Indikator
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan dapat
memahami memahami konsep tata ruang dalam
pembangunan, isu strategis dan permasalahan, urgensi
perencanaan tata ruang, kebijakan dan implementasi dalam
pembangunan, serta implikasinya terhadap lingkungan.
Pertanyaan Awal
1. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2018, lebih dari 55%
penduduk Indonesia tinggal di kawasan perkotaan.
▪ BPS memperkirakan, dengan tingkat urbanisasi 2,3% per tahun, pada
tahun 2035 proporsi jumlah penduduk perkotaan mencapai 66,6%.
▪ Peningkatan jumlah penduduk serta konsentrasi atau pemusatan kegiatan
di kawasan perkotaan berpotensi mengakibatkan permasalahan perkotaan
yang beragam.
▪ Mulai dari pemukiman kumuh, kemacetan lalu lintas, hingga degradasi
lingkungan. Kesemuanya akan mempengaruhi dinamika masalah sosial
dan ekonomi masyarakat.
Pertanyaan:
Guna mengantisipasi dinamika isu dan mengembangkan solusi
permasalahan perkotaan, inisiatif apa yang diharapkan dapat
mengcover seluruh isu permasalahan kota dan kebutuhan
masyarakat di wilayah Kota tersebut?
Pertanyaan Berikutnya
2. Menciptakan sebuah kota yang nyaman (livable city) bagi warganya tidak
bisa hanya sebatas kosmetik, cantik di luar tetapi tidak baik secara struktural
dan kultural. Hal ini menjadi persoalan akut di berbagai kota di Indonesia.
Untuk itu dibutuhkan kecerdasan, ketangkasan, dan menyentuh akar
persoalan dari seorang pemimpinnya. Apa hal-hal mendasar yang perlu
dilakukan untuk menyelesaikan persoalan akut tersebut agar
terciptanya suatu kota yang nyaman (livable city)?
3. Apa langkah strategis yg diambil oleh Pemerintah Daerah utk
menghasilkan lingkungan perkotaan yg memiliki ketahanan
lingkungan dan mampu menghadapi bencana?
4. Jika kita perhatikan dan bandingkan jumlah lahan pertanian dan perumahan
di daerah sekitar kita, atau lahan pertanian khususnya di Pulau Jawa sudah
semakin sedikit. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang tidak
diimbangi dengan perencanaan tata ruang dan juga wilayah, sehingga
menimbulkan banyak masalah. Kira-kira apa saja permasalahannya
hingga bisa seperti ini?
Pertanyaan Berikutnya
5. Atas dasar kebutuhan tempat tinggal penduduk, tak jarang lahan pertanian
yang subur berubah fungsinya menjadi sebuah pemukiman atau perumahan.
Selain tempat tinggal, salah satu kebutuhan pokok manusia adalah makanan.
Dengan berkurangnya lahan pertanian yang subur, otomatis sumber atau
bahan dasar makanan harus ditanam di tempat yang jauh, dan hal ini
berdampak pada meningkatnya harga makanan tersebut. Menurut saya,
perencanaan tata ruang dan wilayah yang buruk menjadi salah satu
penyebabnya. Bagaimana pandangan Anda mengenai hal ini?
6. Apa akar penyebab permasalahan tata ruang kota di Indonesia dan
apa solusi yang tepat untuk mengatasinya?
7. Apa permasalahan dalam penerapan tata ruang dan wilayah yang
baik di Indonesia dan apa solusinya?
Latar Belakang
Demikian halnya pada pola perubahan kawasan seperti kawasan hutan menjadi lahan
pertanian atau perkebunan, yang menyebabkan penurunan fungsi hutan sebagai kawasan
penyangga, pemelihara tata air, pengendali perubahan iklim mikro dan sebagainya.
Perubahan fungsi ruang kawasan menyebabkan menurunnya kulitas lingkungan, seperti
terjadinya pencemaran, kemacetan, hilangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau, serta
terjadinya berbagai bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan dan sebagainya.
Pemanfaatan sumberdaya ruang juga dapat memicu perbedaan persepsi dan persengketaan
tentang ruang, seperti munculnya kasus-kasus persengketaan batas wilayah pada berbagai
daerah dan juga internasional. Hal tersebut seolah-olah menunjukan adanya trade off antara
perkembangan ekonomi dengan kelestarian lingkungan.
Lanjutan
Salah satu faktor yg menyebabkan terjadinya hal ini adalah karena pertimbangan
lingkungan tdk diintegrasikan dlm proses pengambilan keputusan pd tahap
formulasi kebijakan, rencana, atau program-program pembangunan.
Permasalahan Penataan Ruang pada umumnya meliputi
Permasalahan Penyusunan Dokumen, Pelaksanaan dan
Pengawasannya
Proses penyusunan terdapat permasalahan:
1. Masalah Kebijakan dan integritas para Kepala Daerah,
2. Masalah Pembiayaan dan tenaga ahli/kepakaran di bidangnya dalam penyusunan
dokumen,
3. Masalah Tingkat ketelitian dan keterbaruan data base,
4. Konflik kepentingan,
5. Masalah Ekonomi,
6. Masalah Sosial budaya,
7. Masalah Kelestarian lingkungan hidup,
8. Masalah Politik,
9. Masalah Pertumbuhan penduduk,
10. Masalah Keamanan, dan
11. Masalah Institusi (kurang efektif dan efisien, perencanaan program tidak tepat dan
tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan, dokumen tata ruang yang tidak
digunakan dan hanya disimpan karena tidak sesuai dengan kebutuhan
pembangunan).
Masalah Kebijakan dan Integritas Para Kepala Daerah
❑ Pembiayaan dan kualitas tenaga ahli yang rendah sering berpengaruh terhadap kualitas
produk dokumen RTRW.
❑ Penyusunan dokumen tata ruang didahului oleh kajian akademik yang meliputi analisis
aspek fisik, lingkungan, ekonomi, sosial budaya. Analisis berbagai aspek tersebut diperlukan
spesifikasi tenaga ahli yang sesuai dengan kepakarannya.
❑ Anggaran RTRW yang rendah berdampak pada kualitas dan kepakaran tim penyusun yang
rendah pula. Bahkan beberapa nama pakar hanya sebatas dicantumkan. Namun dalam
pelaksanaannnya sering tidak terlibat.
❑ Penyusunan RTRW dan penataan ruang lainnya, seperti Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR), rencana strategis atau rencana rinci, sering dikerjakan oleh pihak ketiga. Pihak ini
mengerjakan RTRW di beberapa daerah. Anggapannya proses penyusunan RTRW sudah
baku merupakan kelemahan, karena intuisi keilmuannya kurang dan hanya mengejar
keuntungan, maka sering ditemukan adanya autoplagiat atau copy paste.
❑ Oleh sebab itu, dalam draf laporan final sering ditemukan kata dan kalimat yang sama
dengan dokumen RTRW daerah lain. Kedekatan antara para pengambil keputusan di tingkat
Pemda dengan pelaksana pihak ketiga merupakan salah satu faktor rendahnya kualitas
keahlian dan kepakaran dalam penyusunan RTRW dan RDTR atau perencanaan lainnya.
❑ Rendahnya kualitas ini ditambah dengan ciri swasta yang melakukan pekerjaan secara
efisien dan kurang mementingkan kualitas produk, berdampak pada dokumen RTRW hanya
merupakan koleksi.
Masalah Tingkat Ketelitian dan Keterbaruan Data Base
❑ Data fisik, lingkungan, sosial budaya dan ekonomi merupakan data pokok yang sering disebut data base
atau data dasar yang digunakan untuk analisis kesesuaian lahan dalam penentuan berbagai kawasan.
Denikian pula data untuk analisis daya dukung lahan dan air serta ruang wilayah.
❑ Banyaknya data dan informasi yang dibutuhkan diperoleh dari data primer, data sekunder dan data hasil
analisis. Berbagai data tersebut diperoleh dari hasil survei, analisis dan klasifikasi tertentu sesuai dengan
tingkatan yang telah disyaratkan, seperti halnya data penduduk dan data penggunaan dan pemanfaatan
lahan harus data terkini, yang diproyeksikan untuk 20 tahun mendatang.
❑ Demikian pula data fisik, lingkungan dan sosial budaya serta ekonomi membutuhkan data primer,
disamping data sekunder sebagai pembanding.
❑ Mahal dan lamanya memperoleh data tersebut, sering dijadikan alasan menggunakan data lama. Oleh
sebab itu, dalam perencanaan sering tidak sesuai dengan kebutuhan tingkat kualitas datanya.
❑ Seperti halnya data penggunaan lahan untuk seluruh wilayah suatu kabupaten/kota atau provinsi
membutuhkan waktu dan biaya yang mahal dan lama. Oleh sebab itu, sering digunakan data tahun 2010-
an, padahal perencanaan tahun 2020-an.
❑ Demikian pula data iklim 10 tahun ke belakang berbeda dengan pola iklim 20 tahun sebelumnya. Ini jelas
datanya sudah kadaluarsa alias data tidak valid. Berbeda dengan data kemiringan lereng, relief, data jenis
tanah dan kerentanan terhadap bencana alam letusan gunung, longsoran tanah, tsunami, angin kencang
dll merupakan data yang cukup stabil, kecuali terjadi bencana alam.
❑ Dalam pelaksanaan penyusunan RTRW sering menggunakan data lama dan berkualitas rendah.
Akibatnya banyak lokasi perencanaan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya
untuk kawasan-kawasan tertentu. Penentuan kawasan yang tidak sesuai dengan kemampuan, kesesuaian
lahan dan daya dukung serta daya tampung lahannya dalam rancangan Permen LH 2011 digolongkan ke
dalam lahan kritis.
Masalah Konflik Kepentingan
❑ Konflik kepentingan antara konsep pelestarian dan pembangunan ekonomi merupakan permasalahan
yang sering terjadi. Mahalnya harga tanah di suatu kabupaten/kota atau provinsi, dan daya tarik wisata
daerahnya serta ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku seolah-olah membatasi
penggunaan dan pemanfaatan lahan. Adanya sempadan ditujukan untuk menjaga kelestarian objek yang
dilindungi dan cara untuk pencegahan adanya dampak negatif terhadap objek, lokasi dan kawasan yang
dilindungi.
❑ Kegiatan pariwisata yang bertumpu pada sapta pesona (keindahan, keramah-tamahan, kebersihan,
keamanan, kenyaman, keunikan dan kenangan), berdampak pada daya tarik alam dan budaya yang unik,
seperti jurang yang harus dilindungi, namun dianggap unik maka dijadikan objek wisata. Demikian pula
panorama yang indah di pegunungan mendorong pembangunan yang mengurangi tingkat kelestarian
dan resapan air tanah.
❑ Demikian pula panorama laut yang indah mendorong terjadinya pelanggaran sempadan pantai. Dengan kata
lain di Singapura dan di negara lain adanya pembangunan di atas laut dan danau, tidak mungkin terjadi di
Indonesia, karena selain merupakan kawasan yang harus dilindungi secara nasional, juga merupakan
kawasan suci, seperti gunung, danau, sungai, dan laut.
❑ Konflik kepentingan terjadi akibat dari kebutuhan masyarakat akan hak atas tanah milik dengan
penetapan kawasan lindung dalam rangka pelestarian kawasan suci dan kawasan ruang terbuka hijau
publik dan privat.
❑ Masyarakat yang tanahnya terdapat di ruang terbuka hijau atau berada dalam kawasan suci, akan
mendapatkan nilai jual ekonomi yang rendah bila dibandingkan dengan lahan yang berada di kawasan
pariwisata, kawasan perdagangan dan jasa, industri dan pemukiman.
❑ Masyarakat desa adat yang akan membangun rumah, sementara lahan yang akan dibangun merupakan
RTH atau kawasan suci akan terjadi konflik kepentingan, karena permasalahan keikutsertaan dalam adat
yang sebagian besar tidak dapat pindah ke adat lainnya, terutama dalam kegiatan suka dan duka.
❑ Hal ini menyebabkan alokasi ruang tidak sesuai dengan peruntukannya karena pemerintah belum mampu
untuk membeli tanah yang ditetapkan sebagai RTR dan kawasan lindung.
Masalah Ekonomi
❑ Harga tanah di kawasan budidaya pertanian seperti RTH, RTHK, kawasan lindung dan
kawasan lindung setempat jauh lebih murah dibanding dengan kawasan budidaya non-
pertanian (perumahan, perdagangan, industri, pariwisata dll). Walapun lokasi tanah tersebut
jauh dari kota dan secara ekologis tidak sesuai dengan kemampuannya. Namun bila
ditetapkan sebagai kawasan pariwisata, harga tanah tersebut jauh lebih mahal bila dibanding
dengan wilayah RTHK di kawasan yang dekat dengan pusat pemerintahan.
❑ Kebutuhan akan lahan di suatu wilayah tidak hanya untuk etnis di wilayah tersebut.
Masyarakat Indonesia, bahkan para pembisnis dari manca negara juga memerlukan lahan di
wilayah tersebut. Hal ini sebabkan oleh misalnya wilayah tersebut sebagai tujuan pariwisata
dunia. Oleh sebab itu, apabila tanah di suatu wilayah dibuka sebagai kawasan budidaya non-
pertanian yang dilengkapi dengan aksesibilitas sangat baik seperti jalan dengan kelas
tertentu sehingga segera terjadi pembangunan.
❑ Kenyataan di lapangan dimana ada jalan yang menghubungkan pusat-pusat pariwisata dan
bisnis, maka tidak sampai lima tahun bermunculan berbagai jenis usaha penunjang
pariwisata. Harga tanah yang semula sebagai lahan pertanian sangat murah, dan meningkat
sangat tinggi berpuluh bahkan beratus kali lipat bila dijadikan kawasan non-pertanian yang
dilengkapi dengan aksesibilitas yang baik. Hal inilah baik masyarakat, maupun para spekulan
tanah justru mengajukan konsolidasi tanah, karena telah mengetahui peningkatan harga
tanah yang pantastik bila lahan pertaniannya diubah menjadi kawasan pemukiman,
perdagangan, jasa, dan sarana penunjang pariwisata lainnya.
❑ Masyarakat yang tanah miliknya ditetapkan menjadi kawasan lindung pada umumnya
mengadakan perlawasan. Dengan dalih tidak mempunyai nilai ekonomis. Untuk itu adanya
PP tentang insentif dan disinsentif membantu mengatasi permasalahan tersebut.
❑ Usaha mengatasi persepsi masyarakat bahwa lokasi fungsi lindung ekologis, sosial budaya
seperti kawasan suci, maka diperlukan penatagunaan tanah yang memungkinkan dapat
meningkatkan nilai ekonomi dengan tetap dalam bingkai sesuai dengan fungsi kawasannya.
❑ Pemerintah telah melakukan insentif terhadap tanah-tanah yang berada di kawasan RTH
dan kawasan lindung lainnya, seperti pembebasan pajak bumi dan bangunan, pemberian
subsidi sarana usaha tani dan kemudahan lainnya dalam berusaha yang sesuai dengan
alokasi ruangnya. Usaha pemerintah ini dianggap belum mencukupi, karena para pemilik
tanah merasa ada pembatasan pengunaannya dan hak atas tanah yang semakin hari
semakin meningkat di kawasan budidaya non-pertanian.
❑ Di samping itu, banyaknya spekulan tanah yang memberikan informasi yang tidak akurat,
menyebabkan banyaknya transaksi jual beli tanah di kawasan ini.
Masalah Sosial Budaya
❑ Penataan ruang ditujukan untuk melestarikan lingkungan hidup agar dapat digunakan secara
berkelanjutan dan memberikan dampak positif terhadap pembangunan, dan mengurangi
dampak negatif lingkungan hidup. Azas keberlanjutan, keserasian dan keterpaduan serta
kepentitangn umum tidak dapat diterapkan, bila mengedepankan nilai ekonomi dan
mengeliminir nilai lingkungan hidup. Berbagai pelanggaran pembangunan yang secara
ekologis tidak sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya banyak dijumpai di
daerah pantai, muara sungai dan tebing sungai. Fenomena ini banyak terjadi di berbagai
wilayah kabupaten/kota atau provinsi, seperti pembangunan hotel di sempadan sungai yang
terjal, di sempadan pantai dan muara sungai dan di daerah RTH untuk vila dengan dalih
pembangunan pariwisata membutuhkan keunikan. Pelanggaran terhadap RTHK di wilayah
perkotaan marak terjadi, dengan dalih kebutuhan lahan untuk pemukiman.
❑ Fungsi pelaksanaan dan pengawasan seolah tidak dilakukan. Oleh sebab itu, kajian AMDAL
berapa kali pun tentunya akan menghasilkan dampak positif terhadap lingkungan hidup.
Namun kenyataannya pembangunan tetap berjalan. Di suatu wilayah yang sering dibaca dan
didengar di media masa adalah pelaksanaan fungsi pembangunan untuk tinggi bangunan.
Namun untuk penggunaan lahan penunjang pariwisata di kawasan yang tidak sesuai dengan
peruntukannya jarang terdengar. Walaupun sangsi administrasi dan sangsi hukum sangat
jelas, bagi yang memberikan izin dan bagi yang melanggar tata ruang.
Masalah Politik
❑ Salah satu tujuan penataan ruang adalah untuk menghindari adanya konflik kepentingan.
Dalam era otonomi daerah, dimana para Legislatif memiliki konstituen di suatu daerah dan
atau wilayah tertentu. Demikina pula kandidat pasangan calon kepala Pemerintahan Daerah
(Pemda) mempunyai basis pendukung di lokasi tertentu, sering terjadi sebagai faktor kendala
dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang wilayah. Alokasi
ruang dan pengguna lahannya, pada umumnya menghindari wilayah konstituen tersebut
dijadikan kawasan lestari, seperti ruang terbuka hijau kota (RTHK) di wilayah perkotaan dan
RTH di wilayah perdesaan dan atau kawasan lindung. Sering dijumpai bahwa banyaknya
pesanan dari para politikus dan pemuka masyarakat tertentu untuk mempengaruhi
penetapan fungsi-fungsi kawasan, agar tanah miliknya dijadikan kawasan ekonomi. Bila
berada pada kawasan lindung dan lindung setempat, maka sedapat mungkin mengubahnya
menjadi kawasan budidaya non-pertanian.
❑ Pelaksanaan penataan ruang juga pengaruh dari berbagai pihak cukup tinggi. Bangunan
yang tidak sesuai dengan alokasi ruang di suatu wilayah sering dijumpai di berbagai lokasi.
Pelanggaran di RTH, RTHK dan kawasan lindung sering dilakukan oleh orang yang mengerti
tentang tata ruang. Bila kita menelusuri siapa pemilik bangunan tersebut, jawabannya adalah
orang yang bermodal dan orang-orang yang didukung oleh politisi atau tokoh yang
berpengaruh kepada pemerintah.
❑ Para spekulan tanah dan pemodal yang mengetahui bahwa pengawasan terhadap
pelanggaran tata ruang sangat lemah, maka dengan tidak segan-segan memasang iklan di
lokasi untuk mengapling dan menggunakan tanah yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
Akibatnya banyak terjadi tanah-tanah yang seolah-olah terlantar, pada kenyataannya adalah
perpindahan tanangan dari pemilik yang satu dengan pemilikan lainnya akibat dari adanya
calo tanah dan para spekulan lainnya.
❑ Penertiban tanah terlantar di suatu kawasan dan kawasan lainnya, seperti di lokasi-lokasi
yang pembangunannya mangkrak tahun sebelumnya menjadi tanah terlantar. Walaupun
adanya PP No 11 tahun 2010 tentang penertiban dan pendayagunaan tanah-tanah terlantar.
Pelaksanaanya hanya sebatas inventarisasi. Namun, belum adanya tindakan kongkrit
penertiban dan pendayagunaan tanah-tanah terlantar. Tanah terlantar di kawasan pantai
telah dimanfaatkan oleh para petani dengan pola perjanjian melalui desa adat. Secara fisik
tanah tersebut berada di sempadan Pantai < 100 m dari bibir pantai. Para spekulan dan
pemilik tanah yang ditetapkan sebagai RTH dan kawsan lindung cenderung melakukan
pelanggaran. Hal ini disebabkan oleh adanya pola pikir, bahwa kalau sudah banyak
pelanggaran di kawasan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, seperti kawasan RTH dan
kawasan perlindungan setempat, maka pada perencanaan berikutnya akan dirubah menjadi
kawasan budidaya non-pertanian.
Masalah Pertumbuhan Penduduk
❑ Pertumbuhan penduduk yang tinggi serta urbanisasi yang tidak terkendali, berdampak pada keterdesakan
ruang. Dampak negatif diantaranya adalah menimbulkan berbagai permasalahan, dari mulai penyediaan
pemukiman dan sarana-prasarana, serta lapangan pekerjaan. Pertumbuhan penduduk yang tidak
diimbangi dengan percepatan pembangunan, seolah penataan ruang jauh tertinggal dari kebutuhan
masyarakat akan sarana-prasarana dan persediaan lahan untuk berbagai kegiatan usaha. Akibatnya
adanya tata ruang seolah sering dilanggar, karena msyarakatnya dalam menggunakan dan memanfaatkan
lahan tidak sesuai dengan peruntukannya. Dampak yang nyata adalah tumbuhnya pemukiman kumuh,
yang semakin hari semakin banyak. Gangguan ketertiban dan keamanan, semakin macetnya lalu lintas,
banyaknya calo tanah, kurangnya sarana- prasarana umum, dan dampak negatif dikalangan remaja.
Permasalahan utama adalah tidak seimbangnya pembangunan sarana-prasarana umum yang dapat
dinikmati oleh warga masayarakat dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang.
❑ Pertumbuhan penduduk yang tinggi di wilayah perkotaan tentunya berbeda dengan di wilayah perdesaan.
Urbanisasi sebagai dampak positif dapat menambah tenaga kerja untuk pembangunan kota. Para urban
yang perpendidikan rendah dan tidak mempunyai keahlian pada umumnya merupakan pekerja kasar.
Dipandang dari segi sosial, ekonomi, politik dan hankam dapat berdampak positif dan negatif. Dari segi
kegiatan, maka para urban ini mempunyai waktu usaha lebih banyak dibandingkan dengan penduduk asli
yang terikat dengan adatnya. Mobilitas dan etos kerja yang tinggi sering menghasilkan nilai ekonomi lebih
tinggi dari penduduk asli, akibatnya dapat menyebabkan kecemburuan sosial. Adanya pengendalian dan
penertiban penduduk yang ketat oleh lembaga adat di suatu wilayah menimbulkan permasalahan
tersendiri, seperti ketidaknyamanan dalam berusaha.
❑ Lapangan kerja yang terbatas di suatu kawasan memicu aliran tenaga kerja yang datang dari kawasan
tersebut ke wilayah yang dituju. Untuk itu, wilayah yang dituju tersebut terjadi keheterogenan etnis dan
suku, serta para usahawan dari mancanegara ikut mendorong terciptanya keanekaragaman lapangan
pekerjaan yang semuanya membutuhkan ruang dan lingkungan yang harmonis.
Masalah Keamanan
❑ Keamanan akan lebih terkendali bila pendudukanya homogen seperti di wilayah perdesaan. Gangguan
keamanan tentunya lebih banyak terjadi di wilayah perkotaan, akibat dari persaiangan dan semua
keguatan dan produk diharhagakan dengan nilai ekonomi. Penduduk yang heterogen dengan berbagai
pandangan dan persepsi yang melekat di wilayah dari daerah asalnya, tentunya akan berbeda dengan
masyarakat yang berasal dari komunitas etnis dan suku yang berbeda. Komunikasi yang kurang lancar
dapat menimbulkan kesalalahan persepsi data lanjut ke masalah gangguan keamanan.
❑ Tujuan penataan ruang salah satunya adalah agar tidak terjadi tumpang tindih peruntukan lahannya yang
secara lingkungan dapat menimbulkan dampak negatif penggunaan dan pemanfaatan lahan yang satu
dengan yang lainnya. Dalam alokasi ruang yang harmonis, seimbang dan serasi memisahkan antara
peruntukan lahan sebagai kawasan pemukiman dengan kawasan industri dan kawasan perdagangan dan
jasa. Fenomena yang terjadi sepanjang jalan merupakan tempat perdagangan dan jasa dengan berbagai
jenis usaha. Pemukiman pada umumnya terletak di belakangnya. Oleh sebab itu, pola-pola pemukiman di
suatu wilayah pada umumnya mengikuti pola jalan. Dimana jalan dibuka, disitu tumbuh pemukiman dan
perdagangan pada berbagai skala usaha sesuai dengan kelancarannya.
❑ Kawasan Pariwisata dan pendukungnya seyogyanya tidak bercampur dengan kawasan pemukiman,
terlebih pemukiman tradisional. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari dampak negatif dari pariwisata.
Walaupun dampak positif dari segi ekonomi, namun dampak negatif sosial budaya akan terjadi bila
penunjang pariwisata tumbuh dengan subur di kawasan pemukiman. Tumbuhnya kafe-kafe liar yang
berada di kawasan pemukiman, akan mengganggu keamanan dan kenyamanan dari warga.
Masalah Institusi
❑ Masalah institusi adalah masalah kemampuan teknis dan manajemen tata ruang yang masih terbatas.
Masalah pertama kurang efektif dan efisien dalam menggunakan sumber-sumber dana. Masalah kedua
perencanaan program tidak tepat dan tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Ketiga masalah
dokumen tata ruang yang tidak digunakan dan hanya disimpan karena tidak sesuai dengan kebutuhan
pembangunan.
❑ Dalam pelaksanaannya terjadi konflik kepentingan antara persediaan lahan dengan kebutuhan
pembangunan dan kepemilikan tanah. Dalam pengawasan perwasalahan yang menonjol adalah partisipasi
masyarakat dengan pelaksana tugas pengawasan.
Tantangan Permasalahan Tata Ruang
di Indonesia
❑ Selama sepuluh tahun ke depan, bangsa Indonesia kian
dihadapkan oleh masalah pembangunan dan tata ruang yang
kian berat.
❑ Urbanisasi yang sangat pesat dan tidak terkendali, serta
dicirikan dengan pertambahan populasi secara konstan jelas
merupakan fenomena yang tidak sederhana implikasinya bagi
Indonesia.
❑ Tantangan ini lahir → karena berbagai permasalahan
pembangunan perkotaan yang semakin kompleks, termasuk
di dalamnya pelayanan infrastruktur dan manajemen ruang
kota.
Ada Lima Permasalahan yang harus Dihadapi
Bangsa Indonesia ke Depannya
Selain Itu Perencanaan Tata Ruang Juga Sering Hanya Dengan Menggunakan
Spatial Design Dengan Hanya Membagi Hais Ruang Sampai Akhir Tahun Rencana.
Produk Tata Ruang Sering Didominasi Oleh Politik Kekuasaan Dan Kepentingan
Lokal Yang Lebih Mengedepankan Pertumbuhan Ekonomi Yang Tinggi.
Ciliwung
Bantaran Sungai Katingan Tercemar Merkuri
Kampung Pulo Pemukiman Bantaran Sungai K.Ciliwung
Pemukiman di Sungai
Karang Mumus
Pemukiman Kumuh
di Bantaran Sungai Jakarta
Foto udara pemukiman di
bantaran sungai Ciliwung
kawasan Bukit Duri, Jakarta
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup, dan melakukan kegiatan serta memelihara
kelangsungan hidupnya.
Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang.
Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
ELEMEN POKOK SISTEM HUKUM PENATAAN RUANG
Hukum Yang
Hukum Yang Berhubungan Dengan
Berhubungan Dgn Pemanfaatan Ruang Hukum Yang
Penyusunan Rencana Berhubungan Dengan
1. Menyangkut Pengawasan Dan
Tata Ruang kewenangan administrasi Pengendalian
negara untuk Pemanfaatan Ruang
1. Mengatur kewenangan mengarahkan agar
dan prosedur tentang pemanfaatan ruang 1. Menyangkut
penentuan peruntukan sesuai Rencana Tata kewenangan administrasi
(bestemming) ruang. Ruang. negara dan penegak
2. Kewenangan tersebut 2. Kewenangan Adm. hukum untuk
diatur mulai dari tingkat Negara untuk mengendalikan
pusat sampai tingkat merelisasikan rencana pemanfaatan ruang.
daerah. terhadap semua rencana 2. Pengendalian dapat
3. Peruntukannya disusun kegiatan pembangunan berupa pengawasan dan
dari yang umum sampai 3. Ada mekanisme sanksi hukum.
pada yang detil pencegahan, seperti 3. Sanksi hukum
(RTRWN, RTRWP/K, melalui KLHS dan administrasi dan Pidana
RDTR). Perizinan Penggunaan
Ruang
Penataan Ruang dalam Pengembangan Wilayah
5) Peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat perdesaan dengan orientasi pada keunggulan
komparatif sumber daya lokal dan didukung oleh sektor industri, jasa dan perdagangan, dengan
infrastruktur yang menunjang keterkaitan perdesaan dengan pusat-pusat pertumbuhan;
6) Keserasian pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, serta penatagunaan tanah; serta
7) Upaya-upaya penyiapan strategi pengurangan risiko bencana yang mandiri dan berkelanjutan pada
wilayah-wilayah yang memiliki karakter berdekatan dengan gejala bencana alam dan rentan terhadap
perubahan iklim global.
Kebijakan sentralisasi pada masa lalu → membuat ketergantungan daerah-daerah kepada
pusat semakin tinggi dan nyaris mematikan kreatifitas masyarakat beserta seluruh perangkat
Pemerintah di daerah.
Sementara itu dalam era desentralisasi → partisipasi masyarakat dan azas keterbukaan
cenderung untuk dijadikan pedoman dengan asumsi bahwa pelaksanaan prinsip tersebut
akan menghasilkan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan kata lain → terdapat rasa memiliki masyarakat terhadap kebijakan yang ditetapkan
dan muncul komitmen untuk melaksanakannya sehingga pembangunan yang berkelanjutan
dapat diwujudkan.
Asas tersebut di atas memberi isyarat 3 (tiga) aspek pokok yang harus
diperhatikan dalam penataan ruang yaitu :
a. Aspek lingkungan hidup fisik umumnya dan sumber daya alam
khususnya yang dimanfaatkan;
b. Aspek masyarakat termasuk aspirasi sebagai pemanfaat;
c. Aspek pengelola lingkungan fisik oleh pemerintah yang dibantu
masyarakat, yang mengatur pengelolaannya dengan memperhatikan
dan mempertimbangkan kondisi dan potensi lingkungan fisik serta
kebutuhan masyarakat agar pemanfaatan ruang tersebut dapat
dilaksanakan secara berkelanjutan.
Tujuan Penataan Ruang
Sebagai suatu manajemen untuk mengatasi konflik dan agar tercapai pemanfaatan
ruang yang berkualitas, maka tujuan penataan ruang meliputi :
1. Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan ruang, baik sebagai sumberdaya alam maupun
sebagai wadah kegiatan;
2. Meminimalisir konflik dari berbagai kepentingan;
3. Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah dampak negatif terhadap lingkungan;
4. Mewujudkan keseimbangan antara kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
5. Melindungi kepentingan nasional dalam rangka pertahanan dan keamanan;
6. Mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara.
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota adalah mewujudkan ruang wilayah kota yang
maju dan lestari melalui penataan ruang secara serasi, seimbang, terpadu dan berkelanjutan
dalam rangka mendorong wilayah kota sebagai kawasan pengembangan agrobisnis dan
pariwisata untuk meningkatkan daya saing daerah dengan tetap memperhatikan daya dukung
lingkungan hidup dan kelestarian sumberdaya alam.
Sistem Perencanaan Tata Ruang di Indonesia
• Berdasarkan Undang-Undang nomor 26/2007 tentang Penataan Ruang, maka perencanaan tata
ruang Indonesia memiliki tiga tingkatan rencana tata ruang – nasional, provinsi dan kabupaten.
• Rencana tata ruang yang dibuat oleh tiga tingkatan pemerintah Indonesia seharusnya sesuai
dengan satu sama lain.
• Pemerintah pusat mengembangkan rencana nasional tata ruang (RTRWN) pertama, yang
mendeliniasi daerah lindung untuk kawasan lindung dan budidaya untuk pembangunan.
• Rencana tata ruang nasional dirancang untuk jangka panjang, untuk jangka waktu 25 – 50. tahun
Rencana tata ruang provinsi (RTRWP) kemudian dikembangkan berdasarkan rencana tata ruang
nasional.
Rencana tata ruang provinsi dikembangkan untuk jangka waktu 15 tahun.
Dari rencana ini rencana tata ruang kabupaten strategis regional (RTRWK) kemudian
dikembangkan; dirancang untuk menjadi rencana jangka pendek untuk jangka waktu 5 tahun.
Rencana tata ruang semua tingkatan pemerintah direvisi setiap lima tahun.
Rencana tata ruang biasanya direvisi untuk menyesuaikan fungsi daerah sesuai dengan kondisi
fisiknya.
Struktur sistem perencanaan tata ruang yang mengalokasikan sejumlah besar otoritas
pengambilan keputusan kepada pemerintah provinsi dan kabupaten untuk melaksanakan fungsi
perencanaan tata ruang di daerahnya, termasuk otorisasi tingkat kabupaten untuk
mengalokasikan izin untuk kegiatan pemanfaatan lahan.
Lanjutan
Dari KLHS yang belum dilakukan untuk rencana tata ruang, maka tidak
boleh ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri.
Dengan KLHS ini → diharapkan KRP yang dihasilkan dan ditetapkan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah menjadi lebih baik.
Peran Penting Rencana Tata Ruang
Wilayah dalam Pembangunan
Dalam perkembangan pembangunan di Indonesia, RTRW atau yang lebih dikenal sebagai Rencana
Tata Ruang Wilayah merupakan aturan pokok yang utama dalam pembangunan suatu daerah.
Rencana tata ruang wilayah berperan penting dalam menentukan letak – letak dan pengaturan
tata wilayah dalam suatu daerah. Akan tetapi, akhir – akhir ini sering terjadi kesalahan dalam
memahaminya.
Penataan ruang memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan pembangunan demi
terwujudnya pembangunan berkelanjutan yaitu dalam bentuk memberikan kontribusi yang nyata
dalam pengembangan wilayah dan kota yang berkelanjutan, sehingga keadilan dan kesejahteraan
bagi masyarakat Indonesia dapat tercapai.
Pemerintah daerah selama ini hanya menggunakan RTRW hanya untuk pembangunan yang
berskala besar saja, tetapi tidak digunakan pembangunan skala kecil.
Pembangunan berskala besar memang penting adanya, akan tetapi pembangunan skala kecillah
sebenarnya yang paling berpengaruh di suatu wilayah karena mayoritas penduduk di suatu
daerah banyak yang membangun beskala kecil.
Pembangunan berskala kecil awalnya memang tidak terlalu berdampak, akan tetapi akan semakin
terlihat dampaknya ketika pembangunan semakin banyak. Kurangnya kontrol dari pemerintah
terhadap pembangunan skala kecil sekarang telah menjadi suatu fenomena yang biasa di
kalangan masyarakat.
Lanjutan
Akibatnya :
Banyak sektor wilayah yang terkena dampak fatal akibat pembangunan yang salah tersebut.
Akibat yang seringkali terlihat adalah banjir yang disebabkan oleh peletakan pembangunan di
kawasan DAS (Daerah Aliran Sungai). Banjir yang terjadi → penduduk membuang sampah
sembarangan ke sungai → sampah menyumbat aliran sungai.
Tanah longsor → akibat kesalahan dalam peletakan pembangunan.
Banyak tanah longsor terjadi akibat keadaan tanah yang lunak dan daerah pegunungan yang
kurang pohonnya.
Akan tetapi dalam banyak kasus, penduduk malah membangun di daerah tersebut.
Bencana kekeringan → terjadi di suatu daerah diakibatkan o;eh pembangunan yang berada di
daerah resapan.
Pada awalnya sangat baik karena kebutuhan akan air selalu terpenuhi. Akan tetapi lambat laun
akan banyak penduduk yang membangun pemukiman di kawasan tersebut.
Sebenarnya tidak akan terjadi kekeringan apabila masih terdapat banyak pohon, tetapi yang
namanya pembangunan dimanapun juga pasti akan menebang pohon.
Kasus yang sering terjadi adalah penebangan pohon oleh penduduk pendatang baru yang
mendirikan rumah kawasan resapan tersebut. Akibatnya pohon yang seharusnya menjadi penahan
air hilang dan air akan mudah menguap sehingga kekeringan pun tidak dapat terelakkan lagi
terjadi. Akan tetapi kesalahan yang berdampak sangat besar adalah pembangunan yg
menghancurkan daerah hutan lindung dan kawasan hijau.
Dampak nyata yang terjadi adalah :
1. Global warming atau pemanasan global yang terjadi di bumi
Pemanasan global yang terjadi di bumi merupakan bencana alam yang sangat
berbahaya dan sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan seluruh umat manusia.
Akibat pemanasan global → antara lain: mencairnya es di kawasan kutub utara dan
kutub selatan → mengakibatkan naiknya air permukaan laut dan mengakibatkan bumi
menjadi semakin panas karena es yang membuat bumi dingin telah cair.
Petani yang biasanya mulai menanam padi pada bulan Oktober, mungkin kini banyak yang rugi.
Bahkan sekarang pada bulan Desember (besar – besarnya sumber air) yang konon menurut cerita
dan tradisi Jawa sebagai bulan yang hujannya paling deras, justru tidak hujan sama sekali.
Disamping itu terdapat juga kemarau panjang dan musim hujan yang panjang yang
mengakibatkan kekeringan berkepanjangan dan banjir yang berkepanjangan terjadi di beberapa
daerah.
Bencana ini tidak bisa ditanggulangi hanya dengan menanam pohon saja, karena perbandingan
antara jumlah pohon yang ditanam dengan jumlah pohon yang ditebang akibat pembangunan
lebih sedikit jumlah pohon yang ditanam.
Lanjutan
Di Indonesia :
tingkat pembangunan sangat tinggi untuk daerah hunian dan perindustrian.
Semua pemerintah daerah menyatakan akan memajukan daerahnya dengan
pembangunan.
Akan tetapi pembangunan yang terjadi malah banyak mengakibatkan kemunduran
perekonomian. Hal ini terjadi akibat sektor pertanian yang utamanya berguna sebagai
penopang kebutuhan pangan nasional justru dialihfungsikan oleh pemerintah menjadi
kawasan industri dan kawasan pemukiman.
Akibatnya penopang perekonomian nasional yang menjadi kebutuhan pokok bagi
penduduk di Indonesia sedikit demi sedikit runtuh dan mengharuskan pemerintah
melakukan impor yang berlebihan kepada negara lain hanya untuk pemenuhan
kebutuhannya.
Jika sudah terjadi demikian, slogan pembangunan yang awalnya “pembangunan
untuk kemajuan bangsa” → harusnya dikaji ulang.
Konteks kata dari “pembangunan” sendiri sangat beragam pemahamannya oleh
setiap individu. Lalu apa yang seharusnya dilakukan pemerintah ?
Lanjutan
Dengan adanya pemahaman yang luas mengenai RTRW di seluruh elemen masyarakat →
akan mampu menciptakan kondisi yang baik dan stabil.
Apabila sudah tercipta kondisi yang stabil antara pemerintah dan penduduk, masalah-
masalah yang terjadi akibat pembangunan sedikit demi sedikit akan teratasi.
Dengan demikian, sangatlah penting adanya RTRW atau Rencana Tata Ruang Wilayah
agar tercipa pembangunan yang terstruktur dan menunjang bagi kemajuan bangsa.
Pembangunan yang terstruktur akan menghasilkan suatu keseimbangan antara alam dan
kelompok manusia itu sendiri.
Permasalahan Tata Ruang
Dalam Pembangunan
Isu-isu lain yang berkaitan dengan penataan ruang dan lingkungan hidup yakni :
Pertama, konflik antar-sektor dan antar-wilayah.
Kedua, degradasi lingkungan akibat penyimpangan tata ruang, baik di darat, laut dan
udara.
Ketiga, dukungan terhadap pengembangan wilayah belum optimal, seperti diindikasikan
dari minimnya dukungan kebijakan sektor terhadap pengembangan kawasan-kawasan
strategis nasional dalam RTRWN seperti kawasan perbatasan negara dan kawasan andalan.
Akibatnya → pada tahap perkembangan yang lebih kompleks timbul berbagai permasalahan kota
antara lain :
Ketidakteraturan penggunaan tata ruang seperti tanah kota
Tidak optimalnya penggunaan tanah kota
Timbulnya berbagai masalah lalu lintas
Tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan fasilitas dan utilitas kota.
Timbulnya masalah pencemaran lingkungan kota dan sebagainya.
Dengan demikian kota tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga akan memberikan
hambatan-hambatan thdpperkembangan ekonomi kota.
Berbagai kenyataan dan isu-isu tersebut di atas, menjadi permasalahan di
berbagai daerah :
• Adanya pola yang mengarah pada eksploitasi sumberdaya alam secara pasif yang memiliki konotasi
dan eksploitasi yang berlebihan → ini dapat dilihat dari pembagian ruang di berbagai kota yang
diperuntukan bagi pembangunan-pembangunan yang menaifkan keberlanjutan.
• Pada taraf peruntukan dan pemakaian yang telah ada selama ini, Rencana Tata Ruang di berbagai
daerah telah keluar dari jalur sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang.
• Pada Rencana Tata Ruang yang ada sekarang ini dapat dilihat bagaimana areal peruntukan bagi
kawasan hutan yang idealnya harus dipertahankan, secara kasat mata jelas sekali bahwa areal
hutan tersebut saat ini tidak lebih dari 40 %.
• Areal hutan telah digunakan untuk pembangunan seperti perkantoran.
• Perusakan gunung kapur untuk keperluan bahan bangunan.
• Penebangan liar hasil hutan merupakan gambaran yang semakin parah terhadap kondisi
lingkungan dan pemanfaatan tata ruang yang tidak sesuai dengan kebijakan tata ruang.
❑ Kelangsungan lingkungan hidup (misalnya: Taman Kota) → mempunyai dampak yang sangat
signifikan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.
❑ Lingkungan hidup yang rusak dapat mengakibatkan banjir, dan berdampak juga kepada daerah-
daerah lain di sekitarnya.
❑ Untuk itu pengelolaan lingkungan hidup ini perlu memperhatikan fungsi tata ruang.
Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan tata ruang dan lingkungan dilandasi oleh :
✓ UU No. 25 Tahun 2004
✓ UU No. 26 Tahun 2007
• Rencana pembangunan memuat arahan kebijakan pembangunan yang dijadikan acuan bagi pelaksanaan
pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.
• Terkait hal ini, daerah akan menyusun RPJPD dan RPJMD yang mengacu pada RPJP dan RPJM Nasional
serta membuat program pembangunan dan kegiatan pokok yang akan dilaksanakan melalui Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) yang disusun oleh Kementerian/Lembaga.
Perencanaan
Tata Ruang Dengan produk rencana tata ruang
berupa Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) yang secara hirarki terdiri
atas :
Kegiatan 1. Rencana Tata Ruang Wilayah
Penataan Pemanfaatan
Nasional (RTRWN),
Ruang Tata Ruang 2. Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi (RTRWP), dan
3. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota (RTRW
Pengendalian Kab/kota).
Tata Ruang
Top-down
Pemerintah telah menetapkan rencana kerja pemerintah berikut
alokasi anggaran yang ditetapkan dan akan digunakan dalam
membiayai kegiatan pembangunan secara nasional
Partisipatif
proses perencanaan pembangunan dilaksanakan dengan melibatkan
seluruh stakeholder di pusat dan daerah
UU No. 25 Tahun 2004
Payung Hukum bagi pelaksanaan
perencanaan pembangunan dlm rangka
ttg Sistem Perencanaan
Secara umum, tata ruang perkotaan lebih kompleks dari tata ruang perdesaan,
sehingga perlu lebih diperhatikan dan direncanakan dengan baik.
Kawasan/zona di wilayah perkotaan dibagi dalam beberapa zona sebagai berikut :
perumahan dan permukiman,
perdagangan dan jasa,
industri,
pendidikan,
perkantoran dan jasa,
terminal,
wisata dan taman rekreasi,
pertanian dan perkebunan,
tempat pemakaman umum, serta
tempat pembuangan sampah.
Fungsi Tata Ruang dalam Menjaga
Kelestarian Lingkungan Hidup
❑ Salah satu pembangunan nasional yang mempunyai kedudukan penting dalam
pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan penataan ruang dan
lingkungan hidup.
❑ Hal ini disebabkan oleh aspek penataan ruang dan lingkungan hidup terkait
dengan hampir semua kegiatan dalam kehidupan manusia.
❑ Untuk upaya dalam pelaksanaan pembangunan selalu dikaitkan dengan
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup dan pengembangan tata ruang.
Utk RTRWN dpt ditinjau kembali satu kali dlm 5 tahun apabila terjadi :
Perubahan lingkungan strategis seperti terjadi bencana alam skala besar yg ditetapkan dgn
peraturan perundang-undangan,
Perubahan batas teritorial negara yg ditetapkan dengan UU,
Perubahan batas wilayah provinsi yg ditetapkan dgn UU (khusus RTRWP & RTRWK),
Perubahan batas wilayah kabupaten/kota yg ditetapkan dgn UU (khusus RTRWK).
RPJMN merupakan turunan dari RPJPN yg memiliki batas waktu selama 5 tahun.
Penjabaran RPJMN tertuang di dlm RKP yg dirumuskan setiap tahun dan disusun melalui
Murenbangnas.
Tantangan Penyelenggaraan Penataan Ruang
Dalam Pembangunan Nasional
Peranan penataan ruang di dlm pelaksanaan kegiatan pembangunan yg
terjabarkan pd rencana pembangunan sangatlah penting.
Segala kegiatan yg tentu saja membutuhkan ruang sbg wadah
pendukung kegiatan pembangunan tsb harus diatur di dlm rencana tata
ruang.
Namun, dlm pelaksanaannya masih banyak tdpt berbagai kendala &
tantangan yg disebabkan oleh bbrp faktor, diantaranya:
Penyusunan rencana tata ruang di masa lalu pd umumnya sudah baik namun dlm
beberapa hal produk rencana tata ruang yg dihasilkan masih belum diacu dlm
pelaksanaan pembangunan.
Hal ini disebabkan oleh bbrp hal diantaranya adalah:
Data & informasi yg digunakan kurang akurat & belum meliputi analisis pemanfaatan
sumberdaya ke depan,
Penyusunan rencana tata ruang sering dilaksanakan hanya utk memenuhi kewajiban
pemerintah (Pusat & Daerah) sesuai Undang-undang & Peraturan Daerah,
Rencana tata ruang yg disusun, terutama di tingkat daerah, seringkali dianggap sbg produk
satu instansi ttn & belum menjadi dokumen milik semua instansi karena penyusunannya
belum melibatkan berbagai pihak.
Kewenangan yg sudah banyak didelegasikan kpd Pemda melalui kebijakan otonomi daerah
& desentralisasi → memberikan kesempatan bagi daerah utk mencari berbagai sumber
pendapatan baru utk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) melalui berbagai
kegiatan ekonomi, termasuk alih fungsi lahan tanpa memperhitungkan keberlanjutannya
dlm jangka panjang.
Salah satu upaya tsb antara lain melalui pemberian perizinan yg tdk sesuai dgn kaidah-
kaidah yg tdpt di dlm rencana tata ruang. Sebagai dampaknya, bentuk pelanggaran-
pelanggaran tata ruang semakin marak terjadi yg dpt mengganggu lingkungan & pd
akhirnya dpt mengakibatkan bencana yg tentunya merugikan bagi masyarakat.
Kelembagaan Penataan Ruang
1. Penyelarasan implementasi thdp rencana pembangunan dgn rencana tata ruang melalui
mekanisme yg diatur di dlm suatu kebijakan/peraturan.
2. Perlunya sinkronisasi kebijakan antar sektor dan instansi pemerintahan secara hirarki utk
mewujudkan keselarasan program pembangunan.
4. Mewujudkan keterpaduan dan kerjasama pembangunan lintas provinsi dan lintas sektor utk
optimasi dan sinergi struktur pemanfaatan ruang.
Perlunya penyusunan rencana tata ruang yg berkualitas dan menyeluruh.
5. Produk rencana tata ruang daerah harus dibuat sesuai dgn kebutuhan masing-masing
daerah yg selaras dgn visi dan misi daerah.
6. Ketegasan sanksi dan ketetapan hukum sbg alat yg digunakan utk mengendalikan segala
bentuk pemanfaatan ruang.
7. Penyelenggaraan sosialisasi dlm rangka memberikan informasi pentingnya peranan
penataan ruang di dlm pelaksanaan program pembangunan kpd masyarakat.
8. Peningkatan manajemen kelembagaan penataan ruang baik di Pusat maupun di daerah.
9. Mendorong kemitraan secara vertikal dan horisontal yg bersifat kerjasama pengelolaan (co-
management) dan kerjasama produksi (co-production).
10. Mewujudkan konsistensi dlm penyerasian rencana tata ruang dgn rencana pembangunan
antar pemangku pemerintahan, baik pd tingkat legislatif maupun eksekutif.
Lanjutan
Populasi muncul sebagai muara utama dari berbagai persoalan dan isu
pokok mengenai :
Tata ruang,
Sumber daya alam dan
Lingkungan hidup.
Pengendalian tingkat populasi penduduk Jawa Barat yang tinggi serta
persebarannya menjadi faktor utama yg perlu memperoleh perhatian ke depan.
Kebijakan dan strategi pengembangan tata ruang dan lingkungan hidup pada dasarnya meliputi:
1) Kebijakan dan strategi pemantapan kawasan lindung;
2) Kebijakan dan strategi pemanfaatan kawasan budidaya; dan
3) Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis kota.
Lanjutan
Rencana tata ruang kawasan perkotaan dan perdesaan yang meliputi lebih dari
satu wilayah Provinsi Daerah Tingkat I berisi kebijaksanaan yang memberikan
arahan pengelolaan kawasan dan arahan pengembangan sistem pusat
permukiman, sistem prasarana wilayah, dan arahan kebijaksanaan tata guna
tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna sumber daya alam lain,
sumber daya buatan memperhatikan keterpaduan dengan sumber daya manusia.
Negara Taiwan
❑ Kebijakan di negara ini sama dengan negara Jepang dimana ruang diklasifikasikan
peruntukannya untuk masa sekarang dan masa depan.
❑ Dalam penyusunan tata ruangnnya negara Taiwan pun menerapkan demokratisasi dan
dekonsentrasi perencanaan, dimana ada pembukaan kesempatan bagi partisipasi
warga untuk turut serta urun rembug memberikan masukan koreksi pada tahapan
proses perencanaan tata ruang.
Lanjutan
Negara Italia
Negara Swedia
Negara Inggris
Konsepsi
Konsepsi dasar dari AMDAL adalah “Sustainabilitas
lingkungan”, dalam konteks tetap terpeliharanya
keseimbangan antara lingkungan sebagai sumberdaya
alam dan manusia sebagai pengguna.
Berkelanjutan :
✓ Akses ke peluang harus dipastikan tdk hanya utk generasi sekarang, tapi juga
bagi generasi yg akan datang
✓ Semua bentuk modal baik fisik, manusia, maupun lingkungan harus selalu
dipelihara dan dibarukan
Lanjutan
Pertanyaan :
Bagaimana pola tata ruang utk kehutanan? Apakah konsisten atau tdk
konsisten? hal ini terlihat dgn konversi lahan yg terus terjadi
Climate change harus menjadi perhatian, bagaimana merencanakan
tata ruang yg ada sehingga tdk berpengaruh besar thdp climate
change ?
Apakah pembagian lahan yg dilakukan BPN sudah terintegrasi dan
sinergis dgn rencana tata ruang yg ada ?
Sampai seberapa jauh perencanaan kita ?
Sampai sejauh mana produk perencanaan tata ruang dilaksanakan ?
Sampai sejauh mana pelaksanaaan koordinasi antara Provinsi, kab,
dan kota ?
Sampai sejauh mana memadukan produk perencanaan sektoral ?
Sampai sejauh mana produk tata ruang di ketahui oleh masyarakat
Lanjutan
Perencanaan harus
berbasiskan ekosistem,
yaitu dengan
mengintegrasikan hulu,
tengah, hilir, sampai
pesisir.
Mewujudkan Tata Ruang yang Berkualitas dan Berkelanjutan
Dalam rangka peningkatan kualitas perencanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup
di masa mendatang agar dapat berkelanjutan, rekomendasi yang diusulkan :
a) Agar pengelolaan dan tata ruang tdak lagi dilihat sebagai management of growth atau
management of changes melainkan lebih sebagai managemant of conflicts, maka orientasi
tujuan jangka panjang yang ideal perlu disenyawakan dengan pemecahan masalah jangka
pendek yang bersifat inpremental.
b) Mekanisme development control yang ketat agar ditegakan, lengkap dengan sanksi (dis insentif)
untuk yang melanggar dan bonus (insentif bagi mereka yang taat pada peraturan).
c) Penataan ruang kota secara total, menyeluruh dan terpadu dengan model-model participatory
planning dan over-the-board planning atau perencanaan lintas sektoral sudah dilakukan secara
konsekuen dan berkesinambungan.
d) Kepekaan sosial-kultural para penentu kebijakan dan para profesioanal khususnya di bidang tata
ruang kota dan LH seyogyanya lebih ditingkatkan melalui forum-forum pertemuan/
diskusi/ceramah/publikasi, penataran dan pelatihan baik secara formal maupun informal.
e) Dalam setiap perencanaan tata ruang kota dan pengelolaan lingkungan hidup agar lebih
diperhatikan perihal kekayaan khasanah lingkungan alam termasuk iklim tropis yang bersahabat,
yang selain akan memberikan kenyamanan biologis tersendiri juga kan lebih menghemat energi
(BBM maupun listrik) yang sekatang sudah semakin mahal.Selain itu sepatutnya segenap pihak
mencurahkan kepedulian yang tinggi terhadap warisan budaya yang beberapa waktu terakhir ini
cenderung dilecehkan.
f) Peran serta penduduk dan kemitraan dengan swasta agar lebih digalakan untuk bisa
memecahkan masalah tata ruang kota dan pengelolaan lingkungan hidup dengan prinsip win-
win solution, tanpa ada yang merasa terlalu dirugikan.
Lanjutan
Partisipasi Publik
Hak warganegara untuk mendapatkan informasi (di luar informasi penting dan rahasia),
telah diatur dan merupakan inti dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (KIP).
Dalam Undang-Undang ini setiap badan publik berkewajiban untuk membuka akses bagi
setiap pemohon warga negara maupun badan hukum di Indonesia untuk mendapatkan
akses informasi.
Perkecualian adalah untuk beberapa informasi yang memang dikecualikan karena dapat
membahayakan negara, perlindungan usaha dari persaingan usaha tidak sehat, hak pribadi,
rahasia jabatan, dan informasi publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan
oleh badan publik.
Upaya Mengatasi Permasalahan
Penerapan Tata Ruang di Indonesia
1. Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang
➢ Pembangunan wilayah memerlukan penataan ruang yang berjalan baik dengan
keterlibatan masyarakat.Menempatkan masyarakat sebagai pelaku pembangunan dapat
mendorong efektivitas proses penataan ruang.Pemerintah bertindak sebagai fasilitator
dalam proses penataan ruang.Dengan demikian,masyarakat tidak merasa mendapat
tekanan atau paksaan dalam proses pembangunan akibat kurang pemahaman.
2. Penguatan Kerja Sama Pemerintah Daerah
➢ Penataan ruang antardaerah harus saling terintegrasi.Hal ini dilakukan terutama pada
wilayah perencanaan yang melewati beberapa daerah administrasi.Misalnya pada
permasalahan banjir di perkotaan yang harus diselesaikan dengan upaya terpadu antara
kawasan hulu sampai hilir.Kerja sama dan komunikasi antardaerah harus berjalan dengan
baik.Dengan demikian,produk penataan ruang yang dihasilkan bersifat komperehensif dan
menjawab permsalahan wilayah.
3. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Penataan Ruang
➢ Permasalahan kurangnya tenaga ahli di bidang penataan ruang harus diatasi dengan
menambah dan meningkatkan kualitas SDM.Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
memberikan arahan dan alternatif solusi teknis sesuai permsalahan penataan ruang di
setiap daerah.Peningkatan kualitas sumber daya manusia ini juga harus didukung dengan
pendampingan saat proses pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Next …..
Copyright © 2024
e-mail :
zulkifli@lecturer.unri.ac.id
zulkifli69.ik@gmail.com
Hp / WA : 085278862369