Dosen :
Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam
Oleh :
Imelda F. Situmorang
NIM : 187003066
Amanat dalam ayat UUD 1945 diatas menunjukkan bahwa tinggal di sebuah hunian dengan
lingkungan yang layak merupakan hak dasar yang harus dijamin pemenuhannya oleh Pemerintah
sebagai penyelenggara Negara, sehingga pemerintah bersama dengan masyarakat wajib untuk
menangani permasalahan kumuh yang terjadi pada kawasan permukiman. Dalam hal tersebut,
Pemerintah telah menetapkan kebijakan, strategi, serta pola penanganan dalam upaya peningkatan
kualitas perumahan kumuh dan kawasan permukiman kumuh dalam Undang – Undang Nomor 1
Tahun 2011 yang dilaksanakan dengan azas manusiawi, berbudaya, berkeadilan dan ekonomis
bagi seluruh masyarakat.
Melalui RPJMN III 2015-2019 Pemerintah Indonesia telah menetapkan target yang dinamai
dengan “Gerakan 100-0-100” yang mana target pencapaian akses air minum 100%, mengurangi
kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat
Indonesia di tahun 2019. Kota Deli Serdang yang pertumbuhan penduduk meningkat ditambah
dengan tingginya tingkat migrasi mengakibatkan sebagian besar masyarakat menempati lokasi
tempat tinggal yang tidak sesuai standar sehingga timbulnya masalah seperti tumbuhnya kawasan
kumuh sepanjang bantaran sungai dan di kawasan lindung / daerah hijau. Letak persebaran
permukiman kumuh ini berada hampir merata di Desa Percut sebagai studi penelitian karena
lokasi tersebut memiliki potensi terindikasi terdapat kawasan kumuh,
Desa Percut sebagai studi penelitian karena lokasi tersebut memiliki potensi terindikasi terdapat
kawasan kumuh, berdasarkan
Upaya penanganan kawasan permukiman kumuh oleh pemerintah Kabupaten Deli Serdang diawali
dengan identifikasi lokasi permukiman kumuh dan penetapan lokasi permukiman kumuh melalui SK
Bupati Deli Serdang No: 413.23/2347 Tahun 2015 luasan kumuh sebesar 461 Ha yang tersebar di 56
lokasi kelurahan/desa, di 19 kecamatan yang ada di Deli Serdang.
Melalui identifikasi tersebut, penanganan dan pencegahan kawasan kumuh mengacu pada Undang-
Undang Nomor 01 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman khususnya di pasal
VII dan VIII yang menjelaskan berbagai hal tentang pemeliharaan dan perbaikan kawasan
permukiman, serta pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh dengan
tiga pola penanganan yaitu pemugaran, peremajaan dan permukiman kembali dan juga berpedoman
pada Peraturan Menteri Perumahan dan Permukiman Nomor 14 Tahun 2018 tentang pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
Dalam menentukan identifikasi kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan menentukan
prioritas kriteria-kriteria yang berpengaruh terhadap kekumuhan menggunakan tujuh indikator
pemukiman kumuh (Direktorat Pengembangan Kawasan Pemukiman, 2016). Dalam penelitian ini
akan dilakukan pemetaan kawasan kumuh yang kemudian mengklasifikasikan tingkat kekumuhan
selanjutnya dapat diketahui pola sebarannya beserta perencanaan pola penanganannya sesuai
dengan hasil penetapan lokasi kawasan kumuh di Desa Percut, Kabupaten Deli Serdang. Bertitik
tolak dari kenyataan di atas penulis merasa tertarik untuk membahas masalah pengetasan
kekumuhan yang ada di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Dalam melakukan penelitian, peneliti harus mengenal masalah yang akan diteliti.
Apa dan bagaimana masalah yang akan diteliti harus ditentukan dan ditetapkan identitasnya.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam
penelitian ini masalah diidentifikasi sebagai berikut :
1. Identifikasi kekumuhan di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang.
2. Pola sebaran kawasan kumuh secara spasial di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli Serdang.
3. Bagaimana perencanaan pola penanganannya sesuai dengan hasil penetapan lokasi
kawasan kumuh di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
4. Capaian pengurangan kumuh di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang.
1.3. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian Tugas Akhir ini adalah: untuk mengetahui sejauhmana
pengentasan kekumuhan yang ada di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang dalam upaya pencapaian 0 hektar kumuh.
2. Rumusan Masalah
Menurut Nawawi, (2008:34) "perumusan masalah adalah yang memberikan gambaran bahwa
ada sesuatu yang perlu diselesaikan atau dipecahkan dalam arti dicari jawabannya”
Berpedoman dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang
D. Tujuan Penelitian.
Setiap kegiatan mempunyai tujuan tertentu, begitu juga penelitian ini. Adapun tujuan
1. Pemetaan kawasan kumuh dan klasifikasi tingkat kekumuhan Desa Percut, Kecamatan
Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
2. Mengetahui pola sebaran kawasan kumuh secara spasial Desa Percut, Kecamatan Percut Sei
Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
3. Merencanakan pola penanganan sesuai dengan hasil penetapan lokasi kawasan
kumuh
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan ada manfaatnya baik secara praktis maupun secara akademis.
1. Secara Praktis
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi Stakeholder dan Pemerintah Desa Percut,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang terkait dengan pencapaian pengurangan
luasan kawasan kumuh dan kebutuhan rencana Investasi kegiatan penanganan kumuh,
sehingga target pengurangan luasan kumuh sampai pada 0 ( Nol ) Hektar luasan kumuh
yang ada di Desa Percut.
2. Secara Akademis
1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan referensi bagi para peneliti untuk
mengkaji penanganan dan pencegahan kawasan permukiman kumuh.
BAB II
LANDASAN TEORI
Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh (PERMEN PUPR No.2 tahun 2016)
merupakan pengelompokan perumahan kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak
lokasi secara geografis, terdiri dari :
a. Di atas air;
b. Di tepi air;
c. Di dataran rendah;
d. Di perbukitan; dan/atau
e. Di daerah rawan bencana
Tabel 2.1
Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
NO TIPOLOGI LOKASI
1. Perumahan kumuh dan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
permukiman kumuh di atas air berada di atas air, baik daerah pasang surut, rawa,
sungai atau laut dengan mempertimbangkan kearifan
lokal.
2. Perumahan kumuh dan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
permukiman kumuh di tepi air berada tepi badan air (sungai, pantai, danau,
waduk dan sebagainya), namun berada di luar Garis
Sempadan Badan Air dengan mempertimbangkan
kearifan lokal.
3. Perumahan kumuh dan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
permukiman kumuh di dataran berada di daerah dataran rendah dengan kemiringan
rendah lereng < 10%.
Identifikasi kekumuhan untuk menentukan batasan atau lingkup entitas perumahan dan
permukiman swadaya dari setiap lokasi. Penentuan satuan permukiman untuk permukiman
swadaya dilakukan dengan pendekatan administratif pada tingkat rukun tetangga. Identifikasi
kondisi kekumuhan merupakan upaya untuk menentukan tingkat kekumuhan pada suatu
Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas klasifikasi (Direktorat
permukiman kumuh, Pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan, strategi, serta
perumahan dan permukiman menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni.
Pemugaran merupakan kegiatan perbaikan rumah, prasarana, sarana, dan/atau utilitas umum.
permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan
perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan
Pola-pola penanganan tersebut dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
a. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status lahan legal, maka
b. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status lahan ilegal, maka
d. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan status lahan ilegal, maka
e. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status lahan legal, maka
f. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status lahan ilegal, maka
2.2 Pembahasan
2.2.1 Data dasar
Data dasar yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah Data baseline profil kumuh
permukiman yang di peroleh dari hasil pendataan masyarakat, dilakukan secara partisipatif
oleh tim perencanaan partisipatif (TPP) dari masing-masing kelurahan. Tahapan yang
dilakukan dalam proses pendataan ini dimulai dari tingkat basis (RT/Lingkungan) sampai pada
level kab/kota dan melalui proses verifikasi dan uji publik.
Pendataan baseline ini dimulai dari tahun 2016 dengan 7 (tujuh) aspek kumuh dan 15 Kriteria,
Perkembangan selanjutnya merujuk pada Permenpupr Nomor 14 tahun 2018, terjadi pengurangan
pada kriteria kekumuhan dari 19 kriteria menjadi 16 kriteria yakni pada parameter kekumuhan
Gambar 2.1
Bagan Alir Pendataan Baseline 100-0-100
Keluaran dari daseline data ini adalah, Profil Permukiman dan Profil Permasalahan yang terdiri
dari data fisik (7 indikator kumuh) dan data non fisik.
Panduan teknis dalam melaksanakan pendataan baseline 100-0-100 ini berdasarkankan
Permenpupr Nomor 02 Tahun 2016, yang kemudian di update menggunakan permenpupr
Nomor 14 tahun 2018 tentang pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh. Untuk lebih jelasnya kriteria kumuh dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.3
Kriteria Kawasan Kumuh
2. Kecukupan Pelayanan Air Minum Minimnya ketersediaan air baku untuk Penggunaan air baku
(60/ltr/org/hr) pada rumah tangga dapat dipergunakan untuk:
Konsumsi (masak/minum)
Mandi/Cuci
5 Kondisi Prasarana Sanitasi Lingkungan PENGGUNAAN JAMBAN; Minimnya Jenis jamban rumah
Pengelolaan Air tangga pada lokasi permukiman menggunakan :
Limbah Model Leher Angsa
Model Cubluk atau lainnya
PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH
TANGGA;minimnya Jenis pembuangan air limbah rumah
tangga pada lokasi permukiman berupa :
MCK + Septiktank Pribadi/Induvidual
MCK + Septiktank Komunal
6 Kondisi Pengelolaan Persampahan Tidak terdapat TPS pada lokasi permukiman
Pengelolaan Lingkungan Lokasi permukiman tidak terlayani sistem pengangkutan
Persampahan sampah domestik skala lingkungan (gerobak/angkutan
sampah) dengan frekuensi pengangkutan dua kali seminggu
dari tempat sampah individual menuju TPS dan/atau TPA.
7 Kriteria 1. Ketidakterse-diaan sistem Tidak memiliki Sistem peringatan dini bahaya kebakaran
Pengamanan pengamanan secara aktif dan
Kebakaran pasif.
2. Ketidakterse-diaan pasokan air Tidak tersedia hidran air
untuk pemadaman yang memadai. Tidak ada tandon air
3. Ketidakterse-diaan akses untuk Minimnya sarana jalan baik jumlah maupun kapasitasnya untuk
mobil pemadam kebakaran. akses kendaraan pemadam kebakaran
Hasil dari pendataan baseline 100-0-100 ini nantinya menjadi input utama pembuatan profil
permukiman kumuh di kelurahan/Desa, kemudian untuk mendapatkan numerik kekumuhan dilakukan
penghitungan dengan menggunakan Rumus Sebagai berikut :
Jumlah KK dg sistem
a. Sistem Pengelolaan Jumlah KK dengan sistem air air limbah tdk sesuai
Air Limbah Tidak limbah tidak sesuai standar standar teknis
Sesuai Standar Teknis X 100%
Jumlah KK
keseluruhan
5. Kondisi
Pengelolaan Air
Jumlah KK dg sarpras air
Limbah b. Prasarana dan
Jumlah KK dengan sarpras air limbah tdk sesuai
Sarana Pengelolaan
limbah tidak sesuai persyaratan persyaratan teknis
Air Limbah Tidak X 100%
Sesuai dengan Jumlah KK keseluruhan
Persyaratan Teknis
ASPEK KRITERIA PARAMETER
Dengan menggunakan Data baseline yang ada dengan penghitungan formula diatas dapat
diperoleh kategori kekumuhan pada kelurahan/desa, berikut salah satu contoh profil dan
numerik kekumuhan hasil analisa :
Tabel 2.3
Data Indikator dan Parameter Kekumuhan
Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang
b. Kualitas Permukaan Jalan lingkungan Panjang jalan dengan permukaan rusak 250,501.20 m'
b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum Jumlah KK tidak terpenuhi kebutuhan Air Minum minimalnya 13,347.00 KK
c. Ketidakterhubungan dengan Sistem Drainase Panjang saluran akses ke sistem kota 40,325.0 m'
Perkotaan
d. Tidak Terpeliharanya Drainase Panjang saluran drainase tidak terpelihara 304,042.0 m'
b. Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak sesuai Jumlah KK dg sistem pengolahan sampah tdk sesuai standar teknis 21253 KK
Standar Teknis
Tidakterpeliharanya Sarana dan Prasarana Jumlah KK dengan sarpras pengolahan sampah tidak terpelihara
c. Pengelolaan Persampahan
28700 KK
b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran Jumlah bangunan tidak terlayani sarana proteksi kebakaran 48,540 Unit
Tabel 2.4
Perhitungan Tingkat Kekumuhan Akhir
Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang
3. Kondisi Penyediaan Air a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum 426 KK 23.30% 0 288 KK 15.70% 0
Minum b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 159 KK 8.70% 0 21.00 KK 1.10% 0
Rata-rata Kondisi
0.00% 0.00%
Penyediaan Air Minum
a. Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 7.05 Ha 22.30% 0 7.05 Ha 22.30% 0
7. Kondisi Proteksi a. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran 141 Unit 8.60% 0 141 Unit 8.60% 0
Kebakaran
b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran 1,648 Unit 100.00% 5 1,648 Unit 100.00% 5
Rata-rata Kondisi Proteksi
50.00% 50.00%
Kebakaran
BATAS AMBANG NILAI TINGKAT KEKUMUHAN
TOTAL NILAI 25 TOTAL NILAI 25
71 -95 : KUMUH BERAT
45 - 70 : KUMUH SEDANG KUMUH TINGKAT KUMUH
TINGKAT KEKUMUHAN
19 - 44 KUMUH RINGAN RINGAN KEKUMUHAN RINGAN
< 19, DINYATAKAN TIDAK KUMUH RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 26.10% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 25.80%
KONTRIBUSI PENANGANAN KONTRIBUSI PENANGANAN 27.03%
Dari profil dan numerik kekumuhan diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan perumahan
dan permukiman di Desa Percut adalah sebagai berikut :
1. Keteraturan bangunan yang memiliki permasalahan dengan Skor Kekumuhan 5.
2. Kualitas permukaan jalan dengan Skor kekumuhan 5.
3. Belum terpenuhinya kebutuhan air minum sebanyak 579 KK dengan persentase 41,39%
skor kekumuhan 1.
4. Ketidaktersediaan drainase memiliki skor kekumuhan 1, Tidak terpeliharanya drainase
mendapatkan skor 3 dan kualitas konstruksi drainase dengan 1.
5. Pada kondisi permasalahan sampah memiliki permasalahan pada system pengelolaan
persampahan yang tidak sesuai dengan standar tekhnis skor kekumuhan 5.
6. Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran memiliki permasalahan dengan skor
kekumuhan 5.
Akumulasi dari Skor kekumuhan adalah 19 Poin maka dapat dikategorikan permasalahan
kumuh yang terdapat dikelurahan limau sundai adalah “Kumuh Ringan”.
BAB III
PENUTUP
a) Upaya penanganan dan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh tidak
mungkin bisa diselesaikan oleh satu atau dua sektor saja tetapi membutuhkan sinergi
seluruh stakeholders yang terkait dengan penanganan kumuh yaitu Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Swasta dan Masyarakat, sehingga penanganan kawasan permukiman
kumuh baik dalam kontek penanganan ataupun pencegahan dapat berjalan maksimal.
b) Penanganan permasalahan kumuh harus dilakukan tepat sasaran dengan memperhatikan
skor kekumuhan yang ada.
c) Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh dilaksanakan melalui pengawasan dan pengendalian serta pemberdayaan
masyarakat.
d) Pengawasan dan pengendalian terhadap tumbuh dan berkembangnya Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh baru dapat dilakukan dengan cara pemantauan oleh pemerintah
dengan melibatkan masyarakat.
e) Evaluasi Pencegahan tumbuh dan berkembangnya PerumahanKumuh dan Permukiman
Kumuh baru dan pelaporan serta pemerintah perlu membuat Rumusan konsep
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahankumuh dan Permukiman kumuh yang
dapat dijadikan grand desain penanganan dan pencegahan kumuh.
f) Menyelenggarakan penanganan permukiman kumuh melalui pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh.
g) Meningkatkan kapasitas dan mengembangkan kelembagaan yang mampu berkolaborasi
dan membangun jejaring penanganan permukiman kumuh mulai dari tingkat pusat
sampai dengan tingkat masyarakat.
h) Menerapkan perencanaan partisipatif dan penganggaran yang terintegrasi dengan multi-
sektor dan multi-aktor.
i) Memfasilitasi kolaborasi dalam pemanfaatan produk data dan rencana yang sudah ada,
termasuk dalam penyepakatan data dasar (baseline) permukiman yang akan dijadikan
acuan bersama dalam perencanaan dan pengendalian.
j) Meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar lingkungan yang terpadu dengan sistem
kota.
k) Mengembangkan perekonomian lokal sebagai sarana peningkatan penghidupan
berkelanjutan.
l) Advokasi kepastian bermukim bagi masyarakat berpenghasilan rendah kepada semua
pelaku kunci.
m) Memfasilitasi perubahan sikap dan perilaku pemangku kepentingan dalam menjaga
lingkungan permukiman agar layak huni dan berkelanjutan
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang Undang Nomor 01 tahun 2011 ; tentang perumahan dan kawasan permukiman.