Anda di halaman 1dari 4

Peran Masyarakat dalam Program Green City untuk mendukung

Pembangunan Berkelanjutan di Kota Makassar


Nurdina Burhan
Pend. Geografi Icp
Email : Nurdinabrhn16@gmail.com
(received: Mei 2021,Accepted mei 2021 Published Mei 2021)

ABSTRACT
Indonesia saat ini fokus pada penanganan daerah perkotaan yang sangat rentan
mengalami dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, penyelenggaraan penataan ruang
yang terintegrasi menjadi unsur penting didalam mewujudkan ruang yang nyaman,
produktif dan berkelanjutan. Kota Makassar telah berkembang menjadi Kota
Metropolitan dengan jumlah penduduk kurang lebih 1,4 juta jiwa. Permasalahan
perkotaan yang dihadapi Kota Makassar saat ini adalah : kurangnya Ruang Terbuka Hijau
(RTH),jumlah sampah yang semakin meningkat, kemacetan, banjir, pengelelolaan limbah
cair yang belum mencapai 100%, kebocoran pipa PDAM masih sangat tinggi dan
partisipasi masyarakat dalam penanganan lingkungan belum maksimal. Metode
pendekatan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan lingkungan Kota
Maakassar adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dari Asian
Green City Index. Pendekatan ini bertujuan untuk mengkaji kinerja Kota Makassar
terhadap enam atribut dari delapan atribut Kota Hijau seperti Land Use and Building,
Transportation, Water, Waste, Sanitation dan Environmental Governance serta seberapa
penting kebutuhan atribut tersebut dengan hasil akhir terhadap strategi penerapan konsep
kota hijau. Output dari penelitian ini adalah berupa strategi untuk meningkatkan kinerja
kota dari setiap indikator Asian Green City Index (AGCI). Kata kunci : Kota Hijau, Asian
Green City Index (AGCI), Strategi, Peningkatan, kinerja.
The Role of the Community in the Green City Program to support
Sustainable Development in Makassar City
Nurdina Burhan
Pend. Geografi Icp
Email : Nurdinabrhn16@gmail.com
(received: Mei 2021,Accepted mei 2021 Published Mei 2021)

ABSTRACT

Indonesia is currently focusing on the handling of urban areas that are particularly
vulnerable to the effects of climate change. Therefore, the implementation of integrated
spatial planning becomes an important element in creating a comfortable, productive and
sustainable space. The Makassar city has grown into a Metropolitan City with a
population of approximately 1.4 million inhabitants. The urban problems faced by
Makassar City are: the lack of Green Open Space (RTH), the increasing amount of
garbage, the congestion, the flood, the waste water management which has not reached
100%, the PDAM pipeline leak is still very high and the community participation in
environmental handling has not maximum. The Makassar city was chosen as the research
location because Makassar is the capital of South Sulawesi Province and is the
Metropolitan City. The approach method used to solve the environmental problems of
Maakassar City is by using qualitative and quantitative approach from Asian Green City
Index. This approach is used to assess the performance of Makassar City to the six
attributes of the eight attributes of Green City such as Land Use and Building,
Transportation, Water, Waste, Sanitation and Environmental Governance and how
important the attribute needs are with the final outcome of the green city concept
implementation strategy. The output of this research is a strategy to improve city
performance from each indicator of Asian Green City Index (AGCI). Keyword : Green
city, Asian Green City Index (AGCI), Strategy, Enhancement, Performance
Hasil Dan Pembahasan
Konsep Green City (kota hijau) dalam penataan kota Makassar meupakan jenis penelitian
terapan. Menurut Jujun S. Sumantri (1985) penelitian terapan merupakan penelitian yang
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Penelitian terapan dapat diartikan
sebagai penyelidikan yang hati-hati, sistematik, dan terus menerus terhadap suatu
masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu (M.
Nazir, 1988). Berdasarkan defenisi diatas penelitian terapan merupakan penelitian yang
dikerjakan dengan maksud untuk menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan
suatu teori yang diterapakan dalam pemecahan permasalahan praktis (Gandy, 2017).
Kota Makassar pada tanggal 1 September 1971 berubah namanya menjadi Kota Ujung
Pandang setelah diadakan perluasan kota dari 21 km² menjadi 175,77 km². Namun
kemudian, pada tanggal 13 Oktober 1999 berubah kembali namanya menjadi Kota
Makassar. Kota Makassar merupakan kota internasional serta terbesar di Kawasan
Indonesia Timur dan pada masa lalu pernah menjadi ibu kota Negara Indonesia Timur
Provinsi Sulawesi. Secara administratif Kota Makassar terdiri dari 15 kecamatan dan 153
kelurahan. Secara astronomis, Kota Makassar terletak antara 119o 24 ’17’38” Bujur
Timur dan 5o 8’6’19” Lintang Selatan. Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Makassar
memiliki batas-batas:  Sebelah Utara : Kabupaten Maros;
 Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa;
 Sebelah Barat : Selat Makassar dan;
 Sebelah Timur : Kabupaten Maros
Luas wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi yang meliputi 14 kecamatan.
Secara Administratif, Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan, yaitu: Kecamatan Mariso,
Mamajang, Tamalate, Rappocini, Makassar, Ujung Pandang, Wajo, Bontoala, ujung
Tanah, Tallo, Panakukkang, Manggala, Biri ngkanaya dan Tamalanrea. Pada tahun 2015,
Jumlah Kelurahan di Kota Makassar tercatat memiliki 143 kelurahan, 996 RW dan 4968
RT.
Dari beberapa sumber dan kenyataan nya kota Makassar bisa menjadi kota hijau dan
memiliki potensi menjdi kota yang jadikan percontohan kota lain di Indonesia jika peran
masyarakat di kota Makassar mendukung dan lebih disiplin terhadap syarat-syarat untuk
menjadi kota green city. Manfaat dari green city memiliki banyak positif dari progrmnya
sedangkan untuk negatifnya hanya dari masyaraat itu sendiri bagaimana untuk menjaga
kota tersebut. Hal ini lah yang membuat masyarakat ikut andil untuk membentuk kota
dengan niat dan upaya yang dilakukan untuk melestraikan kota agar bumi dan
lingkungannya terlestarikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Makassar telah
memiliki komunitas warga peduli lingkungan yang menggagas dan berkiprah sebagai
komunitas hijau secara mandiri atau tergabung dalam Forum Komunitas Hijau, tapi
belum terdifusi dengan baik. Pemerintah kota Makassar telah mampu menggagas dan
mendinamisasikan potensi-potensi masyarakat untuk mempercepat dan menguatkan
pencapaian green city melalui program kegiatan rutin dan program pendukung seperti
Kabupaten Konservasi

Anda mungkin juga menyukai