Kelompok 6 (Enam) :
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim…
Assalamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan hasil
Laporan kami ini dengan judul “Analisis Perencanaan Pembangunan Program
Ruang Terbuka Hijau (RTH)” di Kota Medan
Penyusunan proposal PPL ini sebagai salah satu syarat untuk membuat
tugas akhir dan mata kuliah wajib yang harus ditempuh dalam meraih gelar
sarjana di Program Studi SI Ilmu Administrasi Publik Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara serta sebagai wahana studi lapangan bagi
mahasiswa untuk dapat mengetahui secara langsung lingkungan kerja.
Kami juga menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbing yaitu kepada :
1) Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah, serta
kesehatan kepada penulis dalam melaksanakan penulisan proposal PPL
ini.
2) Teristimewa kepada kedua orang tua Ayah dan Ibu yang telah
memberikan kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan
pembuatan proposal PPL ini.
3) Bapak Dr. Agussani,M.AP Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara
4) Bapak Jehan Ridho Izharsyah,S.Sos.,M.SI Dosen Pembimbing Lapangan
PPL
5) Bapak/Ibu Staff dan Perangkat Kantor Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Kota Medan
Kelompok 6 ( Enam )
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Isu mengenai masalah lingkungan hidup semakin menjadi bahasan yang
sangat menarik dewasa ini. Salah satu permasalahan yang kini dihadapi oleh
hampir seluruh perkotaan di Indonesia adalah semakin berkurangnya
lingkungan dan ruang publik. Terutama ruang terbuka hijau, kota-kota besar
pada umumnya memiliki ruang terbuka hijau dengan luas dibawah 10% dari luas
kota itu sendiri. Kondisi tersebut sangat jauh dibawah ketentuan pemerintah
pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang ruang terbuka hijau yang mewajibkan
pengelola perkotaan yang menyediakan ruang terbuka hijau publik dengan
luas sekitar 20% dari luas kota tersebut. Kurangnya proporsi ruang terbuka
hijau dikawasan perkotaan disebabkan oleh lebih tingginya permintaan lahan
untuk kegiatan perkotaan.
3
8 Medan 8%
9 Jambi 4%
10 Palembang 5%
Rata–rata luas RTH di kota-kota 8,69%
besar Indonesia
Sumber : Nirwono Joga, Aspek Lingkungan dalam Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan,
Presentasi dalam Workshop Nasional Pembangunan Kota yang Berkelanjutan, Medan 13
Februari 2015
Berdasarkan Tabel 1. tentang proporsi ruang terbuka hijau di kota-kota
yang ada di Indonesia, kota-kota besar yang ada di Indonesia belum memenuhi
syarat ruang terbuka hijau seperti yang ditetapkan oleh UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang. Kota Bogor menjadi satu-satunya kota yang memiliki
proporsi ruang terbuka hijau dengan luas 19,32% dari luas keseluruhan kota.
Pembenahan ruang terbuka hijau yang ada di kota-kota besar di Indonesia mutlak
diperlukan guna memenuhi ketentuan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Dalam upaya memenuhi kekurangan ruang terbuka hijau diperlukan kerja
sama di setiap elemen. Upaya pemenuhan ruang terbuka hijau bukan hanya
menjadi tugas pemerintah, masyarakat pun dituntut agar peduli dengan
keberadaan ruang terbuka hijau dengan menjaga kelestarian ekologis yang ada di
dalamnya.
4
taman-taman, hutan kota, kawasan penyangga serta pembangunan lain yang
berorientasi pada keseimbangan lingkungan. Padahal keseimbangan lingkungan
merupakan faktor penting dalam menciptakan kondisi kota yang sehat dan
nyaman. Kejenuhan akibat maraknya pembangunan serta kompleksnya masalah
perkotaan mengakibatkan proses berpikir akan pentingnya pembangunan kota
yang ekologis atau berwawasan lingkungan. Suatu kota yang ekologis dapat
menciptakan peristiwa dimana terjadi hubungan interaksi yang baik dan saling
menguntungkan antara manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungannya.
Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan,
yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan hal ini dapat
juga dirasakan di kota Medan. Menurunnya kualitas permukiman di kota Medan
bisa dilihat dari kemacetan yang semakin parah, berkembangnya kawasan kumuh
yang rentan dengan bencana banjir serta semakin hilangnya ruang terbuka
(Openspace) untuk artikulasi dan kesehatan masyarakat.
5
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Medan hanya berkisar 7,5%-10%.
Keberadaan taman di kota ini masih minim, akibatnya, masyarakat lebih banyak
yang memilih mencari lokasi rekreasi bersama keluarga dengan mengunjungi
pusat perbelanjaan modern. Padahal, perkembangan anak yang selalu
mengunjungi mall-mall itu tidak baik.
6
lintas), dampaknya terhadap perekonomian adalah ketidakefektivan dan
ketidakefisienan, serta berpengaruh terhadap kesejahteraan warga kota. Masalah-
masalah perkotaan tersebut merupakan objek pembahasan ilmiah secara terus-
menerus dan cenderung bertambah semakin kompleks seiring dengan
pertumbuhan kota yang makin pesat dan makin luas. Masalah perkotaan yang
dihadapi sangat luas, baik masalah makro maupun masalah mikro. Masalah makro
adalah yang berkaitan dengan fungsi kota bagi wilayah sekitarnya, sedangkan
masalah mikro meliputi masalah-masalah internal kota.
7
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : ”Analisis
Perencanaan Pembangunan Program Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota
Medan”
1.3.Ruang Lingkup
Lingkup Wilayah Perencanaan RTRW Kota Medan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota adalah rencana tata ruang
dalam wilayah administrasi Kota dengan tingkat ketelitian skala 1 : 20.000
berjangka waktu perencanaan 20 tahun. RTRW Kota disusun berdasarkan
perkiraan kecenderungan dan arahan perkembangan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan di masa depan sesuai dengan jangka waktu perencanaannya.
8
Penyusunan Penyempurnaan RTRW Kota Medan dilakukan dengan berdasarkan
kaidah-kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan,
kelestarian, dan kesinambungan dalam lingkup kota dan kaidahnya dengan
provinsi dan kabupaten/kota sekitarnya.
9
dengan Peraturan Pemerintah. Republik Indonesia No. 35 Tahun 1992 Kota
setingkat kabupaten menetapkan sejumlah peraturan kecamatan. II Medan, secara
administratif Kota Medan kembali dimekarkan, terbagi menjadi 21 kecamatan.
1.4.Dasar Hukum
Proses untuk mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan, penataan ruang
sekaligus juga merupakan produk yang memiliki landasan hukum (legal
instrument). Di Indonesia, penataan ruang telah ditetapkan melalui Undang-
Undang Nomor 26 tahun 2007 yang kemudian diikuti dengan penetapan berbagai
Peraturan Pemerintah (PP) untuk operasionalnya. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 26 tahun 2007 tersebut, khususnya pasal 3, termuat tujuan penataan ruang,
yakni mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Sedangkan sasaran penataan ruang adalah:
10
masyarakat dan swasta;
e. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota; dan
TRW Kota Medan disusun dengan masa rencana hingga tahun 2031 dengan
tujuan untuk:
A.Landasan Filosofis
11
B.Landasan Sosiologis
C.Landasan Yuridis
12
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657);
13
secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang atau
jasa yang relative besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang
relative besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa.
Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor
tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat
perdagangan dan keuangan regional/nasional.
Letak Geografis dan Demografi Kota Medan
Kota Madya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah
Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subuh di wilayah dataran
yang rendah timur dari provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5
meter dibawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli
dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.
Secara geologis, Kota Medan terletak pada 3,30º - 3,43º LU dan 98,35º -
98,44º BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur
Kota Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Di sebelah utara
berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Kota
Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa
baik itu domestic maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah
dengan curah hujan rata-rata 2000 – 2500 mm pertahun. Suhu udara di Kota
Medan berada pada maksimum 32,4º C dan minimum 24º C.
Kota Medan sebagai salah satu pusat perekonomian regional terpenting di
pulau Sumatera dan salah satu dari tiga kota metropolitan baru di Indonesia,
memiliki kedudukan, fungsi dan peran strategis sebagai pintu gerbang utama bagi
kegiatan jasa perdagangan dan keuangan secara regional/internasional di kawasan
barat Indonesia.
Kota Medan secara administratif pemerintahan saat ini terdiri dari 21
Kecamatan dengan 151 Kelurahan, yang terbagi atas 2.001 lingkungan.
Berdasarkan batas wilayah administratif, Kota Medan relative kecil dibanding
kota lainnya, tetapi posisi secara ekonomi regional Kota Medan sangat penting
karena berada dalam wilayah hinterland dengan basis ekonomi sumber daya alam
yang relative besar dan beragam, serta dukungan ke pelabuhan.
Di banding kota besar lainnya, Kota Medan memiliki keterbatasan ruang
sebagai akibat bentuk wilayah administratif yang ramping ditengah. Dengan
keterbatasan ruang tersebut, daya dukung lingkungan perkotaan menjadi kurang
optimal terutama hambatan alamiah dalam pengembangan wilayah utara Kota
Medan, khususnya dalam penyediaan prasarana dan sarana perkotaan. Kondisi
tersebut juga menyebabkan cenderung kurang seimbangnya dan kurang
terpadunya penataan ruang kota di bagian utara dan bagian selatan.
14
BAB II
URAIAN TEORITIS (PENGUAT TINJAUAN PUSTAKA)
Dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka
hubungan antar pemerintah pusat dan daerah berlangsung secara inklusif, dimana
otoritas pemerintah daerah tetap dibatasi oleh pemerintah pusat melalui suatu
sistem kontrol yang berkaitan dengan pemeliharaan kesatuan. Dalam rangka
menjaga keharmonisan hubungan ini, maka telah dilakukan pembagian kekuasaan
dan kewenangan penyelenggara kepemerintahan melalui sistem desentralisasi.
Salah satu aspek mendasar dalam sistem desentralisasi adalah adanya pembagian-
pembagian urusan dan kewenangan antara pemerintahan pusat dan pemerintah
daerah yang secara umum diatur melalui UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sebagai daerah otonom, maka
Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan,
kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter, fiskal dan agama serta kewenangan bidang lain. Kewenangan
di bidang pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah menjadi wewenang
pemerintah pusat dalam wujud dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
15
jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah diartikan sebagai naskah hasil penelitian atau pengkajian
hukum atau hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan merupakan solusi terhadap suatu
permasalahan. Sejalan dengan peraturan tersebut terlihat bahwa penyusunan Perda
merupakan kegiatan ilmiah yang dapat dituangkan dalam penjelasan ataupun
Naskah Akademik.
1) Pertama adalah Walter Isard sebagai pelopor Ilmu Wilayah yang telah
mengkaji terjadinya hubungan sebab-akibat dari faktor-faktor utama
pembentuk ruang wilayah, yakni faktor fisik, sosial-ekonomi, dan budaya.
16
pengembangan wilayah.
17
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, hampir semua peraturan
perundangundangan mengalami perubabahan disesuaikan dengan konteks
otonomi dan desentralisasi daerah. Dalam hal penataan ruang wilayah ditetapkan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 sebagai pengganti undang- undang
sebelumnya. Berdasarkan pemahaman teoritis, secara konseptual Konsep
pengembangan wilayah dapat dirumuskan sebagai berikut:
18
BAB III
3.1.Lokasi
Daerah penelitian sangat penting untuk memperoleh data dalam hal penyusunan,
oleh karena itu peneliti memiliki lokasi penelitian . Penelitian ini dilaksanakan di
Dinas Perumahan , Kawasan Pemungkiman Dan Penataan Ruang Kota
Medan,adapun alasan penelitian mengambil objek pusat penelitian di wilayah
tersebut adalah: Karena RTH di kota Medan merupakan salah satu aset yang bisa
di bermanfaat bagi masyarakat untuk berolah raga dan lain sebagainya.
A.Waktu
19
sudah ditentukan fakultas.
B.Tahapan Pelaksanaan
Jenis Penelitian
Salah satu Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitis. Deskriptif analisis data yang diperoleh seperti pengamatan, hasil
wawancara, analisis dokumen, catatan lapangan yang disusun oleh peneliti dan
tidak dituangkan dalam angka. Penelitian ini adalah deskriptif analisis yaitu
penelitian diarahkan untuk menggambarkan fakta dengan argumen yang tepat.
Penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu
Perencanaan Pembangunan Program Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Medan.
20
Informasi Penelitian
1. Informan Kunci
2. Informan Biasa
Informan biasa adalah orang yang memberi informasi tetapi hanya sebagai
pelengkap saja. Adapun yang menjadi informan biasa dalam penelitian ini adalah.
21
3. Meneurut pendapat bapak ibu
tempat duduk pengunjung Apakah
sudah tersedia dengan baik atau
belum
4. Apakah fasilitas public sudah
memadai dan apa saja fasilitasnya
5. Apakah penataan ruang terbuka
melibatkan masyarakat dalam
perencanaannya atau bagaimana
6. Apakah ada dukungan pemerintah
dan masyarakat yang dilakukan
untuk penataan ruang terbuka
hijau
7. Menurut bapak ibu apa rencana
yang dilakukakn oleh pemerintah
dan masyarakat
8. Bagaimaan model penataan RTH
yang dilakukan oleh pemerintah
9. Apakah hambatan dalam penataan
ruang RTH Kota Medan
2 Pemanfataan ruang terbuka 1. Bagaimana bentuk pemanfaatan
ruang RTH Kota medan
hijau (RTH) udayana kota
2. Bagaimana model pemanfaatan
mataram ruang terbuka hijau Kota medan
3. apakah ada mamfaat RTH kota
medan untuk rekreasi
4. bagaimana dampak RTH kota
medan
terhadap kondisi economi
5. pengelolaan bidang olahraga
apakah
22
Sudah maksil
6. Apakah RTH udayana memiliki
dampak untuk kesehatan
7. Apakah masyarakat nyaman lari
pagi
setiap hari minggu di udayana
8. apa ada mamfaat RTH kota
medan dalam hal sosial
(menghubungkan silaturahmi
antara kawan dengan kawan
antara keluarga dengan keluarga)
9. Menurut bapak,ibu Berapa kira-
kira yang berkunjung di taman
kota medan
10. Apakah masyarakat sudah puas
dengan adanya taman di Kota
medan
3 Bagaimana upaya 1. Apa upaya yang dilakukan
oleh pemerintah dan
pemerintah dan masyarakat
masyarakat dalam
dalam pengelolaan RTH mengelolaan RTH
2. Apakah ada kebijakan yang di
kelarkan oleh pemerintah
daerah dalam hal pengelolaan
RTH
3. Apa rencana pemerintah untuk
pengelolaan RTH untuk
jangkah panjang
4. Bagaimana upaya pemerintah
untuk memberikan
menyadarkan masyarakt
23
dalam menjaga dan ikut
melestarikan
Observasi
Wawancara
24
yang dikemukakan informan (Sugiyono, 2016).
Dokumentasi
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun
orang lain Sugiyono (dalam Ayudi, 2016:41).
1. Reduksi Data
Tujuan dari reduksi data ini adalah untuk menyederhanakan data yang
25
diperoleh selama penggalian data di lapangan. Data yang diperoleh dalam
penggalian data sudah tentu merupakan data yang sangat rumit dan juga sering
dijumpai data yang tidak ada kaitannya dengan tema penelitian.
2. Penyajian Data
26
BAB IV
Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin
dicapai melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi pada akhir periode
perencanaan. Visi dan Misi Dinas Pertamanan tidak terlepas dari perwujudan visi
dan misi Pemerintah Kota Medan, yaitu terwujudnya Kota Medan yang unggul,
nyaman dan sejahterah. Visi dan Misi Dinas Pertamanan Kota Medan sebagai
berikut:
2. Misi
Salah satu permasalahan yang kini dihadapi oleh hampir seluruh perkotaan
di Indonesia adalah semakin berkurangnya lingkungan dan ruang publik.
Terutama ruang terbuka hijau, kota-kota besar pada umumnya memiliki
ruang terbuka hijau dengan luas dibawah 10% dari luas kota itu sendiri.
27
ditegaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, yang menyatakan bahwa
tujuan pembentukan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan antara lain meningkatkan
mutu lingkungan perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih dan sebagai sarana
penanganan Iingkungan perkotaan serta dapat menciptakan keserasian lingkungan
alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.
upaya pemanfaatan yaitu dari Sumber Daya Manusianya yang masih kurang,
karena Tim Mandor yang dimiliki Dinas Pertamanan Kota Medan hanya 10 untuk
menangani permasalah taman seperti ruang terbuka hijau kawasan perkotaan di
Kota Medan, jadi banyak sekali ruang terbuka hijau kawasan perkotaan yang
harus di tangani sedangkan Sumber Daya Manusia yang ada di Dinas Pertamanan
saja sedikit tidak sebanding dengan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan yang
ada di Kota Medan dan dari peralatan maupun anggaran juga yang belum turun,
dalam upaya pemanfaatan yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan Kota Medan,
Dinas Pertamanan selalu menjadwalkan dalam hal penanganan, penjangakauan,
dan penanganan, namun jika anggara belum di turun pada saat kegiatan ingin
dilaksanakan tentu kegiatan itu akan di undur.
4.2.3.1.Pendidikan
4.2.3.2.Kesehatan
28
BAB V
29
Daftar Pustaka
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Medan Tahun 2015-2035.
Putra, Dewa Raditya dan Wisnu Pradoto. (2016). Pola Dan Faktor Perkembangan
Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Maranggen, Kabupaten Demak. Jurnal
Pengembangan Kota (2016) Volume 4 No. 1
BPS (2020) Statistik Daerah Kota Medan, Bapan Pusat Statistik Kota Medan.
30
Burgess, E. W. (1925). The Growth of The City in R. E. Park; E.W Burgess and
R.D McKenzie, The City. Chicago, University of Chicago Press.
Malau, Febri Irwandi ., Mononimbar, Windy ., dan Rate, Johannes Van. (2018).
Analisis Pemanfaatan Ruang di Kawasan Sekitar Jalan Lingkar Kota Manado.
Jurnal Spasial Vo. 5. No. 3, 2018. ISSN 2442-3262.
Toriki, Pransiska Archivianti dan Nurini. (2012). Kajian Pola Ruang Kampung
Berdasarkan Budaya Lokal di Perkampungan Ke’Te Kesu, Kabupaten Toraja
Utara. Jurnal Teknik PWK Volume 1 Nomor 1 2012.
31
Viduri, Vika, Badjuri dan Andjar Widjajanti. (2015). Analisis Pengembangan
Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di
Kabupaten Banyuwangi dalam Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015. Jurusan Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember (UNEJ).
Wibowo, Awal. (2014). Studi Tentang Struktur Kota dan Sistem Transportasi Di
Perkotaan Purwokerto Tahun 2013. Geodukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014.
Yunus, Hadi Sabari. (2014) Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
32