Disusun Oleh :
I Wayan Putra Perdana (1981811008)
I Made Agus Ryandana (1981811019)
Kadek Ocean Dewata (1981811027)
Dewa Gede Ari Putra (1981811029)
MAGISTER ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019
ABSTRAK
Kriteria permukiman kumuh dapat ditinjau dari jaringan jalan lingkungan tidak
melayani seluruh lingkungan perumahan atau permukiman dan kualitas permukaan jalan
lingkungan buruk, untuk lebih jelas dapat melihat tabel 2.2,
Kriteria permukiman kumuh dapat ditinjau dari ketersediaan air minum kebutuhan air
minum setiap individu sesuai standar yang berlaku untuk lebih jelas dapat melihat tabel 2.3,
Bentuk bangunan, besaran bangunan, perletakan bangunan yang tidak teratur sehingga
menyebabkan permukiman terlihat sembraut dan menyebabkan lingkungan menjadi
terlihat kumuh. Tampilan bangunan di Permukiman Kampung Jawa hanya
menampilkan dinding batako dan atap. Sehingga dari segi tampilan sangat tidak
menarik.
Kepadatan bangunan di Pemukiman Kampung Jawa sangatlah padat. Jarak antara satu
rumah dengan rumah yang lain yaitu 1 meter sampai 2 meter. KDB yang tidak sesuai
dengan KDB kota Denpasar. Ini sudah masuk dalam kategori Permukiman dengan
kepadatan buruk atau sangat padat.
Posisi rumah yang tidak sesuai dengan sempadan sungai yang ditentukan dan
posisi rumah sangat dekat dengan sungai sangat tidak aman. Saat musim hujan air
sungai akan meningkat sehingga rumah akan rawan banjir, tentunya penyakit akan
Jalan lingkungan pada permukiman Kampung Jawa sangat sempit, banyak terdapat
genangan air, dan jalan masuk ke halaman – halaman rumah warga. Sehingga tidak
memenuhi persyaratan jalan suatu lingkungan permukiman.
b. Kualitas Permukaan Jalan Lingkungan Buruk
Kualitas permukaan jalan di permukiman Kampung jawa rata-rata menggunakan
semen. Pada sekitar jalan sangat sedikit terdapat tanah sehingga hal ini dapat berakibat
pada daya serap air kurang pada saat hujan. Sehingga banyak terdapat genangan-
genangan air pada jalan. Hal ini dapat mengurangi daya tahan jalan atau jalan cepat
rusak.
3.2.3 Permukiman Kampung Jawa Ditinjau Dari Penyediaan Air Minum
Akses aman air minum adalah kondisi dimana masyarakat dapat mengakses air minum
yang memiliki kualitas air tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Masyarakat
di permukiman Kampung Jawa sebagian besar membeli air minum isi ulang. Hal ini
dikarenakan kualitas air yang sudah keruh dan berbau. Melihat dari hal tersebut maka
permukiman Kampung Jawa masuk dalam kategori kumuh.
Secara teori air limbah dari air bekas mandi, air cucian dapur harus masuk ke sumur
resapan selanjutnya disalurkan ke got/saluran drainase lingkungan. Untuk tinja
disalurkan ke septictank. Pada lingkungan permukiman Kampung Jawa pengelolaan air
kotor tidak menggunakan sumur resapan, air akan langsung disalurkan atau dibuang ke
sungai. Hal ini dapat berdampak pada kebersihan sungai dan menyebabkan pencemaran
lingkungan. Melihat fakta tersebut maka permukiman Kampung Jawa dikategorika
sebagai lingkungan yang kumuh dari segi pengolahan air limbahnya.
Rata-rata pada satu rumah di Kampung Jawa hanya terdapat 1 tempat sampah. Hal ini
mengakibatkan disana tidak terjadinya proses pemilahan sampah berdasarkan jenis
sampahnya. Adanya sedikit tempat sampah pada setiap rumah mengakibatkan tidak
mampunya menampung sampah setiap rumah. Sehingga, sampah akan berserakan
dijalan lingkunga.
b. Sarana dan Prasarana Pengolahan Sampah di Permukiman Kampung Jawa
Sarana dan presarana di permukiman Kampung Jawa masih belum memadai. Pada
setiap rumah saja hanya terdapat 1 tempat sampah yang rata-rata ukuran tempat
sampahnya tergolong kecil. Sehingga akan mudah menjumpai sampah yang berserakan
pada jalan lingkungan.
Kondisi rumah yang sangat rapat memberikan tampilan rumah tidak sesuai dengan
peraturan yang ada dan rumah atau bangunan terilihat kumuh.
c. Persyaratan Kesehatan Permukiman Kampung Jawa
Persyaratan kesehatan terdapat beberapa kriteria yaitu, penghawaan alami,
pencahayaan alami, dan sumber air bersih yang memadai. Kondisi rumah di
Permukiman Kampung Jawa yang sangat padat dan rapat pada bagian atap dari satu
rumah dengan rumah yang lain mengakibatkan kondisi di lingkungan terasa panas
karena sirkulasi angin tidak bagus, cahaya matahari juga tidak dapat masuk secara
maksimal ke rumah rumah. Hal ini menyebab lingkungan menjadi cukup lembab pada
area-area tertentu. Hal ini dapat memicu timbulnya penyakit.
4.1. Kesimpulan
Masalah permukiman kumuh merupakan masalah tanpa akhir, hal ini
dikarenakan masalah papan bagi manusia senantiasa menjadi pembicaraan yang seolah
tanpa akhir. Masalah permukiman merupakan masalah yang kompleks dan perlu
mendapatkan perhatian, hal ini disebabkan karena permukiman merupakan kebutuhan
dasar manusia yang masih belum dapat dipenuhi oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Permukiman yang kurang terpadu, terarah, terencana, dan kurang memperhatikan
kelengkapan prasarana dan sarana dasar seperti air bersih, air kotor, sistem pengelolaan
sampah, dan saluran pembuangan air hujan akan cenderung mengalami degradasi
kualitas lingkungan atau yang kemudian diterminologikan sebagai kawasan kumuh.
Kriteria pemukiman kumuh ditinjau dari tujuh karakteristik diantaranya dari
bangunan Gedung, jalan lingkungannya, penyediaan air minum, drainase lingkungan,
pengolahan air limbah, pengolahan persampahan dan peraturan UU. Dari ketujuh
kriteria tersebut, kampung jawa memiliki keseluruhan kriteria tersebut dimana
bangunan Gedung yang masih tidak beraturan, jalan lingkungan yang menggunakan
rumah penduduk setempat, penyediaan air minum yang masih menggunakan air sungai,
drainase lingkungan yang tidak tersaring dan dibuang langsung menuju sungai,
pengolahan air limbah yang kurang terawatt, pengolahan persampahan yang masih
mengumpul dipinggir pemukiman warga serta peraturan UU yang belum diterapkan
sepenuhnya oleh masyarakat yang bermukim di kampung jawa. Beberapa karakteristik
bangunan kumuh di permukiman kampung jawa menggambarkan suatu bangunan
permukiman yang secara fisik memiliki kondisi lingkungan yang tidak sehat. Kondisi
tersebut dilihat dari aspek lingkungan timbul sebagai akibat dari ketiakmampuan daya
dukung lingkungan mengatasi beban aktivitas yang berlangsung di kawasan tersebut.
4.2. Saran
Solusi untuk menanggulangi kawasan kumuh di permukiman dapat dilakukan
melalui kesadaran diri sendiri akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar selain itu
harus adanya upaya pemerintah dalam menanggulangi serta memberikan arahan yang
lebih produktif terhadap masyarakat permukiman untuk menjaga lingkungan sekitarnya
agar tidak terjadinya pertumbuhan kawasan kumuh di daerah permukiman tersebut.
Berbica tentang waktu yang tepat dalam membenahi pemukiman kumuh, waktu
yang tepat adalah dimana pihak pemerintah sudah siap terhadap pemindah lokasian
pemukiman tersebut ketempat yang layak huni seperti rumah susun, dan lainya. Serta
terjalin komunikasi yang baik dan sepaham dari pemerintah terhadap masyarakat
pemukiman penduduk yang akan di pindah lokasikan ke tempat yang lebih layak.
Solusi yang tepat untuk menanggulani pemukiman kumuh. Beberapa upaya yang
dilakukan pemerintah dalam menanggulani pemukiman kumuh, sebagai berikut:
- Membangun rumah susun. Dengan adanya rumah susun, baik Rusunawa maupun
Rusunawi, masyarakat yang masih tinggal dipemukiman kumuh ini dapat tinggal
di rumah susun ini. Terutama dapat menghemat lahan pemukiman.
- Program perbaikan kampung. Melalui program penanggulangan kemiskinan di
perkotaan (P2KP). Diarahkan untuk pembangunan jalan lingkungan dan tempat
mandi, cuci, kakus (MCK) dipemukiman serta pembangunan dan perbaikan
drainase. Tetapi hal ini belum didukung oleh biaya yang memadai. Sehingga tidak
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
BPS. 2019. Kecamatan Denpasar Utara Dalam Angka 2019. Denpasar : CV. Arysta Jaya
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementrian PUPR. 2016. Panduan
Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Kementrian PUPR. Jakarta
Fitria dan Setiawan. 2014. Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di
Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat. Jurnal Teknik Pomits, Vol. 3, No. 2,
(C240-C244). Surabaya : ITS
Nursyahbani dan Pigawati. 2015. Kajian Karakteristik Kawasan Permukiman Kumuh di
Kampung Kota (Studi Kasus : Kampung Gandekan Semarang). Jurnal
Teknik PWK, Vol. 4, No. 2, (267-281). Semarang : Undip
Republik Indonesia. 2011. Undang – Undang RI No. 2011Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman. Lembaran Negara RI Tahun 2011, No. 5188. Sekertariat
Negara. Jakarta
Santosa dan Therik. 2016. Faktor Penentu Bertempat Tinggal Pada Kawasan Kumuh di Kota
Malang Berdasarkan Teori Doxiadis. Jurnal Tata Loka, Vol. 18, No. 4
(261-273). Semarang : Undip