PENDAHULUAN
Tabel 1.1 Proporsi Penyebab Kematian Antara Penyakit Menular dan Tidak Menular
Tahun 1980-2001
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008)
Tahun
Jenis Penyakit
1980 1986 1992 1995 2001
Menular 64,49% 60,48% 50,72% 48,46% 44,57%
Tidak Menular 25,41% 33,83% 43,60% 45,42% 48,53%
1
2
70000
Jumlah Pasien 60000
50000
40000
30000
20000
10000 Rawat Inap
0
Rawat Jalan
Gambar 1.1 Jumlah Pasien Penyakit Jantung di Rumah Sakit di Indonesia Tahun
2007 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008)
Dari Gambar 1.1 terlihat bahwa penyakit jantung iskemik atau biasa disebut
jantung koroner dengan jumlah pasien rawat jalan sebanyak 67.800 orang, sedangkan
jumlah pasien rawat inap mencapai 22.454 orang.
Menurut World Heart Federation (2013) terdapat 2 jenis faktor resiko
penyebab penyakit jantung, faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak
dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi antara lain adalah
hipertensi, mengkonsumsi tembakau baik itu merokok maupun mengunyah
tembakau, diabetes, kurang aktivitas fisik, kolesterol, dan obesitas. Sedangkan faktor
resiko yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2009) melaporkan, 34,7% penduduk usia 15
tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan sayur serta
48,2% kurang aktivitas fisik.
Terdapat tiga jenis metode pengobatan untuk penyakit jantung koroner, yaitu
Percutaneous Transluminal Coronary Angioplast (PTCA) merupakan tindakan
angioplasty yang bertujuan untuk melebarkan penyempitan pembuluh koroner
3
Gambar 1.2 Perbandingan Prosedur Angioplasty dan Stenting (Boston Scientific, 2011)
Stent merupakan suatu alat berbentuk pipa berlubang yang digunakan untuk
mengurangi penyempitan pada pembuluh arteri jantung (Boston Scientific, 2011).
Prosedur pemasangan stent yaitu dengan memasukkannya ke dalam pembuluh darah
arteri menggunakan ballon catheter dan stent secara fleksibel dapat mengikuti
lekukan, bentuk dan ukuran pada pembuluh aretri jantung. Pemasangan stent
dilakukan untuk memperlebar pembuluh arteri dan melancarkan aliran darah ke
4
jantung. Selain itu pemasangan stent dapat mengurangi resiko terjadinya penyempitan
pembuluh arteri seperti terlihat pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Restenosis Pada Kasus Pemasangan Stent (Boston Scientific, 2011)
Saat ini terdapat dua jenis stent, yaitu bare metal stent (BMS) dan drug
eluting stent (DES) atau drug-coating stent. BMS digunakan untuk membantu
menjaga pembuluh arteri agar tetap terbuka setelah dilakukan angioplasty. Sedangkan
DES merupakan BMS dengan dibalut polimer dan obat tertentu untuk membantu
mengurangi kemungkinan terjadinya restenosis atau penyempitan kembali pembuluh
arteri. Bahan polimer pada DES digunakan untuk membawa dan melindungi obat
sebelum dan selama prosedur pemasangan stent. Setelah stent selesai dipasang maka
polimer akan mengontrol pelepasan obat pada dinding pembuluh arteri jantung
(Boston Scientific, 2011).
Seorang penderita jantung koroner (PJK) dapat melakukan pemasangan stent
apabila telah terpenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh pihak medis. Apabila PJK
mengalami penyumbatan pada lebih dari 3 pembuluh darah maupun mengalami
pengapuran pada pembuluh darah maka akan lebih disarankan untuk melakukan
operasi by pass, namun jika tidak mengalami kedua hal tersebut maka PJK dapat
melakukan pemasangan stent.
PJK yang mempunyai riwayat kesehatan yang baik, tidak menderita diabetes
maupun kolesterol maka disarankan menggunakan stent dengan jenis BMS, namun
apabila pasien menderita diabetes maka lebih disarankan untuk menggunakan DES.
Adapun prosedur PJK untuk melakukan pemasangan stent di rumah sakit dapat
5
disajikan dalam bentuk flowchart sebagai terlihat pada Gambar 1.4 berikut.
Flowchart tersebut didapatkan berdasarkan penjelasan di RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya.
PJK
Mengalami Gejala
Angina
Dilakukan
Diagnostik
Ya
Penyumbatan lebih Operasi By Pass
dari 3 pembuluh? (CABG)
Ya
Tidak
Pemeriksaan
Terjadi
Kondisi Pembuluh
pengapuran
Darah
Tidak
Tidak
Ya
DES
Selesai
Tabel 1.2 Daftar Rumah Sakit yang Memiliki Pusat Pelayanan Jantung
Terpadu di Indonesia (Rahmatullah, 2009)
No. Nama Rumah Sakit Wilayah Akreditasi
1. RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung A
2. RSUP Dr. Sanglah Denpasar A
3. RSUP Fatmawati Jakarta Selatan A
4. RS Jantung dan Pembuluh Darah Jakarta Barat A
Harapan Kita
5. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat A
6. RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar A
7. RSUP H. Adam Malik Medan A
8. RSUP Dr. M. Djamil Padang B
9. RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang A
10. RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru B
11. RSU H.A. Wahab Syahrani Samarinda B
12. RSUP dr Kariadi Semarang A
13. RSUD Dr. Soetomo Surabaya A
14. RSUP Dr. Moewardi Surakarta A
15. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta A
7
Harga pemasangan stent yang terbilang mahal saat ini masih menjadi kendala
bagi masyarakat yang kurang mampu. Harga BMS berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia N0. 1157/Menkes/SK/XII/2008 adalah Rp. 5.947.333,
sedangkan harga DES adalah Rp. 19.640.500, harga tersebut merupakan harga satuan
dan belum termasuk PPN.
Saat ini stent yang biasanya digunakan di rumah sakit di Indonesia berasal
dari luar negeri. Hal tersebut berpengaruh pada harga jual stent di Indonesia. Salah
satu cara untuk meminimalkan biaya pemasangan stent maka dapat dimulai dengan
mulai melakukan perancangan miniplant stent di Indonesia untuk memproduksi stent
di dalam negeri. Salah satu langkah awal untuk perancangan tersebut adalah terlebih
dahulu mengetahui jumlah pengguna stent di Indonesia, baik BMS maupun DES.
Sampai saat ini belum terdapat dokumen resmi yang dapat dijadikan acuan
untuk memetakan jumlah penggunaan stent di Indonesia. Oleh karena itu penelitian
ini dilakukan untuk memetakan dan meramalkan jumlah penggunaan stent di
Indonesia. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang cara menentukan metode
paramalan yang tepat untuk meramalkan jumlah stent pada periode tertentu untuk
setiap jenis stent jantung yaitu BMS dan DES di masa datang.