karang
rendah. Malang masih jauh dibawah target SPM. Selain itu juga masih
terdapat pembuang sampah secara liar di beberapa tempat yang
belum terlayani persampahan seperti di Kecamatan Sidoharjo.
(Sumber : Laporan Fasilitasi Perencanaan Teknis Manajemen
Persampahan (PTMP) Sistem Penanganan Persampahan Kabupaten
Sragen)
35. Usiateknis TPA yang ada telah habis dan  Sistem pengelolaan di TPA Tanggan masih controlled landfill, perlu
belumadalokasi TPA baru dukungan semua unsur dan kalangan untuk ditingkatkan menjadi
sanitary landfill.
 Pengelola belum berbentuk UPTD.
 anggaran untuk pembelian tanah penutup harian TPA Tanggan
juga masih sangat minim sehingga frekuensi penutupan sel TPA
Tanggan dengan menggunakan tanah urug hanya dapat
dilaksanakan setiap 3 bulan sekali. Hal ini menyebabkan tingkat
pelayanan persampahan menjadi kurang maksimal seperti
frekuensi pengangkutan sampah menjadi berkurang serta
timbulnya bau dan lalat di TPA Tanggan.
(Sumber : Laporan Fasilitasi Perencanaan Teknis Manajemen
Persampahan (PTMP) Sistem Penanganan Persampahan Kabupaten
Sragen)
36. Belum banyak upaya pengurangan pelembagaan pengelolaan persampahan kota menuju konsep zero
sampah pada tingkat sumber waste yang masih perlu ditingkatkan
(Sumber : Laporan Fasilitasi Perencanaan Teknis Manajemen
Persampahan (PTMP) Sistem Penanganan Persampahan Kabupaten
Sragen)
37. Peningkatan sampah rumah tangga dan Volume sampah yang terus meningkat tidak diimbangi dengan
pasar peningkatan kemampuan pengelolaan di tingkat instansi pengelola,
baik menyangkut sarana dan prasarana maupun sumber daya
NO ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TEMA KETERANGAN
manusia.
(Sumber : Laporan Fasilitasi Perencanaan Teknis Manajemen
Persampahan (PTMP) Sistem Penanganan Persampahan Kabupaten
Sragen)
38. Kapasitas tempat pemrosesan akhir terbatasnya daya tampung Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), sulitnya
sampah masih kurang mendapatkan lahan untuk pengembangan TPA .
(Sumber : Laporan Fasilitasi Perencanaan Teknis Manajemen
Persampahan (PTMP) Sistem Penanganan Persampahan Kabupaten
Sragen)
39. Kesadaran masyarakat dalam  Proses pemisahan/pemilahan sampah rumah tangga di Kabupaten
pengelolaa, pemilahan sampah organic Sragen telah dilakukan terutama di daerah perkotaan yaitu di
dan anorganik belum optimal. Kelurahan Sine, Sragen Kulon, Sragen Tengah, Sragen Wetan,
Nglorog, Karangtengah, Kroyo dan Plumbungan.
 Perlu dukungan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
sampah, khususnya menyangkut pengelolaan dari sumber, baik
rumah tangga maupun pasar.
(Sumber : Laporan Fasilitasi Perencanaan Teknis Manajemen
Persampahan (PTMP) Sistem Penanganan Persampahan Kabupaten
Sragen)
40 Pembuangan sampah di sungai

41. Kurangnya penegakan hukum terhadap Tingginya adanya bangunan atau rumah di sempadan sungai yang secara
pelanggaran penataan ruang pelanggaran perundangan tidak sesuai dengan aturan.
pemanfaatan ruang
Masih adanya pemanfaatan kawasan sempadan sungai untuk
dan tumbuhnya
NO ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TEMA KETERANGAN
sektor informal kegiatan budidaya seperti permukiman, PKL
(Sumber : Laporan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen)
42. Pencemaran udara dan peningkatan Sistem Secara keseluruhan cemaran udara di Kabupaten Sragen didominasi
temperature akibat transportasi Transportasi dan oleh cemaran berupa Nitrogen Dioksida (NO2) sebesar 13,85 µg/m3,
Pergerakan dengan indikasi bahwa cemaran timbul dari sisa pembakaran alat
transportasi dengan bahan bakar non solar. Melihat dari letak
geografis Kabupaten Sragen , berada di jalur transportasi antara Kota
Surakarta dan Ngawi. Jalur tersebut banyak dilintasi oleh kendaraan
muat atau truk dan bus antar kota maupun antar provinsi. Jalur
tersebut banyak dilintasi oleh kendaraan muat atau truk dan bus
antar kota maupun antar provinsi.
(Sumber: Dokumen Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kabupaten
Sragen Tahun 2020)
43. Pembangunan jalan tol berdampak pada Pembangunan jalan nasional berupa jalan tol memiliki dampak
berkurangnya lahan hijau (pertanian) tersediri bagi Kawasan Perkotaan Sragen, karena dengan adanya jalan
yang menyebakan adanya genangan tol lahan hijau terutama lahan pertanian menjadi berkurang yang
tentunya berpengaruh pada faktor penurunan produktivitas
pertanian. Selain itu juga berpengaruh dengan adanya limpasan air
saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
44. Pembangunan rel kereta api double Pembangunan rel kereta api double track juga menjadi dampak
track tersendiri bagi sistem pergerakan di Kawasan Perkotaan Sragen,
karena berdampak pada timbulnya kemacetan pada titik – titik palang
pintu kereta. Salah satu upaya yang dilakukan dengan adanya
pembangunan jalan layang (fly over) di titik Pilangsari.
45. Pencemaran udara akibat aktivitas Penurunan Salah satu aktivitas yang menyebabkan pencemaran udara adalah
industri Kualitas LH akibat karena adanya aktivitas industri, di Kawasan Perkotaan Sragen
polusi sendiri terdapat satu industri gula yang berada di tengah perkotaan
Sragen.
No Kelompok Isu PB Rincian Isu PB
Ekonomi
1. Kurang kompetitifnya sektor pertanian dibanding sektor non pertanian pada
1. Ketahanan Pangan
kawasan perkotaan
2. Kemiskinan 2. Masih tingginya penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan
Sosial
1. Daya Tarik perkotaan Sragen bagi masyarakat sekitarnya
3. Pertumbuhan Penduduk
2. Tersedianya banyak fasilitas perdagangan jasa dan wisata
1. Tingkat Pendidikan
2. Masih tingginya kasus penurunan kesehatan, karena belum optimalnya
4. Permasalahan Sosial
masyarakat perperilaku hidup bersih dan sehat
3. Adanya budaya merokok pada anak – anak
Lingkungan
1. Terdapat beberapa titik permukiman kumuh
2. Kurangnya sarana prasarana pada permukiman kumuh pada kawasan
5. Permukiman kumuh
perkotaan
3. akses masyarakat terhadap sanitasi layak dan berkelanjutan
1. Peningkatan limpasan air pada saat hujan
2. Munculnya beberapa wilayah genangan dan banjir
6. Kebencanaan 3. Belum optimalnya system drainase dalam menampung genangan
4. Banyaknya wilayah yang rawan bencana banjir
5. Peningkatan cuaca ekstrem akibat dampak perubahan iklim
1. Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah masih rendah
2. Kurangnya tempat pembuangan sampah (TPS) sementara dan tempat
pengelolaan limbah terpadu (TPST)
3. Usia teknis TPA yang ada telah habis dan belum ada lokasi TPA baru
Penurunan Kualitas Lingkungan Hidup Akibat 4. Belum banyak upaya pengurangan sampah pada tingkat sumber
7.
Persampahan 5. Peningkatan sampah rumah tangga dan pasar
6. Kapasitas tempat pemrosesan akhir sampah masih kurang
7. Kesadaran masyarakat dalam pengelolaa, pemilahan sampah organic dan
anorganik belum optimal.
8. Budaya membuang sampah ditepi sungai masih banyak dijumpai.
8. Penurunan Kualitas Lingkungan Hidup Akibat 1. Meningkatnya beban cemar dari rumah tangga
Limbah 2. Masih banyaknya sungai sebagai sumber kehidupan kategori kurang sehat,
pencemaran air limbah rumah tangga dan buang sampah sembarangan
yang bermuara di sungai
3. Pembuangan air limbah home industri ke dalam aliran sungai secara
No Kelompok Isu PB Rincian Isu PB
langsung.
4. Pembungan limbah ternak ke dalam aliran sungai secara langsung.
Penurunan Kualitas Lingkungan Hidup Akibat 1. Pencemaran udara akibat aktivitas industri
9.
Pencemaran Udara 2. Pencemaran udara dan peningkatan temperature akibat transportasi
1. Rendahnya kapasitas dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan
lingkungan
10. Penurunan Kualitas Air Bersih 2. Ancaman sumber daya air akibat pendangkalan sungai.
3. Rendahnya akses masyarakat terhadap pelayanan air minum layak dan
berkelanjutan
Pemanfaatan Ruang
1. Alih fungsi lahan pertanian ke lahan terbangun
11. Alih FungsiPemanfaatan Ruang 2. Kurangnya penegakan hukum terhadap pelanggaran penataan ruang
3. Pemenuhan ruang terbuka hijau perkotaan masih kurang.
12. Ruang Terbuka Hijau 1. Pemenuhan ruang terbuka hijau perkotaan masih kurang.
Jaringan Transportasi
1. Pembangunan jalan tol berdampak pada berkurangnya lahan hijau
(pertanian) yang menyebakan adanya genangan
13. Sistem Transportasi dan Pergerakan
2. Pembangunan rel kereta api double track menjadi salah satu titik
kemacetan (pada persimpangan rel dan jalan utama)

Anda mungkin juga menyukai