Anda di halaman 1dari 10

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Universitas Kristen Indonesia: Institutional Repository

Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan 19 (1) (2017) 47 - 56

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jtsp/index

Kajian Penambahan Ruang Terbuka Hijau di Kota Semarang


 1 1
Margareta Maria Sudarwani ,Yohanes Dicky Ekaputra

1
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pandanaran

Kata Kunci/ Keywords : Abstract/ Abstrak:

ruang terbuka hijau, ruang terbuka The development of Semarang City has unknowingly impacted the
publik, kota hijau changes of land use and exploitation of natural resources. This study aims to
examine how much achievement of objectives and benefits obtained in
green open space, public open increasing the extent of Green Open Space in Semarang City, and how the
space, green city architect implementing components to support the creation of Green City. The
result of this research shows that the quantity and quality, distribution and
amount of Green Open Space in Semarang City still need to be improved;
Efforts to utilize vacant land, critical land, river borders and land dismantling of
public buildings is one of the efforts to increase the extent of green open space
in urban areas; Providing green open space with Green City concept that apply
Green Attribute in its design is strategy to provide Public Open Space which
refers to the concept of Sustainable Development.

Perkembangan Pembangunan Kota Semarang tanpa disadari, telah


membawa dampak terhadap perubahan penggunaan fungsi lahan dan
eksploitasi terhadap sumber daya alam. Kajian ini bertujuan untuk meneliti
seberapa besar capaian sasaran dan manfaat yang diperoleh dalam
menambah besaran luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Semarang,
serta bagaimana peran seorang Arsitek dalam mengimplementasikan
komponen guna mendukung terciptanya Kota Hijau. Hasil penelitian
didapatkan bahwa secara kuantitas dan kualitas, sebaran dan besaran Ruang
Terbuka Hijau di wilayah Kota Semarang masih perlu ditingkatkan lagi; Upaya
untuk memanfaatkan lahan kosong, lahan kritis, sempadan sungai dan lahan
bekas bongkaran bangunan publik merupakan salah satu upaya untuk
menambah luasan RTH di Kawasan Perkotaan; Penyediaan RTH dengan
konsep Kota Hijau yang mengaplikasikan Atribut Hijau di dalam desainnya
merupakan salah satu strategi untuk menyediakan Ruang Terbuka Publik yang
mengacu pada konsep Pembangunan Berkelanjutan.

Sitasi:

Sudarwani, Margareta Maria. (2017). Kajian Penambahan Ruang Terbuka


Hijau di Kota Semarang. Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan, 19(1), 47 - 56

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Margareta Maria Sudarwani:
Jurusan Arsitektur p-ISSN 1411-1772
Jl. Banjarsari Barat No. 1 Kelurahan Pedalangan e-ISSN 2503-1899
Kecamatan Banyumanik Semarang, 50268
E-mail : margareta.maria@ymail.com
Margareta Maria Sudarwani, dkk / Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan 19 (1) (2017) 47 - 56

PENDAHULUAN wilayah kota/kawasan perkotaan harus berwujud


Penambahan lahan terbangun di perkotaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan komposisi
berdampak pada penurunan kualitas lingkungan 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat. Preskripsi
hidup, baik pada udara, air, tanah maupun RTH 30% tersebut merupakan kewajiban yang
lingkungan visual perkotaan. Untuk itu perlu harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota/Kabupaten
dirumuskan kebijakan pengelolaan dan dan termuat didalam Peraturan Daerah (Perda)
pengembangan Tata Ruang Hijau perkotaan untuk tentang RTRW Kota/Kabupaten. Hal ini dilakukan
dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam rangka mewujudkan kota/kawasan
perkotaan (Sumarwoto, 1989). perkotaan yang berkelanjutan.
Dampak perubahan penggunaan fungsi lahan Peraturan Menteri Dalam Negeri
dan eksploitasi terhadap sumber daya alam, (Permendagri) Nomor 1 Tahun 2007 Tentang
kemajuan sosial ekonomi dan tekanan penduduk Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
di Kota Semarang menjadi kendala dalam Perkotaan, menyebutkan bahwa perkembangan
mengimplementasikan Program Pembangunan dan pertumbuhan kota/perkotaan disertai dengan
Berkelanjutan yang telah dicanangkan Pemerintah alih fungsi lahan yang pesat, telah menimbulkan
Kota. Beberapa permasalahan yang terjadi sebagai kerusakan lingkungan yang dapat menurunkan
akibat makin berkurangnya Ruang Hijau sebagai daya dukung lahan dalam menopang kehidupan
penyeimbang ekosistem kota, diantaranya adalah masyarakat di kawasan perkotaan, sehingga perlu
sebagai berikut (Bappeda Kota Semarang, 2006). dilakukan upaya untuk menjaga dan meningkatkan
1. Terjadi perubahan iklim mikro berupa kenaikan kualitas lingkungan melalui penyediaan ruang
suhu, yang membuat kota menjadi tidak terbuka hijau yang memadai. Di dalam Pasal 9
nyaman untuk ditinggali, dibandingkan kondisi peraturan tersebut ditegaskan kembali bahwa Luas
beberapa tahun sebelumnya. Ideal Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
2. Keringnya sumber-sumber air pada saat musim (RTHKP) minimal 20% dari luas kawasan
kemarau. perkotaan.
3. Meningkatnya zat-zat polutan dalam udara, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5
sebagai indikasi kerusakan lingkungan yang Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan
serius, yang jika tidak segera diatasi akan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan
mengganggu kesehatan, kenyamanan, Perkotaan menegaskan bahwa kuantitas dan
mengurangi produktivitas kerja serta kualitas ruang terbuka publik terutama Ruang
meningkatnya biaya operasionjal Terbuka Hijau (RTH) saat ini mengalami penurunan
pembangunan. yang sangat signifikan dan mengakibatkan
Ruang Hijau (RH) sebagai bagian dari penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan
penataan ruang kota perlu direncanakan secara yang berdampak keberbagai sendi kehidupan
menyeluruh dan diperkuat dengan perda-perda perkotaan antara lain sering terjadinya banjir,
yang tegas untuk memperjelas status hukumnya, peningkatan pencemaran udara, dan menurunnya
dengan demikian pengembangan dan produktivitas masyarakat akibat terbatasnya ruang
pengelolannya lebih terarah serta dapat yang tersedia untuk interaksi sosial. Di dalam
menghindari perubahan fungsi Ruang Hijau peraturan tersebut diatur mengenai penyediaan
menjadi fungsi lainnya. Hal ini sesuai dengan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor Kawasan Perkotaan serta prosedur perencanan
14 Tahun 1988, tentang Penataan Ruang Hijau dan peran serta masyarakatnya.
(RH) di Wilayah Perkotaan, yang kemudian Sedikitnya jumlah ruang-ruang terbuka di
ditindaklanjuti dengan menginstruksikan kepada daerah perkotaan menjadi salah satu faktor
Kepala Daerah dari tingkat Propinsi hingga tingginya tekanan kehidupan yang cukup besar di
Kabupaten/Kota untuk merencanakan, pusat kota. Oleh karena itu keberadaan ruang
melaksanakan dan mengendalikan terbuka publik di pusat kota, terutama ruang
penyelenggaraan penataan Ruang Hijau serta terbuka hijau di perkotaan sangat diperlukan karena
melaksanakan pengelolaan dan pengendalian fungsi dan peranannya sebagai tempat bagi
untuk meningkatkan peran dan fungsi Ruang Hijau. masyarakat untuk melakukan sosialisasi dan
Untuk itu, agar kebijakan tersebut dapat berjalan rekreasi serta menjadi alternatif tempat istirahat
dengan sebagaimana mestinya, maka diperlukan untuk mencari udara segar di tengah kesibukan
penyerahan kewenangan yang jelas kepada kegiatan di pusat kota yang begitu padat dan
dinas/lembaga pemerintah sebagai leading sektor menghilangkan kepenatan setelah bekerja keras
pengembangan dan pengelolaan Ruang Hijau. dengan biaya yang sangat murah. Adanya ruang
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang terbuka hijau kota menjadi salah satu penyelesaian
penataan ruang, di dalam Pasal 29 antara lain telah dalam peningkatan kualitas lingkungan perkotaan,
mengamanatkan secara tegas bahwa 30% dari dimana dampak yang paling mudah kita rasakan

48
Margareta Maria Sudarwani, dkk / Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan 19 (1) (2017) 47 - 56

adalah pengaruhnya terhadap kesehatan, kondisi vegetasi yang sudah diolah dalam
kenyamanan, estetika dan pelestarian lingkungan. bentuk kompilasi data.
Dalam kaitan itu, penataan ruang sebagai 3. Proses pengumpulan data dilakukan dengan
matra spasial pembangunan kota merupakan alat cara survei yang terdiri dari survei data
untuk mengkoordinasikan pembangunan perkotaan primer (lapangan) yang dilakukan dengan
secara berkelanjutan (Budihardjo, 1998). Selaras cara melakukan observasi lapangan,
dengan amanat Undang-Undang Penataan Ruang interview dengan nara sumber serta
Nomor 26 Tahun 2007 pasal 3, perlu diwujudkan pengukuran lapangan. Sedangkan survei
suatu bentuk pengembangan kawasan perkotaan data sekunder (instansional), guna
yang mengharmonisasikan lingkungan alamiah dan mendapatan data elemen pembentuk kota
lingkungan buatan. Upaya untuk membangkitkan hijau serta data luasan Ruang Terbuka Hijau
kepedulian masyarakat dan mewujudkan yang ada pada kawasan perkotaan di kota
keberlangsungan tata kehidupan kota, antara lain Semarang dilakukan dengan cara
dapat dilakukan dalam bentuk perwujudan Kota mengakses data dari dinas instansi teknis
Hijau. terkait serta melakukan kajian studi
Kota hijau merupakan kota yang ramah kebijakan pembangunan tentang Ruang
lingkungan, yang memanfaatkan sumber daya air Terbuka Hijau yang sudah pernah
dan energi secara efektif dan efisien, mengurangi dilakukan.
limbah, menerapkan sistem informasi terpadu, 4. Tahap Analisis data: Menganalisis hasil
menjamin kesehatan lingkungan, serta Kompilasi Data, dimana proses analisis
mensinergikan lingkungan alami dan buatan. Kota dilakukan terhadap wilayah perencanaan,
Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan analisis terhadap tata ruang hijau, baik
dengan memanfaatkan secara, berdasarkan secara spasial maupun parsial, serta
perencanaan dan perancangan kota yang sesuai analisis vegetasi.
dengan prinsip-prinsip pembangunan 5. Tahap Penyusunan: penyajian dan
berkelanjutan. penyusunan laporan penelitian
Kajian ini bertujuan untuk meneliti seberapa menggunakan pendekatan deskriptif.
besar capaian sasaran dan manfaat yang diperoleh
dalam menambah besaran luasan Ruang Terbuka Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Hijau (RTH) di Kota Semarang dan penerapan Tata Ruang Hijau / Ruang Terbuka Hijau
atribut hijau dalam desain RTH Kota Semarang. mengacu pada ketentuan sebagaimana telah
sebagai salah satu strategi untuk menyediakan diatur dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri
Ruang Terbuka Publik yang mengacu pada konsep Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Tata
Pembangunan Berkelanjutan. Ruang Hijau di Wilayah Perkotaan
menerangkan bahwa Tata Ruang Hijau adalah
METODE DAN ANALISIS bagian dari Ruang Terbuka, yaitu ruang-ruang
Secara umum, metode dan analisis kajian dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik
ini terdiri dari : dalam bentuk areal/kawasan maupun bentuk
1. Tahap Persiapan dan Pengumpulan data: areal memanjang/jalur dimana dalam
Melakukan kajian awal terhadap peraturan penggunaannya lebih bersifat terbuka yang
yang berkaitan dengan penelitian, pada dasarnya tanpa bangunan.
melakukan kajian awal terhadap kondisi Dengan mengacu pada pengertian
lokasi perencanaan serta kondisi eksisting tersebut, maka pemanfaatan Tata ruang hijau
tata ruang hijau, yang dilakukan dengan lebih bersifat pengisian tanaman hijau atau
cara pengumpulan data sekunder, survei tumbuh-tumbuhan hijau seperti pada kawasan
instansional maupun survei lapangan. lahan pertanian, perkebunan, pertamanan, jalur
Penelitian ini menggunakan Metode hijau dan hutan kota.
Rasionalistik berlandaskan pada cara Ruang Terbuka adalah ruang-ruang dalam
berpikir rasionalisme, yang berasal dari kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam
pemahaman kemampuan intelektual dan bentuk areal/kawasan maupun dalam bentuk
dibangun atas kemampuan argumentasi areal memanjang/jalur dimana di dalam
secara logika, sehingga lebih ditekankan penggunaannya lebih bersifat terbuka yang
pada pemaknaan empiris (Hadi, 1984). pada dasarnya tanpa bangunan.
2. Tahap Identifikasi dan Kompilasi Data: Fungsi hijau dalam RTH kota sebagai
Melakukan identifikasi dan kompilasi data „paru-paru kota‟, sebenarnya hanya merupakan
baik yang bersifat primer, sekunder maupun salah satu aspek berlangsungnya fungsi daur
data hasil survei mengenai wilayah ulang, antara gas karbondioksida (CO2) dan
perencanaan, kondisi tata ruang hijau dan oksigen (O2) hasil fotosintesis khususnya pada

49
Margareta Maria Sudarwani, dkk / Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan 19 (1) (2017) 47 - 56

dedaunan. Sistem tata hijau ini berfungsi yang mempunyai batas-batas di


semacam ventilasi udara dalam rumah / sekelilingnya, misalnya: lapangan,
bangunan (Rustam Hakim, 1987). Lebih dari bundaran dan lain-lain.
itu, masih banyak fungsi RTH termasuk fungsi d. Ruang terbuka ditinjau dari sifatnya dapat
estetika yang bermanfaat sebagai sumber dibedakan menjadi:
rekreasi publik secara aktif maupun pasif, yang 1. Ruang terbuka lingkungan yaitu ruang
diwujudkan dalam sistem koridor hijau sebagai terbuka yang terdapat pada suatu
alat pengendali tata ruang lahan dalam suatu lingkungan dan sifatnya umum.
sistem RTH kota (urban park system). RTH 2. Ruang terbuka bangunan yaitu ruang
juga berfungsi sebagai sumber penampungan terbuka oleh dinding bangunan dan lantai
air dan pengatur iklim tropis yang terik dan halaman bangunan yang bersifat umum
lembab (peneduh) (Purnomohadi, 2006). atau pribadisesuai dengan fungsi fungsi
bangunannya.
Ruang Terbuka Perkotaan e. Ruang Terbuka ditinjau dari Fungsinya :
Ruang Terbuka adalah suatu wadah yang Ruang terbuka mempunyai peranan sebagai
dapat menampung kegiatan/aktivitas tertentu wadah yang dapat menampung aktivitas
dari warga lingkungan tersebut baik secara tertentu dari masyarakat wilayah tertentu,
individu maupun kelompok (Rustam Hakim, karena itu ruang terbuka mempunyai
1993). Jenis ruang terbuka dibedakan sebagai kontribusi yang akan diberikan kepada
berikut: manusia yang berupa dampak positif.
Sehingga fungsi ruang terbuka yaitu:
a. Ruang terbuka dalam lingkungan hidup: 1. Fungsi umum ruang terbuka : Tempat
Menurut Ian C. Laurint (dalam Rustam bermain dan berolahraga, Tempat
Hakim, 1993) RTH dapat dibagi menjadi : bersantai, Tempat komunikasi sosial,
1. Ruang terbuka sebagai sumber produksi Tempat peralihan, tempat menunggu,
antara lain berupa perhutanan, pertanian, Ruang terbuka untuk mendapatkan
peternakan, produksi mineral, dan lain- udara yang segar dari lingkungannya,
lain. Sarana penghubung antara suatu tempat
2. Ruang terbuka sebagai perlindungan dengan tempat yang lain,
terhadap kekayaan alam dan manusia, Pembatas/jarak diantara massa
misalnya cagar alam berupa hutan, bangunan.
kehidupan laut/air, daerah budaya dan 2. Fungsi ekologis ruang terbuka adalah :
bersejarah. Penyegar udara, Menyerap air hujan,
3. Ruang terbuka untuk kesehatan, Pengendali banjir, Memelihara
kesejahteraan dan kenyamanan, ekosisitem tertentu, Pelembut arsitektur
misalnya taman lingkungan, taman kota bangunan
dan lain-lainnya. f. Elemen Ruang Terbuka
b. Ruang terbuka ditinjau dari kegiatannya, Ruang terbuka terbentuk karena
dibagi menjadi dua jenis yaitu : dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik oleh
1. Ruang terbuka aktif adalah ruang terbuka lingkungan alam itu sendiri maupun
yang mengundang unsur-unsur kegiatan lingkungan buatan. Factor-factor tersebut
di dalamnya, misalnya plaza, lapangan merupakan elemen yang dapat
olah raga, tempat bermain, dan lain-lain. mempengaruhi ruang tersebut melalui
2. Ruang terbuka pasif adalah ruang ekspresi sifat unsurnya sampai batas
terbuka yang di dalamnya tidak tertentu. Adapun elemen ruang terbuka
mengandung kegiatan manusia antara tersebut adalah :
lain: penghijauan/taman sebagai sumber 1. Hard Material (elemen keras), seperti:
pengudara lingkungan. bangunan, pagar, pedestrian dan
c. Ruang terbuka yang ditinjau dari bentuknya: furniture taman.
Menurut Rob Krier, ruang terbuka dapat 2. Soft Material (elemen lunak), seperti
dibagi menjadi dua yaitu: tanaman, air dan sebagainya.
1. Berbentuk memanjang : Ruang terbuka
pada bentuk memanjang pada umumnya Ruang Publik
hanya mempunyai batas-batas pada Ruang umum (publik) merupakan bagian
sisinya, misalnya: jalan, sungai dan lain- lingkungan yang berpola, terbentuk karena
lainya. kebutuhan bertemu atau berkomunikasi
2. Berbentuk mencuat : Ruang terbuka manusia. Wadah yang menampung kegiatan
pada bentuk mencuat pada umumnya tertentu, secara individu maupun kelompok.

50
Margareta Maria Sudarwani, dkk / Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan 19 (1) (2017) 47 - 56

Bentuk ruangnya tergantung pola dan susunan (Green Waste), Bangunan hemat energi atau
massa bangunan. Menurut sifatnya, ruang bangunan hijau (Green Building), Penerapan
umum terbagi menjadi: sistem transportasi yang berkelanjutan (Green
1. Ruang tertutup umum, terletak dalam Transportation).
bangunan. Pada tahap inisiasi, Kota Hijau difokuskan
2. Ruang terbuka umum, terletak di luar pada perwujudan 3 (tiga) atribut, yaitu:
bangunan, dipergunakan setiap orang dan perencanaan dan perancangan kota yang
multifungsi (jalan, pedestrian, taman ramah lingkungan; perwujudan ruang terbuka
lingkungan, plaza, lapangan olahraga, hijau 30%; dan peningkatan peran masyarakat
taman kota, taman rekreasi, dsb). melalui komunitas hijau. Pada tahap berikutnya
3. Ruang terbuka khusus, dimanfaatkan untuk diharapkan akan dapat lebih diperluas lagi.
kegiatan terbatas dan keperluan khusus
(taman rumah tinggal, taman lapangan HASIL DAN PEMBAHASAN
upacara, daerah lapangan terbang, area Kajian dan Analisis Ketersediaan Besaran
latihan militer). Dan Sebaran Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kota Semarang
Kota Hijau 1. Analisis Besaran RTH Kota Semarang
Kota Hijau merupakan salah satu strategi a. Perhitungan Luasan Ruang Terbuka
optimalisasi Ruang Terbuka Hijau untuk Hijau Kota Semarang dihitung
memenuhi ketetapan luasan minimal RTH berdasarkan ketentuan Undang-Undang
sesuai Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007,
tentang Penataan Ruang, terutama terkait maka Luas RTH minimal 30% dari Luas
pemenuhan luasan RTH perkotaan, sekaligus Wilayah Kawasan Perkotaan adalah =
menjawab tantangan perubahan iklim di 11.211,117 Ha
Indonesia. Kota Hijau merupakan konsep b. Berdasarkan Analisis Rooden (1977),
inovasi program perwujudan RTH perkotaan standar RTH adalah 0,25 m2 dari jumlah
yang berbasis komunitas. penduduk = 19.541 Ha
c. Berdasarkan Metode Odum (1985),
standar RTH adalah 15% dari Luas
Penerapan Metoda Wilayah = 5.605.56 Ha.
Atribut Kota Hijau adalah Komponen yang d. Berdasarkan Perhitungan Eksisting RTH
harus diterapkan pada Ruang Terbuka Hijau, Kota Semarang sebesar = 15.894,56 Ha
sehingga secara inklusif dan komprehensif (42,53%)
mampu memberikan manfaat sebagai Ruang 2. Analisis Sebaran RTH Kota Semarang
Terbuka Publik yang cukup optimal bagi Dari hasil analisa, dari 16 wilayah
masyarakat secara luas, yang meliputi: kecamatan di Kota Semarang, terdapat 8
Perencanaan dan perancangan kota yang wilayah yang prosentase luasan RTH nya
ramah lingkungan (Green Planning and kurang dari 30%, yaitu Kecamatan
Design), Peningkatan peran masyarakat Gajahmungkur, Candisari, Pedurungan,
sebagai komunitas hijau (Green Community), Gayamsari, Semarang Timur, Semarang
Ketersediaan ruang terbuka hijau (Green Open Utara, Semarang Tengah dan Semarang
Space), Konsumsi energi yang efisien (Green Barat.
Energy), Pengelolaan air yang efektif (Green
Water), Pengelolaan limbah dengan prinsip 3R

Tabel 1. Sebaran RTH di Wilayah Kecamatan di Kota Semarang

Luas Jumlah luas % luas


Syarat luas hijau 30%
No Kecamatan wilayah ruang hijau ruang hijau
thd luas wilayah
(ha) (ha) thd wilayah

1 Mijen 6215.25 5145.39 82.79 Memenuhi


2 Gunungpati 5399.09 3291.39 60.96 Memenuhi
3 Banyumanik 2513.06 2048.06 81.50 Memenuhi
4 Gajahmungkur 764.98 57.24 7.48 Tidak Memenuhi
5 Semarang Selatan 848.05 373.66 44.06 Memenuhi

51
Margareta Maria Sudarwani, dkk / Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan 19 (1) (2017) 47 - 56

6 Candisari 555.51 34.87 6.28 Tidak Memenuhi


7 Tembalang 4420.00 1684.60 38.11 Memenuhi
8 Pedurungan 2072.00 501.00 24.18 Tidak Memenuhi
9 Genuk 2738.44 1368.36 49.97 Memenuhi
10 Gayamsari 549.47 105.58 19.21 Tidak Memenuhi
11 Semarang Timur 770.25 73.45 9.54 Tidak Memenuhi
12 Semarang Utara 1133.28 107.34 9.47 Tidak Memenuhi
13 Semarang Tengah 604.99 72.01 11.90 Tidak Memenuhi
14 Semarang Barat 2386.71 667.78 27.98 Tidak Memenuhi
15 Tugu 3129.34 1911.25 61.08 Memenuhi
16 Ngaliyan 3269.97 2641.97 80.79 Memenuhi
Jumlah 37370.39 20083.95 38.46
Sumber : Bappeda Kota Semarang

Untuk kegiatan implementasi fisik


Penentuan Lokasi Perancangan RTH Kota peningkatan kualitas dan kuantitas RTH, harus
Hijau dipilih lokasi yang strategis dan representatif
Berdasarkan tata letaknya, RTH kota bisa dalam skala perkotaan. Hal ini dikarenakan
berwujud ruang terbuka kawasan pantai kegiatan pembangunan RTH tersebut hanya
(coastal open space), dataran banjir sungai berfungsi sebagai stimulus untuk
(river flood plain), ruang terbuka pengaman keberlangsungan pemenuhan luasan RTH di
jalan bebas hambatan (greenways) dan ruang masa yang datang.
terbuka pengaman kawasan bahaya Sehingga diharapkan lokasi dan desain
kecelakaan di ujung landasan bandar udara. RTH yang akan dibangun dapat memberikan
Secara makro, RTH kota meliputi: efek leverage yang secara signifikan
1. RTH makro, seperti kawasan pertanian, menambah luasan RTH kota dan
perikanan, hutan lindung, hutan kota dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat
landasan pengaman bandar udara. perkotaan secara keseluruhan.
2. RTH medium, seperti kawasan area Lokasi prioritas pembangunan RTH
pertamanan (city park), sarana olahraga, tersebut harus ditetapkan melalui SK Walikota
pemakaman umum. sehingga berkekuatan hukum. Kriteria lokasi
3. RTH mikro, yaitu lahan terbuka yang ada di RTH yang strategis dalam konteks Kota Hijau
setiap kawasan permukiman yang adalah sebagai berikut:
disediakan dalam fasilitas umum seperti 1. Berada di pusat kegiatan sosial ekonomi
taman bermain (play ground), taman kota/kawasan perkotaan
lingkungan (community park) dan lapangan 2. Status lahan milik pemerintah daerah
olahraga. 3. Kedekatan dengan pusat kegiatan
Secara sistem, RTH kota adalah bagian masyarakat kota, serta bisa digunakan
kota yang tidak terbangun, yang berfungsi untuk publik
menunjang keamanan, kesejahteraan, 4. Aplikasi pembangunan pada 1 (satu) lokasi
peningkatan kualitas lingkungan dan dengan luasan minimal 5.000 m2 atau
pelestarian alam. Umumnya terdiri dari ruang pada 2 (dua) lokasi yang dihubungkan
pergerakan linear atau koridor dan ruang pulau dengan koridor penghubung 'hijau' misal
atau oasis (Spreigen, 1965). Atau path jalur sepeda, jalur vegetasi, atau bentuk
sebagai jalur pergerakan dan room sebagai lain)
tempat istirahat, kegiatan atau tujuan (Krier, 5. Komposisi Ruang Hijau (Softcape) :
1975). Dapat berbentuk buatan manusia dan Perkerasan (Hardscape) = min. 70% :
alam yang terjadi akibat teknologi, seperti max.30% berupa material ramah
koridor jalan dan pejalan kaki, bangunan lingkungan (bisa dimungkinkan untuk
tunggal dan majemuk, hutan kota, aliran menyerap air)
sungai, dan daerah alamiah yang telah ada 6. Mudah diakses oleh publik (berdekatan
sebelumnya. Ringkasnya, totalitas kesatuan dengan prasarana dan sarana transportasi
yang memiliki keterkaitan dan dapat digunakan umum)
sebagai sistem orientasi.

52
Margareta Maria Sudarwani, dkk / Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan 19 (1) (2017) 47 - 56

7. Dapat berupa lokasi yang menjadi pemilahan sampah menggunakan tempat


landmark kota seperti: situ, sempadan sampah organik-anorganik, pengolahan
sungai, hutan kota, taman kota. sampah organik menjadi kompos dengan
komposter untuk pemeliharaan/pemupukan
Penerapan Atribut Hijau dalam Desain RTH taman itu sendiri, penggunaan furniture
Kota Hijau hijau (terbuat dari bahan daur ulang) di
Atribut hijau yang sudah diaplikasikan di dalam taman
perencanaan taman ramah lingkungan sesuai 7. Bangunan hemat energi atau bangunan
Konsep Kota Hijau di Kota Semarang adalah hijau (Green Building), diaplikasikan dalam
sebagai berikut: bentuk naungan sederhana, sebagai
1. Perencanaan dan perancangan kota yang sarana pendukung utama taman, dari
ramah lingkungan (Green Planning and material ramah lingkungan dengan
Design), diaplikasikan pada Desain Taman penghawaan alami (shelter/halte bus,
RTH di kawasan Rejomulyo (2012) serta gazebo, pergola, toilet)
lahan bekas Pasar Sampangan (2013) 8. Penerapan sistem transportasi yang
2. Peningkatan peran masyarakat sebagai berkelanjutan (Green Transportation),
komunitas hijau (Green Community) diaplikasikan pada sistem kemudahan &
dilakukan dengan membentuk Komunitas kenyamanan aksesibilitas, dalam bentuk :
Hijau di tingkat Kelompok Masyarakat trotoar tepi jalan taman, jalur pejalan kaki
Sistem Penggunaan Taman, untuk dalam taman dan jalur / parkir sepeda.
kegiatan komunitas masyarakat setempat
sehingga taman berfungsi optimal sebagai Aplikasi Desain RTH Kota Hijau Taman
wadah interaksi sosial Sampangan Kota Semarang
3. Ketersediaan ruang terbuka hijau (Green Taman Sampangan direncanakan
Open Space), diaplikasikan dalam berlokasi di Jalan Kelud, yang merupakan
pemilihan jenis vegetasi lokal (endemik), perempatan dari arah Jalan Lamongan, Jalan
vegetasi peneduh (penyerap polutan atau Menoreh, Jalan Kelud dan Jalan Papandayan.
pereduksi emisi karbon), vegetasi Merupakan lahan bekas Pasar Sampangan,
pembentuk iklim mikro, vegetasi produsen yang awalnya menjadi Pusat Kegiatan
oksigen, vegetasi penarik satwa liar Ekonomi di sekitar Kawasan Sampangan Kota
4. Konsumsi energi yang efisien (Green Semarang.
Energy), diaplikasikan dalam sistem Setelah pemindahan Pasar Sampangan
penyedia sumber listrik dari matahari, sebagai dampak Rehabilitasi Sungai
dengan pemakaian panel surya (Solar Cell) Kaligarang dan Proyek Pembangunan
5. Pengelolaan air yang efektif (Green Water), Bendungan Jatibarang, maka lokasi Pasar
diaplikasikan pada sistem pengolahan dan Sampangan yang berada di Lahan Sempadan
penggunaan ulang (daur ulang) air, dalam Sungai Kaligarang harus dikembalikan pada
bentuk: pembuatan sumur resapan air, fungsi semula yaitu sebagai Kawasan Lindung
pembuatan kolam penampung air, Sempadan Sungai.
pengolahan atau penggunaan kembali air Menempati lahan seluas 3.009 m2.
bekas, misalnya dari air dari toilet untuk Awalnya tanah kosong ini dimanfaatkan untuk
penyiraman tanaman. kegiatan sektor informal, terutama saat sore
6. Pengelolaan limbah dengan prinsip 3R dan malam hari. Lapangan bekas bangunan
(Green Waste), diaplikasikan dalam bentuk pasar di bagian tengah serig dimanfaatkan
sistem pengolahan dan penggunaan anak-anak sekitar untuk bermain bola pada
material bekas (sampah), dengan cara saat hari libur.

53
Margareta Maria Sudarwani, dkk / Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan 19 (1) (2017) 47 - 56

Gambar 1. Lokasi Pembangunan Taman Sampangan

Gambar 2. Desain Taman Sampangan (Sampangan Youth Park)

Gambar 3. Sculpture dan Arena Bermain Anak di Taman Sampangan

Gambar 4. Plaza Utama di Taman Sampangan

54
Margareta Maria Sudarwani, dkk / Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan 19 (1) (2017) 47 - 56

Gambar 5.Nama Taman danGerbangUtama di Taman Sampangan

Gambar 6.Fasilitas Gazebo, Shelter danJalur Pedestrian di Taman Sampangan

Taman Sampangan didesain dengan


konsep Taman Untuk Anak Muda / Youth KESIMPULAN
Park, dengan tujuan sebagai Pusat Kegiatan 1. Secara Kuantitas dan Kualitas, Sebaran
anak muda di sekitar Kawasan Sampangan. dan Besaran Ruang Terbuka Hijau di
Untuk menampung aktivitas yang ada, Taman wilayah Kota Semarang masih perlu
Sampangan di desain dengan dilengkapi ditingkatkan lagi.
fasilitas seperti Plaza Utama, Jalur Pedestrian, 2. Masih sangat sulit untuk menyediakan
Taman dengan berbagai macam tanaman luasan lahan yang cukup yang dapat
yang bervariasi, Gazebo, Shelter, Tempat dimanfaatkan sebagai Ruang Terbuka
Parkir Sepeda, Bangunan Service dan Toilet, Hijau baru. Upaya untuk memanfaatkan
Sculpture dan Air Mancur, Solar Cell untuk lahan kosong, lahan kritis, sempadan
penerangan Jalur Pedestrian serta Fasilitas sungai dan lahan bekas bongkaran
WIFI untuk sambungan internet. bangunan publik merupakan salah satu
Meskipun berada di perempatan Jalur upaya untuk menambah luasan RTH di
Utama di Kawasan Sampangan, orientasi Kawasan Perkotaan.
Taman menghadap ke arah Sungai Kaligarang 3. Penyediaan RTH dengan konsep Kota
(Waterfront), dengan menempatkan Plaza Hijau yang mengaplikasikan Atribut Hijau di
Utama sebagai “Tujuan Akhir / Ending dalam desainnya, merupakan salah satu
Destination” yang menghadap ke arah Sungai strategi untuk menyediakan Ruang Terbuka
Kaligarang. Dengan konsep tersebut, Publik yang mengacu pada konsep
diharapkan keberadaan Taman terintegrasi Pembangunan Berkelanjutan.
dengan Sungai, dimana Sempadan Sungai 4. Kegiatan yang sudah dilaksanakan
dimanfaatkan sebagai Taman Kota, yang Pemerintah Kota Semarang dengan
selain berfungsi sebagai Pemanfaatan Ruang membangun RTH Taman Kota / Taman
Terbuka Hijau (RTH) Sempadan Sungai, juga Kawasan dengan konsep Kota Hijau di atas
bermanfaat sebagai Ruang Terbuka Publik, lahan bekas Pasar Rejomulyo (Tahun
yang berfungsi Ekonomis Rekreatif dan Sosial 2012) dan lahan bekas Pasar Sampangan
bagi masyarakat di sekitar Kawasan, yang (Tahun 2013) akan menjadi contoh
didominasi oleh Kawasan Perumahan dan pembangunan taman-taman lain di wilayah
Permukiman. Kota Semarang.
5. Masih perlu dilakukan sosialisasi dan
pendampingan di tingkat masyarakat untuk
ikut memelihara dan bertanggung jawab
terhadap keberlangsungan taman yang

55
Margareta Maria Sudarwani, dkk / Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan 19 (1) (2017) 47 - 56

sudah dibangun, agar elemen penunjang Sumarwoto, Otto. 1989. Ekologi Lingkungan Hidup
taman tetap terpelihara dengan baik, tidak Dan Pembangunan. Penerbit Djambatan,
mudah rusak dan tidak cepat hilang, serta Jakarta.
agar tanaman yang ditanam di dalam
Van Rooden. 1977. Green Space In. Cities – City
taman dapat hidup dengan subur. Lanscape.Bintarto, R., 1984. Interaksi Desa-
Kota. Jakarta: Ghalia Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo, Eko dan Djoko Sujarto. 1998. Kota


Yang Berkelanjutan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan.

Dicky, Yohanes. 2006. Perencanaan Ruang


Terbuka Hijau Kota Semarang. Bappeda
Kota Semarang.

Dicky, Yohanes. 2008. Peraturan Daerah Kota


Semarang Tentang Ruang Terbuka Hijau
Kota Semarang. Bappeda Kota Semarang.

Dicky, Yohanes. 2010. Rencana Tata Ruang


Wilayah (RTRW) Kota Semarang 2010-
2030. Bappeda Kota Semarang.

Dicky, Yohanes. 2012. Program Pengembangan


Kota Hijau (P2KH). Project Study Dinas
Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum
Kabupaten Kendal.

Dicky, Yohanes. 2013. Kegiatan Pengembangan


Pemanfaatan Ruang Kota Hijau Kota
Semarang Provinsi Jawa Tengah Pekerjaan
Penyusunan Detail Engineering Design
(DED) P2KH RTH Taman Sampangan Kota
Semarang, Tahun Anggaran 2013.

Hadi, Sutrisno. 1984. Metodologi Reserarch, Jilid 1


dan 2. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Hakim, Rustam. 1987. Unsur Perancangan dalam


Arsitektur Lansekap. Bina Aksara. Jakarta.
Krier, Rob. 1979. Urban Space. Academic Editions
42 Leinster Gardens, London.

Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian


Kualitatif Edisi IV. Rake Sarasin. Yogyakarta.

Purnomohadi, Ning. 2006. Ruang Terbuka Hijau


Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Schultz, Christian Norberg. 1988. Architecture:


Meaning and Place. Electa / Rizzoli. New
York.

Speiregen, Paul D. 1965. Urban Design: The


Architecture Of Towns And Cities. Mc. Graw
Hill Book Company. New York.

56

Anda mungkin juga menyukai