Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS WAKTU SIKLUS

PENGECORAN LANTAI GEDUNG BERTINGKAT

Oleh:

Ujang Ruslan
Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Jl. Gegerkalong Hilir Ds.Ciwaruga Kotak pos 1234 Bdg 40012
email: jarus@polban.ac.id, ruslanjts@gmail.com
Nuroji
Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil UNDIP
Jl. Prof. H. Soedharto,SH, Tembalang - Semarang 50275
email: nrji@sipil.ft.undip.ac.id, ojiksam2000@yahoo.com
Windu Partono
Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil UNDIP
Jl. Prof. H. Soedharto,SH, Tembalang - Semarang 50275
email: winp@sipil.ft.undip.ac.id

ABSTRAK
Pada pelaksanaan struktur atas bangunan gedung bertingkat dengan beton yang dicor
di tempat, diperlukan bekisting dan perancah yang bertingkat-tingkat untuk memenuhi
aspek kecepatan siklus konstruksi. Dalam menentukan waktu siklus pengecoran lantai
pada gedung bertingkat ini, digunakan metode analisis. Dalam analisis waktu siklus
pengecoran lantai ini, bekisting dan perancah dimodelkan dengan menggunakan dua
dan tiga tingkat lantai. Struktur bangunan gedung bertingkat yang ditinjau adalah
bangunan standar dengan panjang bentang antar kolom maksimum 8 meter, dan
campuran beton menggunakan beton normal tanpa bahan tambah. Berdasarkan hasil
kajian menunjukan bahwa penerapan waktu siklus pengecoran lantai dengan
bekisting dan perancah dua tingkat lantai, dimulai dari 10 hari pada saat lantai "i -
2" telah berumur 20 hari. Sementara dengan bekisting dan perancah tiga tingkat
lantai, waktu siklus pengecoran lantai dimulai dari 6 hari pada saat lantai "i - 3"
telah berumur 18 hari.

Kata kunci: Bekisting, perancah, waktu siklus, siklus konstruksi lantai.

ABSTRACT
On the implementation of the structure of multi-storey buildings with cast-in-place
concrete, formwork and shore needed stratified to meet the speed aspect of the
construction cycle. In determining the floor molding cycle time on these buildings,
used methods of analysis. In the analysis of the floor molding cycle time, formwork
and shore modeled using two-and three-level floor. Storey building structure being
simulated is a standard building with a maximum length of span between columns 8
meters, and mix concrete using normal concrete without added ingredients.
Based on the results of the study showed that the application of floor molding cycle
time with formwork and shore are two floor levels, starting from 10 days at the floor "i
- 2" have turned 20 today. While the three levels of formwork and shore floor, floor
molding cycle time of 6 days starting at the floor "i - 3" has turned 18 today.

Keywords: Formwork, shore, cycle time, floor construction cycle.


8 ANALISIS WAKTU SIKLUS PENGECORAN LANTAI GEDUNG BERTINGKAT
Vol.15 No.1 Maret 2013:8-17
Pendahuluan bekisting dan perancah untuk memenuhi aspek
waktu dan biaya.
Bekisting (formwork) dan perancah (shore)
merupakan struktur sementara, karena sampai
Studi Pustaka
batas waktu tertentu setelah pengecoran beton
akan dibongkar. Pada metode pengecoran beton Kekuatan lantai pada usia awal terutama
di tempat, bekisting dan perancah disiapkan dipengaruhi oleh tingkat mendapatkan kekuatan
sepenuhnya di lapangan, pekerjaan dilanjutkan beton dan beban-beban di mana lantai sudah
dengan pekerjaan tulangan, dan pengecoran dirancang. Sebagai pengganti lebih rinci pada
beton. Kekuatan beton secara alamiah menuntut perhitungan lentur, regangan, geser, dan kuat
waktu tertentu untuk dapat mendukung beban ikat pada usia awal dari lantai dapat dengan
konstruksi, sehingga bekisting dan perancah bebasnya diasumsikan proporsional terhadap
dapat dibongkar. kuat tekan beton pada usia itu. Retak dan
Pada pelaksanaan struktur atas lendutan bersifat tergantung pada usia awal kuat
(superstructure) bangunan gedung bertingkat tekan beton dan modulus elastisitas (ACI
merupakan proses yang berulang, sehingga 347.2R-05, 2005).
untuk memenuhi aspek kecepatan diperlukan Menurut Harrison, (1995) dalam
sejumlah tingkat bekisting dan perancah. rekomendasi CIRIA Report 136, menyatakan
Sebagai akibatnya lantai yang paling bawah bahwa untuk mendapatkan kekuatan ikat dan
harus dapat menahan distribusi beban geser terhadap kekuatan beton umur 28 hari
konstruksi, sehingga diperlukan kekuatan beton harus dengan bebasnya diasumsikan
yang cukup meskipun belum berumur 28 hari. proporsional terhadap keuntungan dari kuat
Kekuatan dari lantai beton umur muda ini, perlu tekan beton, tetapi tidak menerapkan kekuatan
dievaluasi untuk menentukan waktu siklus beton di bawah 10 MPa. Prediksi
pengecoran lantai yang aman selama proyek pengembangan kekuatan beton secara umum
berlangsung. Selain itu untuk menentukan ditunjukan pada Persamaan 1 (ACI 209R-92,
jumlah tingkat bekisting dan perancah yang 1992).
digunakan, dalam memenuhi waktu siklus
pengecoran lantai. Karena untuk memenuhi f'c (t) = [t / (a + t)]f'c (28) (1)
persyaratan kualitas dan keselamatan kerja,
biayanya dapat mencapai lebih dari 60 persen dimana f'c (t) = kuat tekan beton pada umur t,
dari total biaya beton.
hari.
Dengan demikian, waktu siklus
f'c (28) = kuat tekan beton pada umur
pengecoran lantai perlu direncanakan untuk
28, hari.
memenuhi aspek kecepatan dan keamanan pada
a,  = koefisien
struktur bangunan. Sementara disisi lain proses
t = umur beton, hari.
konstruksi tersebut dibatasi oleh ketersediaan

ANALISIS WAKTU SIKLUS PENGECORAN LANTAI GEDUNG BERTINGKAT 9


(Ujang Ruslan, Nuroji, Windu Partono)
ACI 209.2R-08 (2008) merekomendasikan 50 kg/m2 (Tumilar, 1993). Selain itu menurut
pengembangan kekuatan beton dengan ACI 347-04 dan ACI 347.2R-05 dalam
menggunakan Persamaan 2 sebagai berikut: merencanakan bekisting, besarnya beban hidup
tidak boleh kurang dari 2,4 kPa (240 kg/m2).
f'c (t) = [t / (4 + 0,85t)]f'c (28) (2) Sementara besarnya beban hidup pekerja
menurut kebiasaan yang berlaku pada
pelaksanaan konstruksi di Indonesia, beban
dimana f'c (t) = kuat tekan beton sesuai
hidup pekerja diambil sebesar 100 kg/m2.
dengan pengembangan umur beton, hari.
Besarnya beban-beban yang bekerja selama
f'c (28) = kuat tekan beton pada umur
proses konstruki tersebut merupakan beban
28, hari.
terbagi merata, dan masing-masing beban
t = umur beton setelah
dinyatakan sebagai suatu proporsi beban mati
pengecoran, hari.
dari beton, D, (Hurd, 2005).
Bekisting dan perancah harus dirancang
Sementara itu, nilai modulus elastisitas
dengan baik untuk menghindari lendutan dan
beton akan meningkat sesuai dengan fungsi
retak yang berlebihan pada elemen struktur,
waktu. Modulus elastisitas beton yang besar
yang dapat merupakan awal dari kerusakan dan
menunjukkan kemampuan dalam menahan
keruntuhan bangunan (Tumilar, 1993). Menurut
tegangan, terutama tekan yang cukup besar
ACI 347.2R-05 (2005), bahwa dalam
akibat beban-beban yang terjadi pada kondisi
perhitungan beban-beban konstruksi yang
regangan yang masih kecil. Menurut SNI 03-
disalurkan ke lantai-lantai dan perancah-
2847 (2002) modulus elastisitas beton (Ec)
perancah selama konstruksi berdasarkan
untuk beton normal, dapat digunakan rumus
asumsi-asumsi analisis sebagai berikut:
empiris sebagai berikut:
a. Perancah (shores) adalah sangat kaku
dibandingkan dengan pelat lantai.
Ec = 4700 √f'c (3)
b. Lantai-lantai yang dihubungkan oleh
perancah akan mengalami lendutan yang
dimana Ec = modulus elastisitas beton
sama besar pada saat dibebani, sehingga
(MPa).
setiap lantai akan menerima porsi beban
f'c = kuat tekan beton (MPa). sesuai dengan kekakuannya masing-
masing.
Beban-beban konstruksi pada bekisting
c. Perancah pada lantai dasar (base support at
untuk beban vertikal, yaitu beban mati termasuk
ground level) sangat kaku.
beban struktur, bekisting dan beban hidup.
d. Pengaruh rangkak (creep) dan susut
Beban bekisting dan perancah sangat bervariasi
(shrinkage) tidak diperhitungkan.
tergantung dari sistem yang digunakan, berat
bekisting dan perancah dapat diambil sebesar

10 ANALISIS WAKTU SIKLUS PENGECORAN LANTAI GEDUNG BERTINGKAT


Vol.15 No.1 Maret 2013:8-17
Metodologi sampai 15 hari untuk bekisitng dua tingkat
lantai dan waktu siklus 4 sampai 10 hari untuk
Untuk menentukan waktu siklus
bekisitng tiga tingkat lantai. Sehingga masing-
pengecoran lantai pada gedung bertingkat,
masing lantai pendukung akan menerima total
metodologi yang digunakan adalah dengan
beban konstruksi, sesuai dengan umur beton
metode analisis. Analisis dilakukan dengan
dari penerapan waktu siklus pengecoran lantai.
beberapa asumsi berdasarkan pada beberapa
Struktur bangunan gedung bertingkat yang
referensi, dan beberapa parameter yang potensi
ditinjau adalah bangunan standar dengan
akan berpengaruh terhadap waktu siklus. Dalam
panjang bentang antar kolom maksimum 8
analisis waktu siklus pengecoran lantai ini,
meter, dan campuran beton menggunakan beton
bekisting dan perancah dimodelkan dengan
normal tanpa bahan tambah (additive). Untuk
menggunakan dua dan tiga tingkat lantai seperti
beban rencana menggunakan standar
ditunjukan berturut-turut pada Gambar 1a dan
pembebanan dari SNI 03 – 1727 – 1989-F, baik
1b. Dari gambar tersebut, lantai yang sedang
untuk beban mati maupun beban hidup.
dicor dinyatakan sebagai lantai "i", dan lantai
Sedangkan untuk analisis distribusi beban
di bawahnya berturut-turut dinyatakan sebagai
konstruksi, pembebanan yang ditinjau pada
lantai "i - 1" , lantai"i - 2", dan lantai "i - 3".
jalur kolom.

Analisa dan Pembahasan

Kekuatan tekan beton dan modulus


elastisitas akan meningkat sesuai dengan fungsi
waktu. Dengan menggunakan persamaan 2 dan
3, maka hubungan kuat tekan dan modulus
elastisitas terhadap
Grafik hubungan kuat tekanumur beton,
dan modulus elastisitasmenunjukan
terhadap umur
beton
kemampuan beton dalam menahan beban
seperti ditunjukan pada Gambar 2.
1.10
1.00
Ec
% Terhadap umur 28 hari

0.90
0.80
f c'
0.70
0.60

Gambar 1 Waktu siklus pengecoran Lantai “i” 0.50


0.40
menggunakan bekisting dan perancah dua dan tiga fc'
0.30
tingkat lantai 0.20 Ec

0.10
0.00
Dengan mempertimbangkan kekuatan 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32

beton lantai "i - 1" dalam menahan beban Umur Beton (hari)

konstruksi, maka waktu siklus pengecoran Gambar 2 Hubungan antara kuat tekan dan
modulus elastisitasterhadap umur beton
lantai yang ditinjau dimulai dari waktu siklus 7
ANALISIS WAKTU SIKLUS PENGECORAN LANTAI GEDUNG BERTINGKAT 11
(Ujang Ruslan, Nuroji, Windu Partono)
Beban-beban yang diterapkan pada Dalam operasi pembebanan, beban
struktur selama proses konstruksi sangat konstruksi dari lantai "i" akan ditransfer pada
berbeda dengan beban rencana. Beban rencana lantai "i - 1" (lihat Gambar 1) , sehingga total
merupakan beban yang diterapkan selama beban konstruksi pada lantai "i - 1" adalah
layanan dari bangunan, sedangkan beban jumlah dari beban konstruksi lantai "i"
konstruksi merupakan beban sementara yang ditambah dengan beban konstruksi lantai "i - 1"
diterapkan selama berlangsungnya pelaksanaan itu sendiri.
konstruksi. Total beban konstruksi yang dapat ditahan
Beban rencana untuk beban mati (D) oleh lantai "i - 1", tergantung dari kekuatan
digunakan berat rata-rata dari berat sendiri beton lantai tersebut sesuai dengan umur beton
lantai, balok anak, dan balok induk yang yang telah dicapai, sehingga kelebihan beban
diperhitungkan per meter persegi adalah 750 akan ditransfer ke lantai "i - 2". Begitu pula
kg/m2 ditambah beban mati (D) superimposed dengan bekisting tiga tingkat lantai, kelebihan
2
sebesar 105 kg/m , dan beban hidup (L) 250 beban konstruksi dari lantai "i - 2" akan
kg/m2. Masing-masing beban dinyatakan ditransfer ke lantai "i - 3".
sebagai proporsi D, maka: Pada Tabel 1 merupakan hasil analisis
Beban mati lantai (D) = 1,000 D distribusi beban konstruksi dengan bekisting
Beban superimposed (D) = 0,140 D dan perancah dua tingkat lantai, dengan waktu
Beban hidup (L) = 0,333 D siklus pengecoran lantai yang ditinjau sama
= 1,473 D dengan 7 hari. Dari Tabel 1 tersebut, total beban
Untuk beban konstruksi yang bekerja pada konstruksi akhir operasi pada lantai "i - 1"
masing-masing lantai pada saat pengecoran adalah 2,333 D atau (1,133 D + 1,000 D +
lantai "i" adalah sebagai berikut: 0,067 D + 0,133 D), karena lantai "i" belum
a. Beban konstruksi pada lantai "i" memperoleh kekakuan. Sedangkan total beban
Beban mati lantai (D) = 1,000 D yang dapat ditahan oleh lantai "i - 1" tersebut
Beban hidup (L) = 0,133 D adalah sebesar 84% (1,867 D) dari total beban
= 1,133 D konstruksi akhir operasi. Hal ini sesuai dengan
b. Beban konstruksi pada lantai "i - 1" umur beton lantai "i - 1" sama dengan 7 hari,
Beban mati lantai (D) = 1,000 D karena nilai modulus elastisitas beton baru
Berat bekisting (D) = 0,067 D mencapai 84% seperti ditunjukan sebelumnya
Beban hidup (L) = 0,133 D pada Gambar 2. Maka kelebihan beban
= 1,200 D konstruksi sebesar 16% (0,376 D) akan
c. Beban konstruksi pada lantai "i - 2" dan ditransfer ke lantai "i - 2", sehingga total beban
lantai "i - 3", sama seperti pada lantai "i - konstruksi yang perlu ditahan oleh lantai "i - 2"
1" sebesar 1,200 D. pada umur beton 14 hari adalah sebesar 1,576
D.

12 ANALISIS WAKTU SIKLUS PENGECORAN LANTAI GEDUNG BERTINGKAT


Vol.15 No.1 Maret 2013:8-17
Tabel 1 Analisis distribusi beban konstruksi pada saat pengecoran lantai "i" bekisting dan perancah
dua tingkat lantai, waktu siklus 7 hari

Dari hasil analisis distribusi beban 15 hari. Dari gambar tersebut dapat dilihat
konstruksi dengan waktu siklus pengecoran 7 bahwa dengan waktu siklus semakin lama,
hari (Tabel 1) tersebut, menunjukan bahwa total maka total beban konstruksi yang perlu ditahan
beban konstruksi yang perlu ditahan oleh lantai oleh lantai "i - 2" semakin kecil seiring dengan
"i - 2" lebih besar dari beban rencana (1,473 D). bertambahnya umur beton pada lantai tersebut.
Jadi sangat jelas bahwa lantai "i - 2" pada umur Total beban konstruksi yang bekerja pada lantai
beton 14 hari belum cukup kuat untuk menahan paling bawah tersebut, selanjutnya akan
total beban konstruksi, sehingga waktu siklus digunakan untuk evaluasi keamanan struktur
pengecoran lantai perlu diperpanjang. Pada dalam menentukan waktu siklus pengecoran
Gambar 3 menunjukan hasil analisis distribusi lantai.
beban konstruksi dengan waktu siklus 7 sampai
1.800
1.576
1.600 1.525
1.482
1.446 1.415
Total beban konstruksi (D)

1.388 1.365
1.400 1.344 1.325

1.200

1.000

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
7 8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu siklus pengecoran (hari)

Gambar 3 Total beban konstruksi lantai "i - 2" saat pengecoran lantai "i"
(Bekisting dan perancah dua tingkat lantai, waktu siklus 7 - 15 hari)
ANALISIS WAKTU SIKLUS PENGECORAN LANTAI GEDUNG BERTINGKAT 13
(Ujang Ruslan, Nuroji, Windu Partono)
Untuk bekisting dan perancah dengan tiga untuk memastikan kekuatan lantai "i - 3"
tingkat lantai, waktu siklus pengecoran lantai tersebut pada saat pengecoran lantai "i", perlu
dapat lebih cepat dibanding dengan dua tingkat dilakukan evaluasi terhadap keamanan struktur
lantai. Pada Tabel 2 merupakan hasil analisis dalam menentukan waktu siklus. Hasil analisis
distribusi beban konstruksi dengan bekisting distribusi beban konstruksi yang perlu ditahan
dan perancah tiga tingkat lantai, dengan waktu oleh lantai "i - 3" dengan waktu siklus yang
siklus pengecoran lantai yang ditinjau sama ditinjau mulai dari 4 sampai 10 hari, ditunjukan
dengan 4 hari. Dari Tabel 2 tersebut terlihat pada Gambar 4.
bahwa total beban konstruksi yang perlu
ditahan oleh lantai "i - 3" pada umur beton 12
hari lebih kecil dari beban rencana. Namun

Tabel 2 Analisis distribusi beban konstruksi pada saat pengecoran lantai "i"
bekisting dan perancah tiga tingkat lantai, waktu siklus 4 hari

14 ANALISIS WAKTU SIKLUS PENGECORAN LANTAI GEDUNG BERTINGKAT


Vol.15 No.1 Maret 2013:8-17
1.600
1.453
1.381
1.400 1.332
1.297 1.271 1.251

Total beban konstruksi (D)


1.235
1.200

1.000

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
4 5 6 7 8 9 10
Waktu siklus pengecoran (hari)

Gambar 4 Total beban konstruksi lantai "i - 3" saat pengecoran lantai "i"
(Bekisting dan perancah tiga tingkat lantai, waktu siklus 4 - 10 hari)

Dalam menentukan kekuatan struktur D (99,75 kg/m2). Maka besarnya beban


bangunan, harus direncanakan berdasarkan konstruksi terfaktor adalah 1458,30 kg/m2,
kombinasi beban dan gaya terfaktor. Menurut lebih besar dari kapasitas beban rencana
SNI 03 – 2847 – 2002, gaya terfaktor untuk terfaktor (1255,597 kg/m2). Hal ini menunjukan
beban mati (D) sebesar 1,2 dan beban hidup bahwa dengan waktu siklus pengecoran lantai 7
sebesar 1,6. Dengan menggunakan faktor-faktor hari, lantai "i - 2" belum cukup kuat untuk
beban tersebut, maka besarnya kapasitas beban menahan beban konstruksi sehingga waktu
rencana untuk umur beton 28 hari adalah 1.426 siklus perlu diperpanjang.
kg/m2. Sedangkan untuk memperoleh besarnya Hasil analisis kapasitas beban rencana dan
kapasitas beban rencana pada setiap lantai yang beban konstruksi terfaktor dengan waktu siklus
ditinjau, diperoleh dari hasil perkalian kapasitas 7 sampai 15 hari, secara lengkap ditunjukan
beban rencana pada umur beton 28 hari dengan Tabel 3. Pada Tabel 3 terlihat bahwa dengan
rasio kekuatan beton (f'ct ) sesuai dengan umur bekisting dan perancah dua tingkat lantai,
beton yang ditinjau (lihat Gambar 2). Untuk waktu siklus yang aman dimulai dari 10 hari
bekisting dan perancah dua tingkat lantai pada saat lantai "i - 2" telah berumur 20 hari
dengan waktu siklus 7 hari seperti ditunjukan atau kekuatan beton (f'ct ) telah mencapai di atas
sebelumnya pada Tabel 1, maka besarnya 95%.
kapasitas beban rencana pada lantai "i - 2" pada
umur beton 14 hari adalah sebesar 1255,597
kg/m2.
Sementara besarnya beban konstruksi yang
bekerja pada lantai yang ditinjau tersebut (lihat
Tabel 1), besarnya beban mati adalah 1,443 D
(1082,25 kg/m2) dan beban hidup sebesar 0,133

ANALISIS WAKTU SIKLUS PENGECORAN LANTAI GEDUNG BERTINGKAT 15


(Ujang Ruslan, Nuroji, Windu Partono)
Tabel 3 Kapasitas beban rencana dan beban
konstruksi terfaktor (Bekisting dan perancah dua
Tabel 4 Kapasitas beban rencana dan beban
tingkat lantai)
konstruksi terfaktor (Bekisting dan perancah tiga
Umur beton Kapasitas tingkat lantai)
Waktu siklus Beban konstruksi
lantai "i - 2" beban rencana Umur beton Kapasitas
2 2 Waktu siklus Beban konstruksi
(hari) (hari) (kg/m ) (kg/m ) lantai "i - 3" beban rencana
7 14 1,255.597 1,458.305 (hari) (hari) (kg/m2) (kg/m2)
8 16 1,296.364 1,412.608 4 12 1,205.070 1,347.602
9 18 1,329.948 1,374.230 5 15 1,277.015 1,283.126
10 20 1,358.095 1,341.703 6 18 1,329.948 1,239.050
11 22 1,382.026 1,313.771 7 21 1,370.526 1,207.455
8 24 1,402.623 1,183.878
12 24 1,402.623 1,289.518
9 27 1,423.148 1,165.718
13 26 1,420.536 1,268.257
10 30 1,431.704 1,151.371
14 28 1,426.000 1,249.462
15 30 1,431.704 1,232.727
Hal yang sama juga untuk bekisting dan Kesimpulan

perancah tiga tingkat lantai dengan waktu siklus


Berdasarkan hasil kajian yang telah
4 hari seperti ditunjukan sebelumnya pada
dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
Tabel 2, besarnya beban mati adalah 1,32 D
berikut:
(990 kg/m2) dan beban hidup sebesar 0,133 D
1. Jumlah bekisting terpasang dalam proses
(99,75 kg/m2), sehingga besarnya beban
siklus konstruksi memiliki pengaruh
konstruksi terfaktor adalah 1347,60 kg/m2.
terhadap waktu siklus pengecoran lantai,
Sementara besarnya kapasitas beban rencana
yaitu semakin besar jumlah bekisting
terfaktor pada lantai "i - 3" pada umur beton 12
terpasang semakin cepat waktu siklus.
hari adalah sebesar 1205,070 kg/m2. Hal ini
2. Penerapan waktu siklus pengecoran lantai
menunjukan bahwa dengan waktu siklus
dengan bekisting dan perancah dua tingkat
pengecoran lantai 4 hari, lantai "i - 3" belum
lantai, dimulai dari 10 hari pada saat lantai "i
cukup kuat untuk menahan beban konstruksi
- 2" telah berumur 20 hari atau kekuatan
sehingga waktu siklus perlu diperpanjang.
beton (f'ct ) telah mencapai di atas 95%.
Pada Tabel 4 menunjukan hasil analisis
3. Penerapan waktu siklus pengecoran lantai
kapasitas beban rencana dan beban konstruksi
dengan bekisting dan perancah tiga tingkat
terfaktor dengan waktu siklus 4 sampai 10 hari.
lantai, dimulai dari 6 hari pada saat lantai "i
Dari Tabel 4 tersebut terlihat bahwa dengan
- 3" telah berumur 18 hari atau kekuatan
bekisting dan perancah tiga tingkat lantai,
beton (f'ct ) telah mencapai di atas 93%.
waktu siklus yang aman dimulai dari 6 hari
pada saat lantai "i - 3" telah berumur 18 hari
atau kekuatan beton (f'ct ) telah mencapai di atas
93%.

16 ANALISIS WAKTU SIKLUS PENGECORAN LANTAI GEDUNG BERTINGKAT


Vol.15 No.1 Maret 2013:8-17
Assessment, Report 136, Construction Industry
Daftar Pustaka
Research Information Association, London,

ACI 347.2R-05, Guide for Shoring/Reshoring 1995, 71 pp.

of Concrete Multistory Buildings, American


Hurd, Mary Krumboltz, Formwork for concrete
Concrete Institute, 2005.
- Seventh Edition, American Concrete Institute,

ACI 209.2R-08, Guide for Modeling and 2005.

Calculating Shrinkage and Creep in Hardened


SNI 03 – 1727 – 1989-F, Tata Cara
Concrete, American Concrete Institute, 2008.
Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan

ACI 347-04, Guide to Formwork for Concrete, Gedung, 1989.

American Concrete Institute, 2004.


SNI 03 – 2847 – 2002, Tata Cara Perhitungan

ACI 209R-92 (Reapproved 1997) Prediction of Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, 2002.

Creep, Shrinkage, and Temperature Effects in


Tumilar, Steffie, Berbagai Aspek dan Masalah
Concrete Structures, American Concrete
Yang Dihadapi Dalam Proses Pembangunan
Institute, 1992.
Struktur Beton, PT Wiratman & Associates,

Harrison, T. A, Formwork Striking Times - 1993.

Criteria, Prediction, and Methods of

ANALISIS WAKTU SIKLUS PENGECORAN LANTAI GEDUNG BERTINGKAT 17


(Ujang Ruslan, Nuroji, Windu Partono)

Anda mungkin juga menyukai