Anda di halaman 1dari 23

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PADA KAWASAN

STUDI KASUS : KAWASAN KAMPUNG JAWA

TEORI DAN PRAKTEK PERENCANAAN


Magister Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana

Disusun Oleh :
I Wayan Putra Perdana (1981811008)
I Made Agus Ryandana (1981811019)
Kadek Ocean Dewata (1981811027)
Dewa Gede Ari Putra (1981811029)

MAGISTER ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019
ABSTRAK

Permukiman sangat erat kaitannya dengan kebutuhan dasar dari para


penduduk yang dekat dengan perkotaan. Kebutuhan dasar tersebut merupakan salah
satu upaya masyarakat dalam bertahan hidup di daerah perkotaan yang padat, hal ini
membuat masyarakat di sekitar permukiman lebih mementingkan diri sendiri daripada
lingkungan sekitar sehingga timbul masalah-masalah penyakit dan bencana alam
yang sering terjadi di sekitar permukiman.
Untuk mengetahui sebab akibat dan cara penanggulangannya maka dilakukan
penelitian dengan metode kualitatif dimana data-data langsung pada sumber masalah
yang terdapat pada permukiman serta ukuran sebagai patokan kekumuhan yang
terletak di permukiman. Permukiman yang kurang terpadu, terarah, terencana, dan
kurang memperhatikan kelengkapan prasarana dan sarana dasar seperti air bersih,
air kotor, sistem pengelolaan sampah, dan saluran pembuangan air hujan, akan
cenderung mengalami degradasi kualitas lingkungan atau yang kemudian
diterminologikan sebagai kawasan kumuh.
Solusi untuk menanggulangi kawasan kumuh di permukiman dapat dilakukan
melalui kesadaran diri sendiri akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar selain itu
harus adanya upaya pemerintah dalam menanggulangi serta memberikan arahan
yang lebih produktif terhadap masyarakat permukiman untuk menjaga lingkungan
sekitarnya agar tidak terjadinya pertumbuhan kawasan kumuh di daerah permukiman
tersebut.

Kata kunci : Penduduk, Permukiman, Kawasan kumuh

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali i


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan suatu kota tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk di wilayah
tertentu. Pertumbuhan penduduk tersebut juga tidak terlepas dari tingginya angka perpindahan
penduduk dari desa ke kota atau dapat disebut dengan urbanisasi. Urbanisasi merupakan salah
satu dari banyak sebab meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dan dapat menigkatnya
aspek pertumbuhan ekonomi pada suatu kota dan peningkatan jumlah penduduk juga akan
mendorong meningkatnya jumlah kebutuhan ruang untuk bermukim yakni perumahan dan
permukiman (Nursyahbani dan Pigawati, 2015). Selain meningkatkan pertumbuhan
perekonomian, di lain hal urbanisasi juga sangat berhubungan dengan degradasi lingkungan.
Ketika masyarakat pendatang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, maka masyarakat itu
akan cendrung membangun tempat tinggal sendiri tanpa memperhatikan kondisi lingkungan
sekitar, maka hal ini yang dapat menimbulkan kekumuhan disuatu wilayah.
Kota Denpasar merupakan kota besar dan sebagai pusat perekonomian dan pusat
pemerintahan di Bali. Kota Denpasar juga memiliki tingakat kepadatan penduduk yang tinggi,
karena banyak masyarakat pendatang dari wilayah Bali maupun dari luar Bali yang menetap
di Kota Denpasar salah satunya adalah di Denpasar Utara. Menurut data Badan Pusat Statistik
Kota Denpasar, jumlah penduduk di Denpasar Utara menurut usia dan jenis kelaminnya pada
tahun 2018 berjumlah 204.630 jiwa sedangkan pada tahun 2017 berjumlah 201.380 jiwa.
Pertumbuhan penduduk di Denpasar Utara pada tahun 2018 dan 2017 terjadi peningkatan
sebanyak 3.250 jiwa atau sebesar (0.8%). Meningkatnya jumlah penduduk di Denpasar Utara
yang tidak diimbangi dengan luas wilayah, dikahawatirkan akan membentuk permukiman yang
tidak terencana atau permukiman kumuh. Menurut Tribun Bali pada hari jumat, 12 juli 2019,
Denpasar Utara memiliki 10 kawasan permukiman kumuh dari total luas wilayah sebesar 31.42
Ha. Permukiman kumuh di Denpasar Utara tersebar di wilayah tertentu salah satunya adalah
Kampung Jawa. Permukiman kumuh merupakan keadaan lingkungan hunian dengan kualitas
yang sangat tidak layak huni, dengan ciri – ciri antara lain kepadatan bangunan yang sangat
tinggi dalam luasan yang terbatas, rawan penyakit social dan penyakit lingkungan, serta
kualitas yang sangat rendah, tidak terlayaninya sarana dan prasarana lingkungan yang sangat
memadai dan membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya
(Fitria dan Setiawan, 2014).
Timbulnya permukiman kumuh di Kampung Jawa di Kelurahan Dauh Puri Kaja
disebabkan oleh tingginya kepadatan penduduk yang tidak imbangi dengan kebutuhan lahan
di wilayah tersebut, kurangnya sarana dan prasarana seperti jalan rusak dan minimnya saluran
drainase, sehingga masyarakat cendrung membuang limbah cair langsung sungai. Sebenarnya
pemerintah Kota Denpasar sudah mengalokasikan dana sebesar 1.5 Miliar untuk memperbaiki
permukiman kumuh di Kampung Jawa. Menurut kepala seksi Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh DPKPP Kota Denpasar yang dikuti dari Tribun Bali “Rata-rata
tipikal kekumuhannya itu kondisi jalan lingkungan hancur dan becek, tidak ada atau minim
saluran drainase. Saluran drainase di sana selama ini kurang baik sistemnya, jadi langsung
dibuang ke sungai”.

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 1


Berangkat dari permasalahan tersebut diatas maka dilakukan penelitian terkait dengan
permukiman kumuh di Kampung Jawa, Kelurahan Dauh Puri Kaja. Langkah awal dalam
penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengkaji secara mendalam tentang permukiman
kumuh di Kampung Jawa dengan meninjau beberapa karakteristik yaitu permukiman kumuh
ditinjau dari bangunan dan gedung, permukiman kumuh ditinjau dari jalan lingkungan,
permukiman kumuh ditinjau dari penyediaan air minum, permukiman kumuh ditinjau dari
pengolahan air limbah, permukiman kumuh ditinjau dari pengolahan persampahan, dan
permukiman kumuh ditinjau dari peraturan undang – undang RI. Hal ini dilakukan untuk
melihat secara menyeluruh kondisi fisik dan karakteristik di permukiman Kampung Jawa.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut diatas maka dapat maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut,
a. Bagaimanakah karakteristik permukiman kumuh di Kampung Jawa, Kelurahan
Dauh Puri Kaja, Denpasar, Bali?
b. Bagaimanakah rekomendasi atau solusi yang tepat terhadap permukiman kumuh
di Kampung Jawa, Kelurahan Dauh Puri Kaja, Denpasar, Bali?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian yang terkait dengan judul penelitian ini adalah sebagai
berikut,
a. Mengetahui karakteristik dan terbentuknya permukiman kumuh di Kampung Jawa,
Kelurahan Dauh Puri Kaja, Denpasar, Bali?
b. Mendeskripsikan rekomendasi terhadap permukiman kumuh di Kampung Jawa,
Kelurahan Dauh Puri Kaja, Denpasar, Bali?

1.4. Sasaran Penelitian


Adapun sasaran penelitian yang terkait dengan judul penelitian ini adalah sebagai
berikut,
a. Menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya permukiman kumuh di
Kampung Jawa, Kelurahan Dauh Puri Kaja, Denpasar, Bali?
b. Mendeskripsikan karakteristik permukiman kumuh di Kampung Jawa, Kelurahan
Dauh Puri Kaja, Denpasar, Bali?

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 2


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Tinjauan Umum


Pada sub bab ini, tinjauan umum menjelaskan tentang tinjauan permukiman, tinjauan
permukiman kumuh, aspek permukiman kumuh, Tipologi permukiman kumuh, dan
karakteristik permukiman kumuh

2.1.1. Tinjauan Permukiman


Menurut (UU. RI No. 1 Tahun 2011) permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup
di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Menurut Sadana dikutip dalam Santosa dan
Therik (2016), permukiman merupakan suatu lingkungan tempat tinggal yang lebih dari
sekedar rumah atau perumahan yang mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan
pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan.
Dari dua definisi tersebut, maka dapat diartikan bahwa permukiman merupakan bagian
dari perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang
sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana untuk mendukung perikehidupan dan
penghidupan masyarakat.

2.1.2. Tinjauan Permukiman Kumuh


Menurut (UU. RI No. 1 Tahun 2011) permukiman kumuh adalah permukiman yang
tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,
dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan
perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai
tempat hunian. Menurut Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementrian PUPR
kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan ditinjau
berdasarkan tabel 2.1

Tabel 2. 1 Kriteria Permukiman Kumuh Ditinaju Dari Bangunan Gedung


No. Kriteria Keterangan
1 Ketidakteraturan Bangunan a. Bangunan tidak memenuhi ketentuan tata
bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang
(RDTR), yang meliputi pengaturan bentuk,
besaran, perletakan, dan tampilan bangunan pada
suatu zona
b. Bangunan tidak memenuhi ketentuan tata
bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL),
yang meliputi pengaturan blok lingkungan,
kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai,
konsep identitas lingkungan, konsep orientasi
lingkungan, dan wajah jalan.

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 3


Tabel 2.1 Lanjutan
No. Kriteria Keterangan
2 Tingkat Kepadatan a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi
Bangunan Tinggi, Tidak ketentuan RDTR, dan/atau RTBL
Sesuai RTRW b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi
ketentuan dalam RDTR, dan/atau RTBL.
3 Ketidaksesuaian Terhadap a. Tidak sesuai dengan pengendalian dampak
Persyaratan Teknis lingkungan
Bangunan Gedung b. Tidak sesuai dengan pembangunan bangunan
gedung diatas dan/atau dibawah tanah, diatas
dan/atau di bawah air, dan/atau di bawah
prasarana dan prasarana umum
c. Tidak sesuai dengan keselamatan bangunan
gedung
d. Tidak sesuai dengan kesehatan gedung
e. Tidak sesuai dengan kenyamanan bangunan
gedung
f. Tidak sesuai dengan kemudahan bangunan
gedung
Sumber. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementrian PUPR

Kriteria permukiman kumuh dapat ditinjau dari jaringan jalan lingkungan tidak
melayani seluruh lingkungan perumahan atau permukiman dan kualitas permukaan jalan
lingkungan buruk, untuk lebih jelas dapat melihat tabel 2.2,

Tabel 2. 2 Kriteria Permukiman Kumuh Ditinjau Dari Jalan Lingkungannya


No. Kriteria Keterangan
1 Jaringan Jalan Lingkungan Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh
Tidak Melayani Seluruh lingkungan perumahan atau permukiman merupakan
Lingkungan Perumahan atau kondisi sebagian lingkungan perumahan atau
Permukiman permukiman tidak terlayani dengan jalan lingkungan.

2 Kualitas Permukaan Jalan Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk


Lingkungan Buruk merupakan kondisi sebagian atau seluruh jalan
lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan.
Sumber. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementrian PUPR

Kriteria permukiman kumuh dapat ditinjau dari ketersediaan air minum kebutuhan air
minum setiap individu sesuai standar yang berlaku untuk lebih jelas dapat melihat tabel 2.3,

Tabel 2. 3 Kriteria Permukiman Kumuh Ditinjau Dari Penyediaan Air Minum


No. Kriteria Keterangan
1 Ketidaktersediaan Akses Ketidaktersediaan akses aman air minum merupakan
Aman Air Minum kondisi dimana masyarakat tidak dapat mengakses air
minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 4


Tabel 2.3 Lanjutan
No. Kriteria Keterangan
2 Tidak Terpenuhinya Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap
Kebutuhan Air Minum individu merupakan kondisi dimana kebutuhan air
Setiap Individu Sesuai minum masyarakat dalam lingkungan perumahan atau
Standar Yang Berlaku permukiman tidak mencapai minimal sebanyak 60
liter/orang/hari.
Sumber. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementrian PUPR
Kriteria permukiman kumuh dapat ditinjau dari drainase lingkungannya dapat melihat
tabel 2.4 berikut,
Tabel 2. 4 Kriteria Permukiman Kumuh Ditinjau Dari Drainase Lingkungannya
No. Kriteria Keterangan
1 Drainase Lingkungan Tidak Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan
Mampu Mengalirkan limpasan air hujan sehingga menimbulkan genangan
Limpasan Air Hujan merupakan kondisi dimana jaringan drainase
Sehingga Menimbulkan lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air
Genangan sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih
30cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2
kali setahun
2 Ketidaksediaan Drainase Ketidaktersediaan drainase merupakan kondisi dimana
saluran tersier dan/atau saluran lokal tidak tersedia.
3 Ketidaktersediaan drainase Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan
merupakan kondisi dimana merupakan kondisi dimana saluran lokal tidak
saluran tersier dan/atau terhubung dengan saluran pada hierarki diatasnya
saluran lokal tidak tersedia. 
 sehingga menyebabkan air tidak dapat mengalir dan
menimbulkan genangan.
4 Tidak Dipelihara Sehingga Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah
Terjadi Akumulasi Limbah padat dan cair di dalamnya merupakan kondisi dimana
Padat dan Cair di Dalamnya pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan baik

 berupa pemeliharaan rutin atau berkala
5 Kualitas Konstruksi Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk
Drainase Lingkungan Buruk merupakan kondisi dimana kualitas konstruksi

 drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa
material pelapis atau penutup atau telah terjadi
kerusakan. 

Sumber. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementrian PUPR
Kriteria permukiman kumuh dapat ditinjau dari pengolahan air limbahnya dapat
melihat tabel 2.5 sebagai berikut,
Tabel 2. 5 Permukiman Kumuh Yang Ditinjau Dari Pengolahan Air Limbahnya
No. Kriteria Keterangan
1 Sistem Pengelolaan Air Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan
Limbah Tidak Sesuai dengan standar teknis yang berlaku merupakan kondisi dimana
Standar Teknis Yang pengelolaan air limbah pada lingkungan perumahan
Berlaku atau permukiman tidak memiliki sistem yang
memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset yang
terhubung dengan tangki septik baik secara
individual/domestik, komunal maupun terpusat.

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 5


Tabel 2.5 Lanjutan
No. Kriteria Keterangan
2 Prasarana dan Sarana Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak
Pengelolaan Air Limbah memenuhi persyaratan teknis merupakan kondisi
Tidak Memenuhi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada
Persyaratan Teknis permukiman dimana kloset leher angsa tidak
terhubung dengan tangki septik atau tidak tersedianya
sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat.

Sumber. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementrian PUPR
Kriteria permukiman kumuh dapat ditinjau dari pengolahan pengolahan persampahan
dapat melihat tabel 2.5 sebagai berikut,
Tabel 2. 6 Kriteria Permukiman Kumuh Yang Ditinjau Dari Pengolahan Persampahan
No. Kriteria Keterangan
1 Prasarana dan Sarana Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan
Persampahan Tidak Sesuai persyaratan teknis merupakan kondisi dimana
dengan Persyaratan Teknis prasarana dan sarana persampahan pada lingkungan
perumahan atau permukiman tidak memadai
2 Sistem Pengelolaan Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi
Persampahan Tidak persyaratan teknis merupak an kondisi dimana
Memenuhi Persyaratan pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan
Teknis 
 atau permukiman tidak memenuhi persyaratan
meliputi pewadahan dan pemilahan domestik;,
pengumpulan lingkungan, pengangkutan lingkungan
dan pengolahan lingkungan. 

3 Tidak Terpeliharanya Sarana Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan
dan Prasarana Pengelolaan persampahan sehingga terjadi pencemaran lingkungan
Persampahan Sehingga sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah
Terjadi Pencemaran maupun jaringan drainase merupakan kondisi dimana
Lingkungan Sekitar oleh pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan
Sampah, Baik Sumber Air persampahan tidak dilaksanakan baik berupa,
Bersih, Tanah Maupun pemeliharaan rutin; dan/atau pemeliharaan berkala . 

Jaringan Drainase 


Sumber. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementrian PUPR


Kriteria permukiman kumuh dapat ditinjau dari ketentuan perundang-undangan dapat
melihat tabel 2.6 sebagai berikut,
Tabel 2. 7 Kriteria Permukiman Kumuh Yang Ditinjau Dari Ketentuan UU
No. Kriteria Keterangan
1 GSB GSB adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat
bangunan terhadap tepi jalan; dihitung dari batas
terluar saluran air kotor sampai batas terluar muka
bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau
jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa
bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi
sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain
atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik,
jaringan pipa gas, dan sebagainya (building line).

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 6


Tabel 2.7 Lanjutan
No. Kriteria Keterangan
2 Tinggi Bangunan Tinggi bangunan adalah tinggi suatu bangunan atau
bagian bangunan, yang diukur dari rata-rata
permukaan tanah sampai setengah ketinggian atap
miring atau sampai puncak dinding atau parapet,
dipilih yang tertinggi.
3 Jarak Bebas Antar Bangunan Jarak bebas antarbangunan adalah jarak yang terkecil,
diukur di antara permukaan- permukaan denah dari
bangunan-bangunan atau jarak antara dinding terluar
yang berhadapan antara dua bangunan.
4 Tampilan Bangunan Tampilan bangunan adalah ketentuan rancangan
bangunan yang ditetapkan dengan mempertimbangkan
ketentuan arsitektur yang berlaku, keindahan dan
keserasian bangunan dengan lingkungan sekitarnya
5 Tingkat Kepadatan a. KDB, yaitu angka persentase perbandingan antara
Bangunan luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang
dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.
b. KLB, yaitu angka persentase perbandingan antara
jumlah seluruh lantai bangunan gedung yang
dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.
6 Orientasi Lingkungan Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di
bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum yang
dibangun dengan memperhatikan kesesuaian lokasi,
dampak bangunan terhadap lingkungan,
mempertimbangkan 7actor keselamatan, kenyamanan,
kesehatan dan kemudahan bagi pengguna bangunan,
dan memiliki perizinan.
7 Persyaratan Kesehatan a. sistem penghawaan berupa ventilasi alami
dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan
fungsinya.
b. pencahayaan berupa sistem pencahayaan alami
dan/atau buatan dan/atau pencahayaan darurat
sesuai dengan fungsinya
c. sanitasi dan penggunaan bahan bangunan berupa
sistem air minum dalam Bangunan Gedung,
sistem pengolahan dan pembuangan air
limbah/kotor, persyaratan instalasi gas medik
(untuk sarana medik), persyaratan penyaluran air
hujan, persyaratan fasilitasi sanitasi dalam
Bangunan Gedung (saluran pembuangan air kotor,
tempat sampah, penampungan sampah dan/atau
pengolahan sampah).
Sumber. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementrian PUPR

2.1.3. Tipologi Permukiman Kumuh


Menurut Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementrian PUPR (2016)
Tipologi permukiman kumuh merupakan pengelompokan permukiman kumuh berdasarkan

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 7


letak secara geografisnya. Tipologi permukiman kumuh dapat digolongkan menjadi lima jenis
diantaranya permukiman kumuh diatas air, permukiman kumuh di tepi air, permukiman kumuh
di dataran rendah, permukiman kumuh di perbukitan dan permukiman kumuh di daerah rawan
bencana.
Tabel 2. 8 Tipologi Permukiman Kumuh
No Tipologi Lokasi Gambar

Permukiman kumuh yang


berada di atas air, baik
Permukiman
daerah pasang surut, rawa,
Kumuh Diatas Air
sungai ataupun laut.
Gambar 2. 1 Permukiman Kumuh
Di Atas Air
Sumber. Ditjen Cipta Karya,
2016
Permukiman kumuh yang
berada tepi badan
air
(sungai, pantai, danau,
Permukiman
waduk dan sebagainya),
Kumuh Di Tepi Air
namun berada di luar Garis
Sempadan Badan Air. Gambar 2. 2 Permukiman Kumuh
Di Tepi Air
Sumber. Kementrian PUPR, 2016

Permukiman kumuh yang


Permukiman
berada di daerah dataran
Kumuh Di Dataran
rendah dengan kemiringan
Rendah
lereng < 10%.
Gambar 2. 3 Permukiman Kumuh
Di Dataran Rendah
Sumber. Kementrian PUPR, 2016

Permukiman kumuh yang


Permukiman berada di daerah dataran
Kumuh Di tinggi dengan kemiringan
Perbukitan lereng > 10 % dan < 40%
Gambar 2. 4 Permukiman Kumuh
Di Perbukitan
Sumber. Kementrian PUPR, 2016

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 8


Tabel 2.14 Lanjutan

Permukiman kumuh yang


Permukiman terletak di daerah rawan
Kumuh Di Daerah bencana alam khususnya
bencana alam tanah
Rawan Bencana longsor, gempa bumi dan
Gambar 2. 5 Permukiman Kumuh
banjir.
Di Dearah Rawan Bencana
Sumber. Kementrian PUPR, 2016
Sumber. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementrian PUPR

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 9


METODELOGI
Metode kaulitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivismeatau enterpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data yang diperoleh cendrung
data kualitatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif bersifat
memahami makna, memahami keunikan, mengkonstruksi fenomena, dan menemukan
hipotesis Sugiono (2017).
Menurut Creswell dalam sugiono (2017) metode kualitatif dibagi menjadi lima yaitu
fenomenologis, Grounded, Etinografi, Studi Kasus dan Penelitian naratif. Fenomenologis
merupakan salah satu penelitian kalitatif, dimana peneliti melakukan pengumpulan data
dengan observasi partisipan untuk mengetahui fenomena esensial partisipan dalam hidupnya.
Teori grounded adalah salah satu jenis penelitian kualitatif, dimana peneliti dapat menarik
generalisasi (apa yang diamati secara induktif), teori abstrak tentang proses, tindakan atau
interaksi berdasarkan pandangan dari partisipan yang diteliti. Etnografi adalah salah satu jenis
penelitian kualitatif, dimana peneliti melakukan studi terhadap budaya kelompok ndalam
kondisi yang alamiah melalui observasi dan wawancara. Studi kasus merupakan penelitian
kualitatif dimana peneliti melakukan oksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian,
proses, aktifitas terhadap satu atau lebih orang. Studi kasus terikat oleh waktu dan aktifitas dan
peneliti melakukan pengumpulan data mendetail dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data dan dalam waktu yang berkesinabungan. Penelitian naratif merupakan
penelitian kualitatif dimana peneliti melakukan studi terhadap satu orang individu atau lebih
untuk memperoleh dataterhadap sejarah perjalanan dalam kehidupannya. Data tersebut
selanjutnya oleh peneliti disusun menjadi laporan yang naratif dan kronologis.

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 10


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Permukiman Kampung Jawa


Sejarah Kampung Jawa tidak terlepas dari peristiwa perang puputan pada tahun 1906.
Kampung ini dulu berlokasi dekat dengan pasar badung. Namun, pada tahun 1907 dipindahkan
ke 2 tempat yakni Kampung jawa Pemecutan dan Kampung Jawa. Kampung Jawa merupakan
wilayah komunitas muslim terbesar yang terletak di Dusun Wanasari yang masuk dalam
Wilayah Desa Dauh Puri Kaja di Kecamatan Denpasar Utara. Uniknya, meski bernama
Kampung Jawa namun mayoritas penduduknya yakni masyarakat dari Pulau Madura.

3.2 Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa


Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa dapat ditinjau dari beberapa aspek
yaitu, permukiman kumuh ditinaju dari bangunan gedung, permukiman kumuh ditinjau dari
jalan lingkungannya, permukiman kumuh ditinjau dari penyediaan air minum, permukiman
kumuh ditinjau dari drainase lingkungannya, permukiman kumuh yang ditinjau dari
pengolahan air limbahnya, permukiman kumuh yang ditinjau dari pengolahan persampahan,
permukiman kumuh yang ditinjau dari ketentuan UU.

3.2.1 Permukiman Kampung Jawa Ditinjau Dari Bangunan Gedung


Kriteria – kriteria dari permukiman yang ditinjau segi bangunan gedung antara lain :
a. Ketidakteraturan Bangunan
Ketidakteraturan bangunan pada permukiman Kampung Jawa sudah masuk dalam
kategori permukiman kumuh. Dapat dilihat dari bentuk bangunan, besaran, perletakan,
dan tampilan bangunan pada permukiman Kampung Jawa yang sudah mencerminkan
suatu permukiman kumuh. Berikut ini adalah wajah dari permukiman Kampung Jawa
:

Gambar 3.1 Permukiman Kampung Jawa Disekitar Sungai.


Sumber : Dokumentasi Peneliti 17 Oktober 2019

Bentuk bangunan, besaran bangunan, perletakan bangunan yang tidak teratur sehingga
menyebabkan permukiman terlihat sembraut dan menyebabkan lingkungan menjadi
terlihat kumuh. Tampilan bangunan di Permukiman Kampung Jawa hanya
menampilkan dinding batako dan atap. Sehingga dari segi tampilan sangat tidak
menarik.

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 11


b. Tingkat Kepadatan Bangunan Tinggi
Salah satu faktor penyebab suatu lingkungan menjadi lingkungan kumuh yaitu tingkat
kepadatan bangunan yang tinggi.

Gambar. 3. 2 Kepadatan Bangunan di Kampung Jawa


Sumber : Sumber : Dokumentasi Peneliti 17 Oktober 2019

Kepadatan bangunan di Pemukiman Kampung Jawa sangatlah padat. Jarak antara satu
rumah dengan rumah yang lain yaitu 1 meter sampai 2 meter. KDB yang tidak sesuai
dengan KDB kota Denpasar. Ini sudah masuk dalam kategori Permukiman dengan
kepadatan buruk atau sangat padat.

c. Persyaratan Teknis Bangunan


Persyaratan teknis bangunan rumah antara lainnya adalah aman, nyaman, dan sehat.

Gambar. 3. 3 Kondisi Rumah Di Permukiman Kampung Jawa


Sumber : Sumber : Dokumentasi Peneliti 17 Oktober 2019

Posisi rumah yang tidak sesuai dengan sempadan sungai yang ditentukan dan
posisi rumah sangat dekat dengan sungai sangat tidak aman. Saat musim hujan air
sungai akan meningkat sehingga rumah akan rawan banjir, tentunya penyakit akan

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 12


sangat mudah untuk menyebar. Sehingga permukiman Kampung Jawa dikategorikan
sebagai permukiman yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis suatu bangunan.

3.2.2 Permukiman Kampung Jawa Ditinjau Dari Jalan Lingkungannya


Kriteria – kriteria dari permukiman yang ditinjau segi jalan lingkungan antara lain :
a. Jaringan Jalan Lingkungan Tidak Melayani Seluruh Lingkungan Permukiman.
Jalan pada suatu lingkungan permukiman harus dapat mengakses seluruh permukiman
minimal dengan kendaraan roda dua.

Gambar. 3. 4 Jalan Lingkungan Permukiman Kampung Jawa


Sumber : Sumber : Dokumentasi Peneliti 17 Oktober 2019

Jalan lingkungan pada permukiman Kampung Jawa sangat sempit, banyak terdapat
genangan air, dan jalan masuk ke halaman – halaman rumah warga. Sehingga tidak
memenuhi persyaratan jalan suatu lingkungan permukiman.
b. Kualitas Permukaan Jalan Lingkungan Buruk
Kualitas permukaan jalan di permukiman Kampung jawa rata-rata menggunakan
semen. Pada sekitar jalan sangat sedikit terdapat tanah sehingga hal ini dapat berakibat
pada daya serap air kurang pada saat hujan. Sehingga banyak terdapat genangan-
genangan air pada jalan. Hal ini dapat mengurangi daya tahan jalan atau jalan cepat
rusak.
3.2.3 Permukiman Kampung Jawa Ditinjau Dari Penyediaan Air Minum
Akses aman air minum adalah kondisi dimana masyarakat dapat mengakses air minum
yang memiliki kualitas air tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Masyarakat
di permukiman Kampung Jawa sebagian besar membeli air minum isi ulang. Hal ini
dikarenakan kualitas air yang sudah keruh dan berbau. Melihat dari hal tersebut maka
permukiman Kampung Jawa masuk dalam kategori kumuh.

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 13


Gambar. 3. 5 Membersihkan Bahan Makanan di Sungai
Sumber : Sumber : Dokumentasi Peneliti 17 Oktober 2019

Kurangnya ketersediaan air bersih pada Permukiman Kampung Jawa menyebabkan


banyak masyarakat setempat memilih menggunakan air sungai sebagai memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Seperti, mandi, mencuci baju, dan bahkan untuk mencuci bahan
makanan sebelum dimasak. Dimana hal ini sangat tidak baik terhadap kesehatan.

3.2.4 Permukiman Kampung Jawa Ditinjau Dari Drainase Lingkungan


Ketidaksediaan drainase merupakan kondisi dimana saluran tersier atau saluran lokal
tidak tersedia pada suatu lingkungan permukiman.

Gambar. 3. 6 Kondisi Pembuangan Air ke Sungai


Sumber : Dokumentasi Peneliti 17 Oktober 2019

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 14


Sistem drainase yang baik yaitu adanya saluran drainase, sarana drainase, prasarana
drainase, dan konstruksi drainase. Pada Kawasan pemukiman harus terdapat saluran
tersier atau saluran lokal. Hal ini tidak terlihat pada pemukiman Kampung Jawa.
Pembuangan limbah cair dialirkan dengan pipa langsung ke sungai. Sehingga hal ini
tidak akan mampu untuk mengalirkan air hujan ke sungai dan lingkungan akan mudah
banjir.

3.2.5 Permukiman Kampung Jawa Ditinjau Dari Pengolahan Air Limbah


Sistem pembuangan air limbah di permukiman Kampung jawa menggunakan sistem
setempat. Yaitu pengelolaan air secara individual.

Gambar. 3. 7 Pipa Pembuangan Air Limbah


Sumber : Dokumentasi Peneliti 17 Oktober 2019

Secara teori air limbah dari air bekas mandi, air cucian dapur harus masuk ke sumur
resapan selanjutnya disalurkan ke got/saluran drainase lingkungan. Untuk tinja
disalurkan ke septictank. Pada lingkungan permukiman Kampung Jawa pengelolaan air
kotor tidak menggunakan sumur resapan, air akan langsung disalurkan atau dibuang ke
sungai. Hal ini dapat berdampak pada kebersihan sungai dan menyebabkan pencemaran
lingkungan. Melihat fakta tersebut maka permukiman Kampung Jawa dikategorika
sebagai lingkungan yang kumuh dari segi pengolahan air limbahnya.

3.2.6 Permukiman Kampung Jawa Ditinjau Dari Pengolahan Persampahan


Kriteria – kriteria dari permukiman yang ditinjau segi pengolahan sampah antara lain :
a. Sistem pengolahan sampah di Permukiman Kampung Jawa
Sistem pengolahan sampah pada suatu permukiman yang baik adalah adanya
pemilahan sampah, pengumpulan sampah, dan pengangkutan sampah ke TPA.

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 15


Gambar. 3. 8 Tempat Sampah Pada Permukiman
Sumber : Dokumentasi Peneliti 17 Oktober 2019

Rata-rata pada satu rumah di Kampung Jawa hanya terdapat 1 tempat sampah. Hal ini
mengakibatkan disana tidak terjadinya proses pemilahan sampah berdasarkan jenis
sampahnya. Adanya sedikit tempat sampah pada setiap rumah mengakibatkan tidak
mampunya menampung sampah setiap rumah. Sehingga, sampah akan berserakan
dijalan lingkunga.
b. Sarana dan Prasarana Pengolahan Sampah di Permukiman Kampung Jawa
Sarana dan presarana di permukiman Kampung Jawa masih belum memadai. Pada
setiap rumah saja hanya terdapat 1 tempat sampah yang rata-rata ukuran tempat
sampahnya tergolong kecil. Sehingga akan mudah menjumpai sampah yang berserakan
pada jalan lingkungan.

3.2.7 Permukiman Kampung Jawa Ditinjau Dari Peraturan UU


a. GSB Permukiman Kampung Jawa
Kondisi bangunan di kampung jawa saat ini sangat dekat dengan sungai. Hal ini
mengakibatkan sungai dapat mengalami penyempitan atau pengurangan lebar sungai.

Gambar. 3. 9 Sempadan Banguna di Kampung Jawa


Sumber : Dokumentasi Peneliti 17 Oktober 2019

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 16


Melihat kondisi bangunan pada permukiman Kampung Jawa hanya berjarak 1-2 meter
dari sungai, bahkan ada rumah yang pondasinya disungai.hal ini sudah sangat jelas
tidak memenuhi GSB yang telah ditentukan Pemerintah Denpasar.

b. Tampilan Bangunan di Permukiman Kampung Jawa


Tampilan bangunan di Permukiman Kampung Jawa sudah tidak sesuai dengan
peraturan daerah yang mengharuskan rumah atau bangunan harus memiliki tampilan
yang mengandung unsur arsitektur bali. Seperti atap limasan lengkap dengan ornamen,
menggunakan material alam, dll.

Gambar. 3. 10 Tampilan Rumah atau Bangunan di Kampung Jawa


Sumber : Dokumentasi Peneliti 17 Oktober 2019

Kondisi rumah yang sangat rapat memberikan tampilan rumah tidak sesuai dengan
peraturan yang ada dan rumah atau bangunan terilihat kumuh.
c. Persyaratan Kesehatan Permukiman Kampung Jawa
Persyaratan kesehatan terdapat beberapa kriteria yaitu, penghawaan alami,
pencahayaan alami, dan sumber air bersih yang memadai. Kondisi rumah di
Permukiman Kampung Jawa yang sangat padat dan rapat pada bagian atap dari satu
rumah dengan rumah yang lain mengakibatkan kondisi di lingkungan terasa panas
karena sirkulasi angin tidak bagus, cahaya matahari juga tidak dapat masuk secara
maksimal ke rumah rumah. Hal ini menyebab lingkungan menjadi cukup lembab pada
area-area tertentu. Hal ini dapat memicu timbulnya penyakit.

Gambar. 3. 11 Kondisi Dalam Rumah Penduduk Kampung Jawa


Sumber : Dokumentasi Peneliti 17 Oktober 2019

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 17


3.3 Tipologi Permukiman Kampung Jawa

Berdasarkan Tipologi permukimanya Kampung Jawa terletak di tepi sungai, timbulnya


Tipologi tersebut disebabkan oleh kondisi sosial masyarakat Kampung Jawa. Karena
permukiman di tepi sungai memudahkan masyarakat untuk mencuci pakaian, membuang
limbah cair ke sungai dan terkadang juga aktifitas sehari – hari masyarakat Kampung Jawa
adalah memancing di tepi sungai. Dari kondisi social tersebut, masyarakat setempat cendrung
membangun bangunan di tepi sungai, untuk menunjang aktifitasnya. Dengan terbentuknya
Tipologi permukiman tersebut, tidak memperhatikan unsur bahaya yang akan ditimbulkan
seperti akan menimbulkan banjir, pencemaran lingkungan dan tidak didasari oleh perencanaan
yang matang sehingga selaras dengan terbentuknya permukiman kumuh. Dengan
memperhatikan Tipologi permukiman tersebut, Kampung Jawa termasuk permukiman kumuh.

Gambar. 3. 12 Tipologi Permukiman Kampung Jawa


Sumber : Dokumentasi Peneliti 17 Oktober 2019

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 18


BAB IV
KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

4.1. Kesimpulan
Masalah permukiman kumuh merupakan masalah tanpa akhir, hal ini
dikarenakan masalah papan bagi manusia senantiasa menjadi pembicaraan yang seolah
tanpa akhir. Masalah permukiman merupakan masalah yang kompleks dan perlu
mendapatkan perhatian, hal ini disebabkan karena permukiman merupakan kebutuhan
dasar manusia yang masih belum dapat dipenuhi oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Permukiman yang kurang terpadu, terarah, terencana, dan kurang memperhatikan
kelengkapan prasarana dan sarana dasar seperti air bersih, air kotor, sistem pengelolaan
sampah, dan saluran pembuangan air hujan akan cenderung mengalami degradasi
kualitas lingkungan atau yang kemudian diterminologikan sebagai kawasan kumuh.
Kriteria pemukiman kumuh ditinjau dari tujuh karakteristik diantaranya dari
bangunan Gedung, jalan lingkungannya, penyediaan air minum, drainase lingkungan,
pengolahan air limbah, pengolahan persampahan dan peraturan UU. Dari ketujuh
kriteria tersebut, kampung jawa memiliki keseluruhan kriteria tersebut dimana
bangunan Gedung yang masih tidak beraturan, jalan lingkungan yang menggunakan
rumah penduduk setempat, penyediaan air minum yang masih menggunakan air sungai,
drainase lingkungan yang tidak tersaring dan dibuang langsung menuju sungai,
pengolahan air limbah yang kurang terawatt, pengolahan persampahan yang masih
mengumpul dipinggir pemukiman warga serta peraturan UU yang belum diterapkan
sepenuhnya oleh masyarakat yang bermukim di kampung jawa. Beberapa karakteristik
bangunan kumuh di permukiman kampung jawa menggambarkan suatu bangunan
permukiman yang secara fisik memiliki kondisi lingkungan yang tidak sehat. Kondisi
tersebut dilihat dari aspek lingkungan timbul sebagai akibat dari ketiakmampuan daya
dukung lingkungan mengatasi beban aktivitas yang berlangsung di kawasan tersebut.
4.2. Saran
Solusi untuk menanggulangi kawasan kumuh di permukiman dapat dilakukan
melalui kesadaran diri sendiri akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar selain itu
harus adanya upaya pemerintah dalam menanggulangi serta memberikan arahan yang
lebih produktif terhadap masyarakat permukiman untuk menjaga lingkungan sekitarnya
agar tidak terjadinya pertumbuhan kawasan kumuh di daerah permukiman tersebut.
Berbica tentang waktu yang tepat dalam membenahi pemukiman kumuh, waktu
yang tepat adalah dimana pihak pemerintah sudah siap terhadap pemindah lokasian
pemukiman tersebut ketempat yang layak huni seperti rumah susun, dan lainya. Serta
terjalin komunikasi yang baik dan sepaham dari pemerintah terhadap masyarakat
pemukiman penduduk yang akan di pindah lokasikan ke tempat yang lebih layak.
Solusi yang tepat untuk menanggulani pemukiman kumuh. Beberapa upaya yang
dilakukan pemerintah dalam menanggulani pemukiman kumuh, sebagai berikut:
- Membangun rumah susun. Dengan adanya rumah susun, baik Rusunawa maupun
Rusunawi, masyarakat yang masih tinggal dipemukiman kumuh ini dapat tinggal
di rumah susun ini. Terutama dapat menghemat lahan pemukiman.
- Program perbaikan kampung. Melalui program penanggulangan kemiskinan di
perkotaan (P2KP). Diarahkan untuk pembangunan jalan lingkungan dan tempat
mandi, cuci, kakus (MCK) dipemukiman serta pembangunan dan perbaikan
drainase. Tetapi hal ini belum didukung oleh biaya yang memadai. Sehingga tidak
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 19


4.3. Rekomendasi
Permukiman kumuh dapat juga diatasi dengan perbaikan kampung, dengan
memperbaiki fasilitas yang ada dikampung. Sehingga masyarakat kampung dapat
bekerja di desa tanpa harus ke kota. Atau dapat juga membangun lapangan pekerjaan
yang banyak di desa atau memberikan program – program bantuan untuk masyarakat
desa seperti yang di rencanakan pemerintah pada program transmigrasi.
Memberikan penyuluhan tentang dampak tinggal di pemukiman kumuh. Karena
kondisi pemukiman yang jauh dari layak ini menyebabkan banyak masalah. Salah
satunya adalah mewabahnya penyakit. Karena kebanyakkan pemukiman ini berada di
pinggiran sungai. Sehingga tidak terlepas tentang penyakit. Contonya saja penyakit
kulit atau gangguan system pernapasan karena minimnya sanitasi lingkungan tersebut.
Maka dari itu pemerintah harus dapat memberikan penyuluhkan tentang dampak yang
di timbulkan dari pemukiman kumuh ini agar masyarakat bisa sadar dan peka
bahayanya tinggal di pemukiman kumuh.

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 20


DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2019. Kecamatan Denpasar Utara Dalam Angka 2019. Denpasar : CV. Arysta Jaya
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementrian PUPR. 2016. Panduan
Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Kementrian PUPR. Jakarta
Fitria dan Setiawan. 2014. Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di
Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat. Jurnal Teknik Pomits, Vol. 3, No. 2,
(C240-C244). Surabaya : ITS
Nursyahbani dan Pigawati. 2015. Kajian Karakteristik Kawasan Permukiman Kumuh di
Kampung Kota (Studi Kasus : Kampung Gandekan Semarang). Jurnal
Teknik PWK, Vol. 4, No. 2, (267-281). Semarang : Undip
Republik Indonesia. 2011. Undang – Undang RI No. 2011Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman. Lembaran Negara RI Tahun 2011, No. 5188. Sekertariat
Negara. Jakarta
Santosa dan Therik. 2016. Faktor Penentu Bertempat Tinggal Pada Kawasan Kumuh di Kota
Malang Berdasarkan Teori Doxiadis. Jurnal Tata Loka, Vol. 18, No. 4
(261-273). Semarang : Undip

Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Jawa, Denpasar-Bali 21

Anda mungkin juga menyukai